Kecerdasan Emosional TINJAUAN PUSTAKA

31 kebebasan untuk mengubah hal-hal yang ingin kita ubah mengenai diri kita dan menciptakan kehidupan yang kita inginkan. Kesadaran diri memungkinkan kita untuk berhubungan dengan emosi, pikiran, dan tindakan Suryanti dan Ika, 2004:264. 2. Motivasi Motivasi berarti menggunakan hasrat kita yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun seseorang menuju sasaran, membantu kita mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif dan untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi Goleman 2001:514. Motivasi yang paling ampuh adalah motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang Condry dan Chambers dalam Suryani dan Ika, 2004, :266. Pencapaian keberhasilan menuntut dorongan untuk berprestasi. Studi-studi yang membandingkan para bintang kinerja ditingkat eksekutif dengan rekan-rekannya yang berprestasi bisa menemukan bahwa bintang tersebut menunjukkan ciri-ciri kecakapan peraihan prestasi sebagai berikut: mereka berbicara mengenai resiko dan lebih berani menanggung resiko yang telah diperhitungkan. Mereka mendesakkan dan mendukung inovasi-inovasi baru dan menetapkan sasaran-sasaran yang menantang bagi para bawahan mereka. Kebutuhan berprestasi adalah kecakapan yang paling kuat satu- satunya yang membedakan eksekutif bintang dari para eksekutif biasa Alwani, 2007. Kecakapan emosi yang terdapat dalam motivasi adalah: dorongan prestasi, yaitu dorongan untuk menjadi lebih baik atau memeuhi standar keberhasilan; inisiatif, yaitu kesiapan untuk memanfaatkan 32 kesempatan; optimis, yaitu kegigihan dalam memperjuangkan sasaran kendati ada halangan dan kegagalan Yuniani, 2007. 3. Empati Kemampuan berempati adalah kemampuan untuk mengetahui bagaimana perasaan orang lain, mampu memahami persepektif mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang Goleman, 2001:514. Meltzoff dalam Suryani dan Ika, 2004:267, menyatakan bahwa empati telah ada saat kita berusia tiga tahun. Ini dapat dihubungkan dengan gerakan meniru yang dilakukan bayi pada usia dini. Sebenarnya, empati membuat seseorang lebih tegas dan sadar diri, karena empati memberi informasi yang kaya tentang orang lain dan hubungannya dengan mereka. Mengetahui persaan orang lain membantu seseorang menghargai individualitasnya. Empati juga memotivasi dan mengilhami tindakan, menjadikannya sumber daya yang memberdayakan bagi kehidupan pribadi dan sosial Segal, 2000 dalam Maslahah 2007. Empati adalah menghayati masalah-masalah atau kebutuhan-kebutuhan yang tersirat dibalik perasaan seseorang. Empati merupakan ketrampilan dasar untuk semua kecakapan sosial yang penting untuk bekerja. Kecakapan-kecakapan ini meliputi: memahami orang lain, yaitu mengindra perasaan dan perspektif orang lain, dan menunjukkan minat aktif terhadap kepentingan mereka; orientasi pelayanan; yaitu mengantisipasi, mengenali, dan berusaha memenuhi kebutuhan pelanggan; 33 kesadaran politis, yaitu mampu membaca arus-arus emosi sebuah kelompok dan hubungannya dengan kekuasaan Yuniani, 2007. 4. Pengendalian diri Menurut Goleman 2001:514 mendefinisikan pengendalian diri dengan menangani emosi kita sedemikian sehingga berdampak positif kepada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya sesuatu sasaran dan mampu pulih kembali dari tekanan emosi. Kecakapan emosi utama dalam pengaturan diri adalah sebagai berikut: dapat dipercaya, yaitu memelihara norma kejujuran dan integritas; kehati-hatian, yaitu dapat diandalkan dan bertanggungjawab dalam memenuhi kewajiban; adaptabilitas, yaitu keluwesan dalam menangani perubahan dan tantangan. Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi. Emosi yang berlebihan dapat mengoyak kesetabilan seseorang. Aristoteles dalam Nicomachean Ethnic menulis siapapun bisa marah, marah itu mudah. Tetapi, marah pada orang yang tepat, dengan kadar yang sesuai, pada waktu yang tepat, demi tujuan yang benar, dan dengan cara yang baik, bukanlah hal yang mudah Alwani,2007. 5. Keterampilan sosial Menurut Goleman 2001:514 keterampilan sosial berarti menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar, 34 menggunakan keteraampilan-keterampilan ini untuk mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan dan untuk bekerja sama dan bekerja dalam tim. Keterampilan sosial merupakan aspek penting dalam Emotional Intellegence, keterampilan sosial bisa diperoleh dengan banyak berlatih. Hatch dan Gardner dalam Suryanti dan Ika 2004:268 mengungkapkan bahwa orang-orang yang terampil dalam kecerdasan sosial dapat menjalin hubungan dengan orang lain dengan cukup lancar, peka terhadap reaksi dan perasaan mereka, mampu memimpin dan mengorganisir dan pintar menangani perselisihan yang muncul dalam setiap kegiatan manusia. Kecerdasan emosional merupakan kesadaran diri untuk mengetahui apa yang dirasakan dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri dan mendorong untuk menjadi lebih baik, memahami persepektif orang lain sehingga dapat menumbuhkan hubungan saling percaya mampu menjalin hubungan dengan orang lain dengan cukup lancar, peka terhadap reaksi dan perasaan orang, mampu memimpin dan mengorganisir dan pintar menangani perselisihan yang muncul dalam setiap kegiatan serta dapat menyelaraskan diri dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya sesuatu sasaran dan mampu pulih kembali dari tekanan emosi. Dengan demikian, individu yang memiliki kecerdasan emosi tinggi mampu untuk lebih mengenali emosi dan pikiran yang sedang terjadi pada dirinya, tidak larut dalam situasi yang tidak menyenangkan. Individu tersebut mempunyai kejernihan dalam berfikir, dan mampu mengendalikan diri 35

E. Profesionalisme

Profesi berasal dari kata profess yang berarti pengakuan atau pernyataan dimuka umum. Makna kata profesi adalah pekerjaan yg dilakukan sebagai nafkah hidup dengan mengandalkan keahlian dan keterampilan kemahiran yang tinggi dan dengan melibatkan komitmen pribadi moral yang mendalam. Profesional merupakan orang yg melakukan kegiatan atau menjalani profesi tertentu, sedangkan profesionalisme adalah sikap atau perilaku seseorang dalam melakukan profesi tertentu Harefa, 1999 dalam Halim, 2003:12. Arleen Herawati 2008, menyatakan bahwa profesionalisme merupakan suatu atribut individual yang penting tanpa melihat apakah suatu pekerjaan merupakan suatu profesi atau tidak. Menurut Aren et-al 2010:108, yang dimaksud dengan professional adalah: “The term professional means a responsibility for conduct that extends beyond satisfying individual responsibilities and beyond the requirements of out society’s laws and regulation”. Setiawan dan Gozali 2006, sebelum suatu profesi memperoleh pengakuan sosial, praktisi akuntan harus memiliki atribut profesionalisme yang mencakup, yaitu keyakinan bahwa pekerjaanya secara sosial adalah penting, berdedikasi terhadap pekerjaanya, membutuhkan otonomi dalam melaksanakan pekerjaanya, dukungan terhadap pengaturan sendiri self- regulation, berafiliasi dengan praktisi lainya. Menurut Hall, pada Kalber dan Forgerty 1995; dalam Yuliani 2005, seseorang yang profesional layaknya Akuntan Publik harus didasari oleh 36 beberapa hal, seperti dedikasi terhadap profesi, tanggung jawab sosial, tuntutan otonom, percaya pada pengaturan sendiri, dan perkumpulan profesi. Sedangkan Hall Syahrir, 2002:7; Hastuti dkk 2003 dalam Reni Yendrawati 2008 dan Arleen Herawati 2008, menyatakan gambaran seseorang yang profesional dalam profesi dicerminkan dalam lima dimensi profesionalisme, yaitu pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap peraturan profesi, dan hubungan dengan sesama profesi. Berikut penjelasan lima dimensi profesionalisme, sebagai berikut: 1. Pengabdian pada profesi dedication Dicercermin dalam dedikasi profesional melalui penggunaan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki. Sikap ini adalah ekspresi dari penyerahan diri secara total terhadap pekerjaan. Pekerjaan didefinisikan sebagai tujuan hidup dan bukan sekadar sebagai alat untuk mencapai tujuan. Penyerahan diri secara total merupakan komitmen pribadi, dan sebagai kompensasi utama yang diharapkan adalah kepuasan rohaniah dan kemudian kepuasan material. 2. Kewajiban sosial social obligation Yaitu pandangan tentang pentingnya peran profesi serta manfaat yang diperoleh baik oleh masyarakat ataupun oleh profesional karena adanya pekerjaan tersebut. 37 3. Kemandirian autonomy demands Yaitu suatu pandangan bahwa seorang profesional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak yang lain pemerintah, klien dan mereka yang bukan anggota profesi. Setiap ada campur tangan dari luar dianggap sebagai hambatan kemandirian secara profesional. 4. Keyakinan terhadap peraturan profesi belief in self-regulation Yaitu suatu keyakinan bahwa yang berwenang untuk menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi, dan bukan pihak luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka. 5. Hubungan dengan sesama profesi professional community affiliation Berarti menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk organisasi formal dan kelompok-kelompok kolega informal sebagai sumber ide utama pekerjaan. Sebagai profesional, auditor mempunyai kewajiban untuk memenuhi aturan perilaku spesifik, yang menggambarkan suatu sikap atau hal-hal yang ideal. Kewajiban tersebut berupa tanggung jawab yang bersifat fundamental bagi profesi untuk memantapkan jasa yang ditawarkan. Seseorang yang profesional mempunyai tanggung jawab yang lebih besar karena diasumsikan bahwa seorang profesional memiliki kepintaran, pengetahuan dan pengalaman untuk memahami dampak aktifitas yang dilakukan. konsep profesionalisme akuntan publik menjadi hal yang penting karena akuntan publik merupakan asset penting Kantor Akuntan Publik KAP dimana akuntan auditor itu bekerja sebagai indikator keberhasilan Kantor Akuntan 38 Publik KAP. Diharapkan akuntan publik yang mempunyai sikap profesionalisme yang tinggi dapat memberikan kontribusi yang baik bagi Kantor Akuntan Publik KAP dan memberikan pelayanan yang optimal bagi klienya Setelah mengetahui dengan jelas apa itu profesionalisme dalam profesi akuntan publik, para akuntan publik dan para calon akuntan publik perlu mempersiapkan diri untuk memenuhi tuntutan profesionalisme. Hanya dengan profesionalisme ini, kepercayaan masyarakat terhadap akuntan publik pulih kembali dan dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi era globalisasi saat ini.

F. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai peningkatan profesionalisme dan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti penerapan etika profesi, komitmen organisasi dan kecerdasan emosional telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Penelitian-penelitian tersebut banyak memberikan masukan serta kontribusi tambahan bagi akuntan publik dalam meningkatkan profesionalisme pada kinerjanya. Pada tabel 2.1 berikut ini disajikan hasil- hasil penelitian terdahulu mengenai etika profesi, komitmen organisasi, kecerdasan emosional dan profesionalisme. Tabel 2.1 disajikan pada halaman selanjutnya.

Dokumen yang terkait

PENGARUH INDEPENDENSI, PROFESIONALISME, DAN ETIKA PROFESI TERHADAP KINERJA AUDITOR PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK Pengaruh Independensi,Profesionalisme, Dan Etika Profesi Terhadap Kinerja Auditor Pada Kantor Akuntan Publik Surakarta Dan Yogyakarta.

0 4 20

PENGARUH ETIKA PROFESI, KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL, DAN KECERDASAN S[IRITUAL Pengaruh Etika Profesi, Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Dan Kecerdasan Spiritual( Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik Wilayah Surakarta dan

0 3 24

PENGARUH ETIKA PROFESI, KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL, DAN KECERDASAN SPIRITUAL Pengaruh Etika Profesi, Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Dan Kecerdasan Spiritual( Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik Wilayah Surakarta dan

0 3 14

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN SPIRITUAL, ORIENTASI ETIKA DAN NILAI ETIKA ORGANISASI TERHADAP PERILAKU ETIS AKUNTAN.

0 0 6

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN SPRITUAL, ORIENTASI ETIKA DAN NILAI ETIKA ORGANISASI TERHADAP PERILAKU ETIS AKUNTAN.

0 0 6

Pengaruh Penerapan Aturan Etika Terhadap Profesionalisme Akuntan Publik.

0 0 25

Pengaruh Etika Profesi dan Kecerdasan Emosional Terhadap Opini Auditor Pada kantor Akuntan Publik Kota Palembang

0 1 16

Pengaruh Penerapan Etika Profesi, Komitmen Organisasi, dan Kecerdasan Emosional Terhadap Peningkatan Profesionalisme Akuntan Manajemen di Perusahaan Manufaktur Semarang - Unika Repository

0 0 15

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian - Pengaruh Penerapan Etika Profesi, Komitmen Organisasi, dan Kecerdasan Emosional Terhadap Peningkatan Profesionalisme Akuntan Manajemen di Perusahaan Manufaktur Semarang - Unika Repository

0 0 12

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden - Pengaruh Penerapan Etika Profesi, Komitmen Organisasi, dan Kecerdasan Emosional Terhadap Peningkatan Profesionalisme Akuntan Manajemen di Perusahaan Manufaktur Semarang - Unika Repository

0 0 28