Asas-asas perjanjian PERJANJIAN PADA UMUMNYA Hukum perjanjian diatur dalam buku III KUHPerdata tentang perikatan

Iman Pasu Purba : Tinjauan Yuridis Mengenai Penggunaan Perjanjian Standar Dalam Kontrak Bisnis Waralaba Local Analisa Terhadap Kontrak PT. Ultra Disc Prima Internasional, 2007. USU Repository © 2009 undang-undang. Akibat hukum perjanjian yang dilakukan dengan sebab yang tidak halal adalah perbuatan itu batal demi hukum atau dianggap tidak pernah ada diselenggarakan. Abdul Kadir Muhammad mengatakan : ”Perjanjian yang berkausa tidak halal dilarang undang-undang, misalnya jual-beli ganja, perjanjian membunuh orang. Perjanjian tidak halal yang bertentangan dengan ketertiban umum, misalnya jual beli budak, mengacaukan ajaran agama tertentu. Perjanjian yang berkausa tidak halal bertentangan dengan kesusilaan, misalnya membocorkan rahasia perusahaan.” 32 Hukum perjanjian menganut sistim terbuka contracts vrijheid maksudnya kepada para pihak yang bersangkutan diserahkan kebebasan yang seluas-luasnya untuk mengadakan perjanjian sebagaimana yang dikehendaki para pihak yang hendak membuat suatu perjanjian. Ketentuan ini terdapat pada Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata yang berbunyi bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Kalimat diatas mengandung perngertian yang luas sebabnya tidak membatasi pada Dari uraian diatas jelas bahwa untuk melakukan perjanjian, meskipun para pihak diberi kebebasan, namun kebebasan tersebut tidak terlepas dari norma atau peraturan yang berlaku. Dengan kata lain perjanjian yang dibuat tersebut harus memenuhi unsur atau syarat-syarat sahnya suatu perjanian secara umum sebagaimana diatur Pasal 1320 KUHPerdata. Sedangkan bagaimana bentuknya itu tergantung kepada para pihak yang melakukan perjanjian tersebut.

3. Asas-asas perjanjian

32 Ibid, Hal 8 Iman Pasu Purba : Tinjauan Yuridis Mengenai Penggunaan Perjanjian Standar Dalam Kontrak Bisnis Waralaba Local Analisa Terhadap Kontrak PT. Ultra Disc Prima Internasional, 2007. USU Repository © 2009 perjanjian-perjanjian tertentu. Dengan demikian kita dapat menafsirkan semua itu meliputi segala perjanjian yang berisi apa saja, baik namanya dikenal atau tidak dikenal oleh undang-undang. Sedangkan kebebesan ini berhubungan dengan isi perjanjian yaitu kebebasan untuk menentukan apa dan dengan siapa perjanjian itu dibuat asalkan tidak bertentangan dengan undang-undang. Hukum perjanjian juga menganut asas konsensualisme yang artinya kesepakatan antara para pihak yang melakukan perjanjian. Asas konsensualisme sering diartikan bahwa yang dibutuhkan adalah kesepakatan untuk lahirnya kesepakatan. Perngertian ini tidak tepat karena maksud asas konsensualisme ini adalah bahwa lahirnya kontrak ialah pada saat terjadinya kesepakatan. Hal ini berarti bahwa dengan tercapainya kesepakatan oleh para pihak melahirkan hak dan kewajiban bagi mereka atau biasa juga disebut bahwa kontrak tersebut sudah bersifat obligatoir, yakni melahirkan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi kontrak tersebut. Asas ini tidak berlaku bagi semua jenis kontrak karena asas ini hanya berlaku pada terhadap kontrak konsensual sedangkan terhadap kontrak formal dan kontrak riel tidak berlaku. 33 Didalam hukum perjanjian hal yang sangat perlu diperhatikan adalah adanya itikad baik didalam melahirkan dan melaksanakan perjanjian.Ketentuan Juga dikenal asas mengikatnya kontrak Pacta Sunt Servanda yang maksudnya bahwa setiap orang yang membuat kontrak, dia terikat untuk memenuhi kontrak tersebut karena kontrak tersebut mengandung janji-janji yang harus dipenuhi dan janji terebut mengikat para pihak sebagaimana mengikatnya undang-undang. 33 Ahmadi Miru, Hukum Kontrak dan Perancangan kontrak, Jakarta : Raja Grafindi Persada, 2007, hal 3. Iman Pasu Purba : Tinjauan Yuridis Mengenai Penggunaan Perjanjian Standar Dalam Kontrak Bisnis Waralaba Local Analisa Terhadap Kontrak PT. Ultra Disc Prima Internasional, 2007. USU Repository © 2009 itikad baik ini diatur dalam pasal 1338 ayat 3 bahwa perjanjain harus dilaksanakan dengan itikad baik. Asas ini memberikan peranan yang sangat penting karena dibutuhkan bukan pada saat perlaksaan perjanjian saja, melainkan pada tahap prakontrakpun harus dilakukan dengan itikad baik. Putusan pengadilan Inggris menyatakan bahwa apabila orang memiliki pengetahuan khususahli memberikan keterangan kepada pihak lain dengan maksud mempengaruhi pihak lain supaya menutup perjanjian dengannya, dia wajib berhati-hati bahwa keterangan-keterangannya adalah benar dan dapat dipercaya. Walupun itikad baik para pihak ditekankan pada tahap praperjanjian secara umum itikad baik harus selalu ada pada setiap perjanjian sehingga kepentingan pihak yang satu selau dapat diperhatikan oleh pihak lannya.

4. Penafsiran Perjanjian