Iman Pasu Purba : Tinjauan Yuridis Mengenai Penggunaan Perjanjian Standar Dalam Kontrak Bisnis Waralaba Local Analisa Terhadap Kontrak PT. Ultra Disc Prima Internasional, 2007.
USU Repository © 2009
bahwa penyelenggaraaan waralaba pada dasarnya dilakukan secara bertahap terutama di ibu kota provinsi, misalnya ibu kota kabupatenkota madya Dati
II dan tempat-tempat tertentu lainnya yang memerlukan kehadiran jasa waralaba.
Selanjutnya usaha waralaba juga dihimbau untuk mengutamakan penggunaan barang dan atau bahan hasil produksi dalam negeri sebanyak-
banyaknya sepanjang memenuhi standar mutu barang dan jasa yang disediakan dan atau dijual berdasarkan perjanjian waralaba Pasal 4 ayat
1. Namun, dalam prakteknya faranchisor yang menentukan barang atau bahan-bahan yang harus digunakan franchisee, bahkan sering kali
diperjanjikan bahwa franchisee harus membeli barang atau bahan-bahannya dari franchisor dengan alasan menjaga mutu barang dan reputasi franchisor.
Ketentuan selanjutnya adalah penegasan kan kewajiban franchisor untuk memberi pembinaan, bimbingan dan pelatihan kepada franchisee
Pasal 4 ayat 2.
2. Waralaba Menurut PP No.42 Tahun 2007 Pengaturan waralaba pada PP No.42 Tahun 2007 ini sebenarnya
memiliki kesamaan-kesamaan yang prinsipil didalam melakukan usaha waralaba seperti yang diatur dalam PP No. 16 Tahun 1997, namun ada beberapa hal yang
baru diatur pada PP ini. Walupun demikian ada sedikit perbedaan didalam PP ini. Defenisi waralaba dalam Pasal 1 ayat 1 PP No, 42 Tahun 2007 adalah :
Waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka
memasarkan barang danatau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat
Iman Pasu Purba : Tinjauan Yuridis Mengenai Penggunaan Perjanjian Standar Dalam Kontrak Bisnis Waralaba Local Analisa Terhadap Kontrak PT. Ultra Disc Prima Internasional, 2007.
USU Repository © 2009
dimanfaatkan danatau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba.
Waralaba menurut PP ini secara garis besar sama dengan rumusan pengertian waralaba menurut PP No. 16 Tahun 1997, namun adalah yang sangat
esensi tidak dicantumkan dalam pengertian waralaba tersebut, yaitu tentang pemanfaatan dan atau penggunaan hak kekayaan intelektual. Maksudnya, PP
No.42 Tahun 2007 ini hanya mencantumkan pemamfaatan sistim bisnis dengan cir khas usaha. Bahkan masalah imbalan didalam pemamfaatan sistim bisnis
dengan ciri khas tersebut tidak dicantumkan. Pada Pasal 3 PP No.42 Tahun 2007 ini mengatur kriteria waralaba yang
dapat di waralabakan. Kriteria yang dimaksudkan adalah: a.
memiliki ciri khas usaha; b.
terbukti sudah memberikan keuntungan; c.
memiliki standar atas pelayanan dan barang danatau jasa yang ditawarkan yang dibuat secara tertulis;
d. mudah diajarkan dan diaplikasikan;
e. adanya dukungan yang berkesinambungan; dan
f. Hak Kekayaan Intelektual yang telah terdaftar.
Sama halnya dengan PP No.16 tahun1997, Pasal 4 PP No 42 Tahun 2007 juga menyatakan bahwa perjanjin waralaba dibuat dalam bahasa ini Indonesia dan
terhadapnya berlaku hukum Indonesia. Didalam melakukan perjanjian waralaba lain halnya dengan PP No.16
Tahun 1997, PP No. 42 Tahun 2007 mengatur klusula-klusula yang paling sedikit dimuat dalam perjanjian waralaba. Klusula-klausula tersebut adalah:
a. nama dan alamat para pihak;
Iman Pasu Purba : Tinjauan Yuridis Mengenai Penggunaan Perjanjian Standar Dalam Kontrak Bisnis Waralaba Local Analisa Terhadap Kontrak PT. Ultra Disc Prima Internasional, 2007.
USU Repository © 2009
b. jenis Hak Kekayaan Intelektual;
c. kegiatan usaha;
d. hak dan kewajiban para pihak;
e. bantuan, fasilitas, bimbingan operasional, pelatihan, dan
pemasaran yang diberikan Pemberi Waralaba kepada Penerima Waralaba;
f. wilayah usaha;
g. jangka waktu perjanjian;
h. tata cara pembayaran imbalan;
i. kepemilikan, perubahan kepemilikan, dan hak ahli waris;
j. penyelesaian sengketa; dan
k. tata cara perpanjangan, pengakhiran, dan pemutusan perjanjian.
Pada Pasal 6 ayat 1 dan 2 PP No.42 Tahun klausula pemberian hak bagi Penerima Waralaba untuk menunjuk Penerima Waralaba lain dan harus
memiliki dan melaksanakan sendiri paling sedikit 1 satu tempat usaha Waralaba. Hal yang baru diatur diadalam PP No.42 Tahun 2007 ini adalah
kewajiban yang diberikan kepada pemberi waralaba. Pemberi waralaba diwajibkan harus memberikan prospektus penawaran waralaba kepada colon
penerima warlaba pada saat melakukan penawaran. Prospektus penawaran waralaba memuat paling sedikit mengenai :
a. data identitas Pemberi Waralaba;
b. legalitas usaha Pemberi Waralaba;
c. sejarah kegiatan usahanya;
d. struktur organisasi Pemberi Waralaba;
Iman Pasu Purba : Tinjauan Yuridis Mengenai Penggunaan Perjanjian Standar Dalam Kontrak Bisnis Waralaba Local Analisa Terhadap Kontrak PT. Ultra Disc Prima Internasional, 2007.
USU Repository © 2009
e. laporan keuangan 2 dua tahun terakhir;
f. jumlah tempat usaha;
g. daftar Penerima Waralaba; dan
h. hak dan kewajiban Pemberi Waralaba dan Penerima Waralaba.
Pemberi Waralaba wajib memberikan pembinaan dalam bentuk pelatihan, bimbingan operasional manajemen, pemasaran, penelitian, dan pengembangan
kepada Penerima Waralaba secara berkesinambungan. Dalam hal ini sepertinya PP No 42 Tahun 2007 kurang menegaskan secara rinci yang menjadi kewaiban
dari penerima waralaba. Sehingga Peraturan Pemerintah ini menjadi kontraversial didalam prakteknya.
Peraturan Pemerintah ini sangat mendorong para pihak yang melakukan perjanjian waralaba untuk lebih mengutamakan penggunaan barang danatau jasa
hasil produksi dalam negeri sepanjang memenuhi standar mutu barang danatau jasa yang ditetapkan secara tertulis oleh Pemberi Waralaba dan Pemberi Waralaba
harus bekerjasama dengan pengusaha kecil dan menengah di daerah setempat sebagai Penerima Waralaba atau pemasok barang danatau jasa sepanjang
memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan oleh Pemberi Waralaba. Selain itu, pemberi waralaba wajib mendaftarkan prosfektus penawaran waralaba
sebelum membuat perjanjian waralaba dengan penerima waralaba. Dalam hal tidak melakukan pendaftaran prospektus penawaran oleh pemberi waralaba, maka
akan dikenai sanksi administratif berupa denda paling banyak Rp100.000.000,00 seratus juta rupiah dan untuk pelanggaran terhadap kewajiban pemberi waralaba
dalam hal melakukan pembinaan kepada Penerima Waralaba dikenai sanksi administratif berupa pencabutan Surat Tanda pendaftaran Waralaba setelah
Iman Pasu Purba : Tinjauan Yuridis Mengenai Penggunaan Perjanjian Standar Dalam Kontrak Bisnis Waralaba Local Analisa Terhadap Kontrak PT. Ultra Disc Prima Internasional, 2007.
USU Repository © 2009
diterbitkannya surat peringatan tertulis ketiga. Hal ini juga berlaku bagi penerima waralaba yang tidak melakukan kewajiban untuk mendaftarkan perjanjian
waralaba. Dalam aturan terbaru ini memuat tentang peran pemerintah didalam
pewaralabaan. Pemerintah puasat maupun daerah melakukan pembinaan waralaba. Pembianaan waralaba yang dimaksudkan adalah berupa:
a. pendidikan dan pelatihan Waralaba;
b. rekomendasi untuk memanfaatkan sarana perpasaran;
c. rekomendasi untuk mengikuti pameran Waralaba baik di dalam
negeri dan luar negeri; d.
bantuan konsultasi melalui klinik bisnis; e.
penghargaan kepada Pemberi Waralaba lokal terbaik; danatau f.
bantuan perkuatan permodalan. Selain itu wujud dari peranan pemerintah ini dengan dilakukannya
pengawasan oleh Menteri Perindustrian dan Perdagangan dengan berkordinasi dengan instansi yang terkait.
3. Waralaba Menurut KepMen No.259MPPKep71997 dan KepMen yang baru No. 12M-DAGPER32006