B. CSR Dalam Kerangka Pergeseran Paradigma Pembangunan
Seperti telah dinyatakan, bahwa tanggung jawab sosial perusahaan Corporate Social Responsibility atau CSR berorientasi pada planet
konservasi, people komunitas, dan profit keuntungan perusahaan yang dilaksanakan oleh perusahaan. Orientasi pada planet difokuskan untuk
menciptakan lingkungan ekologis yang berkelanjutan environmental sustainability. Memberdayakan komunitas dan meningkatkan partisipasi
multipihak stakeholders participation menjadikan orientasi CSR kepada masyarakat people. Kedua orientasi tersebut menjadi bagian tak
terpisahkan dari strategi perusahaan untuk memperoleh keuntungan. Sinergitas antara ketiga orientasi yaitu profit, planet, dan people
tersebut dimanifestasikan
sebagai upaya
perusahaan untuk
menginternalisasikan faktor –faktor luar ke dalam kebijakan perusahaan
dalam kerangka CSR. Oleh karena itu, program –program CSR adalah salah
satu aksi
dalam kerangka
kebijakan perusahaan
yang selalu
mempertimbangkan berbagai faktor luar faktor –faktor di luar perusahaan
dan relevan dengan perusahaan baik faktor sosial masyarakat maupun faktor sumber daya alam yang perlu dikonservasi. Mempertimbangkan
berbagai faktor luar tersebut dipahami oleh perusahaan dengan memfokuskan pada struktur sosial, kultur, dan pola
–pola adaptasi ekologi dalam rangka merespons perubahan sumber daya alam yang cenderung
semakin terdegradasi. Dalam konteks pembangunan, CSR tidak hanya berorientasi pada
produksi, tetapi seperti telah dinyatakan diatas bahwa CSR harus
berorientasi pada pemberdayaan masyarakat dan meningkatkan taraf hidup warga komunitas. Oleh karena itu, tanggung jawab sosial perusahaan perlu
dikonstruksikan dalam suatu kerangka pergeseran paradigma dari “production center development” ke “people center development”. Dengan
demikian aksi CSR dicirikan dengan implementasi prinsip –prinsip
desentralisasi, partisipasi, pemberdayaan, pelestarian, jejaring, teritorial, dan ekonomi lokal.
Gambar 2.2. Pergeseran Paradigma Pembangunan Unsustainable
Sustainable
Sentralisasi - Desentralisasi
Mobilisasi - Partisipasi
Penaklukan - Pemberdayaan
Eksploitasi - Pelestarian
Hubungan Fungsional - Jejaring Sosial
Nasional - Teritorial
Ekonomi Konvensional - Keswadayaan Lokal
Apabila tanggung jawab sosial yang dilaksanakan oleh perusahaan berorientasi pada tripple bottom line, mengimplementasikan prinsip
–prinsip dalam kerangka pergeseran paradigma pembangunan, dan dengan
memfokuskan pada tata kelola perusahaan, lingkungan, dan pengembangan Production
Center Development
People Center Development
masyarakat, maka kebijakan perusahaan dalam menerapkan tanggung jawab sosial telah meninggalkan charity, tetapi lebih dari itu akan sampai pada
tahap philantrophy dan corporate citizenship. Tanggung jawab sosial tersebut mulai dari usaha tanggung jawab
sosial sebagai program kedermawanan charity hingga menjadi good corporate citizenship. Perusahaan dalam mengimplementasikan CSR
sebagai salah satu bentuk tanggung jawab sosialnya telah meninggalkan charity yang hanya merupakan kewajiban, mengarah kepada tanggung
jawab sosial sebagai philantrophy dan corporate citizenship yang menekankan adanya kepentingan bersama, dimana penerima manfaat bukan
hanya sekedar orang miskin seperti dalam charity namun juga masyarakat luas dan perusahaan. Hal ini menunjukan bahwa tanggung jawab sosial juga
lebih tepat bila dianggap sebagai community development dan merupakan ruh pelaksanaan aktivitas CSR.
13
C. Perdebatan CSR Di Indonesia
Sejak disahkannya UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, debut CSR di Tanah Air semakin menguat. Hal ini disebabkan UU tersebut
menyebutkan secara tegas bahwa CSR telah menjadi kewajiban perusahaan. Bunyi pasal yang menyebutkan kewajiban tersebut adala
h “PT yang menjalankan usaha dibidang danatau bersangkutan dengan sumber daya
alam wajib menjalankan tanggu ng jawab sosial dan lingkungan.”
14
13
Fredian Tonny Nasdian, Pengembangan Msyarakat, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014, edisi I, h. 229-232.
14
Undang –Undang Nomor 40 Tahun 2007 Pasal 74 Ayat 1