Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe di Desa Jombang
52 Berdasarkan Tabel 20, Harga terendah tempe yang dikonsumsi oleh
responden adalah Rp. 4.000,-kg. Ada 14 orang responden yang membeli tempe dengan harga tersebut. Kemudian sebanyak 3 orang responden membeli tempe
dengan harga tertinggi yaitu Rp. 10.000,-kg. Harga tempe yang paling banyak dikonsumsi oleh responden adalah Rp. 6.000,-kg yakni ada sebanyak
35,3 responden. Sedangkan yang paling sedikit, ada 2 responden mengkonsumsi tempe deangan harga 6.500,-kg.
Variabel X
2
sampai dengan variabel X
5
merupakan barang pengganti dari tempe, di dalam kuisioner barang pengganti yang dimasukkan dalam penelitian ini
yaitu; harga tahu, harga telur, harga daging ayam, harga daging sapi, harga ikan dan harga udang. Tetapi untuk harga daging sapi dan harga udang tidak dijadikan
variabel karena sebagian besar responden tidak mengisi kuisioner untuk pertanyaan harga daging sapi dan harga udang.
Variabel X
2
adalah harga tahu. Sama halnya dengan variabel harga tempe, variabel harga tahu juga dihitung dalam satuan rupiah per kilogram. Harga tahu
didapat dari jumlah pembelian tahu sehari dikalikan dengan harga pembelian tahu. Data harga tahu yang dikonsumsi oleh responden dapat dilihat pada Tabel 21.
53
Tabel 21. Harga Konsumsi Tahu Responden Perkilogram di Desa Jombang, 2011
No Harga Tahu rupiah
Jumlah Responden n Persentase
1. 4.000
5 5,1
2. 5.000
22 22,2
3. 5.500
1 1,0
4. 6.000
28 28,3
5. 6.250
1 1,0
6. 7.000
2 2,0
7. 7.500
1 1,0
8. 8.000
20 20,0
9. 10.000
8 8,1
10. Tidak memilih
11 11,1
Jumlah 99
100
Sumber: Data Primer diolah
Dari Tabel 21, harga tahu yang paling banyak dikonsumsi oleh responden adalah pada harga Rp. 6.000,-kg yaitu ada sebanyak 28,3 responden.
Sedangkan yang paling sedikit yaitu ada sebanyak 1 responden mengkonsumsi tahu dengan harga Rp. 5.500,-kg, 6.250,-kg dan Rp. 7.500,-kg.
Harga terendah tahu yang dikonsumsi oleh responden adalah pada tingkat harga Rp. 4.000,-kg. Sedangkan ada 8,1 responden yang membeli tahu dengan harga
tertinggi yaitu Rp. 10.000,-kg. Dari tabel tersebut, terdapat responden yang tidak memilih tahu untuk menu makanan keluarganya yaitu ada sebanyak 11 orang
responden. Variabel X
3
adalah harga telur. Sama halnya dengan variabel harga tempe dan harga tahu, variabel harga telur juga dihitung dalam satuan
rupiah per kilogram. Harga telur didapat dari jumlah pembelian telur sehari
54 dikalikan dengan harga pembelian telur. Tabel 22 menunjukkan harga telur yang
dikonsumsi oleh responden.
Tabel 22. Harga Konsumsi Telur Responden Perkilogram di Desa Jombang, 2011
No Harga Telur rupiah
Jumlah Responden n Persentase
1. 12.000
2 2,0
2. 13.000
2 2,0
3. 14.000
11 11,1
4. 14.500
2 2,0
5. 14.600
1 1,0
6. 15.000
25 25,3
7. 15.200
2 2,0
8. 16.000
53 53,5
9. 20.000
1 1,0
Jumlah 99
100
Sumber: Data Primer diolah
Dari Tabel 22, harga telur yang paling banyak dikonsumsi oleh responden adalah pada harga Rp. 16.000,-kg yaitu ada sebanyak 53 responden.
Sedangkan yang paling sedikit yaitu ada sebanyak 1 responden mengkonsumsi telur dengan harga Rp. 14.600,-kg dan Rp. 20.000,-kg. Harga terendah telur
yang dikonsumsi oleh responden adalah pada tingkat harga Rp. 12.000,-kg. Pada tingkat harga tersebut ada sebanyak 2 orang yang membeli telur.
Sedangkan ada 1 orang responden yang membeli telur dengan harga tertinggi yaitu Rp. 20.000,-kg.
Variabel X
4
adalah harga daging ayam dalam rupiah perkilogram. Harga daging ayam didapat dari jumlah pembelian daging ayam sehari dikalikan
dengan harga pembelian daging ayam. Data harga daging ayam yang dikonsumsi oleh responden dapat dilihat pada Tabel 23.
55
Tabel 23. Harga Konsumsi Daging Ayam Responden Perkilogram di Desa Jombang, 2011
No Harga Daging Ayam
rupiah Jumlah Responden
n Persentase
1. 20.000
5 5,1
2. 21.000
1 1,0
3. 22.000
1 1,0
4. 23.000
2 2,0
5. 24.000
14 14,1
6. 25.000
32 32,3
7. 26.000
1 1,0
8. 27.000
4 4,0
9 28.000
2 2,0
10. 30.000
15 15,2
11. 35.000
3 3,0
12. 36.000
3 3,0
13. 40.000
3 3,0
14. Tidak memilih
13 13,1
Jumlah 99
100
Sumber: Data Primer diolah
Dari tabel tersebut, harga daging ayam yang paling banyak dikonsumsi oleh responden adalah pada harga Rp. 25.000,-kg yaitu ada sebanyak
32,3 responden. Sedangkan yang paling sedikit yaitu sebanyak 1 responden mengkonsumsi daging ayam dengan harga Rp. 21.000,-kg, Rp. 22.000,-kg,
dan Rp. 26.000,-kg. Harga terendah daging ayam yang dikonsumsi oleh responden adalah pada tingkat harga Rp. 20.000,-kg. Ada sebanyak 5 orang yang
membeli daging ayam dengan harga tersebut. Harga tertinggi daging ayam yang dikonsumsi oleh responden adalah Rp. 40.000,-kg, yaitu ada sebanyak 3 orang
responden. Dalam penelitian ini ada 13 responden yang tidak memilih daging ayam untuk menu makanan keluarganya.
56 Variabel X
5
adalah harga ikan. Variabel harga ikan juga dihitung dalam satuan rupiah per kilogram. Harga ikan didapat dari jumlah pembelian ikan sehari
dikalikan dengan harga pembelian ikan. Data harga ikan yang dikonsumsi oleh responden dapat dilihat pada Tabel 24.
Tabel 24. Harga Konsumsi Ikan Responden Perkilogram di Desa Jombang, 2011
No Harga Ikan rupiah
Jumlah Responden n Persentase
1 12.000
4 4,0
2 12.500
1 1,0
3 14.000
1 1,0
4 15.000
9 9,1
5 16.000
12 12,1
6 17.500
1 1,0
7 18.000
1 1,0
8 20.000
19 19,2
9 24.000
5 5,1
10 25.000
6 6,1
11 26.000
3 3,0
12 28.000
2 2,0
13 30.000
4 4,0
14 32.000
4 4,0
15 36.000
1 1,0
16 40.000
4 4,0
17 Tidak memilih
22 22,2
Jumlah 99
100
Sumber: Data Primer diolah
Dari Tabel 24, harga ikan yang paling banyak dikonsumsi oleh responden adalah pada harga Rp. 20.000,-kg yaitu ada sebanyak 19,2 responden.
Sedangkan yang paling sedikit yaitu ada sebanyak 1 responden mengkonsumsi ikan
dengan harga
Rp.12.500,-kg, Rp.14.000,-kg,
Rp.17.500,-kg, Rp.18.000,-kg, dan Rp. 36.000,-kg. Harga terendah ikan yang dikonsumsi oleh
57 responden adalah pada tingkat harga Rp. 12.000,-kg. Ada sebanyak empat orang
yang membeli ikan dengan harga tersebut. Sedangkan ada empat orang responden juga yang membeli ikan dengan harga tertinggi yaitu Rp. 40.000,-kg.
Variabel jumlah anggota keluarga X
6
adalah jumlah orang yang ada didalam rumah tangga responden termasuk responden tersebut. Tabel 25 akan
menjelaskan jumlah anggota keluarga responden berdasarkan ukuran keluarga.
Tabel 25. Jumlah Anggota Keluarga Responden di Desa Jombang, 2011 No
Jumlah Anggota Keluarga orang
Jumlah Responden n
Persentase
1 ≤
3 kecil 24
24,2 2
4-5 sedang 66
66,7 3
≥ 6 besar
9 9,1
Jumlah 99
100
Sumber: Data Primer diolah
Berdasarkan tabel tersebut, sebanyak 24,2 responden memiliki jumlah anggota keluarga yang kecil. Ada empat orang responden yang memiliki jumlah
anggota keluarga dua orang dan ada 20 orang responden yang memiliki jumlah anggota keluraga tiga orang. Untuk ukuran keluarga sedang terdapat
66 responden, hal ini karena ada 49 orang responden yang memiliki jumlah anggota keluarga empat orang dan sebanyak 17 orang responden memiliki lima
orang didalam rumah tangganya. Sedangkan ukuran keluarga besar ada sebanyak 9 responden. Dalam hal ini ada tujuh orang responden yang memiliki enam
orang anggota keluarga dan dua orang responden memiliki tujuh orang anggota keluarga dalam rumah tangganya.
58 Sedangkan
variabel X
7
adalah pendapatan
keluarga sebulan.
Pendapatan keluarga sebulan didapat dari total seluruh pengeluaran keluarga perbulan ditambah dengan tabungan. Sebagaimana fungsi Y = C + S, dimana Y
adalah Income pendapatan, C adalah consumtion konsumsi dan S adalah saving tabungan. Data mengenai pendapatan keluarga responden dapat dilihat
pada Tabel 26.
Tabel 26. Pendapatan Keluarga Responden Perbulan di Desa Jombang, 2011 No
Pendapatan Keluarga rupiah
Jumlah Responden n
Persentase
1 Rp. 2.000.000
41 41,4
2 Rp. 2.000.000 – Rp. 5.000.000
47 47,5
3 Rp. 5.000.000
11 11,1
Jumlah 99
100
Sumber: Data Primer diolah
Dari Tabel 26, sebanyak 41 responden memiliki pendapatan keluarga perbulan kurang dari Rp. 2.000.000,-. Pendapatan terendah berada pada tingkat
ini yaitu Rp. 245.000,- perbulan. Pada tingkat pendapatan Rp. 2.000.000,- sampai dengan Rp. 5.000.000,- perbulan terdapat 47 orang responden. Rata-rata tingkat
pendapatan responden
adalah Rp.
2.706.586,-. Sedangkan
terdapat 11 responden dengan tingkat pendapatan diatas Rp. 5.000.000,- perbulan.
Pendapatan tertinggi berada pada tingkat ini yakni Rp. 9.340.000,- perbulan.
59
5.1.2.1. Perhitungan Regresi Berganda Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe di Desa Jombang
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan alat bantu SPSS 17, hasil yang diperoleh untuk perhitungan regresi berganda faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan tempe dapat dilihat pada Tabel 27.
Tabel 27. Hasil Perhitungan Regresi Berganda Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe di Desa Jombang, 2011
No Faktor
Koefisien Regresi
T
hitung
Sig VIF
1. Harga tempe X
1
-1,176 3,455
0,001 1,152
2. Harga tahu X
2
0,372 1,774
0,079 1,234
3. Harga telur X
3
-0,130 0,268
0,789 1,036
4. Harga daging ayam X
4
-1,171 3,259
0,002 1,159
5. Harga ikan X
5
-0,069 1,513
0,134 1,068
6 Jumlah anggota keluarga X
6
0,082 0,153
0,878 1,217
7. Pendapatan keluarga X
4
-0,522 1,750
0,083 1,223
Konstanta 21,595
Sumber: Data Primer diolah
Berdasarkan hasil pada Tabel 27, dapat dibuat persamaan regresi berganda untuk faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan tempe. Sesuai dengan model
persamaan regresi yang dijabarkan pada metodologi penelitian, maka persamaan regresi untuk faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan tempe adalah:
Y = 21,595 - 1,176 X
1
+ 0,372 X
2
- 0,130 X
3
- 1,171 X
4
- 0,069 X
5
+ 0,082 X
6
- 0,522 X
7
Dari persamaan regresi tersebut, diperoleh nilai konstanta sebesar 21,595. Angka tersebut berarti bahwa permintaan tempe akan bernilai 21,595 bila faktor
lain sama dengan nol. Dengan kata lain kualitas permintaan tempe akan berada pada tingkat 21,595 jika tidak ada aktifitas konsumsi jenis lauk lainnya.
60 Selain konstanta, pada persamaan regresi juga terdapat koefisien dari
masing-masing variabel. Koefisien ini akan menentukan nilai variabel jika terjadi perubahan. Untuk harga tempe X
1
dihasilkan koefisien negatif sebesar 1,176. Tanda negatif ini menunjukkan hubungan yang berlawanan antara harga tempe
dengan jumlah permintaan tempe. Dengan kata lain jika ada kenaikan harga tempe maka terjadi penurunan permintaan tempe sebesar 1,176. Misalnya terjadi
kenaikan harga tempe di pasar dari Rp. 6000kg menjadi Rp. 7000kg naik Rp.1000, maka akan terjadi penurunan permintaan sebesar 1,176 kg tempe.
Koefisien regresi untuk harga tahu X
2
bernilai positif sebesar 0,372. Tanda positif ini menunjukkan pengaruh yang searah antara harga tahu dengan
permintaan tempe. Artinya jika harga tahu naik, maka akan ada peningkatan permintaan tempe sebesar 0,372 kg. Hal ini membuktikan bahwa tahu merupakan
barang substitusi dari tempe. Perhitungan regresi berganda untuk koefisien harga telur X
3
bernilai negatif sebesar 0,130. Artinya jika harga telur naik, maka akan terjadi penurunan
permintaan tempe sebesar 0,130 kg. Koefisien harga daging ayam X
4
bernilai negatif sebesar 1,171. Artinya jika harga daging ayam naik, maka akan terjadi
penurunan permintaan tempe sebesar 1,171 kg. Koefisien harga ikan X
5
juga bernilai negatif sebesar 0,069. Artinya jika harga ikan naik, maka akan terjadi
penurunan permintaan tempe sebesar 0,069 kg. Koefisien regresi ketiga variabel tersebut bernilai negatif, tanda negatif ini menunjukkan pengaruh yang
berlawanan arah antara harga ketiga barang tersebut dengan permintaan tempe. Hal ini membuktikan bahwa telur, daging ayam dan ikan merupakan barang
61 komplemen tempe. Jadi ketiga barang tersebut merupakan pelengkap untuk
memenuhi menu makanan dalam keluarga. Hasil perhitungan regresi berganda untuk koefisien jumlah keluarga X
6
bernilai positif sebesar 0,082. Tanda positif ini menunjukkan pengaruh yang searah antara jumlah keluarga dengan permintaan tempe. Artinya jika ada
penambahan satu orang anggota keluarga maka akan ada peningkatan permintaan tempe sebesar 0,082 kg. Hal ini membuktikan bahwa semakin besar jumlah
anggota keluarga maka semakin besar pula jumlah permintaan akan tempe. Koefisien regresi untuk pendapatan keluarga X
7
bernilai negatif sebesar 0,522. Angka ini menunjukkan pengaruh yang berlawanan antara pendapatan
keluarga dengan permintaan tempe. Artinya jika terjadi peningkatan jumlah pendapatan keluarga sebesar Rp. 1.000.000,-, maka akan terjadi penurunan
permintaan tempe sebesar 0,522 kg. Hal ini membuktikan bahwa tempe merupakan barang inferior barang yang permintaannya semakin berkurang
apabila pendapatan konsumen semakin naik. Semakin tinggi pendapatan seseorang, maka permintaan akan tempe berkurang.
Pada Tabel 27 juga terdapat nilai VIF dari masing-masing variabel. Jika nilai VIF mendekati angka satu maka tidak terjadi gejala multikolinearitas,
sedangkan jika nilai VIF menjauhi satu maka terjadi gejala multikolinearitas. Multikolinearitas adalah kondisi dimana antara variabel independen terjadi
hubungan kolerasi. Dari tabel tersebut terlihat bahwa seluruh nilai VIF dari masing-masing variabel mendekati angka satu. Jadi dapat dikatakan bahwa antara
62 variabel independen tidak terjadi hubungan kolerasi atau tidak terjadi gejala
multikoinearitas. Untuk hasil perhitungan uji kelayakan model signifikansi faktor-faktor
yang mempengaruhi permintaan tempe adalah sebagai berikut: 1. Pengujian Parameter Regresi Secara Tunggal Uji T
Berdasarkan hasil pengujian secara tunggal semua variabel bebas maka diketahui variabel mana yang berpengaruh secara nyata terhadap permintaan
tempe masyarakat. Uji ini dibuktikan dengan membandingkan t
hitung
dengan t
tabel
. Dengan asumsi terima H
jika t
hitung
t
tabel
atau tolak H jika t
hitung
t
tabel
atau dengan melihat perbandingan probabilitasnya sigα berdasarkan hipotesis:
H : b
i
= 0, artinya bahwa masing-masing variabel bebas independent dalam model tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas
dependent pada tingkat kepercayaan tertentu H
1
: b
i
≠ 0, artinya bahwa masing-masing variabel bebas independent
dalam model berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas dependent pada tingkat kepercayaan tertentu
Tidak semua variabel bebas dapat mempengaruhi permintaan tempe rumah tangga pad masyarakat Desa Jombang. Hasil perhitungan membuktikan bahwa
hanya ada dua variabel yang berpengaruh nyata terhadap pola konsumsi tempe pada tingkat kepercayaan 99. Variabel tersebut adalah harga tempe dan harga
ayam sedangkan kelima variabel lainnya yaitu harga tahu, harga telur, harga daging ayam, harga ikan, jumlah anggota keluarga dan pendapatan keluarga
63 berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan yang lebih kecil dari 99.
Hal ini disajikan pada Tabel 28.
Tabel 28. Hasil Uji t Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe di Desa Jombang, 2011
No Variabel bebas
t
hitung
Sig
1. Harga tempe X
1
3,455 0,001
2. Harga tahu X
2
1,744 0,079
3. Harga telur X
3
0,268 0,789
4. Harga daging ayam X
4
3,259 0,002
5. Harga ikan X
5
1,513 0,134
6. Jumlah anggota keluarga X
6
0,153 0,878
7. Pendapatan keluarga X
4
1,750 0,083
Keterangan: Signifikan pada tingkat kepercayaan 10
Signifikan pada tingkat kepercayaan 20 Signifikan pada tingkat kepercayaan 85
Signifikan pada tingkat kepercayaan 90 Signifikan pada tingkat kepercayaan 99
Sumber: Data Primer diolah
Pada tingkat kepercayaan 99 didapat t
tabel
sebesar 2,842. Untuk variabel pertama yaitu harga tempe X
1
t
hitung
bernilai 3,455 dan lebih besar dari t
tabel
serta memiliki nilai signifikansi lebih kecil dari nilai α 0,01. Hal ini dapat dikatakan
bahwa H ditolak dan koefisien harga tempe signifikan secara statistik.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang nyata antara harga tampe dengan jumlah permintaan tempe pada masyarakat Desa Jombang.
Variabel kedua yaitu harga tahu X
2
, nilai t
hitung
bernilai 1,744 berarti lebih kecil dari t
tabel
2,842 pada tingkat kepercayaan 99 serta memiliki nilai signifikansi lebih besar dari nilai α 0,01. Hal ini dapat dikatakan bahwa
H diterima dan koefisien harga tahu tidak signifikan secara statistik pada tingkat
kepercayaan 99. Akan tetapi pada tingkat kepercayaan 90 variabel tersebut signifikan karena t
tabel
yang didapat pada tingkat kepercayaan 90 adalah sebesar
64 1,662. Sehingga didapat bahwa t
hitung
lebih besar dari t
tabel
1,744 1,662 dan nilai signifikansi lebih kecil dari α 0,079 0,1. Maka dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh nyata antara harga tahu dengan jumlah permintaan tempe pada masyarakat Desa Jombang pada tingkat kepercayaan 90.
Variabel ketiga yaitu harga telur X
3
, nilai t
hitung
bernilai 0,268 berarti lebih kecil dari t
tabel
0,677 pada tingkat kepercayaan 50 serta memiliki nilai signifikansi lebih besar dari nilai α 0,789 0,5. Variabel tersebut hanya dapat
berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 20. Hal ini dapat dikatakan bahwa H
diterima dan koefisien harga telur tidak signifikan secara statistik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh yang nyata antara harga
telur dengan jumlah permintaan tempe pada masyarakat desa Jombang. Variabel keempat yaitu harga daging ayam X
4
, nilai t
hitung
bernilai 3,259 berarti lebih besar dari t
tabel
2,842 pada tingkat kepercayaan 99 serta memiliki nilai signifikansi lebih besar dari nilai α 0,01. Hal ini dapat dikatakan bahwa H
ditolak dan koefisien harga daging ayam signifikan secara statistik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang nyata antara harga daging
ayam dengan jumlah permintaan tempe pada masyarakat desa Jombang. Variabel kelima yaitu harga ikan X
5
, nilai t
hitung
bernilai 1,513 berarti lebih kecil dari t
tabel
1,662 pada tingkat kepercayaan 90 serta memiliki nilai signifikansi lebih besar dari nilai α 0,134 0,10. Akan tetapi pada tingkat
kepercayaan 85 variabel tersebut signifikan karena t
tabel
yang didapat pada tingkat kepercayaan 85 adalah sebesar 1,451. Sehingga didapat bahwa t
hitung
lebih besar dari t
tabel
1,513 1,451 dan nilai signifikansi lebih kecil dari α
65 0,134 0,15. Hal ini dapat dikatakan bahwa H
ditolak dan koefisien harga ikan signifikan secara statistik pada tingkat kepercayaan 85. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh nyata antara harga ikan dengan jumlah permintaan tempe pada masyarakat desa Jombang.
Variabel keenam yaitu jumlah anggota keluarga X
6
, nilai t
hitung
bernilai 0,153 berarti lebih kecil dari t
tabel
0,677 pada tingkat kepercayaan 50 serta memiliki nilai signifikansi lebih besar dari nilai α 0,878 0,5. Variabel tersebut
hanya dapat berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 10. Hal ini dapat dikatakan bahwa H
diterima dan koefisien jumlah anggota keluarga tidak signifikan secara statistik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh
yang nyata antara jumlah anggota keluarga dengan jumlah permintaan tempe pada masyarakat desa Jombang.
Variabel ketujuh yaitu pendapatan keluarga X
7
, nilai t
hitung
bernilai 1,750 berarti lebih besar dari t
tabel
1,662 pada tingkat kepercayaan 90 serta memiliki nilai signifikansi lebih kecil dari nilai α 0,083 0,05. Hal ini dapat dikatakan
bahwa H ditolak dan koefisien jumlah anggota keluarga signifikan secara
statistik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang nyata pada tingkat kepercayaan 90 antara jumlah anggota keluarga dengan jumlah
permintaan tempe pada masyarakat desa Jombang. 2. Pengujian Serentak Seluruh Parameter Dugaan Uji F
Uji signifikansi serentak parameter dugaan uji F digunakan untuk menunjukkan semua variabel bebas yang dimasukkan ke dalam model
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat permintaan
66 tempe. Uji ini membandingkan antara nilai F
hitung
dengan nilai F
tabel
atau dari perbandingan probabilitasnya sigα, dengan ketentuan:
H diterima : apabila F
hitung
F
tabel
, atau sig α pada tingkat kepercayaan tertentu artinya seluruh variabel bebas dalam model tidak berpengaruh nyata
terhadap variabel terikat permintaan tempe H
ditolak : apabila F
hitung
F
tabel
, atau sig α pada tingkat kepercayaan tertentu artinya seluruh variabel bebas dalam model berpengaruh nyata
terhadap variabel terikat permintaan tempe
Tabel 29. Hasil Uji F Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe di Desa Jombang, 2011
Model Jumlah
Kuadrat df
Rata-rata kuadrat
F
hitung
F
tabel
Sig
Regresi 931,702
7 133,100
5,782 2,842
0,000 Sisa
2094,598 91
23,022 Total
3026,660 98
Interpretasi Tolak
H Signifikan pada tingkat kepercayaan 99
Sumber: Data Primer diolah
Hasil perhitungan uji F yang didapat pada Tabel 29, diperoleh nilai F
hitung
sebesar 5,782 lebih besar dari F
tabel
2,842 dengan tingkat kepercayaan 99 persen dan memiliki nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari α 0,01. Berdasarkan hasil
perhitungan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa H ditolak dan koefisien
regresi signifikan secara statistik. Hal ini berarti model regresi yang dibuat sudah benar dan layak karena ada hubungan linear dari seluruh variabel bebas terhadap
variabel terikat. Dapat dikatakan pula bahwa harga tempe, harga tahu, harga telur, harga daging ayam, harga ikan, jumlah anggota keluarga, dan pendapatan
keluarga mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap permintaan tempe.
67 Ketujuh faktor tersebut secara bersama-sama dapat dikatakan berpengaruh
terhadap permintaan tempe masyarakat desa Jombang. 3. Pengujian Koefisien Determinasi R
2
Uji koefisien determinasi R
2
digunakan untuk melihat seberapa besar harga tempe, harga tahu, harga telur, harga daging ayam, harga ikan, jumlah
anggota keluarga, dan pendapatan keluarga dapat menjelaskan permintaan tempe. Tabel dibawah ini akan menunjukkan hasil perhitungan koefisien determinasi
untuk faktor-faktor tersebut.
Tabel 30. Hasil Pengujian Koefisien Determinasi R
2
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe di Desa Jombang, 2011
No Keterangan
Nilai
1 R
0,555 2
R
2
0,308 3
R
2
yang disesuaikan 0,255
4 Durbin-Watson
1,817
Sumber: Data Primer diolah
Dari Tabel 30 didapat nilai koefisien determinasi dari persamaan regresi adalah sebesar 0,308 dengan nilai koefisien determinasi yang disesuaikan sebesar
0,255. Karena persamaan regresi menggunakan lebih dari satu variabel, maka koefisien determinasi yang baik untuk digunakan dalam menjelaskan
persamaan ini adalah koefisien determinasi yang disesuaikan. Nilai koefisien determinasi yang disesuaikan adalah sebesar 0,255 yang
berarti bahwa hanya 25,5 persen variasi atau perubahan dalam permintan tempe bisa dijelaskan oleh seluruh variabel bebas yang diduga berpengaruh.
Sisanya sebesar 74,5 persen dijelaskan oleh faktor lain diluar penelitian ini. Nilai tersebut menggambarkan bahwa variabel yang digunakan dalam penelitian
68 ini belum sepenuhnya menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
permintaan tempe. Hal ini disebabkan karena faktor lain yaitu selera, intensitas kebutuhan, dan distribusi pendapatan tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
Pada tabel tersebut juga terdapat nilai Durbin-Watson sebesar 1,817. Jika nilai Durbin-Watson berada antara minus dua -2 sampai dua +2, maka
dapat diartikan tidak tejadi gejala autokorelasi. Autokorelasi merupakan korelasi pada variabel itu sendiri, pada pengamatan yang berbeda waktu atau individu.
Angka tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat gejala autokorelasi pada seluruh variabel bebas yang ada.