Peranan Sumberdaya Institusi Pendidikan Terhadap Mutu Lulusan Akademi Keperawatan Swasta Di Kota Medan Tahun 2008

(1)

PERANAN SUMBERDAYA INSTITUSI PENDIDIKAN

TERHADAP MUTU LULUSAN AKADEMI

KEPERAWATAN SWASTA DI KOTA

MEDAN TAHUN 2008

TESIS

Oleh

ERIKA

067012008/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(2)

PERANAN SUMBERDAYA INSTITUSI PENDIDIKAN

TERHADAP MUTU LULUSAN AKADEMI

KEPERAWATAN SWASTA DI KOTA

MEDAN TAHUN 2008

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

ERIKA

067012008/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(3)

Judul Tesis : PERANAN SUMBERDAYA INSTITUSI

PENDIDIKAN TERHADAP MUTU LULUSAN

AKADEMI KEPERAWATAN SWASTA DI KOTA MEDAN TAHUN 2008

Nama Mahasiswa : Erika

Nomor Pokok : 067012008

Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Konsentrasi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. dr. Aman Nasution, MPH) (dr. Ria Masniari Lubis, MSi) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Dr. Drs. Surya Utama, MS) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B MSc)


(4)

Telah diuji

Pada Tanggal : 22 Desember 2008

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Aman Nasution, MPH

Anggota : 1. dr. Ria Masniari Lubis, Msi 2. Dr. Ir. Sri Fajar Ayu, MM 3. dr. Fauzi, SKM


(5)

PERNYATAAN

PERANAN SUMBERDAYA INSTITUSI PENDIDIKAN TERHADAP MUTU LULUSAN AKADEMI KEPERAWATAN SWASTA DI KOTA

MEDAN TAHUN 2008

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 16 Agustus 2008


(6)

ABSTRAK

Rendahnya kualitas pendidikan akademi keperawatan merupakan suatu hambatan untuk menghasilkan lulusan yang bermutu. Mutu lulusan akademi keperawatan masih rendah, dilihat dari indikator kalah bersaing perawat Indonesia jika dibandingkan dengan perawat Negara lain. Mutu institusi pendidikan merupakan salah satu elemen yang memberi kontribusi terhadap kondisi tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peranan sumberdaya institusi pendidikan (sumberdaya manusia tetap, sarana, prasarana, kurikulum, pembiayaan, dan manajemen) terhadap mutu lulusan pendidikan akademi keperawatan swasta di Kota Medan tahun 2008.

Penelitian ini bersifat deskriptif yang dilakukan pada setiap institusi pendidikan akademi keperawatan swasta di Kota Medan yang terdiri dari 15 institusi. Seluruh institusi pendidikan tersebut dijadikan sampel. Data institusi pendidikan dikumpulkan melalui dokumen, observasi, dan wawancara. Sampel mahasiswa institusi diambil secara proporsional sebanyak 89 orang dari 808 orang mahasiswa semester akhir tahun ajaran 2007/2008, sedangkan data mahasiswanya dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan ujian akhir program tahun 2008. Analisis data menggunakan uji Kruskal-Wallis dan uji Mann-Whitney U.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumberdaya institusi pendidikan dan semua unsur-unsur dari sumberdaya institusi pendidikan (sumberdaya manusia, sarana, prasarana, kurikulum, pembiayaan, dan manajemen) mempunyai peranan dalam mempengaruhi mutu lulusan.

Disarankan perlu adanya pengawasan yang ketat dalam hal kebutuhan sumberdaya dan operasional pendidikan dari Kopertis Wilayah I dan Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara terhadap pendidikan akademi keperawatan di Kota Medan, dan perhatian dari Direktur Akademi Keperawatan untuk meningkatkan sumberdaya institusi pendidikan agar dapat meningkatkan mutu lulusannya.

Kata kunci: sumberdaya, mutu lulusan


(7)

ABSTRACT

The low quality of nursing academy is a constrain to produce qualified graduates. In Indonesia the graduates’ quality of nursing academy still low, it seems from the indicator that Indonesian nurses lose the competition with the nurses from the other country. The institutions’ quality is one of the elements that give constribution to that condition.

This research aim to analyze the role of the educational institution resources (human resources, facilities, infrastructure, curriculum, financing, and management) to the graduates quality of private educational institution of nursing academy in Medan in 2008.

This descriptive research was conducted in 15 private educational institution of nursing in Medan. All of the institutions are samples. The data is collected from document, observation and interview. To get the information about the students’ knowledge, skill, and attitude, through proportional sampling technique, 89 of the 808 third years students were selected to be interviewed. Analyses data used Kruskal-Wallis test and Mann-Whitney U test.

The research result shows that resources and all of elements (human resources, facilities, infrastructure, curriculum, financing and management) owned by the educational institution of nursing have role in influencing the graduates quality.

High Education and Health Services of North Sumatera Province are suggested to strictly control on the resources need and education operational need to the educational institution of nursing in Medan, and the director of the institution need to pay more attention and improve the quality of their human resources that the quality of the graduates can be improved.


(8)

KATA PENGANTAR

Puja dan puji penulis sampaikan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnyalah penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang berjudul “Pengaruh Sumberdaya Institusi Terhadap Mutu Lulusan Akademi Keperawatan Swasta di Kota Medan”. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dari segi isi maupun bahasannya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun demi menyempurnakan tesis ini.

Dalam penyelesaian tesis ini penulis banyak mengalami kesulitan akan tetapi berkat bantuan yang berharga dari berbagai pihak maka penulis dapat menyelesaikan tesis ini sebagaimana mestinya. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc sebagai Direktur SPs USU

2. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS sebagai Ketua Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

3. Ibu Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, MSi sebagai Sekretaris Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.

4. Bapak Prof. dr. Aman Nasution, MPH sebagai Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak mengarahkan penulis dalam pembuatan tesis ini.


(9)

5. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi sebagai pembimbing yang telah banyak membantu penulis dalam metodologi dan pengolahan data sampai selesainya pembuatan tesis ini.

6. Ibu. Dr. Ir. Sri Fajar Ayu, MM sebagai penguji yang telah banyak memberikan masukan dan kritik demi perbaikan tesis ini.

7. Bapak dr. Fauzi, SKM sebagai penguji yang telah banyak memberikan masukan dan saran demi perbaikan dan penyempurnaan tesis ini.

8. Kepada seluruh Staff SPs USU Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.

9. Kepada suami dan anak tercinta serta keluarga yang telah banyak memberikan dukungan dan bantuan moril dan materi dalam penyelesaian pembuatan tesis ini.

10.Dan seluruh teman – teman yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan tesis ini.

Semoga tesis ini ada manfaatnya bagi semua pembaca terutama bagi penulis sendiri serta yang membutuhkannya, serta bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan pemecahan masalah praktis pada manajemen pendidikan.

Medan, 16 Agustus 2008 Penulis


(10)

RIWAYAT HIDUP

Erika, lahir di Sidikalang tanggal 15 Agustus 19963, anak pertama dari 7 (tujuh) bersaudara dari bapak J. Pasaribu (Alm) dan Ibu B. Simbolon. Menikah dengan Irzal Koto tahun 1989, telah dikaruniai 2 (dua) orang anak yaitu Wina Viqa Sari dan Rahma Fridayana Fitri.

Menamatkan sekolah dari SD Negri I Pekan Gebang Kabupaten Langkat Sumatera Utara tahun 1977, SMP Swasta Simpang Kolam Gebang Kabupaten Langkat Sumatera Utara tahun 1980, SMA Widiyasana Medan Sumatera Utara tahun 1983, Akademi Keperawatan Darma Agung Medan Sumatera Utara Tahun 1988,

Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Tahun 2001, Fakultas Keperawatan Prima Indonesia tahun 2007, Dan saat ini sedang menyelesaikan pendidikan Magister Administrasi dan Kebijakan Kesehatan di sekolah Pascasarjana USU.

Bekerja di RS Herna Medan sebagai Perawat Ruangan dari tahun 1988 – 1991, di RS Haji Mina Medan sebagai Perawat ICCU/ICU dari tahun 1992 – 2002, di Akademi Keperawatan Harapan Mama sebagai Dosen dan Pengabdian Kepada Masyarakat tahun 1989 – 2002, di Akademi Keperawatan Indah Medan sebagai Direktur untuk periode 2002 – 2007.


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB. I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Hipotesis Penelitian ... 9

1.5. Manfaat Penelitian ... 10

BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1. Pendidikan ... ... 11

2.1.1. Pendidikan akademi keperawatan ... 13

2.1.2. Peran institusi pendidikan akademi keperawatan ... 15

2.2. Sumberdaya Institusi Pendidikan Akademi Keperawatan... 16

2.2.1. Sumberdaya manusia (human resources)... 17

2.2.2. Sarana dan prasarana ………... 21

2.2.3. Kurikulum akademi keperawatan ... 23

2.2.3.1. Kompetensi akademi keperawatan ………... 26

2.2.3.2. Standar isi ………... 27

2.2.3.3. Proses pembelajaran ... ... 28

2.3. Pembiayaan ……… ... 34

2.4. Manajemen Pendidikan ……… 35

2.4.1. Fungsi manajemen institusí pendidikan ………. 39

2.4.2. Manajemen berdasarkan sasaran ……… 40

2.4.3. Stándar pelaksanaan ………... 44

2.5. Mutu ... ... 44

2.5.1. Cara pengukuran mutu ... ... 46

2.5.2. Mutu pendidikan ... 46

2.5.3. Mutu lulusan ……….……….. 49

2.5.4. Standar kompetensi lulusan ... 51

2.5.5. Penilaian pencapaian kompetensi ... 53


(12)

2.6. Landasan Teori ... ... 58

2.7. Kerangka Konsep ... 68

BAB. III. METODE PENELITIAN ... 69

3.1. Jenis Penelitian ... 69

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ... 69

3.2.1.Lokasi Penelitian ... 69

3.2.2. Waktu Penelitian ... 70

3.3. Populasi dan Sampel ……….………... 70

3.4. Metode Pengumpulan Data ……… .………....… 72

3.4.1. Uji Validitas ... 73

3.4.2. Uji Reliabilitas ………. 73

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ...………...…. 76

3.5.1. Variabel yang akan diamati ... 76

3.5.2. Definisi operasional ... 76

3.6. Metode Pengukuran Data ... 78

3.7. Metode Analisis Data ...………...…... 81

BAB. IV. HASIL PENELITIAN ... 82

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 82

4.1.1. Akademi Keperawatan Prima Medan ... 84

4.1.2. Akademi Keperawatan Imelda Medan ... 85

4.1.3. Akademi Keperawatan Darma Agung Medan ... 86

4.1.4. Akademi Keperawatan Herna Medan ... 86

4.1.5. Akademi Keperawatan RS Santa Elisabeth Medan... 87

4.1.6. Akademi Keperawatan Flora Medan... 88

4.1.7. Akademi Keperawatan Yayasan RSU Dr. Rusdi Medan.. 89

4.1.8. Akademi Keperawatan Yayasan Binalita Sudama Medan 90 4.1.9. Akademi Keperawatan Indah Medan ... 90

4.1.10. Akademi Keperawatan Yayasan RSU Haji Medan... 91

4.1.11. Akademi Keperawatan Darmo Medan ... 92

4.1.12. Akademi Keperawatan Malahayati Medan ... 92

4.1.13. Akademi Keperawatan Dewi Maya Medan ... 93

4.1.14. Akademi Keperawatan Wira Husada Medan ... 93

4.1.15. Akademi Keperawatan Sari Mutiara Medan ... 94

4.2. Sumberdaya Institusi Pendidikan Akademi Keperawatan Swasta di Kota Medan ... 96

4.2.1. Sumberdaya manusia tetap institusi pendidikan akademi keperawatan swasta di Kota Medan ... 102

4.2.2. Sarana institusi pendidikan akademi keperawatan swasta di Kota Medan ... 103

4.2.3. Prasarana institusi pendidikan akademi keperawatan swasta di Kota Medan ... 104


(13)

4.2.4. Kurikulum institusi pendidikan akademi keperawatan

swasta di Kota Medan ... 105 4.2.5. Pembiayaan institusi pendidikan akademi keperawatan

swasta di Kota Medan ... 106 4.2.6. Manajemen institusi pendidikan akademi keperawatan

swasta di Kota Medan ... 107 4.3. Mutu Lulusan Akademi Keperawatan Swasta di Kota Medan ... 108 4.4. Peranan Sumberdaya Institusi Terhadap Mutu Lulusan ... 110 4.4.1. Peranan sumberdaya manusia tetap institusi pendidikan

akademi keperawatan ……..……… 111 4.4.2. Peranan sarana institusi pendidikan akademi keperawatan . 112 4.4.3. Peranan prasarana institusi pendidikan akademi

keperawatan ... 113 4.4.4. Peranan kurikulum institusi pendidikan akademi

keperawatan ... 114 4.4.5. Peranan pembiayaan institusi pendidikan akademi

keperawatan ... 115 4.4.6. Peranan manajemen institusi pendidikan akademi

keperawatan ... 116 4.4.7. Peranan sumberdaya institusi pendidikan akademi

keperawatan ... 117

BAB. V. PEMBAHASAN ... 118 5.1. Sumberdaya Institusi Pendidikan Akademi Keperawatan Swasta

Di Kota Medan ... 118 5.1. 1. Peranan sumberdaya manusia tetap institusi pendidikan

terhadap mutu lulusan ... 121 5.1.2. Peranan sarana institusi pendidikan akademi keperawatan

terhadap mutu lulusan ... 124 5.1.3. Peranan prasarana institusi pendidikan terhadap mutu

lulusan ... 125 5.1.4. Peranan kurikulum institusi pendidikan terhadap mutu

lulusan ... 126 5.1.5. Peranan pembiayaan institusi pendidikan terhadap muttu

lulusan ... 128 5.1.6. Peranan manajemen institusi pendidikan terhadap mutu

lulusan ... 129 5.2. Peranan Sumberdaya Institusi Pendidikan Akademi


(14)

BAB. VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 133

6.1. Kesimpulan ... 133

6.2. Saran ... 136


(15)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

2.1. Standar Sumberdaya Manusia Institusi Pendidikan Akademi Kesehatan 20

2.2. Standar Sarana dan Prasarana Institusi Pendidikan Akademi Kesehatan 22

2.3. Proses Belajar Inter Aktif ... ... 31

2.4. Standar Sumberdaya Pendidikan ... 65

3.1. Besar Sampel Mahasiswa Institusi Pendidikan Akademi Keperawatan .. 72

3.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 74

3.3. Pengukuran Terhadap Variabel Independen ... 79

3.4. Pengukuran Terhadap Variabel Dependen ... 80

4.1. Luas Wilayah, Jumlah Kecamatan, Jumlah Desa, Jumlah Penduduk, dan Jumlah Rumah Tangga (KK) Kota Medan ... 83

4.2. Distribusi Jumlah Mahasiswa Berdasarkan Institusi Pendidikan Akademi Keperawatan Swasta di Kota Medan tahun 2008 ... 95

4.3. Distribusi Kualifikasi Pendidikan Pimpinan Akademi Keperawatan Swasta di Kota Medan 2008 ... 96

4.4. Distribusi Pengetahuan Pimpinan Terhadap Penjabaran Strategi ... 97

4.5. Distribusi Kualifikasi Pendidikan Dosen tetap Institusi Pendidikan Akademi Keperawatan swasta di Kota Medan Tahun 2008 ... 97

4.6. Distribusi Tenaga Laboratorium Berdasarkan Institusi Pendidikan Akademi Keperawatan Swasta di kota Medan Tahun 2008 ... 98

4.7. Distribusi Tenaga Penunjang Berdasarkan Institusi Pendidikan Akademi Keperawatan Swasta di Kota Medan Tahun 2008 ... 99

4.8. Distribusi Sumberdaya Institusi Pendidikan Akademi Keperawatan Swasta di Kota Medan Tahun 2008 ... 100


(16)

4.9. Kelompok Institusi Pendidikan Akademi Keperawatan Swasta di Kota

Medan Berdasarkan Sumberdaya ... 101 4.10. Kelompok Institusi Pendidikan Akademi Keperawatan Swasta di Kota

Medan Berdasarkan Sumberdaya Manusia Tetap ... 102 4.11. Kelompok Institusi Pendidikan Akademi Keperawatan Swasta di Kota

Berdasarkan Sarana ... 103 4.12. Kelompok Institusi Pendidikan Akademi Keperawatan Swasta di Kota

Medan Berdasarkan Prasarana ... 104 4.13. Kelompok Institusi Pendidikan Akademi Keperawatan Swasta di Kota

Medan Berdasarkan Kurikulum ... 105 4.14. Kelompok Institusi Pendidikan Akademi Keperawatan Swasta

di Kota Medan Berdasarkan Pembiayaan ... 106 4.15. Kelompok Institusi Pendidikan Akademi Keperawatan Swasta di Kota

Medan Berdasarkan Manajemen ... 107 4.16. Distribusi Nilai Mahasiswa Ujian Akhir Program Akademi Keperawatan Swasta Di Kota Medan Tahun 2008 ... 108 4.17. Hasil Uji Kruskal-Wallis dan Mann-Whitney U Sumberdaya Institusi


(17)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1. Hubungan Antara Organisasi, Administrasi dan Manajemen Pendidikan 36

2.2. Bentuk Penilaian Pengetahuan ...……… 54

2.3. Bentuk Penilaian Keterampilan ...…... 55

2.4. Bentuk Penilaian Sikap/perilaku ...………….… 57

2.5. Analisis Sistemik Mengenai Komponen Evaluasi-Diri ... 60

2.6. Kerangka Pikir Pengukuran Mutu ... 66

2.7. Determinan yang Mempengaruhi Mutu Struktur Organisasi ... 67


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Jadwal Penelitian ... 144

2. Kuesioner ………... 145

3. Format Penilaian Pencapaian Kompetensi Akademi Keperawatan ... 155

4. Distribusi Tenaga Penunjang Berdasarkan Institusi ... 158

5. Kualifikasi Pimpinan Akademi Keperawatan Swasta di Kota Medan .. 160

6. Rekapitulasi Suberdaya ………. 162

7. Rekapitulasi Nilai Mahasiswa ... 166

8. Hasil Uji Kruskal-Wallis dan uji Mann-Whitney U ………... 170

9. Surat Penelitian ………. 177


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kehidupan dan perkembangan akademik diperguruan tinggi tidak terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni serta tuntutan dari masyarakat seiring dengan meningkatnya kualitas kehidupan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cepat telah memunculkan tuntutan baru dalam segala aspek kehidupan termasuk dalam sistem pendidikan dan mutu lulusannya.

Menurut pendapat Tilaar (2004), dapat disimpulkan bahwa tuntutan tersebut menyangkut pembaharuan sistem pendidikan, diantaranya pembaharuan kurikulum, penyusunan standar kompetensi tamatan/lulusan yang berlaku secara nasional serta daerah menyesuaikan dengan kondisi setempat, agar mutu lulusan perguruan tinggi sesuai dengan standar.

Sesuai dengan SK Menteri Pendidikan Nasional 232/U/2000 tentang pedoman penyesuaian kurikulum dan penilaian hasil belajar mahasiswa dan SK Menteri Pendidikan Nasional 045/U/2002 tentang persentase kurikulum inti dan kurikulum institusional, perguruan tinggi dituntut untuk menggunakan kurikulum yang berbasis kompetensi, tujuannya adalah agar perguruan tinggi dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas, kompeten bagi pembangunan bangsa dan negara, dan dapat mewujudkan visi pendidikan tinggi Indonesia 2010. Visi pendidikan tinggi 2010 berorientasi pada


(20)

berkualitas tinggi, menjamin akses bagi semua calon dan peserta didik yang memenuhi persyaratan mutu akademik dan memiliki otonomi yang dapat menjamin terselenggaranya kegiatan akademik yang efisien dan berkualitas.

Kegiatan akademik diselenggarakan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU RI Nomor 20 tahun 2003)

Artinya masing-masing aspek ini dikembangkan setinggi-tingginya sesuai dengan potensinya dan tersedianya sumber-sumber pendidikan. Peranan pendidikan adalah penyediaan sumberdaya yang berkualitas, kompetitif serta memiliki berbagai keunggulan komparatif menjadi keharusan yang mesti mejadi perhatian oleh pendidikan.

Penyediaan sumberdaya ini diserahkan kepada pendidikan secara otonomi dan demokratisasi dengan mengacu pada standar minimal pendidikan tinggi. Akan tetapi perguruan tinggi yang sudah menerapkan kurikulum berbasis kompetensi mengalami berbagai masalah atau hambatan misalnya dalam manajemen rancangan belajar mengajar, kemungkinan disebabkan kurangnya informasi bagi sumberdaya manusia institusi pendidikan tersebut tentang peranan sumberdaya pendidikan (Tilaar, 2004). Peranan pendidikan dalam meningkatkan produktivitasnya dalam menghasilkan


(21)

lulusan sangat dipengaruhi oleh sumberdaya yaitu sumberdaya manusia, sarana, prasarana, kurikulum, pembiayaan, dan manajemen institusi pendidikan.

Institusi pendidikan tenaga kesehatan juga mengalami hal yang sama, diantaranya adalah institusi pendidikan akademi keperawatan yang termasuk sangat bertanggungjawab dan berperan penting dalam melahirkan generasi perawat yang berkualitas dan berdedikasi yang diharapkan dapat bersaing secara global.

Perkembangan dunia pendidikan akademi keperawatan dewasa ini, yang semakin membutuhkan suatu manajemen untuk pengelolaan sumberdaya yang baik. Akan tetapi yang dihadapi adalah berbagai masalah diantaranya masalah manajemen dan sumberdaya.

Berdasarkan pendapat Tilaar (2002), bahwa manajemen pendidikan itu dirumuskan sebagai mobilisasi segala sumberdaya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan, maka yang dihadapi adalah berbagai hambatan untuk mencapai tujuan, yaitu masalah pembiayaan institusi pendidikan, masalah ketenagaan pendidikan, dualisme pengelolaan, masalah pengangguran lulusan perguruan tinggi, dan masalah perguruan swasta sebagai kulminasi masalah manajemen tersebut ialah rendahnya kualitas pendidikan.

Undang-Undang Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa pendidikan tinggi harus diarahkan pada penciptaan sumberdaya manusia yang mempunyai kemampuan akademis, profesional dan kepemimpinan, serta tanggap terhadap kebutuhan ipteks. Dengan demikian kebijakan pendidikan tinggi lebih diarahkan kepada peningkatan kualitas pendidikan dan pengajaran dilingkungan pendidikan


(22)

tinggi yang mengarah kepada pencapaian hasil optimal dari tridarma perguruan tinggi yang mencakup pendidikan, penelitian dan pengapdian kepada masyarakat.

Kompetensi perawat ditingkatkan agar perawat dapat bersaing secara global atau dapat bekerja di luar negeri. Akan tetapi banyak perawat Indonesia yang tidak mampu untuk bersaing serara global. Oleh karena itu betapa pentingnya lembaga institusi pendidikan akademi keperawatan untuk mempersiapkan perawat yang siap berkompetisi secara global.

Sejalan dengan berkembangnya institusi pendidikan keperawatan di Indonesia sangat bervariasi dari alasan “Bisnis” sampai dengan “Sosial”. Yang menjadi keganjilan adalah banyaknya pemilik dan pengelola institusi pendidikan keperawatan yang sama sekali tidak memiliki pemahaman yang cukup tentang keperawatan, baik secara disiplin ilmu atau profesi. Kesannya banyak pendidikan keperawatan yang cenderung “kejar setoran saja” (Hapsari, 2006). Ini menjadi penyebab rendahnya mutu lulusan dari pendidikan keperawatan yang ada, hal ini dapat diukur dengan kalah bersaingan para perawat Indonesia dengan negara lain.

Data Unesco tahun 2000 tentang peringkat indeks pengembangan manusia (human development index) yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan perkepala penduduk Indonesia yang menunjukkan bahwa indeks pengembangan manusisa Indonesia makin menurun diantara 179 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke 102 tahun 1996, urutan ke 99 tahun 1997, urutan ke 105 tahun 1998, urutan ke 109 tahun 1999, dan urutan ke 112 tahun 2000. dan menurut suvei political and economic rist consultan (PERC) kualitas pendidikan


(23)

di Indonesia berada pada urutan ke 12 dari 12 negara di Asia (wesite balitbang Diknas, 2003).

Dari survei awal yang dilakukan peneliti di Kota Medan Sumatera Utara pada bulan September 2007 di institusi pendidikan Akademi Keprawatan Indah, Akademi Keperawatan Dewi Maya, Akademi Keperawatan Wira Husada, dan Akademi keperawatan Malahayati Medan, bahwa Institusi pendidikan keperawatan tersebut berusaha mengoptimalkan tenaga yang ada untuk mengisi unit – unit yang kosong, seperti pembantu direktur I selalu merangkap sebagai unit kurikulum, unit penelitian, dosen, pembimbing akademik, CI pada praktek klinik/lapangan, yang kemungkinan membuat tujuan yang ditetapkan tidak tercapai. Dalam hal ini jumlah dosen kurang jika dibandingkan dengan jumlah mahasiswa.

Kurikulum sudah sesuai dengan kurikulum nasional, namun kurikulum tidak dikembangkan sebagai keunggulan institusi pendidikan. Metode mengajar dosen belum sesuai dengan yang diharapkan kurikulum berbasis kompetensi, pengelolaan manajemen belajar mengajar tidak efektif, institusi pendidikan tidak memiliki renstra. Mayoritas pengelolaan institusi dipegang oleh yayasan, kemungkinan karena mayoritas para pimpinan institusi tidak dapat membuat penjabaran visi, misi terhadap sasaran strategis pendidikan.

Peminat akademi keperawatan swasta sedikit, sehingga penerimaan mahasiswa baru tidak mempertimbangkan mutu calon mahasiswa, dengan kata lain semua pendaftar diusahakan lulus penyaringan masuk akademi keperawatan.


(24)

Kemungkinan peminat kurang karena mahalnya biaya masuk akademi keperawatan swasta di Kota Medan.

Dari hasil penelitian terdahulu (Djumiaty, 2004), pada karya ilmiahnya yang berjudul Peningkatan Kinerja Dosen dalam Proses Belajar Mengajar di Akademi Kebidanan Depkes-Medan, dinyatakan bahwa “kemampuan dosen kurang terutama dalam membuat rencana pembelajaran, menyusun instrumen evaluasi belajar dan keterampilan pembelajaran klinik”.

Dalam melaksanakan kurikulum berbasis kompetensi sangat tergantung kepada sumberdaya tetap institusi pendidikan tersebut. Artinya kompetensi dosen juga perlu ditingkatkan dalam hal pembelajaran, dan rasio perbandingan dosen tetap dengan mahasiswa harus disesuaikan demi untuk menjamin tercapainya tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik apabila dosen tetap dapat melaksanakan rancangan metode pembelajaran dengan baik.

Pembelajaran pada institusi akademi keperawatan dilaksanakan oleh dosen tetap dan dosen tidak tetap. Disamping adanya beban mengajar, dosen tetap melaksanakan rancangan pembelajaran. Dosen tidak tetap hanya melaksanakan pembelajaran pada waktu yang telah dijadwalkan. Disamping itu sumberdaya tetap juga harus menetapkan standar mutu dan melakukan evaluasi pembelajaran untuk menjaga mutu pendidikan dan mutu lulusannya agar tetap baik

Menurut pendapat Prawirosentono (2004) yang mengutip pendapat Juran, bahwa mutu adalah ketepatan untuk dipakai. Mutu suatu produk adalah ”keadaan


(25)

fisik, fungsi, dan sifat suatu produk bersangkutan yang dapat memenuhi selera dan kebutuhan konsumen dengan memuaskan sesuai nilai uang yang telah dikeluarkan”.

Mutu adalah semua karakteristik dari suatu produk barang/jasa yang memuaskan kebutuhan tersurat atau tersirat (ISO, 8402). Jadi mutu perlu ditentukan standarnya agar sesuai dengan mutu yang diinginkan. Dari pengertian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa mutu lulusan adalah keberhasilan yang dicapai mahasiswa pada akhir program dalam menyelesaikan kompetensi perguruan tinggi dimana mereka belajar dan telah memenuhi kriteria dan waktu yang telah ditetapkan serta sesuai dengan keinginan konsumen.

Mutu dapat dikendalikan atau diawasi apabila sudah mempunyai standar mutu yang akan menjadi pedoman dasar untuk penilaian. Oleh karena itu mutu lulusan institusi pendidikan akademi keperawatan harus dibuat perencanaannya terlebih dahulu. Namun demikian, desain mutu yang selaras ditentukan oleh disain perencanaan pendidikan yang berkaitan erat dengan desain proses belajar mengajar, termasuk prosedur sistem operasional, yang disesuaikan dengan pengadaan sumberdaya (Prawirosentono, 2004).

Dalam kaitan ini timbul keinginan peneliti untuk melihat lebih lanjut, bagaimanakah peranan sumberdaya institusi pendidikan terhadap mutu lulusan akademi keperawatan swasta di kota Medan. Oleh karena itu penulis disini mengemukakan gagasan untuk perlu dilakukan penelitian “Peranan Sumberdaya Institusi Pendidikan Terhadap Mutu Lulusan Akademi Keperawatan di Kota Medan Tahun 2008”, karena masalah sumberdaya dan mutu lulusan telah dan akan


(26)

merupakan masalah yang serius dan perlu segera ditanggulangi melalui penjamin mutu pendidikan.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dipaparkan, maka penulis dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut ”bagaimanakah peranan sumberdaya institusi pendidikan (sumberdaya manusia tetap, sarana, prasarana, kurikulum, pembiayaan dan manajemen) terhadap mutu lulusan akademi keperawatan swasta di Kota Medan.tahun 2008”.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka penelitian ini bertujuan menganalisis:

1. Peranan sumberdaya manusia tetap institusi pendidikan terhadap mutu lulusan akademi keperawatan swasta di Kota Medan.

2. Peranan sarana institusi pendidikan terhadap mutu lulusan akademi keperawatan swasta di Kota Medan

3. Peranan prasarana institusi pendidikan terhadap mutu lulusan akademi keperawatan swasta di Kota Medan

4. Peranan kurikulum institusi pendidikan terhadap mutu lulusan akademi keperawatan swasta di Kota Medan


(27)

5. Peranan pembiayaan institusi pendidikan terhadap mutu lulusan akademi keperawatan swasta di Kota Medan

6. Peranan manajemen institusi pendidikan terhadap mutu lulusan akademi keperawatan swasta dikota Medan

7. Peranan sumberdaya institusi pendidikan terhadap mutu lulusan akademi keperawatan swasta di Kota Medan

1.4. Hipotesis Penelitian

1. Sumberdaya manusia tetap institusi pendidikan mempunyai peranan terhadap mutu lulusan akademi keperawatan swasta di Kota Medan.

2. Sarana institusi pendidikan mempunyai peranan terhadap mutu lulusan akademi keperawatan swasta di Kota Medan

3. Prasarana institusi pendidikan mempunyai peranan terhadap mutu lulusan akademi keperawatan swasta di Kota Medan

4. Kurikulum institusi pendidikan mempunyai peranan terhadap mutu lulusan akademi keperawatan swasta di Kota Medan

5. Pembiayaan institusi pendidikan mempunyai peranan terhadap mutu lulusan akademi keperawatan swasta di Kota Medan

6. Manajemen institusi pendidikan mempunyai peranan terhadap mutu lulusan akademi keperawatan swasta di Kota Medan

7. Sumberdaya institusi pendidikan mempunyai peranan terhadap mutu lulusan akademi keperawatan swasta di Kota Medan


(28)

1.5. Manfaat Penelitian

Berlandaskan masalah dan tujuan penelitian sebagaimana disebutkan terdahulu, maka manfaat penelitian ini adalah dengan diketahuinya peranan sumberdaya institusi pendidikan dalam mempengaruhi mutu lulusan maka Direktur Akademi Keperawatan akan termotivasi untuk meningkatkan sumberdaya institusi pendidikannya.


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pendidikan

Paradigma baru pendidikan dalam perngembangan sektor pendidikan, yaitu otonomisasi dan demokratisasi pendidikan. Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah telah meletakkan sektor pendidikan sebagai salah satu yang diotonomisasikan. Otonomisasi sektor pendidikan kemudian diserahkan pada institusi pendidikan, kualitas dan hasil belajar mengajar menjadi tanggung jawab pimpinan institusi pendidikan dan dosen.

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional, Undang-Undang ini adalah melibatkan masyarakat dalam pengembangan sektor pendidikan, sebagaimana ditegaskan pada pasal 9 bahwa masyarakat berhak untuk berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi program pendidikan. Pasal ini merupakan pernyataan bahwa institusi pendidikan di Indonesia diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan.

Demokratisasi institusi pendidikan merupakan implikasi dari kebijakan yang telah dan akan mendorong pengelolaan manajemen pendidikan, dan implementasi ditingkat institusi pendidikan, berupa perencanaan pengembangan, baik rencana pengembangan sarana, dan penyediaan alat, ketenagaan, kurikulum serta berbagai program pembinaan mahasiswa, semua diserahkan pada institusi pendidikan untuk


(30)

merancang serta mendiskusikannya dengan mitra horizontalnya dari komite institusi pendidikan tinggi.

Terkait dengan demokratisasi penyelenggaraan pendidikan tinggi ada 3 aspek yang menjadi pusat perhatian yakni demokratisasi dalam penyusunan, Pengembangan dan implementasi kurikulum di institusi pendidikan, demokratisasi dalam proses pembelajaran sejak penyiapan program pembelajaran, sampai implementasi proses pembelajaran dalam kelas dengan memberikan perhatian pada aspirasi siswa (Rosyada, 2004).

Semua peserta didik memperoleh pelayanan yang proporsional, dan semua harus berakhir dengan batas minimal pencapaian kompetensi sesuai angka yang ditetapkan dalam koridor mastery learning. Demokratisasi tersebut tidak akan efektif membawa berbagai perubahan tanpa didukung dengan pola manajemen institusi pendidikan yang sesuai.

Institusi pendidikan akan semakin otonom dalam arti mempunyai program pendidikan yang fleksibel sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Artinya otonomi dalam program akademik, rekrutmen tenaga dosen dari masyarakat, dunia industri dan dari dunia internasional. Kriteria memasuki universitas ditentukan masing-masing institusi pendidikan tinggi. Dengan demikian institusi pendidikan tinggi akan semakin individualistik dalam arti yang positif, dan semakin terbuka terhadap masyarakat disebabkan oleh karena hubungan yang erat dengan dunia industri dan masyarakat sendiri.


(31)

Dengan semakin individualistik, maka semakin menonjol pula peranan institusi pendidikan tinggi swasta (PTS) karena relatif mempunyai otonomi yang lebih fleksibel dibanding dengan perguruan tinggi negeri (PTN). PTN mungkin akan mengkhususkan diri terutama untuk supply tenaga dalam sektor pemerintah serta beberapa akan berfungsi sebagai universitas nasional, sedangkan PTS akan lebih ditujukan kepada supply berbagai tenaga ahli yang dibutuhkan dalam sektor swasta dan industri (Tilaar, 2004). Dengan hubungan ini perguruan tinggi untuk ilmu pengetahuan dan teknologi informasi akan semakin menonjol dan semakin bermutu.

2.1.1. Pendidikan akademi keperawatan

Pendidikan akademi keperawatan adalah salah satu institusi pendidikan tinggi program diploma III kesehatan yaitu pendidikan profesional yang dilandasi oleh kemampuan akademik dan profesi, yang menghasilkan lulusan sebagai ahli madya keperawatan yang memiliki sikap dan kemampuan dalam bidang keperawatan yang diperoleh melalui berbagai bentuk pengalaman belajar yaitu: pengalaman belajar teori, pengalaman belajar praktika dan pengalaman belajar klinik/lapangan yang dilaksanakan pada tatanan nyata pelayanan kesehatan.

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat, baik sehat ataupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan berupa bantuan yang diberikan


(32)

karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya kemauan menuju kepada kemampuan melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri.

Dua strategi yang utama yang perlu dilaksanakan di institusi pendidikan keperawatan adalah kualitas tenaga pendidik dan peningkatan kualitas lembaga pendidikan keperawatan. Artinya agar dapat mencetak tenaga perawat yang berkualitas, tentu kualitas tenaga pendidik perlu ditingkatkan agar menjadi pendidik yang berkompeten. Kompetensi tersebut meliputi; pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu pada tingkat dan derajat kualitas tertentu.

Peningkatan fasilitas pembelajaran yang memungkinkan peserta didik memperoleh ilmu seluas-luasnya. Pada saat ini kesadaran masyarakat tentang kesehatan berkualitas semakin tinggi. Oleh karena itu lembaga pendidikan perawatpun perlu lebih menyiapkan mahasiswanya agar pada saat kontak langsung dengan masyarakat (baik di rumah sakit atau komunitas) mereka telah mempunyai bekal pengetahuan dan keterampilan yang cukup. Untuk itu fasilitas laboratorium dan kondisinya perlu dibuat persis dengan rumah sakit atau dengan pusat pelayanan kesehatan lainnya.

Secara tradisional pendidikan tinggi akademi keperawatan telah dikenal sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan. Namun demikian, fungsi tersebut ternyata tidak mencukupi untuk pengembangannya dan institusi pendidikan ini selalu tertinggal dalam pengembangan illmu pengetahuan. Oleh sebab itu, redefinisi fungsi


(33)

dan peranan pendidikan tinggi haruslah memperhatikan trend perkembangan ilmu pengetahuan. Menurut Makagiansar (2004) fungsi institusi pendidikan tinggi sebagai berikut:

a) Perguruan tinggi berfungsi bukan hanya memelihara tetapi juga mengembangkan ilmu pengetahuan melalui penelitian dan pengembangan (R&D). Pendidikan

tinggi adalah pencipta ilmu pengetahuan antaralain dengan meningkatkan rasa ingin tahu dan mengembangkan kemampuan-kemampuan istimewa seseorang

(talented people) melalui program-program R&D..

b) Pendidikan tinggi berfungsi dan berperan untuk melahirkan para pekerja yang mengusai ilmu pengetahuan (knowledge workers). Fungsi pendidikan tinggi

bukan hanya sebagai pabrik ijazah. Disamping itu mempunyai tanggung jawab moral dalam menciptakan lapangan kerja.

c) Pendidikan tinggi dan dunia industri perlu ada platform kerjasama yang saling menguntungkan keduanya.

2.1.2. Peranan institusi pendidikan akademi keperawatan

Peranan adalah yang diperbuat, tugas, hal yang besar pengaruhnya pada suatu peristiwa (kamus besar Bahasa Indonesia, 2005). Peranan institusi pendidikan adalah apa yang diperbuat dalam menghasilkan lulusan. Pendidikan bertujuan yang lebih dari mempersiapkan seorang pekerja yang produktif. Pendekatan humanisme menuntut proses pendidikan sebagai suatu proses total untuk mengembangkan manusia seutuhnya: a) Pendidikan berfungsi untuk membina kemanusiaan (human


(34)

being). Hal ini berarti bahwa pendidikan pada akhirnya untuk mengembangkan seluruh pribadi manusia, termasuk mempersiapkan manusia sebagai anggota masyarakatnya, warga negara yang baik, dan rasa persatuan (cohesiveness), b) Pendidikan berfungsi sebagai pengembangan sumberdaya manusia (human

resources), yaitu mengembangkan kemampuannya memasuki era kehidupan baru

(Sirozi, 2005). Dalam hal ini peranan pendidikan adalah menyediakan dan mengelola sumberdaya untuk meningkatkan kualitas dan produktivitasnya.

2.2. Sumberdaya Institusi Pendidikan Akademi Keperawatan

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, sumber adalah segala sesuatu, baik yang berwujud maupun tidak berwujud, yang digunakan untuk mencapai hasil. Sedangkan daya adalah tenaga (yang menyebabkan sesuatu bergerak) atau kemampuan untuk melakukan sesuatu/kemampuan bertindak. Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sumberdaya adalah tenaga atau kemampuan menggerakkan segala sesuatu, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang digunakan untuk mencapai hasil.

Menurut pendapat Gomes yang dikutip Siagian (2006) bahwa sumberdaya adalah daya kerja suatu lembaga/institusi. Agar orang-orang yang ada didalam organisasi dapat melakukan kerjasama dalam mencapai tujuan bersama maka diperlukan daya kerja. Menurut Gomes (2003) dan Sinungan (2005) bahwa sumberdaya pada umumnya yang terdapat pada suatu organisasi atau lembaga


(35)

dikelompokkan atas 2 macam, yakni: (1) sumberdaya manusia (human resource), dan (2) sumberdaya non manusia ( non-human resource).

Institusi adalah lembaga atau suatu yang dilembagakan oleh undang-undang, adat atau kebiasaan seperti tempat diselenggarakannya kegiatan perkumpulan atau oraganisasi (kamus besar Bahasa Indonesia, 2005). Sumberdaya Institusi pendidikan swasta adalah daya kerja pendidikan yang dibentuk oleh badan swasta berdasarkan suatu kebutuhan yang karena tugasnya berdasarkan suatu peraturan perundang-undangan melakukan kegiatan untuk meningkatkan pelayanan masyarakat dan meningkatkan taraf kehidupan, kebahagiaan, dan kesejahteraan masyarakat.

Sumberdaya institusi pendidikan akademi keperawatan antara lain sumberdaya manusia tetap, sumberdaya sarana dan sumberdaya prasarana, kurikulum, manajemen, dan pembiayaan.

2.2.1. Sumberdaya manusia (human resource)

Sumberdaya manusia institusi pendidikan akademi keperawatan adalah tenaga dosen dan tenaga pendukung. Menurut pendapat rangkuti (2006) mengutip pandapat Cherington bahwa sumber daya manusia adalah aset yang paling penting dari suatu organisasi, di anatara sumber daya yang ada dalam organisasi, tidak satupun yang lebih penting selain manusia yang membuat segala hal menjadi mungkin dan sesuatu bisa terjadi.

Menurut pendapat Rangkuti (2006) dapat disimpulkan bahwa sumberdaya manusia adalah aset utama suatu lembaga/institusi untuk mencapai cita-citanya.


(36)

Karena itu pembinaan sumberdaya manusia senantiasa menjadi perhatian utama setiap pimpinan unit kerja. Motivasi dan profesionalisme dibentuk melalui iklim kerja yang menarik, tugas-tugas yang menantang, pelatihan yang berkesinambungan serta sistem imbalan yang sesuai dengan prestasi kerja.

Menurut Sinungan (2005) dalam pengadakan sumberdaya manusia perlu adanya kebijakan-kebijakan personalia yang terdiri dari sub-sub kebijakan:

a. Seleksi Penerimaan Pegawai Baru (Recruitment). Pengadaan sumber daya manusia yang memenuhi syarat dan kemampuan untuk ditempatkan pada suatu pekerjaan harus berdasarkan beberapa pertimbangan: (1) rencana kebutuhan tenaga dari pimpinan unit, (2) kebutuhan dari unit lain, (3) adanya lowongan jabatan yang dibutuhkan, (4) pembahasan bersama dengan pimpinan unit untuk pembahasan syarat-syarat yang diperlukan, (5) menetapkan metode pengadaan untuk proses pemilihan diperlukan 3 syarat: adanya analisa jabatan, perencanaan tenaga, pasar tenaga kerja. Analisa jabatan harus mempunyai 3 informasi tentang isi (content) jabatan, persyaratan jabatan dan keterkaitan jabatan yang satu dengan yang lain.

b. Training and Development (Pelatihan dan Pengembangan). Kegiatan ini perlu

dilaksanakan untuk pegawai baru dan juga pegawai lama atau kalau mendapat penempatan ditempat tugas baru.

c. Compensation and Wages (Kompensasi dan Penggajian). Kebijakan pemberian

konpensasi meliputi : (1) tingkat kompensasi umum sehubungan dengan pasar tenaga kerja lokal dan industri, (2) perasaan adil dan pantas atas jenjang


(37)

kompensasi internal, (3) pengakuan atas perbedaan prestasi individual, (4) pemakaian rencana insentif/bonus termasuk: bonus kerja, bonus berdasarkan satuan hasil, bonus kelompok.

d. Kesejahtraan Karyawan. Hari libur dan perlindungan, ini perlu untuk mencegah kejenuhan dan routinitas. Perlu kebijakan yang jelas untuk libur misalnya 2 atau 4 minggu dalam setahun; perlindungan terhadap risiko antara lain : keadaan sakit, pengangguran, kematian prematur, dan umur tua. Disamping itu yang perlu adalah kegiatan olah raga, kesenian, sosial, keagamaan dan rekreasi.

e. Hubungan Industrial. Di Indonesia dikenal hubungan perburuhan pancasila, dikenal ada 3 pihak (triparti): pengusaha, organisasi buruh dan pemerintah. Ketiga pihak bekerja sama secara erat, saling menguntungkan, menyusun perjanjian kerja dan meyelesaikan masalah-masalah perburuhan yang timbul.

Sesuai dengan PP No. 19 tahun 2005, standar sumberdaya manusia institusi pendidikan, yaitu dosen harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang dosen yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Dosen pada pendidikan tinggi memiliki kualifikasi minimum: lulusan diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) untuk program diploma (PP No. 19 tahun 2005). Tenaga kependidikan pada pendidikan tinggi harus memiliki kualifikasi, kompetensi, dan setifikasi sesuai bidang tugasnya.


(38)

Kemampuan dosen meliputi kemampuan teknis mengajar yang dapat diidentifikasi dengan standar dosen yaitu yang telah lulus dan memiliki Akta mengajar III atau IV dan bekerja dibidangnya minimal 3 tahun, atau mengikuti pelatihan-pelatihan dibidang pendidikan (PP No. 19 tahun 2005). Menurut pendapat para ahli (Hamalik, 2001, Suciati & Irawan, Prasetio, 2001; Aqib, 2007) kemampuan tentang substansi/materi belajar dapat diidentifikasi dengan tingkatan pendidikan formal yang sesuai dengan bidang keilmuan/mata kuliah dan referensi/bahan bacaan yang dipakai dalam mengembangkan bahan intruksional. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa kemampuan mengajar sudah memenuhi persyaratan.

Standar minimal sumberdaya manusia institusi pendidikan akademi keperawatan sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1192/Menkes/Per/X/2004 dan Petunjuk Pelaksanaan Akreditasi Institusi Kesehatan 2007 adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1. Standar Sumberdaya Manusia Institusi Pendidikan Akademi Kesehatan

N0. Jenis Tenaga Kualifikasi SDM Jumlah

1 Direktur S1 Kesehatan/S2 Kesehatan 1

2 Pudir I dan III S1 Kesehatan/S2 Kesehatan 2

3 Pudir II S1 Administrasi/ Sarjana lain yang memiliki

pelatihan yang relevan dengan tugasnya 1 4 Ka. Tata Usaha S1 Administrasi/ Sarjana lain yang memiliki

pelatihan relevan dengan tugasnya 1 5 Staf Penunjang:

1. Tata Usaha SMK/SMU/D-III Administrasi/Komputer 3

2. Penanggung jawab:

a. Lab. D-III Keperawatan/S1 Keperawatan/Ners 2

b. Perpust. D-III Perpustakaan 2


(39)

Jumlah calon/mahasiswa sesuai dengan rasio dosen biasa dengan mahasiswa yaitu antara 1 : 7 sampai dengan 1 : 12 (Permenkes No. 1192 tahun 2004).

2.2.2. Sarana dan prasarana

Setiap pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Prasarana meliputi: lahan, jalan masuk kampus, telepon, faksimile, tempat parkir, kamar kecil, halaman dan taman.

Standar sarana prasarana meliputi: 1) pengelolaan, pemanfaatan, pemeliharaan sarana prasarana; 2) ketersediaan dan kualitas gedung, ruang kuliah, laboratorium, perpustakaan, dll; 3) fasilitas komputer dan pendukung pembelajaran dan penelitian; (4) kesesuaian dan kecukupan sarana dan parasarana; 5) keberlanjutan pengadaan pemeliharaan dan pemanfaatan.

Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan; misalnya alat laboratorium, media pembelajaran. Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses program studi.

Standar sarana dan prasarana menurut Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1192/MENKES/PER/X/2004 tertanggal 19 Oktober 2004, tentang Standar Bangunan/Gedung Pendidikan Diploma Bidang Kesehatan adalah sebagai berikut:


(40)

Jumlah kelas dan mahasiswa: 1 : 1 (1 kelas untuk 40 orang); rata-rata jumlah AVA yang dimiliki : 3; persentase kesesuaian peralatan laoratorium: 86 -100 %; persentase kesesuaian jumlah perjenis peralatan laboratorium: 86 – 100%. Standar prasarana yaitu a) ada jalan masuk ke institusi, b) ada penyediaan air bersih, c) ada telepon, d) ada faksimile, e) ada tempat parkir, f) ada kamar kecil, g) ada halaman, h) ada taman (Permenkes No. 1192 tahun 2004).

Tabel 2.2. Standar Sarana dan Prasarana Institusi Pendidikan Akademi Kesehatan

No Komponen Jumlah 1. Ruang belajar mengajar/kuliah:

a. Ruang kelas ( 80 m2 ) 1 ruangan : 1 kelas

b. Toilet mahasiswa ( 8 m2

) 2 ruangan 2 Ruang Kantor:

a. Ruang pimpinan (12m2) 1 ruangan b. Ruang bagian administrasi dan kemahasiswaan (80m2) 1 ruangan c. Ruang staf pengajar: 1 ruangan

1. Ruang dosen (100m2) 1 ruangan

2. Toilet dosen (8m2) 2 ruangan

3 Ruang administrasi: a. Ruang tata usaha

1. Ka. Sub. Bagian Tata Usaha (8m2) 1 ruangan 2. Ruang tamu (6m2) 1 ruangan b. Ruang pantri (8m2) 1 ruangan c. Ruang kepala urusan kepegawaian (6m2) 1 ruangan d. Ruang urusan keuangan:

1. Kepala urusan keuangan (6m2) 1 ruangan 2. Staf keuangan (6m2) 1 ruangan e. Toilet pimpinan dan staf (8m2) 2 ruangan


(41)

Lanjutan Tabel 2.2

4. Ruang perpustakaan:

a. Ruang baca (80m2) 1 ruangan b.Ruang pelayanan (6m2) 1 ruangan c. Ruang penyimpanan buku (50m2) 1 ruangan 5 Ruang praktek (100m2) 2Ruangan 6 Alat Bantu Belajar Mengajar

1. Media Pembelajaran:

a. Papan tulis hitam dan putih 1: 1 kelas b. Over head projector (OHP) 1: 1 kelas c. Slide projector 1 : 1kelas d. Sound system 2 : 1 ps e. Komputer 2 unit f. LCD 1 unit 2. Peralatan laboratorium/tindakan harus dikembangkan sesuai

cabang ilmu: Laboratorium Dasar, Laboratorium KMB, Laboratorium Keperawatan Maternitas, Laboratorium Keperawatan Anak, Lab Keperawatan Komutnitas, Laboratorium Keperawatan Jiwa

8 set/sub kompeten si

3. Buku – buku 5-8 set Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1192/MENKES/PER/X/2004

2.2.3. Kurikulum akademi keperawatan

Penyelenggaraan pendidikan pada program pendidikan akademi keperawatan mempergunakan kurikulum Nasional Program Akademi Keperawatan yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional Nomor 239/U/1999 tanggal 04 Oktober 1999. Kurikulum Nasional disusun berlandaskan pada falsafah keperawatan yang mencakup konsep manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan serta berorientasi pada kaidah-kaidah pendidikan tinggi nasional. Berdasarkan Keputusan Menteri


(42)

Pendidikan Nasional nomor 232/U/2000 tentang pedoman penyusunan kurikulum pendidikan tinggi dan penilaian hasil belajar mahasiswa dan Nomor 045/U/2004 tentang kurikulum inti pendidikan tinggi. Kurikulum meliputi:

1. Kesesuaian visi, misi, sasaran, dan tujuan pendidikan 2. Relevansi dengan tuntutan dan kebutuhan stakeholders

3. Struktur dan isi kurikulum (keluasan, kedalaman, koherensi, penataan/organisasi) 4. Kompetensi dan etika lulusan yang diharapkan

5. Derajat integrasi materi pembelajaran (intra dan antar disiplin ilmu)

6. Kurikulum lokal yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang terdekat dan kepentingan internal lembaga

7. Mata kuliah pilihan yang merujuk pada harapan/ kebutuhan mahasiswa secara individual/ kelompok mahasiswa tertentu

8. Peluang bagi mahasiswa untuk mengembangkan diri melanjutkan studi, mengembangkan pribadi, memperoleh pengetahuan dan pemahaman materi khusus sesuai dengan bidang studinya, mengembangkan keterampilan yang dapat dialihkan (transferable skills), terorientasikan kearah karir, dan pemerolehan pekerjaan.

Menurut Suryosubroto (2005) kurikulum adalah seluruh program kegiatan dan sumber-sumber yang disediakan untuk mencapai sasaran dan tujuan program studi, termasuk program pembelajaran, sumber-sumber, proses-proses, dan penilaian hasil belajar. Kurikulum pendidikan keperawatan disusun berdasarkan kerangka konsep yang kokoh yaitu:


(43)

1. Pengusaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai pendidikan profesional, pendidikan keperawatan dimasa mendatang akan menumbuh kembangkan

mahasiswa melalui kelompok keilmuan (body of knowledge) dan keterampilan profesional yang mencakup ketrampilan intelektual, teknikal, ketrampilan komunikasi serta hubungan interpersonal yang diperlukan untuk melakukan pelayanan/asuhan keperawaan profesional kapada masyarakat. Hal ini dilakukan dan dicapai secara bertahap dalam lingkungan belajar dengan sarana pendidikan yang cukup dan relevan dalam masyarakat dan iklim akademik yang menopang pencapaian kompetensi yang akan dicapai.

2. Memecahkan masalah secara ilmiah. Kemampuan memecahkan masalah secara ilmiah merupakan landasan utama dalam menumbuh kembangkan kemampuan/

penguasaan proses keperawatan, yaitu metoda utama yang digunakan oleh seorang perawat profesional dalam melaksanakan asuhan keperawatan dalam penerapan pengalaman belajar klinik (PBK) dan pengalaman belajar lapangan (PBL).

3. Sikap, tingkah laku dan kemampuan profesional. Sikap, tingkah laku dan

kemampuan profesional yang dijiwai prinsip-prinsip humaniora merupakan landasan utama pelayanan keperawatan dengan kode etik keperawatan sebagai acuan/pedoman. Penumbuhan dan pembinaan berfikir, bersikap, berpandangan dan bertindak sesuai hakekat profesi keperawatan, merupakan proses panjang, berkelanjutan dalam suatu komunitas profesional dengan lingkungan dan budaya profesional serta sarat dengan model peran.


(44)

4. Belajar aktif dan mandiri. Kemampuan dan kemauan belajar aktif dan mandiri serta mengarahkan belajar sendiri dan belajar berkelanjutan, menuju terbinanya

sikap dan kemampuan belajar seumur hidup atau sepanjang hayat, seperti yang dituntut oleh profesi. Hasil ini dicapai melalui rangkaian pengalaman belajar yang disusun dan dilaksanakan dengan berorientasi kepada kebutuhan manusia (student centre).

5. Pendidikan dimasyarakat. Sikap dan kemampuan profesional seorang lulusan akademi keperawatan yang dituntut untuk mengabdikan dirinya dimasyarakat dan

memandirikan rakyat untuk hidup sehat, ditumbuhkan dan dibina sepanjang proses pendidikannya melalui berbagai bentuk pengalaman belajar yang dilaksanakan dan dikembangkan di masyarakat.

Kurikulum akademi keperawatan disusun lebih terarah dan dapat memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat. Lulusan akademi keperawatan diharapkan kompeten dalam mengatasi berbagai masalah yang dihadapi dan melaksanakan peran serta tanggung jawabnya sesuai tuntutan profesi keperawatan.

2.2.3.1. Kompetensi akademi keperawatan

Awal mula dari kurikulum berbasis kompetensi ini adalah kurikulum yang dikembangkan oleh Depdiknas sebagai wewenang dan tugasnya. Kurikulum ini dinyatakan untuk menggantikan kurikulum 1994 atau kurkulum berbasis pencapaian tujuan (objective based curiculum). Kurikulum berbasis kompetensi ini dirancang sejak tahun 2000, dan tahun 2004 mulai diterapkan. Jadi kurikulum 2004 inilah yang


(45)

disebut kurikulum berbasis kompetensi. Kompetensi adalah sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor dengan sebaik-baiknya.

Arah dan pedoman belajar yang jelas ada dalam kurikulum. Bila ingin menigkatkan mutu atau kualitas sumberdaya manusia, maka terlebih dahulu meningkatkan mutu institusi pendidikan. Sementara untuk meningkatkan mutu pendidikan membutuhkan arah dan pedoman belajar. Akademi keperawatan mempunyai 23 kompetensi yang harus diselesaikan dalam 6 semester. Mahasiswa akademi keperawatan dikatakan lulus pendidikan atau tamat pendidikan apabila telah menyelesaikan ke 23 kompetensi ini.

2.2.3.2. Standar Isi. Standar isi mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai tingkat kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan. Standar ini memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan akademik. Kedalaman muatan kurikulum pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi pada setiap tingkat dan/atau semester sesuai dengan standar nasional pendidikan. Kedalaman muatan kurikulum dikembangkan oleh badan standarisasi nasional pendidikan (BSNP) dan ditetapkan oleh peraturan menteri.

Kompetensi terdiri dari standar kompetensi dan kompetensi dasar. Kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan tinggi dikembangkan oleh perguruan tinggi


(46)

yang bersangkutan untuk setiap program studi. Kurikulum tingkat satuan pendidikan wajib memuat mata kuliah pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa indonesia dan bahasa inggris. Kurikulum untuk tingkat satuan pendidikan untuk setiap program studi dikembangkan dan ditetapkan oleh masing-masing perguruan tinggi dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.

Kurikulum yang sederajat atau bentuk lain dapat dimasukkan pada pendidikan berbasis keunggulan lokal. Keunggulan lokal ini dapat merupakan bagian dari pendidikan kelompok mata kuliah pada pendidikan tersebut. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai pendidikan tertentu.

Kerangka dasar kurikulum adalah rambu-rambu yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah untuk dijadikan pedoman dalam penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya pada setiap satuan pendidikan. Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan dimasing-masing satuan pendidikan.

2.2.3.3. Proses pembelajaran. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan tempat dan situasi yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis mahasiswa. Setiap satuan pendidikan melakukan


(47)

perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran.

Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sukurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Pelaksanaan proses pembelajaran harus memperhatikan jumlah maksimal peserta didik per kelas dan beban mengajar maksimal per pendidik (PP No. 19 tahun 2005).

Menurut Tilaar (2004) yang mengutip pendapat Don Tapscott ada 3 (tiga) unsur proses belajar yang asing di dalam budaya lama, yaitu: interaktif, partisipasi, dan diskursus. Budaya interaktif memerlukan suatu proses belajar-mengajar yang baru, oleh karena peserta yang belajar atau pembelajar bukan bersifat pasif tetapi aktif. Si pembelajar berinteraksi dengan sesama, dengan para pakar baik secara langsung maupun melalui karya-karya dengan menggunakan internet. Didalam proses interaktif tersebut maka si pembelajar adalah seorang partisipan dan bukan seorang boneka yang sekadar hanya menerima segala sesuatu yang dituangkan kedalamnya. Demikian pula di dalam proses interaktif tersebut, si pembelajar bukanlah pasif tetapi secara aktif mengadakan diskursus mengenai segala hal yang ditemukan di dalam pengembaraannya dalam dunia maya tanpa batas.

Proses pembelajaran tentu meminta sosok seorang teman mitra belajar dan sarana belajar yang berbeda. Sarana belajar tidak terbatas hanya di dalam kelas, ”school without walls”, danjuga tidak tergantung pada seorang dosen karena dosen sekadar hanya sebagai fasilitator, juga tidak terbatas pada buku teks, atau


(48)

buku-buku perpustakaan, karena informasi dapat diketahui dan dianalisis dari berbagai sumber. Yang diperlukan adalah kemampuan daya analisis.

Duncan Grey mengatakan yang dikutip oleh Tilaar 2002, bahwa diperlukan satu generasi dosen untuk dapat mengadopsi dan beradaptasi dengan proses pembelajaran yang baru. Di dalam kebudayaan global dengan teknologi informasi yang berkembang sangat cepat telah muncul generasi muda atau n-generation dengan sikap yang berlainan dengan sikap generasi tua. Bagi generasi tua, informasi dan ilmu pengetahuan yang dimilikinya sangat terbatas serta diperoleh dengan cara yang tradisional, lambat, kurang up-to-date, dan sangat terbatas serta tertutup.

TIK dalam proses belajar mengajar, mengatasi batas-batas waktu dan tempat. Oleh sebab itu peran dosen dan mahasiswa perlu diredefinisikan. Dosen bukan lagi sebagai instruktur tetapi seorang fasilitator yang membawa peserta didik membuka jendela-jendela ilmu pengetahuan yang terbuka tanpa batas. Didalam kaitan ini redefinisi peran dosen menjadi mutlak. Dosen tetap ada dan penting, profesi dosen tetap ada dan tidak dapat diganti oleh komputer. Namun peranannya berubah menjadi fasilitator. Dengan adanya TIK maka proses belajar-mengajar bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif mesikipun ini sangat menonjol, tetapi juga mengembangkan berbagai potensi intelegensi, termasuk intelegensi budaya (culture intelligence).

Proses pembelajaran adalah sarana dan cara bagaimana suatu generasi belajar, atau dengan kata lain bagaimana sarana belajar itu secara efektif digunakan. Proses


(49)

belajar adalah cara bagaimana para pelajar itu memiliki dan mengakses isi pelajaran itu sendiri.

Dalam proses belajar mengajar, pada awal proses sudah tentu diperlukan bimbingan pendidik dalam arti tradisional, namun demikian bimbingan tersebut semakin lama semakin menghilang dan berubah menjadi seorang fasilitator yang membuka jalan bagi peserta didik untuk mengembara (roaming) secara mandiri dalam dunia informasi yang tanpa tepi. Proses belajar itu tentunya akan berubah karena tidak didikte lagi oleh para pendidik yang tradisional tetapi peserta didik semakin cepat untuk dapat berdiri sendiri.

Tabel 2.3. Proses Belajar Interaktif

Proses Belajar Mandiri Proses Belajar Interaktif 1. Dosen sebagai pembaca berita 1. Dosen sebagai fasilitator 2. Sekolah sebagai penyiksa 2. Sekolah sebagai pusat

untuk bergembira

3. Satu ukuran untuk semua 3. Sesuai dengan pelanggan

(customize)

4. Belajar disekolah 4. Belajar seumur hidup

5. Belajar menyerap bahan pelajaran 5. Belajar bagaimana belajar

6. Dosen sebagai pusat 6. Peserta didik sebagai pusat

7. Instruksi 7. Konstruksi, menemukan

8. Linier,berurutan (sequential/serial) 8. Belajar melalui hiper media


(50)

Pada fase permulaan, peserta didik akan dibimbing untuk dapat menemukan jalannya sendiri. Didalam proses belajar inilah akan muncul sekolah atau kampus-tanpa-dinding (school without walls). Didalam kaitan ini proses belajar oleh Don Tapscott disebut sebagai broadcastlearning akan diganti dengan interaktive learning

sebagaimana yang tercantum dalam tabel 2.3.

Perkembangan tuntutan kebutuhan masyarakat, kemajuan IPTEK dan pembangunan dibidang kesehatan sekarang dan yang akan datang yang dituangkan dalam pendidikan untuk dapat memberikan perkembangan dan pembinaan yang mengacu pada landasan utama pelayanan/asuhan keperawtan profesional, maka berbagai bentuk pengalaman belajar dilaksanakan melalui kurikulum pendidikan akademi keperawatan. Pengalaman belajar tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pengalaman Belajar Teori. Pengalaman belajar tiori yang memungkinkan peserta didik mengikuti dan menguasai ilmu dan kiat keperawatan, sehingga dapat

ditumbuhkan dan dibina kemampuan peserta didik untuk melaksanakan asuhan keperawatan profesional. Belajar teori harus didukung oleh sarana prasarana yang lengkap guna menunjang situasi dan kondisi belajar.

Prestasi belajar atau student achievement mahasiswa pada umumnya dihubungkan dengan kemungkinan prestasi kerja yang nantinya akan dicapai setelah mereka memasuki dunia kerja. Oleh karena itu sering kali diprediksi bahwa mahasiswa yang memiliki prestasi belajar yang tinggi, akan memiliki prestasi kerja yang tinggi pula. Namun demikian bagi seorang profesional, prestasi hasil belajar yang tinggi saja tidak cukup. Faktor psikologis lain seperti kematangan atau emotional


(51)

intelligence menurut istilah Goleman (1999) dan lingkungan manajemen dunia kerjanya memiliki peranan yang lebih besar terhadap keberhasilan seseorang (Widodo, 1999).

2. Belajar di Laboratorium . Mengajar melalui tatap muka adalah yang paling umum dan telah dikenal dengan baik; melalui persiapan SAP, materi mengajar, metode mengajar, penekanan, tanya jawab dan diskusi hingga presentasi materi yang dapat dilihat dalam dua dan tiga dimensi serta pencatatan.

Mahasiswa belajar dalam tatap muka; mendengar melalui telinga, mendengar kemudian lupa. Bila diceritakan lagi akan tertarik. Dan bila melihat akan diingat apabila ditunjukkan dengan jelas. Tetapi banyak pengetahuan harus dipahami dan dapat diimplementasikan, oleh sebab itu proses belajar ”learning by doing” atau belajar dilaboratorium dan pelaksanaan tugas-tugas projek atau praktikum akan memberi hasil lebih yaitu: bila dilakukan sendiri, maka akan tahu dan dipahami. 3. Praktek Belajar Klinik (PBK) dan Praktek Belajar Lapangan (PBL). Melalui

pengalaman belajar dalam tatanan nyata dimasyarakat, khususnya dalam tatanan pelayanan kesehatan terutama dalam pengalaman belajar klinik (PBK) di Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik Bersalin dan pengalaman belajar lapangan (PBL) di desa binaan, mahasiswa mendapat kesempatan untuk berlatih bekerja di masyarakat melakukan sosialisasi profesional, mengambil keputusan klinik, lebih peka dan mampu mengidentifikasi dan memecahkan berbagai masalah kesehatan, keperawatan yang dihadapi masyarakat dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan


(52)

dan teknologi dalam bidang keperawatan, serta memanfaatkan berbagai sumber dan kemampuan yang ada dimasyarakat.

Melalui praktek lapangan (mahasiswa akademi keperawatan) dapat menerapkan prinsip-prinsip belajar pada situasi nyata melalui interaksi dengan klien atau keluarga dan anggota tim kesehatan lainnya. Pengembangan keterampilan di dalam bidang keperawatan juga di peroleh dan diperkuat dengan pemberian bimbingan supervisi dari CI (clinical instructre) pendidikan yang bekerjasama dengan CI (clinikal structure) Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik Bersalin dan juga perangkat desa selama proses praktek lapangan berlangsung.

2.3. Pembiayaan

Pembiayaan/Pendanaan meliputi: (1) sumber dana; (2) sistem alokasi dana (3) pengelolaan dan akuntabilitas penggunaan dana; (4) keberlanjutan pengadaan dan pemanfaatannya.

Pembiayaan adalah dana pendukung penyelenggaraan program studi yang disediakan oleh perguruan tinggi dan sumber dana lain, seperti industri dan lembaga lain yang berkepentingan dengan kualitas lulusan yang akan dipekerjakannya. Dana itu harus direncanakan sesuai dengan standar finansial yang disepakati untuk memungkinkan program studi mencapai sasaran dan tujuannya. Dana itu mencakup


(53)

biaya operasional program, pengadaan dan pemeliharaan bahan pengajaran dan fasilitas lainnya yang diperlukan untuk pelaksanaan program.

Menurut PP No. 19 tahun 2005, standar pembiayaan pendidikan terdiri dari biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal (PP No. 19 tahun 2005). Biaya investasi meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap. Biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. Biaya operasi satuan pendidikan meliputi (1) gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji, (2) bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, (3) biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak,

asuransi, dan lain sebagainya.

Biaya operasi perguruan tinggi adalah biaya untuk memberikan pelayanan pendidikan tinggi, tidak termasuk investasi pada prasarana, sarana, dan modal kerja tetap dan biaya pendidikan personal yang harus ditanggung oleh peserta didik.

2.4. Manajemen Pendidikan

Dalam institusi pendidikan hanya ada manajemen bertingkat yaitu manajemen tertinggi sampai dengan manajemen terdepan (Pidarta, 2004).


(54)

Organisasi Administrasi

Manajemen

Manajemen terdepan Manajemen madya tertinggi

Sumber: Pidarta, 2004

Gambar 2.1. Hubungan antara Organisasi, Administrasi dan Manajemen Pendidikan

Pada institusi pendidikan tinggi pekerjaan manajer dilaksanakan oleh rektor dan para dekan (direktur pada akademi keperawatan), sedangkan pekerjaan supervisor dilakukan oleh para ketua jurusan pendidikan tinggi atau pembantu direktur pada institusi pendidikanakademi keperawatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Robbins (1982) yang dikutip oleh Pidarta (2004) bahwa supervisi dilakukan oleh administrator terdepan.

Proses manajemen itu merupakan aktivitas yang melingkar, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan sampai dengan pengawasan kemudian kembali lagi pada perencanaan, pengorganisasian dan seterusnya dengan tidak pernah berhenti. Dengan demikian antara manajemen dan supervisi tak dapat dipisahkan.


(55)

Sesudah manajemen membuahkan aktivitas-aktivitas tertentu dalam institusi pendidikan dengan program-programnya, sarananya, anggarannya, kriteria pelaksanaan dan keberhasilan, dan petunjuk-petunjuk kepada para pelaksana, maka proses pendidikan dilaksanakan. Supervisor membimbing para pelaksana, sementara itu para rektor/dekan/direktur telah siap menerima laporan baik dari supervisor tentang hal yang perinsip, maupun dari pelaksana pendidikan itu sendiri. Para rektor/dekan/direktur juga melakukan pengawasan/kontrol langsung terhadap proses pendidikan yang sedang berjalan. Hasil pengawasan dan laporan-laporan diolah oleh para rektor/dekan/direktur sebagai umpan balik untuk memberikan revisi seperlunya kepada proses pendidikan tersebut.

Jadi manajemen dan supervisi adalah aktivitas-aktivitas yang saling menunjang dan sebagian besar berlangsung dalam waktu yang bersamaan. Bedanya ialah manajemen terjadi dikantor tetapi supervisi terjadi dilapangan yaitu tempat proses pendidikan berlangsung. Supervisi menghasikan umpan balik, manajemen memproses umpan balik untuk mendapatkan kebijakan baru.

Menurut Davis (1976) yang dikutip oleh Pidarta (2004) bahwa manajemen institusi pendidikan dapat dibedakan menjadi manajemen sebagai tugas dan manajemen sebagai peranan.

Manajemen sebagai tugas ialah melaksanakan fungsi-fungsi manajemen sementara manajemen sebagai peranan disebutkan peranan administrasi eksekutif. Peranan eksekutif adalah mengerjakan atau melaksanakan keputusan pada tingkat tertinggi. Dengan demikian administrasi dapat dikatakan proses melaksanakan


(1)

Tabel 3. Hasil Uji Kruskal-Wallis dan Mann-Whitney U Sumberdaya Institusi Pendidikan Terhadap Mutu Lulusan

Mean Rank

Variabe l

Chi-Square

Nilai P

Baik C. Baik

K. baik

SDM Tetap

19.749 .000 57.97 36.87 22.5

Sarana 14.29 .001 46.06 24 19.63

Prasara na

.095* .053 41.82 9.25 -

Kurikul um

7.574 .023 47.02 34.19 30.23

Pembia yaan

16.321 .000 52.55 40.5 25.91

Manaje men

19.161 .000 57.08 37.71 25.31

* Mann-Whitney U

Peranan Sumberdaya Manusia Tetap Institusi Pendidikan Akademi Keperawatan Swasta di Kota Medan

Sumberdaya manusia tetap institusi pendidikan akademi keperawatan swasta di Kota Medan dikelompokkan sebagai berikut; kelompok baik dengan nilai 48 – 64, cukup baik dengan nilai 32 – 47, dan kurang baik dengan nilai 16 – 31.

Dari hasil uji statistik kruskal-wallis didapat nilai P = 0,000 hal ini berarti ada perbedaan peranan yang jelas antara sumberdaya manusia tetap institusi yang mempunyai kelompok baik, cukup baik, dan kurang baik dalam mempengaruhi mutu lulusan. Mean

Nilai Mean Rank yang terendah adalah berada pada kelompok

institusi yang kurang baik (22,50), berarti tingkat kekuatan sumberdaya manusia tetap pada institusi pendidikan akademi keperawatan pada kelompok kurang baik secara signifikans adalah lebih rendah peranannya dalam mempengaruhi mutu lulusan jika dibandingkan dengan kelompok institusi yang mempunyai Mean Rank lebih tinggi.

Peranan Sarana Institusi Pendidikan Akademi Keperawatan

Sarana institusi pendidikan akademi keperawatan swasta di Kota Medan dapat dikelompokkan sebagai berikut; kelompok baik dengan nilai nilai 34 - 40, kelompok cukup baik dengan nilai 27 – 33, kelompok kurang baik dengan nilai 20 – 26.

Hasil uji statistik kruskal-wallis didapat nilai P = 0,001 artinya ada perbedaan peranan yang jelas antara peranan sarana kelompok baik, cukup baik, dan kurang baik terhadap mutu lulusan. Nilai Mean Rank yang terendah adalah berada pada kelompok institusi yang kurang baik, berarti tingkat kekuatan sarana pada institusi pendidikan akademi keperawatan pada kelompok kurang baik secara signifikan adalah lebih rendah peranannya dalam mempengaruhi mutu lulusan jika dibandingkan dengan kelompok institusi yang mempunyai Mean Rank lebih tinggi.

Sesuai dengan Kepmenkes nomor 1192/Menkes/Per/X/2004, semua sarana harus sesuai stándar untuk menunjang proses belajar mengajar. Peningkatan fasilitas (sarana) pembelajaran yang memungkinkan peserta didik


(2)

memperoleh ilmu yang seluas-luasnya. Bagaimanapun bagusnya kurikulum dan visi, misi, dan strategi tanpa fasilitas tidak mungkin dapat terlaksana dengan baik. Sesuai dengan pendapat Sirozi, 2005 bahwa sarana sangat penting dalam proses belajar mengajar, karena dalam proses belajar mengajar penyampaian pesan menggunakan alat, media, umumnya lebih ditopang dengan teknologi yang makin canggih.

Peranan Prasarana Institusi Pendidikan Akademi Keperawatan

Prasarana institusi akademi Keperawatan swasta di Kota Medan dapat dikelompokkan sebagai berikut; kelompok baik dengan nilai 14 - 16, kelompok cukup baik dengan nilai 11 – 13, dan kelompok kurang baik 8 – 10. Dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Hasil uji statistik Mann-Whitney menunjkkan bahwa nilai P prasarana adalah 0,053 artinya ada perbedaan peranan yang jelas antara peranan prasarana pada kedua kelompok institusi pendidikan (kelompok baik dan cukup baik) dalam mempengaruhi mutu lulusan.

Mean Rank prasarana pada institusi yang terendah adalah berada pada kelompok institusi yang cukup baik, berarti tingkat kekuatan prasarana pada institusi pendidikan akademi keperawatan pada kelompok kurang baik secara signifikan adalah lebih rendah peranannya dalam mempengaruhi mutu lulusan jika dibandingkan dengan kelompok institusi yang mempunyai Mean Rank lebih tinggi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa prasarana institusi pendidikan akademi keperawatan swasta di kota Medan mayoritas dalam kelompok nilai baik, hanya 1 institusi pendidikan yang termasuk pada kelompok cukup baik.

Peranan Kurikulum Institusi Pendidikan Akademi Keperawatan

Kurikulum institusi akademi keperawatan swasta di Kota Medan dapat dikelompokkan sebagai berikut; kelompok baik dengan nilai 18 - 24, cukup baik dengan nilai 12 - 17, dan kurang baik dengan nilai 5 – 11.

Hasil uji statistik nilai P kurikulum adalah 0,023 hal ini berarti ada perbedaan yang jelas antara peranan kurikulum pada kelompok baik, cukup baik, dan kurang baik dalam mempengaruhi mutu lulusan.

Mean Rank kurikulum pada institusi yang terendah adalah berada pada kelompok institusi yang kurang baik, berarti tingkat kekuatan kurikulum pada institusi pendidikan akademi keperawatan pada kelompok kurang baik secara signifikans adalah lebih rendah peranannya dalam mempengaruhi mutu lulusan dari pada kelompok institusi yang mempunyai Mean Rank lebih tinggi.

Bila ingin meningkatkan mutu atau kualitas sumberdaya manusia, maka terlebih dahulu meningkatkan mutu pendidikan. Sementara untuk meningkatkan mutu pendidikan membutuhkan arah dan pedoman belajar yang jelas. Sedangkan arah dan pedoman belajar yang jelas itu ada dalam kurikulum.


(3)

Peranan Pembiayaan Institusi Pendidikan Akademi Keperawatan

Pembiayaan akademi keperawatan swasta di Kota Medan

dapat dikelompokkan sebagai berikut; kelompok baik dengan nilai 14 - 18, cukup baik 10 – 13, dan kurang baik 6 - 9, dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Pembiayaan diuji dengan uji statistik kruskal-wallis dengan tingkat signifikan 0,05. Nilai P pembiayaan adalah 0,000 hal ini berarti ada perbedaan yang jelas antara peranan pembiayaan pada kelompok institusi pendidikan yang baik, cukup baik, dan kurang baik dalam mempengaruhi mutu lulusan.

Mean Rank pembiayaan pada institusi yang terendah adalah berada pada kelompok institusi yang kurang baik, berarti tingkat kekuatan pembiayaan pada institusi pendidikan akademi keperawatan pada kelompok kurang baik secara signifikan adalah lebih rendah peranannya dalam mempengaruhi mutu lulusan dari pada kelompok institusi yang mempunyai Mean Rank lebih tinggi.

Peranan Manajemen Institusi Pendidikan Akademi Keperawatan

Manajemen institusi akademi keperawatan swasta di Kota Medan dapat dikelompokkan sebagai berikut; kelompok baik dengan nilai 50 - 60, cukup baik dengan nilai 40 – 49, dan kelompok kurang baik 30 –39, dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Manajemen diuji dengan uji statistik kruskal-wallis. Nilai P manajemen adalah 0,000, hal ini berarti ada perbedaan yang jelas antara

peranan manajemen pada kelompok institusi pendidikan yang baik, cukup baik, dan kurang baik dalam memepengaruhi mutu lulusan.

Mean Rank manajemen pada institusi yang terendah adalah berada pada kelompok institusi yang kurang baik, berarti tingkat kekuatan manajemen pada institusi pendidikan keperawatan pada kelompok kurang baik secara signifikans adalah lebih rendah peranannya dalam mempengaruhi mutu lulusan dari pada kelompok institusi yang mempunyai Mean Rank lebih tinggi.

Hal ini perlu kebijakan dari pimpinan untuk menjabarkan visi, misi, menjadi suatu kegiatan setiap sumberdaya manusia tetap institusi pendidikan tersebut. Agar setiap sumberdaya manusia di institusi pendidikan tersebut mengetahui dan mengerti bagaimana cara bekerja yang baik. Karena manusia (pegawai) bagaimana dapat bekerja dengan baik apabila tidak tahu apa yang harus dikerjakan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

8. Peranan sumberdaya manusia institusi pendidikan keperawatan swasta di Kota Medan tahun 2008, terdapat perbedaan yang jelas antara kelompok baik, cukup baik, dan kurang baik dalam mempengaruhi mutu lulusannya.

9. Peranan sarana institusi pendidikan keperawatan swasta di Kota Medan tahun 2008, terdapat perbedaan yang jelas antara


(4)

kelompok baik, cukup baik, dan kurang baik dalam mempengaruhi mutu lulusannya

10.Peranan prasarana institusi pendidikan akademi keperawatan swasta di Kota Medan tahun 2008, terdapat perbedaan yang jelas antara kelompok baik dan cukup baik dalam mempengaruhi mutu lulusannya.

11.Peranan kurikulum institusi pendidikan akademi keperawatan swasta di Kota Medan tahun 2008, terdapat perbedaan yang jelas antara kelompok baik, cukup baik, dan kurang dalam mempengaruhi mutu lulusannya 12.Peranan pembiayaan institusi

pendidikan akademi keperawatan swasta di Kota Medan tahun 2008, terdapat perbedaan yang jelas antara kelompok baik, cukup baik, dan kurang baik dalam mempengaruhi mutu lulusannya

13.Peranan manajemen institusi pendidikan akademi keperawatan swasta di Kota Medan tahun 2008, terdapat perbedaan yang jelas antara kelompok baik, cukup baik, dan kurang baik dalam mempengaruhi mutu lulusannya

Saran

1. Masih adanya institusi pendidikan akademi keperawatan swasta di Kota Medan yang berada pada kelompok cukup baik, dan kurang baik. Dalam hal ini perlu ditingkatkan jumlah maupun kualifikasi tenaga pendidikan dan tenaga kependidikan agar proses pendidikan dapat ditingkatkan

yang kemudian dapat meningkatkan mutu lulusan.

2. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar pada akademi keperawatan swasta di Kota Medan masih ada 2 institusi yang memiliki sarana dibawah standar. Diharapkan pada institusi pendidikan tersebut agar dapat menambah sarana untuk mendukung terlaksananya proses belajar mengajar dengan baik. 3. Masih dijumpai 3 institusi

pendidikan akademi keperawatan swasta di Kota Medan yang melaksanakan proses belajar mengajar tidak sesuai beban SKS kurikulum nasional, diharapkan pada pihak institusi pendidikan agar menyesuaikan beban SKS dalam pelaksanaan proses belajar mengajar agar peserta didik mendapat ilmu pengetahuan sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

4. Ditemukan 6 institusi pendidikan yang termasuk kelompok pembiayaan kurang baik, diharapkan kepada pihak institusi

agar menyeimbangkan pembiayaan terhadap program

kegiatan agar pelaksanaan program dapat terlaksana dengan baik.

5. Diharapkan pemilik institusi dalam merekrut sumberdaya manusia jangan hanya memperhatikan kesesuaian pendidikan, yang paling penting adalah kemampuan sumberdaya manusia tersebut harus diperhitungkan dengan mengadakan analisis jabatan,


(5)

sehingga apa yang harus dimiliki oleh calon tenaga tersebut agar sesuai dengan jabatan yang akan diberikan, karena untuk mencapai tujuan institusi pendidikan tidak dapat hanya ditentukan oleh faktor modal saja, tetapi faktor sumberdaya manusialah menjadi modal utama dalam menjalankan kegiatan operasional institusi pendidikan.

6. Perlu adanya pengawasan yang lebih ketat dalam hal kebutuhan sumberdaya dan operasional pendidikan dari Kopertis Wilayah I dan Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara terhadap institusi pendidikan akademi keperawatan swasta dikota Medan agar institusi tersebut tetap sesuai standar dan peraturan yang berlaku.

DAFTAR PUSTAKA

Aritonang, S, 2007, Hak-hak Guru dan Dosen Swasta, Jakarta, Penerbit CV. Eko Jaya Arikunto, S, 2002, Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Yokyakarta, Penerbit Rineka Cipta.

Aqib, Z, 2007, Membangun

profesionalisme Dosen dan Pengawas Sekolah,

Penerbit Yrama Widya- Bandung

Azwar, A, Prihartono, J, 2003, Metodologi Penelitian Kedokteran dan

Kesehatan Masyarakat, Jakarta, Penerbit Binarupa Aksara

Cangelosi, J, 1995, Merancang Tes Untuk Menilai Prestasi Siswa, Bandung, Penerbit ITB

Bandung.

Depkes, 2004, Peraturan Menteri

Kesehatan No.1192/Menkes/

Per/X/2004 Tentang

Pendirian Pendidikan

Diploma Bidang Kesehatan, Jakarta.

, 2005, Data Lulusan D-III Keperawatan Dinas

Kesehatan Propinsi Sumatera Utara.

, 2001, Departemen Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM

Kesehatan Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, Pedoman Pengembangan Metodologi Pembelajaran Pendidikan Tenaga Kesehatan, Jakarta. , 2001, Departemen

Kesehatan Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, Petunjuk Pelaksanaan Akreditasi Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan, Jakarta.

, 2001, Pusat Pengembangan Politeknik dan Pendidikan Program Diplom, Buku Pedoman Pembukaan Program Studi Diploma, Bandung.

, 2005, Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan : Pedoman Penilaian Pencapaian Kompetensi Pendidikan Tenaga Kesehatan, Jakarta.


(6)

Nasional Perguruan Tinggi dengan Pustekkom Diknas.

Departemen Pendidikan Peraturan Pemerintah

Nasional, Pedoman Evaluasi Republik Indonesia Nomor

19 Tahun 2005 Tentang -diri Program Studi, Edisi

Ke Tiga, Jakarta. Standar Nasional Pendidikan, Jakarta, Penerbit CV. Eko Jaya. , 2002, Paradigma Sistem

Pendidikan Indonesia: Pidarta. 2004, Manajemen

Pendidikan Indonesia, Harapan dan Kenyataan,

Digital Online: http:/www. depdiknas.gco.id/ Jurnal.

Jakarta, Penerbit PT Rineka Cipta.

Pohan, I, S, 2007, Jaminan Mutu Download tanggal 23 Agustus

2005. Layanan Kesehatan, Cetakan

Faustino Cardoso Gomes. 2003, I, Jakarta, Penerbit EGC. Manajemen Sumber Daya

Manusia, Penerbit Andi Yokyakarta.

Prawirosentono, S, 2004,

Manajemen Mutu Terpadu, Jakarta, Penerbit PT Bumi Feigenbaum, 1992, Kendali Mutu Aksara.

Terpadu, Jakarta, Penerbit Rangkuti, F, 2006, Analisis SWOT

Teknik Membedah Kasus Erlangga.

Hamalik, O: 2001, Teknik Bisnis, Jakarta, Penerbit PT

Pengukuran dan Evaluasi Gramedia Pustaka Utama.

Pendidikan, Bandung, Riduwan. 2006, Metode & Teknik

Menyusun Tesis, Bandung,

Penerbit Mandar Maju.

Hapsari, 2006, Menyiapkan Perawat Penerbit Alfabeta. Rosyada, D, 2004, Paradigma yang Siap Berkompetisi di

Era Pasar Globalisasi, Pendidikan Demokratis,

Inovasi Online, Vol. Jakarta, Penerbit Prenada

6/XVIII/Maret 2006. Media Kencana.

Koencoro, T, 2007, Regulasi Ryanto. A: 2003, Proses Belajar

Kesehatan Indonesia, Jakarta, Efektif Di Perguruan Tinggi,

Penerbit AndiYokyakarta. Bandung, Penerbit Yapemdo. Made Pidarta. 2004, Manajemen

Pendidikan Indonesia,

Jakarta, Penerbit PT Rineka Cipta.

Makagiansar. 2004, Kajian Pendidikan Masa Depan, Bandung, Penerbit PT Remaja Rosdakarya. Miarso, Y, 2005, Menyemai Benih

Teknologi Pendidikan, Jakarta, Cetakan ke Dua, Diterbitkan Atas Kerjasama