Jumlah calonmahasiswa sesuai dengan rasio dosen biasa dengan mahasiswa yaitu antara 1 : 7 sampai dengan 1 : 12 Permenkes No. 1192 tahun 2004.
2.2.2. Sarana dan prasarana
Setiap pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai,
serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Prasarana meliputi: lahan, jalan masuk kampus, telepon,
faksimile, tempat parkir, kamar kecil, halaman dan taman. Standar sarana prasarana meliputi: 1 pengelolaan, pemanfaatan, pemeliharaan
sarana prasarana; 2 ketersediaan dan kualitas gedung, ruang kuliah, laboratorium, perpustakaan, dll; 3 fasilitas komputer dan pendukung pembelajaran dan penelitian;
4 kesesuaian dan kecukupan sarana dan parasarana; 5 keberlanjutan pengadaan pemeliharaan dan pemanfaatan.
Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai
maksud dan tujuan; misalnya alat laboratorium, media pembelajaran. Prasarana
adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses program studi.
Standar sarana dan prasarana menurut Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1192MENKESPERX2004 tertanggal 19 Oktober 2004, tentang Standar
BangunanGedung Pendidikan Diploma Bidang Kesehatan adalah sebagai berikut:
Erika : Peranan Sumberdaya Institusi Pendidikan Terhadap Mutu Lulusan Akademi Keperawatan Swasta Di Kota Medan Tahun 2008, 2008
USU Repository © 2008
Jumlah kelas dan mahasiswa: 1 : 1 1 kelas untuk 40 orang; rata-rata jumlah AVA yang dimiliki : 3; persentase kesesuaian peralatan laoratorium: 86 -100 ; persentase
kesesuaian jumlah perjenis peralatan laboratorium: 86 – 100. Standar prasarana yaitu a ada jalan masuk ke institusi, b ada penyediaan air bersih, c ada telepon, d
ada faksimile, e ada tempat parkir, f ada kamar kecil, g ada halaman, h ada taman Permenkes No. 1192 tahun 2004.
Tabel 2.2. Standar Sarana dan Prasarana Institusi Pendidikan Akademi Kesehatan No Komponen Jumlah
1. Ruang belajar mengajarkuliah: a.
Ruang kelas 80 m
2
1 ruangan : 1 kelas b.
Toilet mahasiswa 8 m
2
2 ruangan 2 Ruang
Kantor: a.
Ruang pimpinan 12m
2
1 ruangan b. Ruang bagian administrasi dan kemahasiswaan 80m
2
1 ruangan c
. R
uang staf pengajar: 1 ruangan
1. Ruang dosen 100m
2
1 ruangan 2. Toilet dosen 8m
2
2 ruangan
3 Ruang administrasi:
a. Ruang tata usaha
1. Ka. Sub. Bagian Tata Usaha 8m
2
1 ruangan 2. Ruang tamu 6m
2
1 ruangan b. Ruang pantri 8m
2
1 ruangan c. Ruang kepala urusan kepegawaian 6m
2
1 ruangan d. Ruang urusan keuangan:
1. Kepala urusan keuangan 6m
2
1 ruangan 2. Staf keuangan 6m
2
1 ruangan e. Toilet pimpinan dan staf 8m
2
2 ruangan
Erika : Peranan Sumberdaya Institusi Pendidikan Terhadap Mutu Lulusan Akademi Keperawatan Swasta Di Kota Medan Tahun 2008, 2008
USU Repository © 2008
Lanjutan Tabel 2.2 4. Ruang perpustakaan:
a. Ruang baca 80m
2
1 ruangan b.
Ruang pelayanan 6m
2
1 ruangan c. Ruang penyimpanan buku 50m
2
1 ruangan 5
Ruang praktek 100m2 2Ruangan 6
Alat Bantu Belajar Mengajar 1. Media Pembelajaran:
a. Papan tulis hitam dan putih 1: 1 kelas b. Over head projector OHP 1: 1 kelas
c. Slide projector 1 : 1kelas d. Sound system 2 : 1 ps
e. Komputer 2 unit
f. LCD 1 unit
2. Peralatan laboratoriumtindakan harus dikembangkan sesuai cabang ilmu: Laboratorium Dasar, Laboratorium KMB,
Laboratorium Keperawatan Maternitas, Laboratorium Keperawatan Anak, Lab Keperawatan Komutnitas,
Laboratorium Keperawatan Jiwa 8 setsub
kompeten si
3. Buku – buku 5-8 set
Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1192MENKESPERX2004 2.2.3.
Kurikulum akademi keperawatan
Penyelenggaraan pendidikan pada program pendidikan akademi keperawatan mempergunakan kurikulum Nasional Program Akademi Keperawatan yang
ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional Nomor 239U1999 tanggal 04 Oktober 1999. Kurikulum Nasional disusun berlandaskan pada falsafah keperawatan yang
mencakup konsep manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan serta berorientasi pada kaidah-kaidah pendidikan tinggi nasional. Berdasarkan Keputusan Menteri
Erika : Peranan Sumberdaya Institusi Pendidikan Terhadap Mutu Lulusan Akademi Keperawatan Swasta Di Kota Medan Tahun 2008, 2008
USU Repository © 2008
Pendidikan Nasional nomor 232U2000 tentang pedoman penyusunan kurikulum pendidikan tinggi dan penilaian hasil belajar mahasiswa dan Nomor 045U2004
tentang kurikulum inti pendidikan tinggi. Kurikulum meliputi: 1.
Kesesuaian visi, misi, sasaran, dan tujuan pendidikan 2.
Relevansi dengan tuntutan dan kebutuhan stakeholders 3.
Struktur dan isi kurikulum keluasan, kedalaman, koherensi, penataanorganisasi 4.
Kompetensi dan etika lulusan yang diharapkan 5.
Derajat integrasi materi pembelajaran intra dan antar disiplin ilmu 6.
Kurikulum lokal yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang terdekat dan kepentingan internal lembaga
7. Mata kuliah pilihan yang merujuk pada harapan kebutuhan mahasiswa secara
individual kelompok mahasiswa tertentu 8.
Peluang bagi mahasiswa untuk mengembangkan diri melanjutkan studi, mengembangkan pribadi, memperoleh pengetahuan dan pemahaman materi
khusus sesuai dengan bidang studinya, mengembangkan keterampilan yang dapat dialihkan transferable skills, terorientasikan kearah karir, dan pemerolehan
pekerjaan. Menurut Suryosubroto 2005 kurikulum adalah seluruh program kegiatan
dan sumber-sumber yang disediakan untuk mencapai sasaran dan tujuan program studi, termasuk program pembelajaran, sumber-sumber, proses-proses, dan penilaian
hasil belajar. Kurikulum pendidikan keperawatan disusun berdasarkan kerangka konsep yang kokoh yaitu:
Erika : Peranan Sumberdaya Institusi Pendidikan Terhadap Mutu Lulusan Akademi Keperawatan Swasta Di Kota Medan Tahun 2008, 2008
USU Repository © 2008
1. Pengusaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai pendidikan profesional,
pendidikan keperawatan dimasa mendatang akan menumbuh kembangkan mahasiswa melalui kelompok keilmuan body of knowledge dan keterampilan
profesional yang mencakup ketrampilan intelektual, teknikal, ketrampilan komunikasi serta hubungan interpersonal yang diperlukan untuk melakukan
pelayananasuhan keperawaan profesional kapada masyarakat. Hal ini dilakukan dan dicapai secara bertahap dalam lingkungan belajar dengan sarana pendidikan
yang cukup dan relevan dalam masyarakat dan iklim akademik yang menopang pencapaian kompetensi yang akan dicapai.
2. Memecahkan masalah secara ilmiah. Kemampuan memecahkan masalah secara
ilmiah merupakan landasan utama dalam menumbuh kembangkan kemampuan penguasaan proses keperawatan, yaitu metoda utama yang digunakan oleh
seorang perawat profesional dalam melaksanakan asuhan keperawatan dalam penerapan pengalaman belajar klinik PBK dan pengalaman belajar lapangan
PBL. 3.
Sikap, tingkah laku dan kemampuan profesional. Sikap, tingkah laku dan kemampuan profesional yang dijiwai prinsip-prinsip humaniora merupakan
landasan utama pelayanan keperawatan dengan kode etik keperawatan sebagai acuanpedoman. Penumbuhan dan pembinaan berfikir, bersikap, berpandangan
dan bertindak sesuai hakekat profesi keperawatan, merupakan proses panjang, berkelanjutan dalam suatu komunitas profesional dengan lingkungan dan budaya
profesional serta sarat dengan model peran.
Erika : Peranan Sumberdaya Institusi Pendidikan Terhadap Mutu Lulusan Akademi Keperawatan Swasta Di Kota Medan Tahun 2008, 2008
USU Repository © 2008
4. Belajar aktif dan mandiri. Kemampuan dan kemauan belajar aktif dan mandiri
serta mengarahkan belajar sendiri dan belajar berkelanjutan, menuju terbinanya sikap dan kemampuan belajar seumur hidup atau sepanjang hayat, seperti yang
dituntut oleh profesi. Hasil ini dicapai melalui rangkaian pengalaman belajar yang disusun dan dilaksanakan dengan berorientasi kepada kebutuhan manusia student
centre. 5.
Pendidikan dimasyarakat. Sikap dan kemampuan profesional seorang lulusan akademi keperawatan yang dituntut untuk mengabdikan dirinya dimasyarakat dan
memandirikan rakyat untuk hidup sehat, ditumbuhkan dan dibina sepanjang proses pendidikannya melalui berbagai bentuk pengalaman belajar yang
dilaksanakan dan dikembangkan di masyarakat. Kurikulum akademi keperawatan disusun lebih terarah dan dapat memenuhi
tuntutan kebutuhan masyarakat. Lulusan akademi keperawatan diharapkan kompeten dalam mengatasi berbagai masalah yang dihadapi dan melaksanakan peran serta
tanggung jawabnya sesuai tuntutan profesi keperawatan.
2.2.3.1. Kompetensi akademi keperawatan Awal mula dari kurikulum berbasis kompetensi ini adalah kurikulum yang
dikembangkan oleh Depdiknas sebagai wewenang dan tugasnya. Kurikulum ini dinyatakan untuk menggantikan kurikulum 1994 atau kurkulum berbasis pencapaian
tujuan objective based curiculum. Kurikulum berbasis kompetensi ini dirancang sejak tahun 2000, dan tahun 2004 mulai diterapkan. Jadi kurikulum 2004 inilah yang
Erika : Peranan Sumberdaya Institusi Pendidikan Terhadap Mutu Lulusan Akademi Keperawatan Swasta Di Kota Medan Tahun 2008, 2008
USU Repository © 2008
disebut kurikulum berbasis kompetensi. Kompetensi adalah sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai seseorang yang telah menjadi bagian
dari dirinya, sehingga dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor dengan sebaik-baiknya.
Arah dan pedoman belajar yang jelas ada dalam kurikulum. Bila ingin menigkatkan mutu atau kualitas sumberdaya manusia, maka terlebih dahulu
meningkatkan mutu institusi pendidikan. Sementara untuk meningkatkan mutu pendidikan membutuhkan arah dan pedoman belajar. Akademi keperawatan
mempunyai 23 kompetensi yang harus diselesaikan dalam 6 semester. Mahasiswa akademi keperawatan dikatakan lulus pendidikan atau tamat pendidikan apabila telah
menyelesaikan ke 23 kompetensi ini.
2.2.3.2. Standar Isi. Standar isi mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai tingkat kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan. Standar ini
memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan akademik. Kedalaman muatan kurikulum
pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi pada setiap tingkat danatau semester sesuai dengan standar nasional pendidikan. Kedalaman muatan
kurikulum dikembangkan oleh badan standarisasi nasional pendidikan BSNP dan ditetapkan oleh peraturan menteri.
Kompetensi terdiri dari standar kompetensi dan kompetensi dasar. Kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan tinggi dikembangkan oleh perguruan tinggi
Erika : Peranan Sumberdaya Institusi Pendidikan Terhadap Mutu Lulusan Akademi Keperawatan Swasta Di Kota Medan Tahun 2008, 2008
USU Repository © 2008
yang bersangkutan untuk setiap program studi. Kurikulum tingkat satuan pendidikan wajib memuat mata kuliah pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa
indonesia dan bahasa inggris. Kurikulum untuk tingkat satuan pendidikan untuk setiap program studi dikembangkan dan ditetapkan oleh masing-masing perguruan
tinggi dengan mengacu pada standar nasional pendidikan. Kurikulum yang sederajat atau bentuk lain dapat dimasukkan pada pendidikan
berbasis keunggulan lokal. Keunggulan lokal ini dapat merupakan bagian dari pendidikan kelompok mata kuliah pada pendidikan tersebut. Kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai pendidikan tertentu. Kerangka dasar kurikulum adalah rambu-rambu yang ditetapkan dalam
peraturan pemerintah untuk dijadikan pedoman dalam penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya pada setiap satuan pendidikan. Kurikulum tingkat
satuan pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan dimasing-masing satuan pendidikan.
2.2.3.3. Proses pembelajaran. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan tempat dan situasi yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis mahasiswa. Setiap satuan pendidikan melakukan
Erika : Peranan Sumberdaya Institusi Pendidikan Terhadap Mutu Lulusan Akademi Keperawatan Swasta Di Kota Medan Tahun 2008, 2008
USU Repository © 2008
perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran.
Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sukurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar,
metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Pelaksanaan proses pembelajaran harus memperhatikan jumlah maksimal peserta didik per kelas dan
beban mengajar maksimal per pendidik PP No. 19 tahun 2005. Menurut Tilaar 2004 yang mengutip pendapat Don Tapscott ada 3 tiga
unsur proses belajar yang asing di dalam budaya lama, yaitu: interaktif, partisipasi, dan diskursus. Budaya interaktif memerlukan suatu proses belajar-mengajar yang
baru, oleh karena peserta yang belajar atau pembelajar bukan bersifat pasif tetapi aktif. Si pembelajar berinteraksi dengan sesama, dengan para pakar baik secara
langsung maupun melalui karya-karya dengan menggunakan internet. Didalam proses interaktif tersebut maka si pembelajar adalah seorang partisipan dan bukan seorang
boneka yang sekadar hanya menerima segala sesuatu yang dituangkan kedalamnya. Demikian pula di dalam proses interaktif tersebut, si pembelajar bukanlah pasif tetapi
secara aktif mengadakan diskursus mengenai segala hal yang ditemukan di dalam pengembaraannya dalam dunia maya tanpa batas.
Proses pembelajaran tentu meminta sosok seorang teman mitra belajar dan sarana belajar yang berbeda. Sarana belajar tidak terbatas hanya di dalam kelas,
”school without walls”, dan juga tidak tergantung pada seorang dosen karena dosen
sekadar hanya sebagai fasilitator, juga tidak terbatas pada buku-buku teks, atau buku-
Erika : Peranan Sumberdaya Institusi Pendidikan Terhadap Mutu Lulusan Akademi Keperawatan Swasta Di Kota Medan Tahun 2008, 2008
USU Repository © 2008
buku perpustakaan, karena informasi dapat diketahui dan dianalisis dari berbagai sumber. Yang diperlukan adalah kemampuan daya analisis.
Duncan Grey mengatakan yang dikutip oleh Tilaar 2002, bahwa diperlukan satu generasi dosen untuk dapat mengadopsi dan beradaptasi dengan proses
pembelajaran yang baru. Di dalam kebudayaan global dengan teknologi informasi yang berkembang sangat cepat telah muncul generasi muda atau n-generation dengan
sikap yang berlainan dengan sikap generasi tua. Bagi generasi tua, informasi dan ilmu pengetahuan yang dimilikinya sangat terbatas serta diperoleh dengan cara yang
tradisional, lambat, kurang up-to-date, dan sangat terbatas serta tertutup. TIK dalam proses belajar mengajar, mengatasi batas-batas waktu dan tempat.
Oleh sebab itu peran dosen dan mahasiswa perlu diredefinisikan. Dosen bukan lagi sebagai instruktur tetapi seorang fasilitator yang membawa peserta didik membuka
jendela-jendela ilmu pengetahuan yang terbuka tanpa batas. Didalam kaitan ini redefinisi peran dosen menjadi mutlak. Dosen tetap ada dan penting, profesi dosen
tetap ada dan tidak dapat diganti oleh komputer. Namun peranannya berubah menjadi fasilitator. Dengan adanya TIK maka proses belajar-mengajar bukan hanya
mengembangkan kemampuan kognitif mesikipun ini sangat menonjol, tetapi juga mengembangkan berbagai potensi intelegensi, termasuk intelegensi budaya culture
intelligence. Proses pembelajaran adalah sarana dan cara bagaimana suatu generasi belajar,
atau dengan kata lain bagaimana sarana belajar itu secara efektif digunakan. Proses
Erika : Peranan Sumberdaya Institusi Pendidikan Terhadap Mutu Lulusan Akademi Keperawatan Swasta Di Kota Medan Tahun 2008, 2008
USU Repository © 2008
belajar adalah cara bagaimana para pelajar itu memiliki dan mengakses isi pelajaran itu sendiri.
Dalam proses belajar mengajar, pada awal proses sudah tentu diperlukan bimbingan pendidik dalam arti tradisional, namun demikian bimbingan tersebut
semakin lama semakin menghilang dan berubah menjadi seorang fasilitator yang membuka jalan bagi peserta didik untuk mengembara roaming secara mandiri
dalam dunia informasi yang tanpa tepi. Proses belajar itu tentunya akan berubah karena tidak didikte lagi oleh para pendidik yang tradisional tetapi peserta didik
semakin cepat untuk dapat berdiri sendiri.
Tabel 2.3. Proses Belajar Interaktif
Proses Belajar Mandiri Proses Belajar Interaktif
1. Dosen sebagai pembaca berita 1. Dosen sebagai fasilitator
2. Sekolah sebagai penyiksa 2. Sekolah sebagai pusat
untuk bergembira 3. Satu ukuran untuk semua
3. Sesuai dengan pelanggan customize
4. Belajar disekolah 4. Belajar seumur hidup
5. Belajar menyerap bahan pelajaran 5. Belajar bagaimana belajar
6. Dosen sebagai pusat 6. Peserta didik sebagai pusat
7. Instruksi 7. Konstruksi, menemukan
8. Linier,berurutan sequentialserial 8. Belajar melalui hiper
media Sumber: Tilaar, 2004
Erika : Peranan Sumberdaya Institusi Pendidikan Terhadap Mutu Lulusan Akademi Keperawatan Swasta Di Kota Medan Tahun 2008, 2008
USU Repository © 2008
Pada fase permulaan, peserta didik akan dibimbing untuk dapat menemukan jalannya sendiri. Didalam proses belajar inilah akan muncul sekolah atau kampus-
tanpa-dinding school without walls. Didalam kaitan ini proses belajar oleh Don Tapscott disebut sebagai broadcast learning akan diganti dengan interaktive learning
sebagaimana yang tercantum dalam tabel 2.3. Perkembangan tuntutan kebutuhan masyarakat, kemajuan IPTEK dan
pembangunan dibidang kesehatan sekarang dan yang akan datang yang dituangkan dalam pendidikan untuk dapat memberikan perkembangan dan pembinaan yang
mengacu pada landasan utama pelayananasuhan keperawtan profesional, maka berbagai bentuk pengalaman belajar dilaksanakan melalui kurikulum pendidikan
akademi keperawatan. Pengalaman belajar tersebut adalah sebagai berikut: 1.
Pengalaman Belajar Teori. Pengalaman belajar tiori yang memungkinkan peserta didik mengikuti dan menguasai ilmu dan kiat keperawatan, sehingga dapat
ditumbuhkan dan dibina kemampuan peserta didik untuk melaksanakan asuhan keperawatan profesional. Belajar teori harus didukung oleh sarana prasarana yang
lengkap guna menunjang situasi dan kondisi belajar. Prestasi belajar atau student achievement mahasiswa pada umumnya dihubungkan
dengan kemungkinan prestasi kerja yang nantinya akan dicapai setelah mereka memasuki dunia kerja. Oleh karena itu sering kali diprediksi bahwa mahasiswa
yang memiliki prestasi belajar yang tinggi, akan memiliki prestasi kerja yang tinggi pula. Namun demikian bagi seorang profesional, prestasi hasil belajar yang
tinggi saja tidak cukup. Faktor psikologis lain seperti kematangan atau emotional
Erika : Peranan Sumberdaya Institusi Pendidikan Terhadap Mutu Lulusan Akademi Keperawatan Swasta Di Kota Medan Tahun 2008, 2008
USU Repository © 2008
intelligence menurut istilah Goleman 1999 dan lingkungan manajemen dunia kerjanya memiliki peranan yang lebih besar terhadap keberhasilan seseorang
Widodo, 1999. 2.
Belajar di Laboratorium . Mengajar melalui tatap muka adalah yang paling umum dan telah dikenal dengan baik; melalui persiapan SAP, materi mengajar, metode
mengajar, penekanan, tanya jawab dan diskusi hingga presentasi materi yang dapat dilihat dalam dua dan tiga dimensi serta pencatatan.
Mahasiswa belajar dalam tatap muka; mendengar melalui telinga, mendengar kemudian lupa. Bila diceritakan lagi akan tertarik. Dan bila melihat akan diingat
apabila ditunjukkan dengan jelas. Tetapi banyak pengetahuan harus dipahami dan dapat diimplementasikan, oleh sebab itu proses belajar ”learning by doing” atau
belajar dilaboratorium dan pelaksanaan tugas-tugas projek atau praktikum akan memberi hasil lebih yaitu: bila dilakukan sendiri, maka akan tahu dan dipahami.
3. Praktek Belajar Klinik PBK dan Praktek Belajar Lapangan PBL. Melalui
pengalaman belajar dalam tatanan nyata dimasyarakat, khususnya dalam tatanan pelayanan kesehatan terutama dalam pengalaman belajar klinik PBK di Rumah
Sakit, Puskesmas, Klinik Bersalin dan pengalaman belajar lapangan PBL di desa binaan, mahasiswa mendapat kesempatan untuk berlatih bekerja di
masyarakat melakukan sosialisasi profesional, mengambil keputusan klinik, lebih peka dan mampu mengidentifikasi dan memecahkan berbagai masalah kesehatan,
keperawatan yang dihadapi masyarakat dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan
Erika : Peranan Sumberdaya Institusi Pendidikan Terhadap Mutu Lulusan Akademi Keperawatan Swasta Di Kota Medan Tahun 2008, 2008
USU Repository © 2008
dan teknologi dalam bidang keperawatan, serta memanfaatkan berbagai sumber dan kemampuan yang ada dimasyarakat.
Melalui praktek lapangan mahasiswa akademi keperawatan dapat menerapkan prinsip-prinsip belajar pada situasi nyata melalui interaksi
dengan klien atau keluarga dan anggota tim kesehatan lainnya. Pengembangan keterampilan di dalam bidang keperawatan juga di peroleh
dan diperkuat dengan pemberian bimbingan supervisi dari CI clinical instructre pendidikan yang bekerjasama dengan CI clinikal structure
Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik Bersalin dan juga perangkat desa selama proses praktek lapangan berlangsung.
2.3. Pembiayaan