UNSUR TANGUNG JAWAB DALAM KLAUSULA EKSONERASI

Iman Pasu Purba : Tinjauan Yuridis Mengenai Penggunaan Perjanjian Standar Dalam Kontrak Bisnis Waralaba Local Analisa Terhadap Kontrak PT. Ultra Disc Prima Internasional, 2007. USU Repository © 2009 Senada dengan Rijken, Treitel mendefenisikan klausul eksonerasi sebagai “a clause excluding or limiting liability”, yang terjemahannya adalah “sebuah klusula yang meniadakan atau membatasi tanggung jawab”. Lebih lanjut UNIDROIT’94 pada Pasal 7.16, menjelaskan bahwa klusula eksonerasi exemption clause sebagai “a clause which limits or excludes one party’s liability for non-performance or which permits one party to tender performance substantially diffrent from what the other party reasonably expected....” 47 Masalah tanggung jawab dirumuskan dalam syarat-syarat perjanjian. Dalam rumusan tersebut terdapat tanggung jawab yang menjadi beban konsumen dan menjadi beban pengusaha. Apabila ditelaah secara cermat, beban tanggung Yang terjemahannya adalah: “ Suatu klausula yang membatasi atau meniadakan tanggung jawab pihak yang satu terhadap tidak terlaksananya suatu kewajiban atau mengizinkan pihak yang satu untuk menawarkan pelaksanaan suatu kewajiban yang secara substansi berbeda secara akal sehat dari apa yang diharapkan pihak yang satunya...” Klausul eksonerasi ini dapat terjadi atas kehendak satu pihak yang dituangkan dalam perjanjian secara individual atau secara massal. Terhadap perjanjian ynag bersifat massal, lazimnya telah dipersiapkan terlebih dahulu formatnya dan diperbanyak serta dituangkan dalam bentuk formulir yang dinamakan perjanjian baku.

D. UNSUR TANGUNG JAWAB DALAM KLAUSULA EKSONERASI

47 UNIDROIT’94, principles of International Commercial Contracts 1994. Rome : International Institude for the Unfication of Private Law. Article 7.16 Iman Pasu Purba : Tinjauan Yuridis Mengenai Penggunaan Perjanjian Standar Dalam Kontrak Bisnis Waralaba Local Analisa Terhadap Kontrak PT. Ultra Disc Prima Internasional, 2007. USU Repository © 2009 jawab lebih ditonjolkan daripada beban tanggung jawab pengusaha. Bahkan terlintas kesan bahwa pengusaha berusaha supaya bebas dari tanggung jawab. Keadaan tersebut dirumuskan sedemikian rupa dalam syarat-syarat perjanjian, sehingga dalam waktu yang relatif singkat kurang dapat dipahami oleh konsumen ketika membuat perjanjian dengan pengusaha. Syarat yang berisi pembebanan tanggung jawab ini disebut klusula eksonerasi. 48 Dalam suatu perjanjian dapat saja dirumuskan klausula yang eksonerasi karena keadaan memaksa, karena perbuatan para pihak dalam perjanjian. Abdulkadir Muhammad menjelaskan bahwa klausula eksonerasi adalah syarat yang secara khusus membebaskan pengusaha dari tanggung jawab terhadap akibat yang merugikan, yang timbul dari pelaksanaan perjanjian. Klausula eksonerasi dapat berasal dari rumusan pengusaha secara sepihak dapat juga berasal dari rumusan undang-undang. Klusula eksonerasi hanya dapat dilaksanakan dalam pelaksanaan perjanjian dengan itikad baik. Eksonerasi terhadap kerugian yang timbul karena kesengajaan pengusaha adalah bertentangan dengan kesusilaan. Karena itu pengadilan dapat mengesampingkan klausula eksonerasi tersebut. Bagaimanapun juga eksonerasi hanya dapat digunakan jika tidak dilarang undang-undang dan tidak bertentangan dengan kesusilaan, dan jika terjadi sengketa mengenai tanggung jawab tersebut, konsumen dapat mengajukan permohonan kepada pengadilan untuk menguji apakah eksonerasi yang ditetapkan pengusaha itu adalah layak, tidak dilarang oleh undang-undang dan tidak bertentangan dengan kesusilaan. 48 Muhammad, Abdulkadir. Op.Cit. Hal 18. Iman Pasu Purba : Tinjauan Yuridis Mengenai Penggunaan Perjanjian Standar Dalam Kontrak Bisnis Waralaba Local Analisa Terhadap Kontrak PT. Ultra Disc Prima Internasional, 2007. USU Repository © 2009 Perbuatan para pihak tersebut dapat mengenai kepentingan pihak kedua dan pihak ketiga. Dengan demikian ada tiga kemungkinan eksonerasi yang dapat dirumuskan dalam syarat-syarat perjanjian:

a. Eksonerasi karena keadaan memaksa force majeur

Kerugian yang timbul karena keadaan memaksa bukan tangung jawab para pihak, tetapi dalam syarat-syarat perjanjian dapat dibebankan kepada konsumen sehingga pengusaha dibebaskan dari beban tanggung jawab. Misalnya dalam perjanjian jual-beli, barang objek perjanjiannya musnah terbakar bukan karena kesalahan para pihak tetapi dalam hal ini pembeli diwajibkan melunasi harga yang belum dibayar lunas berdasarkan klausula eksonerasi.

b. Eksonerasi karena kesalahan pengusaha yang merugikan pihak

kedua dalam perjanjian; Kerugian yang timbul karena kesalahan pengusaha seharusnya menjadi tanggung jawab pengusaha. Hal ini dapat terjadi karena tidak baik atau lalai melaksanakan prestasi terhadap pihak kedua. Tetapi dalam syarat- syarat perjanjian, kerugian dibebankan kepada konsumen dan pengusaha bebas dari tanggung jawab. Misalnya dalam perjanjian pengangkutan ditentukan bahwa bawaan yang rusak atau hilang buka merupakan tanggung jawab pengangkut.

c. Eksonerasi karena kesalahan pengusaha yang merugikan pihak

ketiga; Kerugian yang timbul karena kesalahan pengusaha seharusnya menjadi tanggung jawab pengusaha, namun dalam syarat-syarat perjanjian, Iman Pasu Purba : Tinjauan Yuridis Mengenai Penggunaan Perjanjian Standar Dalam Kontrak Bisnis Waralaba Local Analisa Terhadap Kontrak PT. Ultra Disc Prima Internasional, 2007. USU Repository © 2009 kerugian yang timbul dibebankan kepada pihak kedua, yang ternyata menjadi beban pihak ketiga. Dalam hal ini pengusaha dibebaskan dari tanggung jawab termasuk juga dari tuntutan pihak ketiga. Selain ketiga hal diatas, dalam hal hubungan pelaku usaha dan konsumen, UUPK pada Bab VI tentang “Tanggung Jawab Pelaku Usaha”, mengatur secara rinci mengenai hal-hal tertentu yang wajib menjadi tanggung jawab dari pengusaha atau pelaku usaha. Iman Pasu Purba : Tinjauan Yuridis Mengenai Penggunaan Perjanjian Standar Dalam Kontrak Bisnis Waralaba Local Analisa Terhadap Kontrak PT. Ultra Disc Prima Internasional, 2007. USU Repository © 2009

BAB IV TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENGGUNAAN PERJANJIAN

STANDAR PADA KONTRAK BISNIS WARALABA LOKAL

A. KESEIMBANGAN KEDUDUKAN PARA PIHAK DALAM KONTRAK BISNIS WARALABA DENGAN MODEL PERJANJIAN STANDAR

Kemampuan untuk menghasilkan suatu bentuk kerjasama yang saling menguntungkan dalam jangka waktu panjang merupakan faktor penting dalam mengimplementasikan konsep bisnis franchise. Suatu bentuk konsep bisnis pemasaran, franchise meiliki ciri konsep bisnis total total business consept yang merupakan kombinasi 4 P : Product, price, place distribution dan promotion. Konsep itu dikemas dalam suatu format bisnis atau paket usaha terpadu yang memilki standar dan mudah ditranferkan, serta dijalankan secara universal dapat diterapkan oleh para calon wira usaha dari beragam kultur diberbagai tempat manca negara khusus dalam sistem franchise yang disebut dengan business format franchise, franchisor tidak hanya menggunakan franchise sebagai sarana pemasaran hasil produksinya, melainkan lebih terfokus pada upaya mentransferkan paket-paket usaha barang jasa tertentu miliknya secara natural. Transfer paket usaha tersebut selanjutnya disertai dengan adanya keharusan bagi franchisor untuk selalu menjaga kelangsungan kerjasama dengan para pemakai paket usaha faranchise karena jika terjadi kegagalan pada usaha franchisee maka pada gilirannya akan dapat menggangu kelangsungan usaha franchisor, atau setidaknya akan dapat menjatuhkan citra nama baik franchisor.