81
Hasil Uji Hipotesis 4: Pengaruh penerapan etika profesi, komitmen organisasi, dan kecerdasan emosional
terhadap peningkatan profesionalisme akuntan publik.
Hasil uji statistik F dalam model ANOVA dapat dilihat pada tabel 4.14. Nilai F diperoleh sebesar 632,193 dengan tingkat signifikansi
0,000. Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 0,000 0,05 maka Ha
4
C. Pembahasan
diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa penerapan etika profesi, komitmen organisasi, dan kecerdasan emosional berpengaruh
secara simultan dan signifikan terhadap peningkatan profesionalisme akuntan publik.
1. Pengaruh penerapan etika profesi terhadap peningkatan profesionalisme akuntan publik
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tingkat signifikansi variabel penerapan etika profesi 0,000 0,05 sehingga dapat disimpulkan
bahwa penerapan etika profesi berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan profesionalisme akuntan publik. Hubungan antara penerapan
etika profesi dan peningkatan profesionalisme bersifat positif. Dengan demikian, jika akuntan publik menerapkan aturan etika dengan baik dan
benar atau tingkat penerapan etika profesinya tinggi maka kecenderungan profesionalisme akuntan publik akan meningkat. Hal ini disebabkan,
karena etika profesi lebih menekankan kepada tuntutan terhadap profesi
82 seseorang, dimana tuntutan itu menyangkut tidak saja dalam hal keahlian,
melainkan juga adanya komitmen moral: tanggung jawab, keseriusan, disiplin, dan integritas moral Keraf 2001: 33-35, dalam Utami dan
Indriawati 2006.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian
yang dilakukan oleh Yuliani 2005.
2. Pengaruh komitmen organisasi terhadap peningkatan profesionalisme akuntan publik
Berdasarkan uji statistik t pada tabel 4.13, memperlihatkan bahwa variabel komitmen organisasi mempunyai tingkat signifikansi sebesar
0,353 lebih besar dari nilai alpa 0,05 0,353 0,05. Hal ini berarti menolak Ha
2
Dalam hal ini peneliti belum menemukan penelitian terdahulu mengenai pengaruh komitmen organisasi terhadap peningkatan
profesionalisme akuntan publik, tetapi hal ini sejalan dengan penelitian serupa yakni oleh Trisnaningsih 2007 dengan judul “Independensi
Auditor dan Komitmen Organisasi sebagai Mediasi Pengaruh Pemahaman Good Governance, Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi terhadap
Kinerja Auditor”; Amilin dan Rosita Dewi 2008 dengan judul “Pengaruh Komitmen Organisasi terhadap Kepuasan Akuntan Publik dengan Role
Stress sebagai Variabel Moderating”; Serta Anastasia, Vennylia dan Lina 2009 dengan judul “Pengaruh Komitmen Organisasi, Konflik Peran
sehingga dapat dikatakan bahwa komitmen organisasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan profesionalisme
akuntan publik.
83 Terhadap Turnover Intention dengan Kepuasan Kerja”. Hasil dari ketiga
penelitian tersebut menunjukan bahwa komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja dan kepuasan kerja. Kinerja dan kepuasan kerja
merupakan suatu ukuran prestasi dari suatu pekerjaan atau pelaksanaan tugas Gibson et-al, 1996:95, yang diikuti dengan ukuran sikap
profesionalisme. Karena profesionalisme adalah sikap atau perilaku seseorang dalam melakukan profesi tertentu Harefa, 1999 dalam Halim,
2003:12, dan merupakan suatu atribut individual yang penting tanpa melihat apakah suatu pekerjaan merupakan suatu profesi atau tidak
Herawati, 2008. Begitu pula menurut logika teori penulis, bahwa keberhasilan dan kinerja seseorang dalam suatu bidang pekerjaan sangat
ditentukan oleh profesionalisme terhadap bidang yang ditekuninya. Profesionalisme sendiri harus ditunjang dengan komitmen serta
independensi untuk mencapai tingkatan yang tertinggi. Tetapi dalam penelitian ini komitmen organisasi tidak berpengaruh
signifikan terhadap peningkatan profesionalisme akuntan publik. Peneliti menduga penyebab komitmen organisasi tidak berpengaruh terhadap
peningkatan profesionalisme akuntan publik adalah adanya keterikatan atau loyalitas terhadap organisasi diukur dari manfaat organisasi bagi
dirinya yang mengarah pada kecenderungan karyawan untuk tidak meninggalkan perusahaan karena adanya sejumlah investasi yang harus
dikorbankan bila meninggalkan perusahaan, antara lain hubungan dengan sesama rekan kerja, keterampilan, dan kompensasi, seperti yang dijelaskan