BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Cadangan minyak dan gas bumi yang sebelumnya dijadikan salah satu sumber penerimaan Negara sudah mulai menipis, maka kini salah satu sumber
penerimaan Negara dan menjadi tumpuan penerimaan Negara untuk membiayai pembangunan nasional adalah dari sektor pajak. Dalam struktur penerimaan
Negara, penerimaan pajak merupakan sumber utama pendapatan dalam negeri. Penerimaan pajak dari dalam negeri terdiri dari Pajak Penghasilan PPh,
Pajak Penjualan atas Barang Mewah PPnBM, Pajak Pertambahan Nilai PPN, Pajak Bumi dan Bangunan PBB, Bea Materai, Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan BPHTB. Dan juga pajak yang bersumber dari Perdagangan Internasional yaitu, Bea Masuk dan Pajak Ekspor.
Berdasarkan wewenang pemungutnya pajak dibagi dua yaitu, Pajak Pusat dan Pajak Daerah. Pajak Pusat adalah pajak yang wewenang pemungutannya ada
pada pemerintah pusat, sedangkan pajak daerah adalah pajak yang wewenang pemungutannya ada pada pemerintah daerah pemda. Yang termasuk Pajak Pusat
yaitu Pajak Penghasilan PPh, Pajak Pertambahan Nilai PPN, Pajak Bumi dan Bangunan PBB, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB, dan
Bea Materai. Pajak tidak hanya dirasakan manfaatnya bagi kepentingan nasional oleh
pemerintah pusat, melainkan juga dirasakan begitu besar manfaatnya bagi daerah. Salah satu diantaranya yang cukup banyak dirasakan oleh daerah adalah Pajak
Bumi dan Bangunan PBB. PBB ini dikenakan pada bumi dan bangunan yang masih berada di wilayah Indonesia baik didarat maupun di perairan daerah
pabean. Pajak Bumi dan Bangunan PBB yang dikenakan terhadap bumi dan
bangunan menjangkau semua lapisan masyarakat dengan stratifikasi sosial yang beragam. Oleh karenanya berbagai ketentuan di dalam PBB harus diciptakan
dengan mempertimbangkan pula kepentingan dan kondisi masyarakat selaku wajib pajak. Yang diatur dalam Undang-undang No. 12 Tahun 1985 tentang Pajak
Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 12 Tahun 1994.
Membayar pajak merupakan bukti keikutsertaan masyarakat dalam pembiayaan dan pembangunan negara, juga digunakan untuk pemerataan
kesejahteraan bangsa. Saat ini pajak merupakan sumber utama bagi penerimaan negara, dan juga sebagai alat kebijakan ekonomi dan keuangan negara.
Melihat hampir dari seluruh rakyat Indonesia adalah wajib pajak bumi dan bangunan hal ini menunjukan bahwa tidak sedikit pendapatan negara berasal dari
sektor pajak tersebut, yang beberapa persen diantaranya akan diberikan kepada pemerintah daerah yang dipergunakan untuk peningkatan pembangunan daerah.
Seiring dengan meningkatnya pendapatan pajak PBB akan membawa keberhasilan penerimaan PBB.
Salah satu ukuran keberhasilan perpajakan yang sesuai dengan fungsi budgetair adalah keberhasilan penerimaan pajak atau collection rate. Sebagai
rasio tingkat kepatuhan pembayaran pajak oleh wajib pajak dibandingkan dengan
pokok ketetapannya pada tahun yang bersangkutan, semakin tinggi tingkat kepatuhan wajib pajak semakin tinggi tingkat keberhasilan perpajakan.
Faktor atau karakteristik yang mempengaruhi keberhasilan perpajakan adalah faktor tax payer yaitu faktor pada wajib pajak yang terdiri dari tingkat
kesadaran perpajakan wajib pajak, pemahaman wajib pajak terhadap peraturan perpajakan PBB, persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan sanksi denda PBB,
sikap wajib pajak terhadap fungsi pajak. Pengetahuan tentang faktor pada wajib pajak merupakan input penting bagi fiskus, dan sangat berperan penting dalam
setiap upaya peningkatan keberhasilan pajak, baik pajak pusat maupun daerah. Keberhasilan didalam perpajakan juga menjadi hal yang mesti
mendapatkan perhatian yang memadai. Berbagai upaya terus dilakukan oleh pemerintah, akan tetapi satu hal yang perlu untuk dipahami bahwa tanpa disertai
pemahaman dan kesadaran masyarakat untuk bersama-sama memberikan dukungan, tentu tidak akan dapat membuahkan hasil yang optimal.
Sikap merupakan cermin dari pengetahuan dan pandangan seseorang terhadap sesuatu. Misalnya Katz sebagaimana dikutip Bimo Walgito
mengemukakan bahwa salah satu fungsi sikap adalah fungsi pengetahuan, dimana bila seseorang mempunyai sikap tertentu terhadap sesuatu objek, menunjukkan
tentang pengetahuan orang tersebut terhadap objek sikap yang bersangkutan.Katz dalam Bimo Walgito:2000 Dengan demikian sikap seseorang terhadap suatu
objek dapat digunakan untuk melihat seberapa jauh pengetahuan seseorang tersebut tentang sesuatu itu. Di bagian lain dengan mengutip Ma’rat, Bimo
mengatakan bahwa objek sikap akan dipersepsi oleh individu, dan hasil persepsi akan dicerminkan dalam sikap yang diambil oleh individu yang bersangkutan.
Dalam mempersepsi objek sikap, individu akan dipengaruhi oleh pengetahuan, pengalaman, keyakinan, proses belajar, dan hasil proses persepsi ini
merupakan pendapat atau keyakinan individu mengenai objek sikap. Ma’rat dalam Bimo Walgito, 2000:17. Pengetahuan dari wajib pajak mengenai waktu
pembayaran dapat digunakan untuk melihat sikap mereka mengenai bagaimana mereka membayar pajak. Namun seberapa besar pengaruh faktor atau
karakteristik pada wajib pajak belum diketahui secara pasti. Berdasarkan hal tersebut diatas, untuk itu penulis mencoba memilihnya
dalam sebuah skripsi yang berjudul ”Pengaruh Karakteristik Wajib Pajak Terhadap Keberhasilan Penerimaan PBB Studi Kasus Pada Kantor
Pelayanan PBB Jakarta Selatan satu”
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Umi Khodijah 2005 mengenai pengaruh faktor-faktor yang melekat pada wajib pajak
terhadap keberhasilan penerimaan perpajakan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara faktor-faktor yang melekat pada
wajib pajak dengan keberhasilan penerimaan pajak.
B. Perumusan Masalah