Ketenagaan Rumah Sakit TINJAUAN PUSTAKA

diduga keras bersumber dari kurangnya pemahaman terhadap peraturan hukum kesehatan beserta dengan doktrin-doktrin hukum kesehatan.

2.6. Ketenagaan Rumah Sakit

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 1996 bahwa yang dimaksud dengan Tenaga Kesehatan adalah setiap orang ynag dimaksud dengan Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang umtuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Adapun yang termasuk dalam kategori jenis kesehatan yang dimaksud adalah sebagai berikut : a. Tenaga Medis dokter, dokter gigi b. Tenaga Keperawatan perawat dan bidan c. Tenaga Kefarmasian apoteker, analis farmasi, asisten apoteker d. Tenaga Kesehatan Masyarakat epidemiolog kesehatan, mikrobiologi kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian e. Tenaga Gizi nutrisionis dan dietisien f. Tenaga Keterapian Fisik fisioterapis, okupasi terapis, dan terapis wicara Universitas Sumatera Utara g. Tenaga Ketekhnisan medis radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi elektromedis, anmalis kesehatan, refraksionis optisien, teknisi tranfusi dan perekam medis Dalam melaksanakan penyelenggaraan pelayanan kesehatan, semua tenaga kesehatan harus mengerti tentang hak dan kewajibannya sesuai dengan yang tercantun dalam Undang-undang Kesehatan, Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 juga sumpah dokter dan kode etik yang sudah diterapkan oleh profesi. Pada prinsipnya tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas yang sudah dilaksanakan secara profesional. Perlindungan ini akan sangat diperlukan jika terjadi konflik antara pasien dan dokter pada saat pelaksanaan pelayanan kesehatan. Undang-undang Republik Indonesia Nomoe 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran menjelaskan hak tenaga kesehatan yang tercantum pada pasal 50 bahwa Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai hak : a. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional. b. Memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar oprasional prosedur. Sedangkan kewajiban tenaga kesehatan terdapat dalam Undang-Undang kesehatan No.231992 Pasal 53 ayat 2 menyatakan bahwa “Tenaga kesehatan dalam Universitas Sumatera Utara melakukan tugasnya berkewajiban untuk memenuhi standard profesi dan menghormati hak pasien”. Menghormati hak pasien dalam konteks ini bahwa kewajiban tenaga kesehatan harus menghormati hak asasi pasien yang meliputi 1 hak informasi, 2 hak untuk memberikan persetujuannya, 3 hak rahasia kedokteran; dan 4 hak atas pendapat kedua Purnomo B, 2001. Kewajiban dokter memberikan informasi kepada pasien secara lengkap dan jelas tercantum pada PERMENKES No.290MenkesPerIII2008 tanggal 26 Maret 2008. Dokter harus memberi penjelasan terlebih dahulu kepada pasien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan tindakan medis yang akan dilaksanakan. Informasi harus disampaikan secara jelas dan dengan bahasa yang bisa dipahami sehingga pasien dapat mengerti, terutama terhadap pasien dengan tingkat pengetahuan yang rendah. Secara hukum pasien mempunyai hak untuk memperoleh informasi tentang tindakan tersebut walaupun tidak dimintai. Sesuai dengan yang tercantum dalam Undang-undang Praktek Kedokteran pasal 52 ayat a tentang hak dan kewajiban pasien yang mengatakan paien dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran mempunyai hak mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan modis sekurang-kurangnya mencakup : - diagnosis dan tata cara tindakan medis - tujuan tindakan medis yang dilakukan Universitas Sumatera Utara - alternatif tindakan lain dan resikonya - resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan - prognosis terhadap tindakan yang dilakukan Jika petugas melakukan tindakan medis tanpa persetujuan pasien maka petugas dapat dituntut ke pengadilan secara hokum pidana dengan tuduhan telah melakukan penganiayaan dengan dasar tuntutan sanksi pidana yang tercantum pada pasal 351 KUH Pidana. Sedangkan secara hukum Perdata dianggap telah melakukan pebuatan melawan hukum dan dapat dikenakan sanksi sesuai dengan yang tercantum pada pasal 1365 K.U.H Perdata yang menyatakan : “Setiap perbuatan yang melanggar hukum sehingga membawa kerugian kepada orang lain, maka sipelaku yang menyebabkan kerugian tersebut berkewajiban untuk mengganti kerugian tersebut”.

2.7. Teori tentang Penyampaian Informasi