28 Komitmen organisasional dibangun atas dasar kepercayaan pekerja atas nilai-
nilai organisasi, kerelaan pekerja membantu mewujudkan tujuan organisasi dan loyalitas untuk tetap menjadi anggota organisasi Trisnaningsih, 2007.
Komitmen merupakan sebuah sikap dan perilaku yang saling mendorong antara satu dengan yang lain. Akuntan yang komit terhadap
organisasi akan menunjukkan sikap dan perilaku yang positif terhadap lembaganya KAP, akuntan publik akan memiliki jiwa untuk tetap membela
organisasinya, berusaha meningkatkan prestasi, dan memiliki keyakinan yang pasti untuk membantu mewujudkan tujuan organisasi. Komitmen akuntan
publik terhadap organisasinya adalah kesetiaan akuntan publik terhadap organisasinya KAP, disamping juga akan menumbuhkan loyalitas serta
mendorong keterlibatan diri dalam mengambil berbagai keputusan. Oleh karenanya komitmen akan menimbulkan rasa ikut memiliki sense of
belonging bagi karyawan terhadap organisasi.
D. Kecerdasan Emosional
Pada tahun 1985 seorang mahasiswa kedokteran di sebuah Universitas AS menulis disertasi dengan tema “emotional intelligence”. Tahun 1990
psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari University of New Hampshire mengembangkan cara pengukuran kemampuan
manusia dalam bidang emosi. Istilah “Kecerdasan Emosional” pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dan Jhon Meyer
tersebut, untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan Alwani, 2007. Kualitas-kualitas itu antara lain:
29 empati kepedulian, mengungkapkan dan memahami perasaan,
mengendalikan amarah, kemandirian, kemampuan menyesuaikan diri, disukai, kemampuan memecahkan masalah antar pribadi ketekunan
kesetiakawanan, keramahan, dan sikap hormat. Definisi yang diberikan oleh Meyer dan Peter Salvoes tentang
kecerdasan emosi adalah kemampuan menerima dan mengekspresikan emosi yang dirasakan, memahami emosi secara kognitif, mengerti dan mengetahui
penyebab emosinya serta mampu mengatur atau mencocokkan emosinya dengan situasi yang tidak menyenangkan Nindyati, 2009.
Menurut Alwani 2007, kecerdasan emosional adalah seperangkat kemampuan untuk mengenal, memahami perasaan diri sendiri dan orang lain
serta mampu menggunakan perasaan itu untuk memandu pikiran dalam bertindak. Sedangkan menurut Maslahah 2007, dapat dikatakan bahwa
kecerdasan emosional menuntut diri untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain dan untuk menanggapinya dengan tepat,
menerapkan dengan efektif energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari.
Individu yang memiliki kecerdasan emosi tinggi mempunyai kesadaran diri untuk lebih mengenali emosi dan pikiran yang sedang terjadi pada
dirinya, tidak larut dalam situasi yang tidak menyenangkan. Individu tersebut mempunyai kejernihan dalam berfikir, mampu lebih mengendalikan diri dan
melindungi dirinya dari pengaruh stress yang datang, sehingga mengetahui tindakan apa yang akan diambil untuk mengatasi permasalahanya Mayer
30 dalam Goleman, 1999; Taylor, 2001; Salvoes dan Pizarro, 2003, dalam
Nindyati 2009. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kecerdasan emosional
adalah kemampuan Akuntan Publik untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain empati dan
keterampilan sosial. Berikut penjelasan kecerdasan emosional yang terbagi dalam lima dimensi, sebagai berikut:
1. Kesadaran diri Kesadaran diri merupakan dasar dari kecerdasan emosional yaitu
merupakan kemampuan untuk memantau perasaan dari waktu ke waktu. Menurut Goleman 2001:513, kesadaran diri adalah mengetahui apa yang
dirasakan pada suatu saat dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri. Selain itu kesadaran diri juga berarti
menetapkan tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat. Kesadaran diri merupakan ketrampilan dasar
yang vital untuk ketiga kecakapan emosi, yaitu: kesadaran emosi, yaitu mengetahui pengaruh emosi terhadap kinerja, dan mampu menggunakan
nilai-nilai untuk memandu membuat keputusan; penilaian diri secara akurat, yaitu mengetahui kekuatan dan batas-batas diri sendiri; percaya
diri, yaitu keyakinan tentang harga diri dan kemampuan sendiri. Hautman dalam Suryanti dan Ika 2004:264 menyatakan bahwa saat kita
semakin mengenal diri kita, kita akan lebih memahami apa yang kita rasakan dan lakukan. Pemahaman itu akan memberi kita kesempatan atau
31 kebebasan untuk mengubah hal-hal yang ingin kita ubah mengenai diri kita
dan menciptakan kehidupan yang kita inginkan. Kesadaran diri memungkinkan kita untuk berhubungan dengan emosi, pikiran, dan
tindakan Suryanti dan Ika, 2004:264. 2. Motivasi
Motivasi berarti menggunakan hasrat kita yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun seseorang menuju sasaran, membantu kita
mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif dan untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi Goleman 2001:514. Motivasi yang
paling ampuh adalah motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang Condry dan Chambers dalam Suryani dan Ika, 2004, :266.
Pencapaian keberhasilan menuntut dorongan untuk berprestasi. Studi-studi yang membandingkan para bintang kinerja ditingkat eksekutif dengan
rekan-rekannya yang berprestasi bisa menemukan bahwa bintang tersebut menunjukkan ciri-ciri kecakapan peraihan prestasi sebagai berikut: mereka
berbicara mengenai resiko dan lebih berani menanggung resiko yang telah diperhitungkan. Mereka mendesakkan dan mendukung inovasi-inovasi
baru dan menetapkan sasaran-sasaran yang menantang bagi para bawahan mereka. Kebutuhan berprestasi adalah kecakapan yang paling kuat satu-
satunya yang membedakan eksekutif bintang dari para eksekutif biasa Alwani, 2007. Kecakapan emosi yang terdapat dalam motivasi adalah:
dorongan prestasi, yaitu dorongan untuk menjadi lebih baik atau memeuhi standar keberhasilan; inisiatif, yaitu kesiapan untuk memanfaatkan