69
Tabel 31. Hasil Perhitungan Elastisitas Permintaan Tempe di Desa Jombang, 2011
No Variabel
Koefisien Regresi
Rata-rata Elastisitas Interpretasi
1. Permintaan
Tempe Y 21,595
konstanta 7,9414
2. Harga tempe X
1
-1,176 6,4697
0,957 Inelastis
3. Harga tahu X
2
0,372 5,7702
0,270 Inelastis,
substitusi 4.
Harga telur X
3
-0,130 15,3737
0,252 Inelastis,
komplementer 5.
Harga daging ayam X
4
-1,171 23,2121
0,499 Inelastis,
komplementer 6.
Harga ikan X
5
-0,069 16,8182
0,146 Inelastis,
komplementer 7.
Jumlah anggota
keluarga X
6
0,082 4,0909
0,042 Inelastis
8. Pendapatan
keluarga X
4
-0,522 2,7077
0,178 Inelastis,
barang inferior
Sumber: Data Primer diolah
Dari tabel di atas, dapat dilihat nilai elastisitas harga tempe terhadap permintaan tempe yaitu sebesar 0,957. Artinya dengan meningkatnya harga
sebesar 1 persen akan menurunkan jumlah permintaan tempe sebesar 0,957 persen. Elastisitas harga tempe bersifat inelastis 0,956 1.
Untuk elastisitas silang dari harga tahu terhadap permintaan tempe didapat nilai elastisitas sebesar 0,270. Elastisitas harga tahu bersifat inelastis 0,270 1.
Nilai koefisien regresi yang positif membuktikan bahwa tahu merupakan barang substitusi dari tempe. Nilai elastisitas silang dari harga telur, harga daging ayam,
dan harga ikan juga lebih kecil dari 1. Maka elastisitas silang dari ketiga barang tersebut bersifat inelastis. Koefisien regresi yang dihasilkan dari ketiga barang
tersebut memiliki tanda negatif, hal ini membuktikan bahwa telur, daging ayam dan ikan merupakan barang komplementer terhadap tempe.
70 Dari hasil perhitungan elastisitas pendapatan didapatkan nilai elastisitas
pendapatan keluarga sebesar 0,178. Elastisitas pendapatan bersifat inelastis 0,178 1. Koefisien regresi yang didapat pada pendapatan keluarga adalah
negatif. Hal ini membuktikan bahwa tempe merupakan barang inferior.
5.2. Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian ini menggunakan teori-teori yang sebelumnya dijelaskan sebagai dasar dari penelitian ini, kemudian dibandingkan dengan hasil
analisis data yang didapat.
5.2.1. Permintaan Tempe Rumah Tangga Responden di Desa Jombang
Dari hasil didapat sebesar 86 persen rumah tangga di desa Jombang menjadikan tempe sebagai lauk sehari-hari dalam menu makanan keluarga.
Rata-rata jumlah permintaan tempe rumah tangga perbulan adalah 7,94 kg. Pada jumlah permintaan tempe didapat rumah tangga yang paling sedikit
mengkonsumsi tempe. Hal ini karena rumah tangga tersebut hanya membeli satu potong tempe 250 gr dalam seminggu. Selanjutnya terdapat pula rumah tangga
yang paling banyak mengkonsumsi tempe, hal ini disebabkan karena rumah tangga tersebut membeli 1 kg tempe setiap harinya.
Pada hasil frekuensi pembelian tempe rumah tangga responden terdapat frekuensi pembelian tempe terendah yaitu empat kali membeli tempe dalam
sebulan. Hal ini disebabkan karena rumah tangga tersebut hanya membeli tempe sekali dalam seminggu. Terdapat pula frekuensi pembelian tempe tertinggi yaitu
30 kali dalam sebulan, hal ini dikarenakan rumah tangga tersebut membeli atau mengkonsumsi tempe setiap hari. Hal ini menjadi sesuatu yang menarik mengapa
71 rumah tangga tersebut selalu mengkonsumsi tempe? Banyak hal yang mendasari
seseorang untuk membeli sebuah produk guna memenuhi kebutuhannya. Oleh karna itu kita harus tahu alasan responden mengkonsumsi tempe. Dari hasil
kuisioner alasan terbanyak responden mengkonsumsi tempe adalah karena tempe bergizi tinggi. Sebagian besar responden juga memilih pilihan jawaban lebih dari
satu. Karena memang benar selain bergizi tinggi, tempe juga mudah diolah, harganya murah, rasanya enak serta digemari oleh anggota keluarga.
Sedangkan untuk pilihan alasan lainnya, ada responden yang mengisi dengan alasan mudah didapat, praktis dan sebagai makanan pelengkap 4 sehat 5
sempurna. Permintaan tempe oleh konsumen terkait juga dengan lokasi dimana
responden membeli tempe. Sebagian besar responden memilih pasar tradisional sebagai tempat untuk mendapatkan tempe. Karena harga tempe akan lebih murah
jika dibandingkan dengan membeli tempe pada warung dekat rumah, tukang sayur keliling dan supermarket. Hal ini terkait dengan produsen pengrajin tempe akan
menawarkan harga pada pasar. Sedangkan para pedagang hanya sebagai pengambil harga price taker. Dari seluruh responden yang ada, tidak ada yang
merupakan pembuat atau pengrajin tempe. Hal ini didapat dari hasil kuisioner untuk pilihan produksi sendiri tidak ada responden yang memilih.