Pengertian Hukum Persetujuan Tindakan Kedokteran

yang sangat kompleks dan bersifat kasuistis, pengalaman secara nyata menyaksikan di rumah sakit untuk waktu tertentu ada baiknya, sehingga bisa memperoleh gambaran yang lebih jelas secara menyeluruh. Ada suatu bidang lain yang berkaitan erat dengan Hukum Medis, yaitu apa yang dinamakan “Kedokteran Kehakiman”. Harus dibedakan antara Kedokteran Kehakiman Gerechtelijke geneeskunde yang termasuk disiplin Medis dan Hukum Medis Medical law termasuk disiplin hukum. Namun akhir-akhir ini di negara Anglo Saxon mulai timbul penfsiran baru, sehingga mulai timbul kekaburan batas antara Hukum Medis dan Kedokteran Kehakiman. Hal ini karena ada sementara pendapat yang menyatukan dan mencakup kedua bidang ini menjadi satu di dalam suatu wadah yang dinamakan “Medico-legal”.

2.2. Pengertian Hukum Persetujuan Tindakan Kedokteran

- Guwandi J 2005 mengatakan Persetujuan Tindakan Kedokteran adalah suatu izin atau pernyataan setuju dari pasien yang diberikan dengan bebas dan rasional sesudah mendapat informasi dari dokter dan yang sudah dimengertinya. - Samil RS, 2001 mengatakan persetujuan tindakan kedokteran adalah persetujuan yang diberikan poleh pasien atau walinya yang berhak kepada dokter untuk melakukan suatu tindakan medis terhadap pasien sesudah pasien Universitas Sumatera Utara atau wali itu memperoleh informasi lengkap dan memahami tindakan itu. PerMenKes RI Nomor : 290MenkesPerIII2008 Bab I Pasal 1 ayat 1; Persetujuan Tindakan Kedokteran adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan terhadap pasien. - Veronika K, 1989 mengatakan persetujuan tindakan kedokteran adalah suatu kesepakatanpersetujuan pasien atas upaya medis yang akan dilakukan terhadapa dirinya, setelah mendapat informasi dari dokter mengenai upaya medis yang dapat menolong dirinya dirinya disertai informasi mengenai segala resiko yang mungkin terjadi. - Soedjatmiko menyatakan bahwa, melakukan tindakan tanpa disertai persetujuan tindakan kedokteran merupakan salah satu keadaan yang dapat menyebabkan terjadinya tuntutan malpraktek pidana karena kecerobohan. Dari semua defenisi yang diuraikan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa persetujuan tindakan kedokteran adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarganya atas dasar mengenai tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut. Pada Undang-undang Praktek Kedokteran Nomor 29 tahun 2004 paragraf 2, pasal 45 menyatakan proses ini dengan persetujuan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang isinya : Universitas Sumatera Utara 1 Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan. 2 Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diberikan setelah pasien mendapat penjelasan secara lengkap. Informasi atau penjelasan wajib diberikan dokter secara langsung kepada pasien baik diminta ataupun tidak oleh pasien, kecuali pasien memang menolak diberi penjelasan dengan alasan untuk ketenangan jiwa. Hal ini berkaitan dengan masalah pertimbangan satu dan lain alasan menghadapi keadaan fisikmentalsikap dari akibat ketakutankegoncangan jiwa pasien Purnomo B, 2001. Setelah pasien diberi penjelasan maka keputusan untuk meneima atau menolak tindakan perawatan yang ditawarkan dokter mutlak berada ditangan pasien itu sendiri. Hak untuk menolak perawatan ini disebut dengan Informed refusal, namun dalam keadaan seperti ini dokter juga harus menerangkan secara rinci akibat dari penolakan tersebut. Jika pasien tetap menolak perawatan makapasien harus menandatangani formulir surat penolakan tindakan medis yang sudah disiapkan oleh rumah sakit. Oleh karena itu, masalah persetujuan tindakan kedokteran ini juga perlu dibahas untuk menghindari kesalahpahaman antara kedua belah pihak baik pihak dokter maupun pasien. Di dalam Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 1 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 290MenkesPerIII2008 dinyataakan bahwa persetujuan tindakan Universitas Sumatera Utara kedokteran adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan terhadap pasien. Pasal 1 ayat 3 tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang selanjutnya disebut tindakan kedokteran adalah suatu tindakan medis berupa preventif, diagnostik, terapeutik atau rehabilitatif yang dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien. Sebagaimana telah dijelaskan diatas, persetujuan tindakan kedokteran baru diakaui bila pasien telah mendapatkan informasi yang jelas tentang tindakan medis yang akan dilakukan terhadap dirinya. Dalam pemberian informasi ini, dokter berkewajiban untuk mengungkapkan dan menjelaskan kapada pasien dalam bahasa sesederhana mungkin sifat penyakitnya, sifat pengobatan yang disarankan, alternatif pengobatan, kemungkinan berhasil dan resiko yang dapat timbul serta komplikasi- komplikasi yang tak dapat diduga. Sehubungan dengan cara pernyataan kehendak menurut hukum, Guwandi, J 2003 menyebutkan bahwa persetujuan tindakan kedokteran dari pasien dapat dilakukan dengan cara antara lain: 1. Dengan bahasa yang sempurna dan tertulis; 2. Dengan bahasa sempurna secara lisan; 3. Dengan bahasa yang tidak sempurna asal dapat diterima oleh pihak lawan; 4. Dengan bahasa isyarat asal dapat diterima oleh pihak lawan; Universitas Sumatera Utara 5. Dengan diam atau membisu tetapi asal dipahami atau diterima oleh pihak lawan. Oleh karena itu, bentuk persetujuan tindakan kedokteran dapat dikategorikan sebagai berikut: 1. Dengan pernyataan expression, yaitu dapat secara lisan oral dan dapt secara tertulis written. 2. Dianggap diberikan, tersirat implied, yaitu dalam keadaan biasa atau normal dan dalam keadaan gawat darurat. Di dalam pasal 5 ayat 1 Permenkes No. 2902008, isi informasi yang diberikan belum diatur secara rinci, hanya disebutkan: “Informasi yang diberikan mencakup keuntungan dan kerugian dari tindakan medik yang akan dilakukan baik diagnostik maupun terapeutik”. Menurut Ameln, idealnya dokter harus menyampaikan isi informasi yang setidaknya terdiri dari : a. Diagnose; b. Resiko dari tindakan medik; c. Alternatif terapi, termasuk keuntungan dan kerugian dari setiap alternatif terapi; d. Prognose ramalam perjalanan penyakit medik Universitas Sumatera Utara Lebih baik lagi kalau bisa diperluas dengan : a. Cara kerja dokter dalam proses tindakan medik; b. Keuntungan dan kerugian tiap alternatif terapi secara luas; c. Semua resiko yang mungkin terjadi; d. Kemungkinan rasa sakit setelah tindakan medik. Dengan telah diinformasikannya tindakan medik yang akan dilakukan oleh dokter, maka selanjutnya pasien dapat mempergunakan haknya untuk memilih, menyetujui atau menolak tindakan medik termasuk. Jadi pada hakekatnya hak atas Persetujuan tindakan kedokteran ini merupakan pelaksanaan hak dasar atas pelayanan kesehatan the riht to health care dan hak untuk menentukan nasib sendiri the right of self determination yang keduannya adalah hak pasien atas kesehatan yang harus diakui dan dihormati. Persetujuan Tindakan Kedokteran tidak mutlak dibuat oleh pasien yang bersangkutan dalam hal-hal sebagai berikut.: 1. Pasien belum cukup umur ; 2. Usia lanjut ; 3. Terganggu jiwanya karena penyakit ; 4. Pasien dalam keadaan tidak sadar. Bagi pasien yang belum cukup umur, usia lanjut, atau terganggu jiwanya karena penyakit, persetujuan tindakan kedokteran dapat dilakukan oleh ahli waris Universitas Sumatera Utara yang terdekat. Terhadap pasien yang tidak sadar, dokter boleh melakukan tindakan medik tertentu dengan bertindak sebagai bapak yang baik, sesuai dengan Pasal 1354 KUHPerdata namun begitu pasien sadar dokter harus segera memberitahukan kepada pasien tentang tindakan medik tertentu yang telah dilakukan selama pasien tidak sadar tadi. Disamping hak atas informasi, pasien juga mempunyai hak-hak lainnya yang perlu diperhatikan sebagaimana tertuang didalam KODEKI, sebagai berikut: 1. Hak untuk hidup, hak atas tubuhnya sendiri dan hak untuk mati secara wajar. Berkaitan dengan Persetujuan Tindakan kedokteran,penolakan atau persetujuan pasien terhadap tindakan medik tertentu merupakan pelaksanaan dari ketiga hak tersebut. 2. Hak untuk memperoleh pelayanan kedokteran yang manusiawi sesuai dengan standar profesi kedokteran; Dalamhal dokter tidak memberikan pelayanan yang sesuai dengan standar profesi, dan kemudian mengakibatkan cacat atau meninggalnya pasien, maka dokter ini telah melakukan pelanggaran terhadap hak pasien untuk memperoleh pelayanan yang manusiawi tersebut, sehingga pasien berhak menuntut kepada dokter yang bersangkutan. Universitas Sumatera Utara 3. Hak memperoleh penjelasan tentang diagnosis dan terapi dari dokter yang mengobatinya. Hak memperoleh penjelasan ini sebagai hak atas informasi. Inti dari hak atas informasi ini adalah hak pasien untuk memperoleh yang sejelas-jelasnya tentang hal-hal yang berhubungan dengan penyakitnya. Dalam hal terjadi hubungan dokter-pasien, hak pasien atas informasi ini secara otomatis menjadi kewajiban dokter untuk dilaksanakan baik diminta atau tidak oleh pihak pasien. 4. Hak untuk menolak prosedur diagnosis dan terapi yang direncanakan, bahkan dapat menarik diri dari kontrak terapeutik. Adalah hak asasi manusia untuk menerima atau menolak sesuatu yang ditawarkan. Demikian juga dalamhal tindakan medik.Pasien yang mempunyai hak dasarasasi untuk menentukan dirinya sendiri the right of self determination, harus diberikan hak untuk memberikan persetujuan terhadap tindakan medik yang akan dilakukan terhadap dirinya. Bila pasien menolak tindakan medik yang ditawarkan dokter, dokter tidak boleh memaksakan kehendaknya, walaupun dokter tahu bahwa penolakan tersebut dapat memberikan dampak negative bagi kesembuhan pasien tersebut. Pemaksaan kehendak dokter terhadap pasien untuk melakukan tindakan medik tertentu terhadap tubuh pasien tersebut , walaupun dokter berniat baik untuk menyelamatkan nyawa penderita akan dapat berakibat dituntutnya dokter atas Universitas Sumatera Utara tuduhan malpraktek. Sebagai contoh : misalnya dokter menyatakan kalau pasien harus diangkat bola matanya untuk menyelamatkan mata satu alagi agar tidak terjadi kebutaan. Setelah dijelaskan oleh dokter bahwa bola mata pasien harus diangkat, agar infeksinya tidak menjalar kemata satulagi, pasien menolak. Karena dokter ingin pasien tidak mengalami kebutaan pada kedua matanya, dokter yang bersangkutan tetap melakukan pengambilan bola mata psien. Perbuatan dokter yang bermaksud baik ini dapat menyebabkan dokter bisa dituntut dengan tuduhan malprektek, karena melanggar hak pasien untuk menentukan diri sendiri. 5. Hak untuk memperoleh penjelasan tentang riset kedokteran yang akan diikutinya serta menolak atau menerima keikut sertaannya dalam riset kedokteran tersebut. 6. Hak untuk dirujuk kepada dokter spesialis bila perlu, dan dikembalikan kepada dokter yang merujuknya setelah selesai konsultasi atau pengobatan untuk memperoleh perawatan atau tindak lanjut. 7. Hak atas kerahasiaan atas rekam medis yang bersifat pribadi. Dalam melaksanakan profesinya, setiap professional berkewjiban untuk merahasiakan keterangan yang diperoleh dari kliennya. Keterangan klien yang harus dirahasiakan ini merupakan rahasia jabatan yang dijaga dan dipegang teguh oleh para professional. Didalam dunia kedokteran, rahasia jabatan ini Universitas Sumatera Utara disebut sebagai Rahasia Kedokteran. Dokter berkewajiban untuk merahasiakan keterangan tentang penyakit pasien, baik keterangan yang disampaikan langsung maupun yang sudah dicatat dalam rekanm medis yang berisi tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan penyakit pasien. Bahkan dokter juga mendapat perlindungan hukum, dalam hal ia menolak membuka rahasia kedokteran, sekalipun untuk keperluan proses pengadilan. Hak pasien atas kerahasiaan penyakitnya ini dilindungi oleh pasal 322 KUHP. Berkaitan dengan rekam medis yang dalam istilah kedokteran disebut sebagai “ Berkas Rekam Medis”. Pengaturannya telah ditetapkan dengan Permenkes No.749a89 yang berdasarkan pasal 10 disebut bahwa “ Isi rekammedis tersebut adalah milik pasien”. Oleh karena itu, dokter maupun tenaga kesehatan lainnya tidak boleh menolak bilamana pasien mempunyai keinginan untuk memiliki ataupun melihat isi dari rekam medis mengenai penyakitnya tersebut. 8. Hak untuk memperoleh penjelasan tentang peraturan rumah sakit. 9. Hak untuk berhubungan dengan keluarga, penasihat atau rohaniawan dan lain- lainnya yang diperlukan selama perawatan di rumah sakit. 10. Hak untuk memperoleh penjelasan tentang perincian biaya rawat inap, obat, pemeriksaan penunjang, biaya ruangan, imbalan jasa dokter dan lain-lainnya. Universitas Sumatera Utara Secara mudah dapat dikatakan bahwa, dalam kontrak teraupetik, hak-hak pasien ini sekaligus menjadi kewajiban seorang dokter. Fred Ameln dalam bukunya “ Hak-hak dan Kewajiban-kewajiban Profesi Seorang Dokter” dalam 5 kelompok, yaitu : 1. Kewajiban yang berhubungan dengan fungsi sosial pemeliharaan kesehatan, yang ditonjolkan disini adalah mempertimbangkan untuk menulis suatu resep obat obatan yang tidak begitu perlu yang mungkin terlalu mahal bagi rata-rata sosial ekonomi masyarakat. 2. Kewajiban yang berhubungan dengan standar medis, artinya melakukan tindakan medis menurut suatu ukuran tertentu yang disasarkan pada ilmu medis dan pengalaman. 3. Kewajiban-kewajiban yang berhubungan dengan tujuan ilmu kedokteran, yaitu menyembuhkan dan mencegah penyakit, meringankan penderitaan pasien termasuk mengantar menghadapi akhir hidup. 4. Kewajiban-kewajiban yang berhubungan dengan prinsip keseimbangan. Artinya dokter harus selalu membandingkan tujuan tindakan mediknya dengan resiko dari tindakan tersebut ia harus berusaha mencapai tujuan itu dengan resiko yang terkecil. Universitas Sumatera Utara 5. Kewajiban-kewajiban yang berhubungan dengan hak-hak pasien terutama hak pasien untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang penyakit beserta caraupaya penyembuhannya yang sekaligus menjadi kewajiban dokter berupa memberikan informasi yang akurat tentang penyakit serta acaraupaya penyembuhannya . Dari pendapat Fred Ameln tersebut, diketahui bahwa diluar kewajibannya terhadap pasien, masih ada kewajiban-kewajiban lain bagi dokter yang harus dipenuhinya. Dalam hubungan dokter-pasien, segala caraupaya penyembuhan ini dapat ditegakkan apabila pasienkeluarga pasien mau bekerja sama dengan dokter dalam hal memberikan informasi tentang penyakitnya secara benar dan jelas. Keterangan yang tidak jelas atau menyesatkan seperti menyembunyikan penyakit yang pernah diderita sebelumnya, tidak memberitahukan obat-obatan yang pernah diminum selama ia sakit, dapat dianggap sebagai kesalahan pasien yang dikenal dengan istilah ”Cotributory Negligence” yang artinya ” Pasien turut bersalah” Apabila ia tidak mau melakukan kewajibannya dalam hal ini sampai merupakan penyebab proximate cause dari cideranya, maka ia dianggap contributory negligent. Dalam hal demikian sang dokter tidak bisa dimintai pertanggungjawaban atau ganti rugi karena melakukan malpraktek. Universitas Sumatera Utara Dianggap terdapat ”Contributory negligence” apabila: 1. Pasien tidak mentaati intruksi nasehat dan petunjuk dokternya baik itu mengenai obat yang harus diminumnya dan aturan pemakaiannya, makanan yang berpantang, waktu istirahat dan boleh bekerja; 2. Pasien menolak cara pengobatan yang diusulkan; 3. Pasien tidak sejujurnya memberikan informasi atau memberikan informasi yang tidak akurat atau menyesatkan. Seringkali pada kasus-kasus tertentu, diperlukan penanganan yang benar- benar berdasarkan keadailan, agar tidak ada pihak yang dirugikan. Terdapat pendapat umum, bahwa pasien yang selalu dirugikan, sebab rumah sakitdokter sebagai pakar dalam bidang kesehatan lebih dapat memberikan tangkisan dibandingkan pasien yang dalam masalah ini dapat dikatakan awam. Terdapat juga dampak yang merugikan sipasien bila setiap masalah oleh pasien selalu digugat ke Pengadilan, akan menyebabkan para pemberi jasa pelayanan kesehatan berhati-hati dan enggan melaksanakan tindakan medik yang mempunyai resiko tinggi, sehingga sebenarnya yang dirugikan adalah pasien itu sendiri. Disamping itu timbul pertanyaan, apakah azas kekeluargaan yang berakar kuat dalam masyarakat kita dapat dijadikan dasar untuk ikut campurnya keluarga menentukan nasib dari individu dalam menerima informasi dan memberi persetujuan? Hal ini menjadi masalah, sebab seringkali campur tangan dari keluarga membuat para pemberi jasa pelayanan kesehatan begitu berhati-hatinya, sehingga Universitas Sumatera Utara sekali lagi yang akan dirugikan adalah pasien itu sendiri. Apalagi dalam hal pasien setuju memberikan persetujuan tindakan kedokteran, sedangkan keluarga pasien menolak atau sebaliknya. Pada saat pasien mendatangi dokter untuk meminta bantuan perwatan terhadap keluhan yang diderita maka sejak saat itu telah terjadi hubungan antara dua pihak yang bersifat saling percaya. Mulai saat itu sudah terbina apa yang dimaksud dengan persetujuan tindakan kedokteran, yaitu kedatangan pasien yang berarti ia telah menerima kepercayaan kepada dokter untuk melakukan tindakan terhadap dirinya. Samil RS, 2001. Dengan adanya kepercayaan pasien terhadap dokter untuk melakukan tindakan medis terhadap dirinya maka telah terjadi kesepakatan antara dokter dengan pasien yang disebut dengan kontrak terapeutik atau kontrak perawatan yang dilaksanakan berdasarkan persetujuan tindakan. Walaupun sebenarnya kontrak terapeutik bukanlah kesepakatan persetujuan. Guwandi,J 2003 mengatakan bahwa pengertian kesepakatan persetujuan sering dicampur adukkan dengan pengertian kontrak terapeutik antara dokter dengan pasien atau disebut dengan transaksi terapeutik. Informasi yang diberikan oleh dokter kepada pasien adalah segala sesutau yang menyangkut tindakan bedah yang hendak dilakukan. Misalnya sebelum melakukan operasi, seorang dokter bedah harus menjelaskan kepada pasien tentang : Universitas Sumatera Utara a. Tindakan operasi apa yang hendak dilakukan, seperti tindakan operasi usus buntu, caesar, amputasi, hernia atau lainnya. b. Manfaat jika dilakukan operasi. c. Resiko-resiko apa yang melekat pada operasinya. d. Alternatif lain yang ada bila mungkin ada. e. Apa akibatnya jika tidak dilakukan operasi. Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik Nomor HK.00.06.3.5.1866 tanggal 21 April 1999 tentang Pedoman Persetujuan Tindakan Kedokteran, isi informasi dan penjelasan yang harus diberikan oleh pemberi pelayanan kesehatan kepada pasien adalah sebagai berikut : a. Informasi dan penjelasan tentang tujuan dan prospek keberhasilan tindakan medik yang akan dilakukan. purpose of medical procedures. b. Informasi dan penjelasan tentang tata cara tindakan medis yang akan dilakukan. contempleted medical procedures. c. Informasi dan penjelasan tentang resiko risk inherent in such medical procedures dan komplikasi yang mungkin terjadi. d. Informasi dan penjelasan tentang alternatif tindakan medis lain yagn tersedia dan serta resikonya masing-masing. alternative medical procedures and risk. e. Informasi dan penjelasan tentang prognosis penyakit apabila tindakan medis tersebut dilakukan. prognosis with and without medical procedures. f. Diagnosis. Universitas Sumatera Utara Sedangkan yang berhak memberi persetujuan adalah : a. Pasien sendiri, yaitu apabila pasien telah berumur 21 tahun atau lebih atau telah menikah. b. Bagi pasien dibawah umur 21 tahun, Persetujuan Tindakan Kedokteran atau Penolakan Tindakan Persetujuan Kedokteran diberikan oleh mereka menurut urutan hak sebagai berikut : 1. Ayah Ibu kandung 2. Saudara-saudara kandung c. Bagi pasien dibawah umur 21 tahun dan tidak mempunyai orang tua atau orang tuanya berhalangan hadir, persetujuan tindakan kedokteran atau Penolakan Tindakan Kedokteran diberikan oleh mereka menurut urutan hak sebagai berikut : 1 Ayah Ibu Adopsi 2 Saudara-saudara kandung 3 Wali yang sah. d. Bagi pasien dewasa dengan gangguan mental, persetujuan tindakan kedokteran atau Penolakan Tindakan Kedokteran diberikan oleh mereka menurut urutan hak sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 1 Ayah Ibu kandung 2 Wali yang sah 3saudara-saudara kandung e. Bagi pasien yang berada dibawah pengampunan euratlle Persetujuan Tindakan Kedokteran atau Penolakan Tindakan Kedokteran diberikan menurut urutan hal sebagai berikut : 1 Wali 2 Curator f. Bagi pasien dewasa yang telah menikah orang tua Persetujuan Tindakan Kedokteran atau Penolakan Tindakan Kedokteran diberikan oleh mereka menurut urutan hal tersebut : 1 Suami Istri 2 Ayah Ibu kandung 3 Anak-anak kandung 4 Saudara-saudara kandung Bentuk persetujuan ini akan dituangkan dalam secarik kertas yang sudah diformat sedemikian rupa untuk mempertegas apa yang sudah menjadi persetujuan kedua belah pihak. Jadi semua rencana tindakan dan segala resiko yang mungkin saja dapat terjadi harus dipaparkan dalam kertas perjanjian tersebut untuk mencegah adanya Universitas Sumatera Utara tuntutan pesien kelak dikemudian hari bila terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan harapan pasien.

2.3. Tujuan Pelaksanaan Persetujuan Tindakan Kedokteran