Implementasi Corporate Social Responsibility Pada Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan Perum Percetakan Uang Republik Indonesia

(1)

PERUM PERCETAKAN UANG REPUBLIK INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

FIQIH FAUZI

NIM: 1111054100026

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/2015 M


(2)

(3)

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya sendiri yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (S1) Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari saya terbukti bahwa dalam penulisan skripsi ini

bukan hasil karya saya sendiri atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain (plagiat), maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 25 Agustus 2015


(4)

(5)

FIQIH FAUZI

Implementasi Corporate Social Responsibility Pada Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Perum Percetakan Uang Republik Indonesia.

Corporate Social Responsibility (CSR) adalah salah satu bentuk dari

tanggung jawab sosial perusahaan terhadap para stakeholders-nya, terutama

komunitas atau masyarakat baik itu disekitar wilayah operasional perusahaan maupun diluar perusahaan. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) adalah salah satu bentuk implementasi CSR yang dilakukan oleh Perum Peruri sebagai salah satu perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Program Kemitraan adalah program guna meningkatkan kemampuan kegiatan usaha kecil untuk menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari laba perusahaan, sementara Program Bina Lingkungan adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat di wilayah usaha melalui pemanfaatan dana dari laba perusahaan. Program PKBL Perum Peruri ini dilaksanakan atas dasar Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 dengan besaran anggaran yang dikeluarkan untuk PKBL ini adalah masing-masing 2%.

Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif dengan analisis deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan CSR pada Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang telah dilaksanakan oleh Perum Peruri. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui pola dan tahapan pelaksanaan CSR pada Program Kemitraan dan

Bina Lingkungan. Menurut John Elkingston’s terdapat tiga aspek jika perusahaan

ingin menerapkan pembangunan berkelanjutan atau dikenal dengan istilah Triple

P (3P), yaitu profit, people, dan planet. Menurut Zaim Saidi dan Hamid Abidin terdapat empat pola penerapan CSR di Indonesia, yaitu keterlibatan langsung, melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan, bermitra dengan pihak lain, dan mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium.

Hasil penemuan yang dilakukan oleh peneliti menunjukan bahwa sepanjang tahun 2014 Program Kemitraan (PK) lebih fokus pada peningkatan kolektibilitas serta pembinaan dan monitoring kepada mitra binaan agar dapat mendorong mitra binaan untuk semakin berkembang dan maju dalam kegiatan usahanya. Sementara Program Bina Lingkungan (BL) tetap terlaksana pada 7 program bantuan, antara lain bantuan korban bencana alam, bantuan pendidikan dan pelatihan, bantuan peningkatan kesehatan, bantuan pengembangan prasarana dan sarana umum, bantuan sarana ibadah, pelestarian alam, serta bantuan pengentasan kemiskinan. Program-program tersebut merupakan bentuk realisasi pelaksanaan CSR pada Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang dilaksanakan oleh Perum Peruri pada tahun anggaran 2014.


(6)

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan akan kemampuan penulis, baik dari materi, penulisan, maupun sistematika pembahasannya. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun guna perbaikan skripsi ini lebih lanjut, penulis akan menerima dengan senang hati.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, baik berupa bimbingan, saran, data, maupun dukungan moril. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Lisma Dyawati Fuaida, M.Si. Selaku Ketua Program Studi

Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Ibu Hj. Nunung Khairiyah, MA. Selaku Sekretaris Program Studi Kesejahteraan Sosial.

3. Bapak Amirudin, M.Si. Selaku Dosen Pembimbing Akademik Penulis.

4. Bapak Dr. Tantan Hermansah, M.Si. Selaku Dosen Pembimbing yang

telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Dosen–Dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial UIN Syarif


(7)

Sosial maupun bidang keilmuan lainnya.

6. Perpustakaan Fidkom dan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Bagian Tata Usaha Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

8. Kedua Orang tua tercinta, yaitu Ayahanda Maulana Hasanudin dan Ibunda

Iim Yuningsih yang telah membesarkan dan mencurahkan kasih sayangnya kepada penulis, sehingga atas doa, dorongan semangat, dukungan moril maupun materil penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Saudara–Saudara saya semua, terutama untuk Kakak dan Adik saya yang

telah memberikan semangat kepada penulis.

10.Pihak Perum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri), khususnya

Bapak FX Sugiyanto, Bapak Djehan, Bapak Tupar, Mba Anti, Mba Nana serta seluruh pegawai yang ada di Perum Peruri khususnya yang bekerja di PKBL Perum Peruri.

11.Teman–Teman Kessos Angkatan 2011, setelah lulus nanti penulis pasti

akan merindukan teman–teman dan suasana kelas yang selalu asik.

12.Teman–Teman HMJ Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta Periode 2013–2014 yang telah berproses dalam organisasi

bersama–sama.

13.Teman–Teman di lingkungan rumah Hosbah yang telah memberikan

semangat kepada penulis.

Jakarta, 25 Agustus 2015


(8)

ABSTRAK………... i

KATA PENGANTAR……….. ii

DAFTAR ISI………. iv

DAFTAR TABEL………... vii

DAFTAR GAMBAR………... viii

DAFTAR LAMPIRAN………..... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………... 8

D. Tinjauan Pustaka……….. 9

E. Metode Penelitian………. 10

F. Sistematika Penulisan……… 18

BAB II LANDASAN TEORI A. Corporate Social Responsibility………... 20

1. Definisi Corporate Social Responsibility……….. 20

2. Konsep–Konsep CSR………... 23

3. Ruang Lingkup CSR………. 26

B. CSR Dalam Kerangka Pergeseran Paradigma Pembangunan……. 28

C. Perdebatan CSR Di Indonesia………. 30

D. Tipologi Perusahaan Dalam Menerapkan CSR………... 33

E. Hubungan CSR Dengan Kesejahteraan Sosial………... 34


(9)

G. Implementasi CSR………. 37

H. Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah (UMKM)………. 38

I. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL)……….. 39

1. Definisi PKBL………. 39

2. Tujuan Program………... 40

3. Wilayah Pelaksanaan Program Kemitraan……….. 40

4. Wilayah Pelaksanaan Program Bina Lingkungan……... 40

5. Penggunaan Dana PKBL………. 41

J. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)………... 44

1. Perusahaan Persero (Persero)……….. 44

2. Perusahaan Umum (Perum)………... 45

3. Perusahaan Jawatan (Perjan)……….. 45

BAB III PROFIL PERUM PERCETAKAN UANG RI (PERURI) A. Sejarah Berdirinya Perum Peruri……….. 47

1. Produksi Perusahaan……… 48

B. Visi, Misi, dan Prinsip Perusahaan………... 52

C. Logo Perusahaan……….. 53

D. Landasan Hukum Berdirinya Perum Peruri………... 54

E. Landasan Hukum Perum Peruri Melaksanakan PKBL……….... 55

F. Struktur Organisasi Perum Peruri………. 57

G. Struktur Organisasi PKBL Perum Peruri………. 58

H. Tugas dan Fungsi Pengelola PKBL Perum Peruri……... 59


(10)

1. Program Kemitraan (PK)………. 65

a. Rencana Kerja dan Anggaran Program Kemitraan………. 65

b. Pelaksanaan Program Kemitraan……….... 66

c. Kerja Sama Penyaluran Program Kemitraan……….. 68

d. Monitoring dan Evaluasi Mitra Binaan……….. 69

2. Program Bina Lingkungan (BL)………... 70

a. Rencana Kerja dan Anggaran Program Bina Lingkungan... 70

b. Pelaksanaan Program Bina Lingkungan……….. 71

c. Kerja Sama Penyaluran Program Bina Lingkungan……… 75

d. Monitoring dan Evaluasi………. 76

e. Manfaat Pelaksanaan PKBL……….... 77

3. Hasil Wawancara Dengan Penerima Program PKBL………. 78

a. Hasil Wawancara Dengan Penerima Program PK……….. 78

b. Hasil Wawancara Dengan Penerima Program BL……….. 81

B. Pola dan Tahapan Pelaksanaan CSR Pada PKBL……… 85

1. Pola dan Tahapan Pelaksanaan Program Kemitraan (PK)... 85

2. Pola dan Tahapan Pelaksanaan Program Bina Lingkungan (BL).. 87

3. Analisis Pola dan Tahapan Pelaksanaan PKBL……….. 88

4. Analisis Hubungan CSR Dengan Ilmu Kessos………... 94

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan……… 98

B. Saran………... 100

DAFTAR PUSTAKA………. 102


(11)

Tabel 4.1 Jumlah Anggaran dan Realisasi Penyaluran Dana PKBL……… 65


(12)

Gambar 2.1 Triple Bottom Line………... 27

Gambar 2.2 Pergeseran Paradigma Pembangunan………... 29

Gambar 3.1 Macam–Macam Produksi Perusahaan………... 48

Gambar 3.2 Logo Perusahaan………... 53

Gambar 3.3 Struktur Organisasi Perum Peruri………... 57

Gambar 3.4 Struktur Organisasi PKBL Perum Peruri………. 58


(13)

Lampiran 1. Observasi Ke Penerima PKBL

Lampiran 2. Transkip Wawancara Dengan Kepala PKBL Lampiran 3. Transkip Wawancara Dengan Litbang PKBL

Lampiran 4. Transkip Wawancara Dengan Penerima Manfaat Program

Kemitraan (PK)

Lampiran 5. Transkip Wawancara Dengan Penerima Manfaat Program Bina Lingkungan (BL)

Lampiran 6. Dokumentasi (Foto–Foto) Penelitian

Lampiran 7. Surat Persetujuan Dosen Pembimbing Akademik Lampiran 8. Surat Keterangan Izin Penelitian Skripsi

Lampiran 9. Surat Keterangan Dosen Pembimbing Skripsi Lampiran 10. Surat Keputusan Penelitian di Perum Peruri


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Corporate Social Responsibility (CSR) saat ini sudah tidak asing lagi dikalangan masyarakat umum, sebagai respon perusahaan terhadap lingkungan masyarakat. CSR berkaitan dengan tanggung jawab sosial, kesejahteraan sosial dan pengelolaan kualitas hidup masyarakat. Industri dan korporasi dalam hal ini berperan untuk mendorong perekonomian yang sehat dengan mempertimbangkan faktor lingkungan hidup. Melalui CSR, perusahaan tidak semata memprioritaskan tujuannya pada memperoleh laba setinggi-tingginya, melainkan meliputi aspek keuangan, sosial, dan aspek lingkungan lainnya.

CSR dapat didefinisikan sebagai tanggung jawab moral suatu

perusahaan terhadap para stakeholders-nya, terutama komunitas atau

masyarakat disekitar wilayah kerja dan pengoperasian perusahaan.

Corporate Social Responsibility (CSR) dipandang sebagai suatu keharusan untuk membangun citra yang baik dan terpercaya bagi perusahaan. Praktik

CSR yang berkelanjutan sebagai Investasi Sosial (Social Investment) yang

berbuah pada lancarnya operasional perusahaan.1

Definisi Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu tindakan

atau konsep yang dilakukan oleh perusahaan (sesuai kemampuan

1

Achmad Zaky, “Program CSR PT. Bank Mandiri, Tbk Dalam Menumbuhkan Minat

Wirausaha di Kalangan Mahasiswa,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU, 2011), h. 1-2.


(15)

perusahaan tersebut) sebagai bentuk tanggung jawab mereka terhadap sosial/lingkungan sekitar tempat perusahaan itu berada. Contoh bentuk tanggung jawab itu bermacam-macam, mulai dari melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan perbaikan lingkungan, pemberian beasiswa untuk anak tidak mampu, pemberian dana untuk pemeliharaan fasilitas umum, sumbangan untuk desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat banyak, khususnya

masyarakat yang berada disekitar perusahaan tersebut berada.2

Secara umum, Corporate Social Responsibility merupakan

peningkatan kualitas kehidupan yang sangat bermanfaat yang dilakukan oleh sebuah perusahaan. Adanya kemampuan manusia sebagai individu anggota masyarakat untuk menanggapi keadaan sosial yang ada dan dapat dinikmati, memanfaatkan serta memelihara lingkungan hidup. Atau dengan kata lain merupakan cara perusahaan mengatur proses usaha untuk memproduksi dampak positif pada komunitas.

Dalam konteks pembangunan saat ini, perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada aspek keuntungan secara ekonomis semata, yaitu nilai perusahaan yang direfleksikan dalam kondisi keuangan, namun juga harus memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya. Perusahaan bukan lagi sekedar kegiatan ekonomi untuk menciptakan profit demi kelangsungan usahanya, melainkan juga bertanggung jawab terhadap aspek sosial dan lingkungannya.

2


(16)

Inisiatif penyelenggara CSR di Indonesia pun berhubungan dengan perubahan politik ekonomi pasca Orde Baru. Keran demokratisasi yang makin terbuka sejak zaman pemerintahan Presiden B.J. Habibie, khususnya

berkenaan dengan kebijakan desentralisasi yang menghasilkan

undang-undang otonomi daerah, makin mengharuskan perusahaan mendudukan diri benar-benar sebagai tetangga yang baik terhadap daerah dimana operasinya berlangsung. Bagi sebagian besar perusahaan, dinamika politik lokal sebagai implikasi kebijakan desentralisasi menghasilkan instabilitas bisnis. Kondisi ini berakibat pada perusahaan harus lebih

banyak mencurahkan sumber dayanya diluar pajak yang rutin dibayarkan.3

Perkembangan paling mutakhir dari CSR di Indonesia adalah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Pasal 74 Bab V mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan) ialah disebutkan bahwa Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib

melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. 4 Hal ini

menjelaskan bahwa perusahaan-perusahaan yang menjalankan kegiatan

usahanya harus melaksanakan kegiatan CSR (Corporate Social

Responsibility) atau tanggung jawab sosial perusahaan sebagaimana diatur dalam undang-undang. Dan pasal tersebut telah menjadikan Indonesia sebagai negara yang pertama kali mewajibkan CSR di dunia ini.

3

Maria R. Nindita Radyati, CSR untuk Pemberdayaan Ekonomi Lokal, (Jakarta: Indonesia

Business Links, 2008), edisi I, h. xxii-xxiii. 4


(17)

Secara garis besar, ada beberapa lingkup dalam aktivitas yang

mendasari kegiatan CSR. Pertama ialah lingkungan hidup (environment),

meliputi: pencegahan semua bentuk polusi, pemanfaatan limbah, daur ulang, pelestarian lingkungan hidup, pencegahan pemanasan global, dan lain-lain. Kedua ialah efisiensi energi (energy efficiency), meliputi: penggunaan energi alternatif, penghematan energi disemua bidang, atau menyuarakan

kesadaran atas krisis energi. Ketiga ialah sumber daya manusia (human

resources) ditujukan terutama untuk karyawan perusahaan atas haknya, seperti: pelatihan, gaji yang mencukupi, lingkungan kerja yang sehat dan aman, jaminan kesehatan atau tunjangan lain, serta hubungan yang

harmonis antara karyawan disemua jenjang manajemen. Keempat ialah

pengembangan masyarakat (community development), yaitu aspek ini yang

seringkali menjadi perhatian utama perusahaan sebagai bentuk pelayanan masyarakat baik dibidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, maupun donasi. Namun sayangnya kurang dibarengi dengan pendidikan moral sehingga

kemandirian masyarakat kurang terbentuk dengan baik. Kelima ialah

kelangsungan hidup (sustainability), menjadi isu yang sangat penting

karena mencakup pengertian yang luas dan dalam. Perusahaan harus menunjukkan perhatian dan cara dalam menjaga nilai ekonomi dan

sosialnya dalam berusaha memenuhi kepentingan stakeholders-nya.5

Paradigma agar perusahaan menerapkan CSR semakin lengkap berdasarkan hasil survei yang dilakukan Suprapto dan Siti Adiprigadi Adiwoso pada tahun 2005 terhadap 375 perusahaan di Jakarta. Hasil survei

5 Unsoed “Tanggung Jawab Sosial Perusahaan,” artikel diakses pada 2 Oktober 2014 dari http://maksi.unsoed.ac.id.


(18)

menunjukkan bahwa 166 (44,27%) perusahaan menyatakan tidak melakukan kegiatan CSR dan 209 (55,75%) perusahaan melakukan

kegiatan CSR. Sedangkan bentuk CSR yang dilakukan adalah, pertama;

kegiatan kekeluargaan (116 perusahaan), kedua; sumbangan pada lembaga

agama (50 perusahaan), ketiga; sumbangan pada yayasan sosial (39

perusahaan), keempat; pengembangan komunitas (4 perusahaan). Survei ini

juga mengungkapkan bahwa CSR yang dilakukan oleh perusahaan amat tergantung kepada keinginan dari pihak manajemen perusahaan. Sedangkan hasil survei Kompas tentang penerapan penerapan CSR tahun 2007 menunjukkan bahwa kegiatan CSR hanya dilakukan kurang lebih 30% dari keseluruhan perusahaan yang beroperasi di Indonesia, dan kegiatannya

sendiri lebih terfokus pada kedermawanan (philanthropy) dan kemurahan

hati (charity) dalam rangka membantu korban bencana alam.6 Sementara,

hasil penelitian Public Interest Research and Advocacy Center (PIRAC)

mencatat ada 1.856 kegiatan filantropi selama tahun 2013 yang dilakukan oleh 455 peruahaan. Nilai yang disalurkan perusahaan pada kegiatan filantropi tersebut mencapai Rp. 8,6 Triliun atau sekitar 718 Miliyar setiap bulannya. Sebagian besar kegiatan CSR adalah berupa pendidikan dan riset, diikuti dengan kegiatan di bidang kesehatan, pelayanan sosial, penanganan

bencana, lingkungan, ekonomi dan seterusnya.7

Dalam implementasi program CSR, Perum Peruri yang dalam hal ini sebagai salah satu Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia

6

Ibid., h. 6-7.

7 PIRAC, “Trend Filantropi Perusahaan di Indonesia: Potensi & Tantangan


(19)

dibawah naungan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melalui Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-05/MBU/2007 Tanggal 27 April 2007 yaitu melaksanakan tugas dan tanggung jawab sosial perusahaan berupa Program Kemitraan dan Bina

Lingkungan (PKBL).8 Program PKBL ini merupakan salah satu bentuk

implementasi program CSR yang dilakukan oleh Perum Peruri.

Program Kemitraan dan Bina Lingkungan adalah suatu program yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN, dapat membantu percepatan pertumbuhan ekonomi nasional dengan cara mendorong dan mengembangkan pelaku ekonomi tingkat kecil dan menengah yang tangguh dan terciptanya kemitraan antara pengusaha kecil

dan BUMN (Program Kemitraan).9 Sementara, Program pemberdayaan

kondisi sosial masyarakat melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN (Program Bina Lingkungan).

Perum Peruri merupakan salah satu perusahaan umum yang bergerak pada bidang percetakan uang negara (uang kertas, uang logam, dan kertas berharga non uang) yang telah lama berdiri dan tumbuh besar hingga saat ini. Beberapa prestasi dan penghargaan yang pernah diraih oleh Perum Peruri salah satunya ialah pada tanggal 10 Desember 2014 yang lalu meraih penghargaan sebagai perusahaan BUMN terbaik Bidang Non Keuangan Sektor Industri Kertas, Percetakan dan Penerbitan, serta Nominasi Top

8

Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: PER-05/MBU/2007 Tanggal 27 April 2007 9


(20)

BUMN Non Listed 2014 dari Majalah Investor.10 Serta salah satu program PKBL yang dijalankan oleh Perum Peruri pernah meraih penghargaan oleh MURI (Museum Rekor Indonesia). Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian skripsi di Perum Percetakan Uang Republik

Indonesia (Peruri) dengan judul “Implementasi Corporate Social

Responsibility Pada Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Perum Percetakan Uang Republik Indonesia”.

10


(21)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Dalam kegiatan penelitian ini peneliti memfokuskan penelitian pada Program Kemitraan dan Bina Lingkungan sebagai bentuk Implementasi

Corporate Social Responsibility Perum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri) Tahun 2014.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

a. Bagaimana gambaran pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina

Lingkungan sebagai bentuk implementasi program CSR Perum Percetakan Uang Republik Indonesia?

b. Bagaimana pola dan tahapan pelaksanaan CSR pada Program

Kemitraan dan Bina Lingkungan Perum Percetakan Uang Republik Indonesia?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan Program Kemitraan dan

Bina Lingkungan sebagai bentuk implementasi CSR Perum Percetakan Uang Republik Indonesia.

b. Untuk mengetahui pola dan tahapan pelaksanaan CSR pada


(22)

Perum Percetakan Uang Republik Indonesia.

2.Manfaat Penelitian 1. Segi Akademis

a. Penelitian ini dapat memberikan referensi bagi peneliti

selanjutnya yang akan melakukan pengembangan penelitian serupa.

b. Penelitian ini dapat menambah wawasan bagi peneliti, berkaitan

dengan konsep dan metodologi penelitian.

c. Penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai Program

Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) yang dijalankan oleh Perum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri).

d. Diharapkan penelitian ini mampu memberikan kontribusi bagi

perguruan tinggi untuk menjadi rujukan bagi Mahasiswa yang

konsen pada studi ilmu sosial khususnya mengenai Corporate

Social Responsibility (CSR). 2. Segi Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan pembaca tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan di Perum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri).

D. Tinjauan Pustaka

Dalam Penulisan skripsi ini, peneliti melakukan tinjauan pustaka


(23)

Sosial Perusahaan Pada Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan (PKBL) PT. Asuransi Jasa Indonesia (JASINDO) Jakarta” oleh Sandra Ratunasari tahun 2013. Hasil penelitian tersebut adalah PT. JASINDO berhasil mendapatkan penghargaan yaitu meraih sertifikasi A.M. Best Company

dengan predikat Best’s Financial Strength Rating of B++ (Good) tahun

2012.

Selain itu, tinjauan pustaka lain yang peneliti gunakan adalah skripsi

yang berjudul “Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR)

Melalui Program Pusat Pelatihan Dan Pemberdayaan Masyarakat PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Di Kabupaten Bogor” oleh Noviyani Muslikhah tahun 2014.

Skripsi diatas menjadi dasar penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam menyusun skripsi ini. Namun, dibuat beberapa perubahan dan penambahan bagian. Salah satunya dengan mengganti lokasi/tempat penelitian, merubah pertanyaan penelitian, menambahkan berbagai macam teori, serta merubah rumusan masalah. Perubahan ini dilakukan untuk mengembangkan penelitian dan menjadi tolak ukur untuk membedakan skripsi ini dengan penelitian sebelumnya.

E. Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran Program Kemitraan


(24)

serta memahami pola pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) di Perum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri).

2.Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PKBL Perum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri) yang lokasinya berada di Jalan Trunojoyo No. 8 B Blok K-V, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12160.

a. Alasan pemilihan lokasi penelitian tersebut didasari oleh

pertimbangan: Perum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri) merupakan satu-satunya Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dipercaya oleh Pemerintah Republik Indonesia untuk mencetak berbagai macam uang rupiah, diantaranya ialah uang kertas, uang logam, kertas berharga non uang (sertifikat tanah, materai, pita cukai, pasport, ijasah).

b. Perum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri) merupakan

salah satu perusahaan besar milik Negara yang meraih berbagai macam penghargaan, salah satunya ialah Perum Peruri pada tanggal 10 Desember 2014 yang lalu, menerima penghargaan sebagai perusahaan BUMN terbaik 2014 Bidang Non Keuangan Sektor Industri Kertas, Percetakan dan Penerbitan, serta Nominasi Top BUMN Non Listed 2014 dari Majalah Investor

dalam acara “Awards Dinner & Presentation”.


(25)

pernah mendapatkan penghargaan dari MURI (Museum Rekor Indonesia).

d. Waktu penelitian dimulai dari bulan Juni 2015 sampai Agustus

2015.

3.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan:

a. Wawancara

Wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu; ini merupakan proses tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik. Terdapat dua pihak dengan kedudukan yang berbeda dalam proses wawancara. Pihak pertama berfungsi sebagai penanya, disebut pula sebagai interviewer, sedangkan pihak kedua berfungsi sebagai pemberi informasi atau biasa disebut informan. Interviewer mengajukan pertanyaan-pertanyaan, meminta keterangan atau penjelasan, sambil menilai jawaban-jawabannya. Sekaligus ia mengadakan paraphrase (menyatakan kembali isi jawaban interviewee dengan kata-kata lain), mengingat-ingat dan mencatat jawaban-jawaban serta bisa menggali keterangan-keterangan lebih lanjut dan berusaha melakukan “probing” (rangsangan, dorongan).11

Subyek wawancara penelitian ini adalah orang–orang yang bekerja di

Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) Perum Peruri dan Penerima Manfaat program PKBL Perum Peruri. Subyek penelitian dari

11

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta: PT Bumi


(26)

pihak PKBL Perum Peruri yaitu Bapak FX Sugiyanto selaku Kepala PKBL Perum Peruri. Peneliti melakukan wawancara pada hari Senin, tanggal 6 Juli 2015 yang bertempat di kantor PKBL Perum Peruri, untuk menanyakan

mengenai data–data penelitian saya di PKBL Perum Peruri. Selain itu,

peneliti juga melakukan wawancara dengan Bapak M. Nurdjehan selaku Penanggung Jawab Bidang Litbang PKBL Perum Peruri. Peneliti melakukan wawancara pada hari Selasa, tanggal 14 Juli 2015 di kantor PKBL Perum Peruri.

Untuk mempertajam data, peneliti juga melakukan wawancara dengan Penerima Manfaat program PKBL Perum Peruri. Subyek penelitian

yang peneliti wawancarai yaitu Bapak Bahtiar selaku Mitra

Binaan/Penerima Manfaat Program Kemitraan (PK) Perum Peruri. Peneliti melakukan wawancara pada hari Kamis, tanggal 30 Juli 2015 di Kediaman Bapak Bahtiar di Petukangan Utara, Jalan Palem III RT 004/RW 08 Kelurahan Petukangan Utara, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Peneliti juga melakukan wawancara dengan Bapak Dedi Ahmad Setiyadi selaku Penerima Manfaat Program Bina Lingkungan (BL) Perum Peruri.

Peneliti melakukan wawancara pada hari Jum’at, tanggal 7 Agustus 2015 di

Kediaman Bapak Dedi Ahmad Setiyadi di Perum Taman Mangu Indah Blok E Kelurahan Taman Mangu, Kecamatan Pondok Aren, Tangerang Selatan.

b. Observasi

Observasi atau pengamatan dapat didefinisikan sebagai perhatian yang terfokus terhadap kejadian, gejala, atau sesuatu yang akan kita teliti.


(27)

Observasi dapat dibedakan menjadi dua macam.

Pertama ialah observasi sederhana adalah pengamatan yang tidak terkontrol, yang merupakan gambaran sederhana dari pengamatan dan pendengaran. Peneliti melakukan pengamatan terhadap gejala-gejala dan kejadian-kejadian sebagaimana terjadi secara apa adanya dalam kondisinya yang alami tanpa melakukan suatu kontrol ilmiah. Pengamatan ini bertujuan untuk mengumpulkan data awal tentang gejala dan kejadian sebagai pendahuluan bagi penelitian yang lebih mendalam dan terkontrol. Dalam observasi tersebut, selama satu bulan peneliti melakukan penelitian di PKBL Perum Peruri, peneliti melakukan pengamatan awal terkait dengan

orang–orang yang berada didalam lingkungan kerja di PKBL Perum Peruri

tersebut. Seiring berjalannya waktu, orang–orang yang bekerja di PKBL

Perum Peruri tersebut sangat terbuka kepada saya sebagai peneliti. Hal itu

sangat baik untuk mendapatkan data–data yang peneliti ingin dapatkan

mengenai PKBL Perum Peruri tersebut. Peneliti juga mengamati tentang

siapa saja orang–orang yang berkompeten untuk dijadikan sebagai subyek

penelitian untuk mendapatkan data–data terkait penelitian ini.

Kedua ialah observasi sistematis adalah suatu pengamatan ilmiah yang terkontrol. Dalam observasi sistematis ini, setting (waktu dan tempat) pengamatan juga dibatasi, sering dalam observasi dipergunakan peralatan -

peralatan seperti tape recorder, kamera, dan lain-lain.12 Dalam hal ini,

peneliti melakukan pengamatan terkait dengan pencarian data–data serta

informasi kepada Penerima Manfaat PKBL Perum Peruri. Peneliti secara

12

Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h.


(28)

langsung melakukan pengamatan ke Penerima Manfaat Program Kemitraan (PK) dan Bina Lingkungan (BL) melalui panca indera serta melakukan proses wawancara dengan menggunakan alat komunikasi seperti handphone

untuk merekam hasil wawancara (recorder) dan untuk mendokumentasikan

hasil pengamatan penelitian.

c. Dokumentasi

Metode Dokumentasi adalah suatu metode pengumpulan data yang digunakan dalam metodologi penelitian sosial untuk dapat mengetahui dan menelusuri data historis. Dalam hal ini mengumpulkan data berdasarkan laporan yang didapat dari pihak PKBL Perum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri) serta data lainnya yang berkaitan dengan masalah

penelitian yang akan diteliti.13 Pengumpulan data–data penelitian tersebut

bersumber dari buku–buku, dokumen arsip perusahaan, data–data

perusahaan serta internet.

4.Teknik Pemilihan Subyek Penelitian

Teknik pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik

purposive sampling berdasarkan pertimbangan dan kriteria pribadi peneliti yang nantinya responden tersebut akan dijadikan suatu unit sampel peneliti.

Informan yang peneliti ambil adalah unit yang mengelola pelaksanaan

program Corporate Social Responsibility di Perum Percetakan Uang

Republik Indonesia (Peruri) yaitu unit PKBL. Sedangkan, Responden

13

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu


(29)

dalam penelitian ini adalah pihak penerima manfaat dari Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Dalam hal ini, peneliti memilih pimpinan, pegawai, serta staf-staf yang bekerja di PKBL sebagai informan dan penerima manfaat PKBL sebagai responden dikarenakan peneliti yakin dapat memperoleh informasi dan data-data yang mendalam mengenai Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) yang berada di perusahaan tersebut.

5.Sumber Data

a. Data Primer

Data Primer adalah data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak perantara) yang secara khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab permasalahan dalam penelitian. Dalam penelitian ini peneliti memperoleh data primer melalui wawancara. Wawancara dilakukan dilokasi penelitian (PKBL Perum Percetakan Uang Republik Indonesia yang terletak di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan) dengan subyek yang diteliti yaitu (Kepala atau Pegawai PKBL serta pihak penerima manfaat program PKBL).

b. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung yang diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti. Melainkan data yang berupa studi kepustakaan, yaitu dengan mempelajari dokumen, majalah, koran, artikel dan lain sebagainya, atau bisa juga berupa


(30)

tentang catatan adanya suatu peristiwa.

6.Analisis Data

Proses analisis dimulai setelah peneliti memasuki obyek penelitian. Maka hal tersebut akan dikemukakan disini bahwa, analisis data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode/tanda, dan mengategorikannya data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin dijawab. Melalui serangkaian aktivitas tersebut, data kualitatif yang biasanya berserakan dan bertumpuk-tumpuk bisa disederhanakan untuk akhirnya bisa dipahami

dengan mudah.14

7.Keabsahan Data

Keabsahan data adalah data yang diperoleh dan telah teruji dan valid. Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara ke beberapa sumber (informan) dan membandingkan hasil pengamatan dengan temuan data yang berkaitan. Oleh sebab itu, peneliti senantiasa melakukan perbaikan guna mendapatkan data-data yang relevan.

Teknik keabsahan data yang peneliti lakukan adalah dengan

ketekunan pengamatan, ketekunan pengamatan bertujuan untuk

menentukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi-situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang diteliti. Kemudian peneliti

14


(31)

fokus pada hal-hal tersebut secara rinci, yaitu peneliti hanya memusatkan dan mencari jawaban sesuai dengan rumusan masalah saja.

8.Pedoman Penulisan Skripsi

Penulisan skripsi ini mengacu pada buku Pedoman Penulisan Karya

Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA (Center

for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini dibagi ke dalam beberapa bab, antara lain:

BAB I Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II Landasan Teori yang terdiri dari Corporate Social Responsibility

(CSR) yang meliputi (Definisi CSR, Konsep-Konsep CSR, Ruang Lingkup CSR), CSR Dalam Kerangka Pergeseran Paradigma Pembangunan, Perdebatan CSR Di Indonesia, Tipologi Perusahaan Dalam Menerapkan CSR, Hubungan CSR Dengan Kesejahteraan Sosial, Manfaat CSR, Implementasi CSR, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), Profil PKBL Perum Peruri, Pengertian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

BAB IIIProfil Perusahaan yang terdiri dari Sejarah Berdirinya Perum Peruri, Visi, Misi, dan Prinsip Perum Peruri, Logo Perum Peruri, Landasan


(32)

Hukum Berdirinya Perum Peruri, Landasan Hukum Perum Peruri Melaksanakan PKBL, Struktur Organisasi Perum Peruri, Struktur Organisasi PKBL Perum Peruri serta Tugas dan Fungsi Pengelola PKBL Perum Peruri, Sejarah Berdirinya PKBL Perum Peruri.

BAB IV Temuan dan Analisis Data merupakan bentuk temuan dari hasil penelitian peneliti mengenai Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) Perum Peruri, yang terdiri dari hasil temuan tentang gambaran pelaksanaan PKBL Perum Peruri serta analisis mengenai Pola dan Tahapan pelaksanaan PKBL Perum Peruri.

BAB V Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran yang ditulis oleh peneliti dari hasil penelitian tersebut.


(33)

A. Corporate Social Responsibility

1.Definisi Corporate Social Responsibility (CSR)

Coroporate Social Responsibility atau Tanggung Jawab Sosial Perusahaan sebagai suatu kepedulian organisasi bisnis untuk bertindak dengan cara-cara mereka sendiri dalam melayani kepentingan organisasi dan kepentingan publik eksternal. Secara konseptual, CSR adalah sebuah pendekatan dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis dan interaksi mereka dengan para pelaku kepentingan (stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraan. Meskipun sesungguhnya memiliki pendekatan yang relatif berbeda, beberapa nama lain yang memiliki kemiripan atau bahkan identik dengan CSR ini

diantaranya ialah Investasi Sosial Perusahaan (Corporate Social

Investment), Pemberian Perusahaan (Corporate Giving), Kedermawanan

Perusahaan (Corporate Philantropy), Relasi Kemasyarakatan Perusahaan

(Corporate Community Relations), dan Pengembangan Masyarakat (Community Development).1

Terdapat berbagai definisi CSR dari berbagai para ahli, lembaga-lembaga internasional, serta berbagai pengertian yang terdapat dalam buku-buku mengenai CSR adalah sebagai berikut:

a. The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD)

1

Edi Suharto, Pekerjaan Sosial Di Dunia Industri: Memperkuat Tanggungjawab Sosial

Perusahaan (Corporate Social Responsibility), (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), edisi I, h. 102-103.


(34)

mendefinisikan CSR adalah komitmen berkesinambungan dari kalangan bisnis untuk berperilaku etis dan memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi, seraya meningkatkan kualitas kehidupan karyawan dan keluarganya, serta komunitas lokal dan

masyarakat luas pada umumnya.2

b. European Union mendefinisikan CSR adalah sebuah konsep dengan

nama perusahaan mengintegrasikan perhatian terhadap sosial dan lingkungan dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksinya

dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) berdasarkan

prinsip kesukarelaan.3

c. World Bank mendefinisikan CSR adalah suatu komitmen bisnis untuk

dapat berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan yang bekerja dengan karyawan, komunitas setempat, dan masyarakat secara luas untuk dapat meningkatkan kualitas hidup, dengan

cara-cara yang baik untuk bisnis dan untuk pembangunan.4

d. CSR Asia mendefinisikan CSR adalah komitmen perusahaan untuk

beroperasi secara berkelanjutan berdasarkan prinsip ekonomi, sosial, dan lingkungan seraya menyeimbangkan beragam kepentingan para

stakeholders.5

e. Michael Hopkins mendefinisikan CSR adalah berkaitan dengan

perlakuan perusahaan terhadap stakeholders baik yang berada

2

Edi Suharto, Pekerjaan Sosial Di Dunia Industri: Memperkuat CSR (Corporate Social

Responsibility, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 103. 3

Ibid., h. 104. 4

Busyra Azheri, Corporate Social Responsibility: Dari Voluntary Menjadi Mandatory,

(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012), edisi I, h. 20-21. 5

Agus S. Riyanto, PKBL Ragam Derma Sosial BUMN, (Jakarta: Banana Publiser, 2011),


(35)

didalam maupun diluar perusahaan, termasuk lingkungan secara etis

atau secara bertanggung jawab, dengan memperlakukan stakeholders

dengan cara yang bisa diterimanya.6

f. Mu’man Nuryana mendefinisikan CSR adalah sebuah pendekatan dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksi mereka dengan para pelaku

kepentingan (stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelawanan dan

kemitraan.7

Bila dikritisi rumusan dari CSR diatas, maka secara prinsip rumusan WBCSD dengan World Bank sama-sama menekankan CSR sebagai komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja sama dengan karyawan, dan masyarakat setempat (lokal) dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan. Namun, rumusan World Bank menambahkan penekanan pada kemanfaatan aktivitas CSR bagi usaha dan pembangunan. Sedangkan rumusan European Union hanya menggambarkan CSR sebagai suatu konsep, bagaimana suatu perusahaan

berusaha mengintegrasikan aspek sosial dan lingkungan serta stakeholders

atas dasar “voluntary” dalam melakukan aktivitas usahanya. Pengintegrasian

ini tidak hanya kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang ada, tetapi meliputi kerelaan berinvestasi kedalam pengembangan manusia,

lingkungan, dan hubungan dengan stakeholders.

Dari berbagai rumusan diatas, terlihat bahwa sampai saat ini belum ada kesamaan bahasa dalam merumuskan dan memaknai CSR. Begitu pula

6

Azheri, Corporate Social Responsibility: Dari Voluntary Menjadi Mandatory, h. 26.

7Ibid., h. 28.


(36)

halnya dalam konteks ketentuan peraturan perundang-undangan, ternyata belum mempunyai bahasa yang sama dalam merumuskan pengertian CSR, hal ini dapat dibuktikan dari:

a. Penjelasan Pasal 15 huruf b Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007

tentang Penanaman Modal (UUPM) yang menegaskan bahwa “tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat”.

b. Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas (UUPT) juga menegaskan bahwa “tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen perusahaan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perusahaan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada

umumnya”.8

Meskipun ada perbedaan penekanan dari pengertian dan rumusan CSR antara UUPM dengan UUPT, namun secara substansial kedua

undang-undang ini telah mengubah paradigma CSR dari voluntary menjadi

mandatory.

2.Konsep - Konsep Corporate Social Responsibility

Munculnya konsep-konsep CSR didorong oleh terjadinya

8


(37)

kecenderungan pada masyarakat industri yang dapat disingkat sebagai

DEAF (Dehumanisasi, Equalisasi, Aquariumisasi, dan Feminisasi):

a. Dehumanisasi industri. Efisiensi dan mekanisasi yang semakin

menguat di dunia industi telah menciptakan persoalan-persoalan kemanusiaan baik bagi kalangan buruh di perusahaan tersebut,

maupun bagi masyarakat di sekitar perusahaan. “Merger mania” dan

perampingan perusahaan telah menimbulkan gelombang Pemutusan Hubungan Kerja dan pengangguran, ekspansi, dan eksploitasi dunia industri telah melahirkan polusi dan kerusakan lingkungan yang hebat.

b. Equalisasi hak-hak publik. Masyarakat kini semakin sadar akan

haknya untuk meminta pertanggungjawaban perusahaan atas berbagai masalah sosial yang seringkali ditimbulkan oleh beroperasinya perusahaan. Kesadaran ini semakin menuntut akuntabilitas perusahaan bukan saja dalam proses produksi, melainkan pula dalam kaitannya dengan kepedulian perusahaan terhadap berbagai dampak sosial yang ditimbulkannya.

c. Aquariumisasi dunia industri. Dunia kerja kini semakin transparan dan

terbuka laksana sebuah akuarium. Perusahaan yang hanya memburu rente ekonomi dan cenderung mengabaikan hukum, prinsip etis, dan filantropis tidak akan mendapat dukungan publik. Bahkan dalam banyak kasus, masyarakat menuntut agar perusahaan seperti ini ditutup.

d. Feminisasi dunia kerja. Semakin banyaknya wanita yang bekerja,


(38)

lingkungan internal organisasi, seperti pemberian cuti hamil dan melahirkan, keselamatan dan kesehatan kerja, melainkan pula terhadap timbulnya biaya-biaya sosial, seperti penelantaran anak, kenakalan remaja, akibat berkurangnya atau hilangnya kehadiran ibu-ibu di rumah dan tentunya di lingkungan masyarakat. Pelayanan sosial

seperti perawatan anak (child care), pendirian fasilitas pendidikan dan

kesehatan bagi anak-anak, atau pusat-pusat kegiatan olah raga dan rekreasi bagi remaja bisa merupakan sebuah “kompensasi” atau

bentuk respon terhadap isu ini.9

CSR diterapkan kepada perusahaan–perusahaan yang beroperasi

dalam konteks ekonomi global, nasional maupun lokal. Komitmen dan

aktivitas CSR pada intinya merujuk pada aspek–aspek perilaku perusahaan

(firm’s behavior), termasuk kebijakan dan program perusahaan yang menyangkut dua elemen kunci:

a. Good Corporate Governance: etika bisnis, manajemen sumber daya manusia, jaminan sosial bagi pegawai, serta kesehatan dan keselamatan kerja.

b. Good Corporate Responsibility: pelestarian lingkungan,

pengembangan masyarakat (community development), perlindungan

hak asasi manusia, perlindungan konsumen, relasi dengan pemasok

dan penghormatan terhadap hak–hak pemangku kepentingan

lainnya.10

9

Edi Suharto, Pekerjaan Sosial Di Dunia Industri: Memperkuat CSR, (Bandung:

Alfabeta, 2009), edisi I, h. 105-106. 10

Edi Suharto, CSR & Comdev: Investasi Kreatif Perusahaan Di Era Globalisasi,


(39)

3.Ruang Lingkup Corporate Social Responsibility

Pada prinsipnya CSR merupakan komitmen perusahaan terhadap

kepentingan para stakeholders dalam arti luas dari pada sekadar kepentingan

perusahaan belaka. Meskipun secara moral adalah baik suatu perusahaan mengejar keuntungan, bukan berarti perusahaan dibenarkan mencapai keuntungan tersebut dengan mengorbankan kepentingan-kepentingan pihak lain yang terkait. Oleh karena itu, setiap perusahaan harus bertanggung jawab atas tindakan dan kegiatan dari ushanya yang mempunyai dampak

baik langsung maupun tidak langsung terhadap stakeholders-nya dan

lingkungan dimana perusahaan melakukan aktivitas usahanya. Sehingga secara positif, hal ini bermakna bahwa setiap perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya sedemikian rupa, pada akhirnya mampu

meningkatkan kesejahteraan para stakeholders-nya dengan memerhatikan

kualitas lingkungan ke arah yang lebih baik.

Berkaitan dengan hal tersebut, John Elkingston’s berdasarkan

pengertian CSR sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya,

mengelompokkan CSR atas 3 aspek yang lebih dikenal dengan istilah “Triple Bottom Line (3BL)”. Ketiga aspek itu meliputi kesejahteraan atau

kemakmuran ekonomi (economic prosperity), peningkatan kualitas

lingkungan (environmental quality), dan keadilan sosial (social justice). Ia

juga menegaskan bahwa suatu perusahaan yang ingin menerapkan konsep

pembangunan berkelanjutan (sustainability development) harus

memperhatikan “Triple P” yaitu profit, planet, and people.11

11

Busyra Azheri, Corporate Social Responsibility: Dari Voluntary Menjadi Mandatory, (PT


(40)

Penjelasan dari Triple P tersebut yaitu:

a. Profit. Perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang.

b. People. Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan

manusia sebagai makhluk sosial. Beberapa perusahaan

mengembangkan program CSR, seperti pemberian beasiswa bagi pelajar sekitar perusahaan, pendirian sarana pendidikan dan kesehatan, penguatan kapasitas ekonomi lokal, dan bahkan ada perusahaan yang merancang berbagai skema perlindungan sosial bagi warga setempat. c. Planet. Perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan

keberlanjutan keragaman hayati. Beberapa program CSR yang berpijak pada prinsip ini biasanya berupa penghijauan lingkungan hidup, penyediaan sarana air bersih, perbaikan permukiman,

pengembangan pariwisata (ekoturisme).12

Gambar 2.1. Triple Bottom Lines

12

Edi Suharto, Pekerjaan Sosial Di Dunia Industri: Memperkuat CSR, (Bandung: Alfabeta,

2009), edisi I, h. 107.

Planet Keberlanjutan Lingkungan Hidup

People

Kesejahteraan Manusia/ Masyarakat Profit

Keuntungan Perusahaan


(41)

B. CSR Dalam Kerangka Pergeseran Paradigma Pembangunan

Seperti telah dinyatakan, bahwa tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) atau CSR berorientasi pada planet

(konservasi), people (komunitas), dan profit (keuntungan perusahaan) yang

dilaksanakan oleh perusahaan. Orientasi pada planet difokuskan untuk

menciptakan lingkungan ekologis yang berkelanjutan (environmental

sustainability). Memberdayakan komunitas dan meningkatkan partisipasi

multipihak (stakeholders participation) menjadikan orientasi CSR kepada

masyarakat (people). Kedua orientasi tersebut menjadi bagian tak

terpisahkan dari strategi perusahaan untuk memperoleh keuntungan.

Sinergitas antara ketiga orientasi yaitu profit, planet, dan people

tersebut dimanifestasikan sebagai upaya perusahaan untuk

menginternalisasikan faktor–faktor luar ke dalam kebijakan perusahaan

dalam kerangka CSR. Oleh karena itu, program–program CSR adalah salah

satu aksi dalam kerangka kebijakan perusahaan yang selalu

mempertimbangkan berbagai faktor luar (faktor–faktor di luar perusahaan

dan relevan dengan perusahaan) baik faktor sosial (masyarakat) maupun faktor sumber daya alam yang perlu dikonservasi. Mempertimbangkan berbagai faktor luar tersebut dipahami oleh perusahaan dengan

memfokuskan pada struktur sosial, kultur, dan pola–pola adaptasi ekologi

dalam rangka merespons perubahan sumber daya alam yang cenderung semakin terdegradasi.

Dalam konteks pembangunan, CSR tidak hanya berorientasi pada produksi, tetapi seperti telah dinyatakan diatas bahwa CSR harus


(42)

berorientasi pada pemberdayaan masyarakat dan meningkatkan taraf hidup warga komunitas. Oleh karena itu, tanggung jawab sosial perusahaan perlu dikonstruksikan dalam suatu kerangka pergeseran paradigma dari “production center development” ke “people center development”. Dengan

demikian aksi CSR dicirikan dengan implementasi prinsip–prinsip

desentralisasi, partisipasi, pemberdayaan, pelestarian, jejaring, teritorial, dan ekonomi lokal.

Gambar 2.2. Pergeseran Paradigma Pembangunan

Unsustainable Sustainable

 Sentralisasi - Desentralisasi

 Mobilisasi - Partisipasi

 Penaklukan - Pemberdayaan

 Eksploitasi - Pelestarian

 Hubungan Fungsional - Jejaring Sosial

 Nasional - Teritorial

 Ekonomi Konvensional - Keswadayaan Lokal

Apabila tanggung jawab sosial yang dilaksanakan oleh perusahaan

berorientasi pada tripple bottom line, mengimplementasikan prinsip–prinsip

dalam kerangka pergeseran paradigma pembangunan, dan dengan memfokuskan pada tata kelola perusahaan, lingkungan, dan pengembangan

Production Center Development

People Center Development


(43)

masyarakat, maka kebijakan perusahaan dalam menerapkan tanggung jawab

sosial telah meninggalkan charity, tetapi lebih dari itu akan sampai pada

tahap philantrophy dan corporate citizenship.

Tanggung jawab sosial tersebut mulai dari usaha tanggung jawab

sosial sebagai program kedermawanan (charity) hingga menjadi good

corporate citizenship. Perusahaan dalam mengimplementasikan CSR sebagai salah satu bentuk tanggung jawab sosialnya telah meninggalkan

charity yang hanya merupakan kewajiban, mengarah kepada tanggung

jawab sosial sebagai philantrophy dan corporate citizenship yang

menekankan adanya kepentingan bersama, dimana penerima manfaat bukan

hanya sekedar orang miskin seperti dalam charity namun juga masyarakat

luas dan perusahaan. Hal ini menunjukan bahwa tanggung jawab sosial juga

lebih tepat bila dianggap sebagai community development dan merupakan

ruh pelaksanaan aktivitas CSR.13

C. Perdebatan CSR Di Indonesia

Sejak disahkannya UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, debut CSR di Tanah Air semakin menguat. Hal ini disebabkan UU tersebut menyebutkan secara tegas bahwa CSR telah menjadi kewajiban perusahaan.

Bunyi pasal yang menyebutkan kewajiban tersebut adalah “PT yang

menjalankan usaha dibidang dan/atau bersangkutan dengan sumber daya

alam wajib menjalankan tanggung jawab sosial dan lingkungan.”14

13

Fredian Tonny Nasdian, Pengembangan Msyarakat, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor

Indonesia, 2014), edisi I, h. 229-232. 14


(44)

Perdebatan mulai muncul menyangkut besaran biaya dan sanksi. Terlebih, UU PT tidak menyebutkan secara rinci berapa besaran biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk CSR serta sanksi bagi yang melanggar. Pada ayat 2,3, dan 4 hanya disebutkan bahwa CSR “dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran”. PT yang tidak melakukan CSR dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan. Ketentuan lebih lanjut mengenai CSR ini baru akan diatur oleh Peraturan Pemerintah, yang hingga kini sepengetahuan penulis belum dikeluarkan.

Peraturan lain yang menyentuh CSR adalah UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Pasal 15 (b) menyatakan bahwa “Setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial

perusahaan.”15 Meskipun UU ini telah mengatur sanksi–sanksi secara

terperinci terhadap badan usaha atau usaha perseorangan yang mengabaikan CSR (Pasal 34), UU ini baru mampu menjangkau investor asing dan belum mengatur secara tegas perihal CSR bagi perusahaan nasional.

Jika dicermati, peraturan tentang CSR yang relatif lebih terperinci adalah UU No. 19 tahun 2003 tentang BUMN. UU ini kemudian dijabarkan lebih lanjut oleh Peraturan Menteri Negara BUMN No. 4 tahun 2007 yang mengatur mulai dari besaran dana hingga tata cara pelaksanaan CSR. Seperti kita ketahui, CSR milik BUMN adalah Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Dalam UU BUMN dinyatakan bahwa selain mencari

15


(45)

keuntungan, peran BUMN adalah juga memberikan bimbingan bantuan secara aktif kepada pengusaha golongan lemah, koperasi dan masyarakat.

Selanjutnya, Permen Negara BUMN menjelaskan bahwa sumber dana PKBL berasal dari penyisihan laba bersih perusahaan sebesar 2% yang

dapat digunakan untuk Program Kemitraan dan Bina Lingkungan.16

Pentingnya CSR perlu dilandasi oleh kesadaran perusahaan terhadap fakta tentang adanya jurang yang semakin menganga antara kemakmuran dan kemelaratan, baik pada tataran global maupun nasional. Oleh karena itu, diwajibkan atau tidak, CSR harus merupakan komitmen dan kepedulian dari para pelaku bisnis untuk ambil bagian mengurangi nestapa kemanusiaan. Memberi gaji pada karyawan dan membayar pajak pada negara kurang patut dijadikan alasan bahwa perusahaan tidak perlu melaksanakan CSR. Terlebih

di Indonesia yang menganut residual welfare state, distribusi pendapatan

mengalami distorsi luar biasa. Manfaat pajak sering tidak sampai kepada masyarakat, terutama kelompok lemah dan rentan seperti orang miskin,

pekerja sektor informal, kaum perempuan, anak–anak, dan komunitas adat

terpencil. Akibatnya, sebagian besar dari mereka hidup tanpa perlindungan

sosial yang memadai.17

16

Edi Suharto, CSR & Comdev: Investasi Kreatif Perusahaan Di Era Globalisasi,

(Bandung: Alfabeta, 2010), h. 19-21. 17

Edi Suharto, Pekerjaan Sosial Di Dunia Industri: Memperkuat CSR (Corporate Social


(46)

D. Tipologi Perusahaan Dalam Menerapkan CSR

Menurut Zaim Saidi dan Hamid Abidin, sedikitnya ada empat model

atau pola penerapan CSR di Indonesia:18

1. Keterlibatan langsung. Perusahaan menjalankan program CSR secara

langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk menjalankan tugas ini, sebuah perusahaan biasanya menugaskan salah satu pejabat seniornya.

2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan. Perusahaan mendirikan

yayasan sendiri dibawah perusahaan atau grupnya. Model ini merupakan

adopsi dari model yang lazim diterapkan di perusahaan–perusahaan di

negara maju. Biasanya, perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin atau dana abadi yang dapat digunakan secara teratur bagi kegiatan yayasan. Beberapa yayasan yang didirikan perusahaan diantaranya adalah Yayasan Coca Cola Company, Yayasan Dharma Bhakti Astra, Yayasan Sahabat Aqua.

3. Bermitra dengan pihak lain. Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui

kerjasama dengan lembaga sosial/organisasi non–pemerintah, instansi

pemerintah, universitas atau media massa, baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya. Beberapa lembaga yang bekerjasama dengan perusahaan dalam menjalankan CSR antara lain Palang Merah Indonesia (PMI), Dompet Dhuafa, Instansi Pemerintah, Universitas, serta Media Massa.

18

Edi Suharto, Pekerjaan Sosial Di Dunia Industri: Memperkuat CSR (Corporate Social


(47)

4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium. Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan dengan model lainnya, pola ini lebih berorientasi pada pemberian hibah perusahaan yang bersifat “hibah pembangunan”.

E. Hubungan CSR Dengan Kesejahteraan Sosial 1. Ilmu Kesejahteraan Sosial

a. Ilmu Kesejahteraan Sosial adalah suatu ilmu yang mencoba

mengembangkan pemikiran, strategi, dan teknik untuk meningkatkan

kesejahteraan suatu masyarakat, baik di level mikro, mezzo, maupun

makro.

b. Ilmu Kesejahteraan Sosial adalah ilmu terapan yang mengkaji dan

mengembangkan kerangka pemikiran serta metodologi yang dapat

dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas hidup (kondisi)

masyarakat antara lain melalui pengelolaan masalah sosial, pemenuhun kebutuhan hidup masyarakat, dan pemaksimalan

kesempatan anggota masyarakat untuk berkembang.19

Dari definisi diatas, terlihat bahwa Ilmu Kesejahteraan Sosial adalah ilmu yang bersifat terapan, karena itu kajiannya sangat terkait dengan suatu intervensi sosial (perubahan sosial terencana) yang dilakukan oleh pelaku

perubahan (change agents) terhadap berbagai sasaran perubahan (target of

change) yang terdiri dari individu, keluarga, dan kelompok kecil (level

19

Isbandi Rukminto Adi, Kesejahteraan Sosial: (Pekerjaan Sosial, Pembangunan Sosial,


(48)

mikro), komunitas dan organisasi (level mezzo), dan masyarakat yang lebih luas baik di tingkat kabupaten/kota, provinsi, negara maupun tingkat global (level makro).

Dalam hal ini, CSR merupakan salah satu bidang dari ilmu kesejahteraan sosial dalam bidang pelayanan pekerjaan sosial di bidang industri yaitu melalui model Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau model Investasi Sosial Perusahaan. Model ini pada dasarnya menunjuk pada perluasan peran perusahaan yang tidak hanya mengurusi kesejahteraan pegawai dan kebutuhan konsumen saja, melainkan turut pula peduli akan

kehidupan masyarakat yang tinggal di sekitar perusahaan.20

2. Peran CSR Dalam Pembangunan dan Pengembangan Masyarakat Sudah seharusnya terjadi perubahan paradigma perusahaan agar tidak

hanya mengedepankan kepentingan memperoleh laba semata–mata, namun

juga keberadaan perusahaan mampu memberikan kesejahteraan masyarakat

sekitar seiring dengan mendukung adanya good governance. Melakukan

kegiatan CSR dapat meningkatkan dampak ekonomi yang menguntungkan

perusahaan. Berdasarkan Internasional Business Leaders Forum (IBLF)

dalam Amri dan Sarosa (2008) ada 8 jenis kegiatan CSR yang membantu memperkuat kerekatan sosial, yaitu:

a. Membantu mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kualitas hidup,

dapat dilakukan misalnya dengan pengembangan usaha–usaha kecil yang

berada disekitar lokasi perusahaan.

20

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis

Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), h. 209-210.


(49)

b. Membangun kepercayaan dan rasa saling menghormati, diwujudkan dengan mengembangkan aktivitas CSR yang mengarah pada terbentuknya kondisi keakraban antar anggota masyarakat.

c. Memperkecil konflik.

d. Membantu mengatasi kriminalitas, dengan berupaya memberikan sentuhan

pemberdayaan agar masyarakat sekitar tidak terjebak dalam hal yang negatif.

e. Mendukung social local enterpreuners.

f. Penyediaan layanan sosial dalam situasi sulit, serta berkontribusi dalam

pengembangan solidaritas sosial.

g. Mendorong toleransi antar agama, etnik, dll.

h. Mendukung kegiatan budaya dan pemeliharaan warisan budaya.

F. Manfaat CSR

Corporate Social Responsibility (CSR) bermakna bahwa suatu perusahaan harus bertanggung jawab atas setiap tindakannya yang berdampak pada masyarakat, komunitas mereka dan lingkungan. Karena itu, dampak negatif dari aktivitas bisnis yang merugikan masyarakat dan lingkungan harus diakui dan diungkapkan dalam pelaporan perusahaan. Perusahaan dituntut menyeimbangkan pencapaian kinerja ekonominya dengan kinerja sosial dan lingkungannya jika ingin bisnisnya langgeng. Dunia bisnis juga dituntut menyelaraskan pencapaian kinerja laba dengan kinerja sosial dan kinerja lingkungan. Pencapaian itu akan menempatkan


(50)

dan meraih keuntungan yang langgeng.

Dengan demikian, kemauan baik, komitmen, dan kepedulian dunia usaha untuk menyisihkan dana untuk aktivitas CSR secara berkelanjutan sebenarnya juga akan mendatangkan sejumlah manfaat bagi dunia bisnis sendiri, yaitu: 1) sebagai investasi sosial yang menjadi sumber keunggulan kompetitif perusahaan dalam jangka panjang, 2) memperkokoh profit dan kinerja keuangan perusahaan, 3) meningkatnya komitmen, etos kerja, efisiensi dan produktivitas karyawan, 4) menurunnya kerentanan gejolak sosial dari komunitas sekitarnya karena diperhatikan dan dihargai perusahaan, 5) meningkatnya reputasi dan nilai perusahaan dalam jangka

panjang.21

G. Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR)

Pelaksanaan program CSR adalah pelibatan perusahaan, pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, perguruan tinggi, tokoh-tokoh masyarakat serta calon penerima program CSR. Oleh sebab itu, dalam implementasi program CSR diperlukan beberapa kondisi yang akan menjamin terlaksananya implementasi program CSR dengan baik. Berikut ini adalah kondisi implementasi CSR:

Kondisi pertama, implementasi CSR memperoleh persetujuan dan dukungan dari para pihak yang terlibat. Sebagai contoh implementasi CSR harus memperoleh persetujuan dan dukungan dari manajemen puncak perusahaan sehingga pelaksanaan CSR didukung sepenuhnya oleh sumber

21

Andreas Lako, Dekonstruksi CSR dan Reformasi Paradigma Bisnis & Akuntansi,


(51)

daya yang dimiliki perusahaan. Sumber daya tersebut meliputi sumber daya finansial dalam bentuk penyediaan anggaran untuk pelaksanaan CSR, maupun sumber daya manusia yakni para karyawan perusahaan yang diterjunkan perusahaan untuk melaksanakan program CSR.

Kondisi kedua, yang harus diciptakan untuk menunjang keberhasilan implementasi program CSR adalah diterapkannya pola hubungan (relationship) diantara pihak-pihak yang terlibat secara jelas. Hal ini akan meningkatkan kualitas koordinasi pelaksanaan program CSR.

Kondisi ketiga, adalah adanya pengelolaan program yang baik. Pengelolaan program yang baik hanya dapat terwujud bila terdapat kejelasan tujuan program, terdapat kesepakatan mengenai strategi yang akan digunakan untuk mencapai tujuan program dari para pihak yang terlibat

dalam pelaksanaan CSR.22

H. Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah (UMKM)

Pendataan jumlah unit usaha UMKM didasarkan pada definisi dan

kriteria UMKM sesuai dengan Undang–Undang Nomor 20 tahun 2008

tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Dalam pasal 1 UU tersebut, UMKM didefinisikan sebagai berikut:

1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau

badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana

diatur dalam undang–undang ini.

2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

22

Ismail Solihin, Corporate Social Responsibility: From Charity to Sustainability


(52)

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil

sebagaimana dimaksud dalam undang–undang ini.

3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih

atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang–undang

ini.23

I. Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan (PKBL)

1. Definisi Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan (PKBL)

a. Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan (PKBL) adalah unit/organ

khusus yang merupakan bagian dari organisasi BUMN Pembina yang berada dibawah pengawasan seorang Direksi.

b. Program Kemitraan adalah program guna meningkatkan kemampuan

kegiatan usaha kecil untuk menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba.

c. Program Bina Lingkungan adalah pemberdayaan kondisi sosial

masyarakat oleh Perum Peruri di wilayah usaha melalui pemanfaatan

23

Siti Nurbaya Bakar, Integrasi Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

Dalam Strategi Perencanaan Ekonomi Nasional, (Jakarta: Pusat Kajian Kebijakan dan Hukum Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, 2009), h. 19.


(53)

dana dari bagian laba.24 2. Tujuan Program

a. Bantuan Program Kemitraan ditujukan untuk membantu kegiatan

usaha yang dilakukan oleh masyarakat yang berlokasi di seluruh wilayah binaan Perum Peruri, sehingga dapat meningkatkan hasil produksi serta memperluas lapangan pekerjaan.

b. Bantuan Program Bina Lingkungan ditujukan untuk membantu

meningkatkan kondisi sosial masyarakat yang berada di lokasi sekitar

wilayah usaha perusahaan dan wilayah lainnya yang membutuhkan.25

3. Wilayah Pelaksanaan Program Kemitraan

Penyaluran dana Program Kemitraan lebih diprioritaskan pada wilayah Pulau Jawa, namun diluar Pulau Jawa pelaksanaan Program Kemitraan Perum Peruri dapat dilaksanakan sesuai lokasi cabang usaha Perum Peruri berada, sepanjang merupakan kebijakan Direksi Perum Peruri. Sedangkan kegiatan pembinaan, monitoring dan penagihan pada Mitra Binaan yang sudah menerima penyaluran dana di wilayah luar Jawa tetap

dilaksanakan dengan intensif.26

4. Wilayah Pelaksanaan Program Bina Lingkungan

a. Sekitar Kantor Pusat Perum Peruri.

b. Sekitar wilayah cabang usaha pengembangan Perum Peruri di daerah

dan aset perusahaan berada.

24

Studi Dokumentasi Prosedur Operasional PKBL Perum Peruri Tahun 2014, h. 2-3. 25

Ibid., h. 6.

26


(54)

c. Wilayah lain sesuai instruksi atau kebijakan Direksi 5. Penggunaan Dana

a. Dana Program Kemitraan diberikan dalam bentuk:

Pinjaman untuk membiayai modal kerja dan pembelian barang-barang modal (investasi) seperti: mesin, alat produksi, alat bantu produksi, dan

lain–lain, yang dapat meningkatkan produksi dan penjualan produk Mitra

Binaan, jangka waktu pembinaan dapat dilakukan secara bertahap dan terus menerus sampai Mitra Binaan tersebut menjadi tangguh, mandiri dan

bankable.27

b. Dana Program Bina Lingkungan digunakan untuk tujuan yang

memberikan manfaat kepada masyarakat di lingkungan Perusahaan berada dalam bentuk bantuan:

1. Korban Bencana Alam Dan Bencana Lainnya

Bantuan korban bencana alam dalam hal ini meliputi dampak bencana yang diakibatkan bukan oleh kesengajaan manusia. Adapun jenis bantuannya antara lain:

a. Penyediaan bahan kebutuhan pokok (sembako), air bersih, MCK

pengungsi;

b. Pengadaan obat–obatan dan atau tenaga medis;

c. Pengadaan perahu karet, tenda pengungsi;

d. Penyediaan dana untuk sewa angkutan/transportasi pengungsi.

2. Pendidikan Dan Pelatihan

a. Bantuan Beasiswa

27


(55)

Bantuan beasiswa diberikan kepada para pelajar SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi serta sekolah sederajat, yang berprestasi dan tidak mampu, dengan melampirkan bukti prestasi dari pihak sekolah dan keterangan tidak mampu dari orang tua serta RT/RW setempat.

b. Bantuan Fasilitas Pendidikan Atau Pengadaan Sarana Dan Prasarana

Sekolah (Umum, Pesantren, Madrasah) Bantuan fasilitas pendidikan ini berupa perbaikan sarana dan prasarana penunjang proses belajar, peralatan pendidikan serta usaha-usaha dalam proses penelitian dan pengembangan pendidikan masyarakat.

c. Bantuan Peningkatan Kompetensi Guru

Bantuan peningkatan kompetensi guru dipergunakan untuk

memberikan pelatihan dan pendidikan yang dapat meningkatkan kompetensi guru sesuai dengan bidangnya.

d. Bantuan untuk menunjang pelaksanaan kegiatan Pelatihan dan

Pembimbingan.

e. Bantuan untuk menunjang pelaksanaan kegiatan Penyuluhan.

3. Peningkatan Kesehatan Masyarakat

Bantuan ini ditujukan bagi peningkatan fasilitas–fasilitas kesehatan

masyarakat yang meliputi pembangunan dan renovasi sarana pelayanan kesehatan, sarana sanitasi masyarakat, sunatan massal, pengobatan gratis masyarakat, pengadaan kendaraan dan peralatan medis, pengadaan

obat-obatan serta kegiatan–kegiatan yang menyangkut pelayanan kesehatan


(56)

4. Pengembangan Prasarana Dan Sarana Umum

Bantuan pengembangan prasarana dan sarana umum ditujukan untuk membangun dan memperbaiki fasilitas umum sehingga dapat meningkatkan fungsi dan kegunaannya bagi masyarakat setempat. Adapun jenis fasilitas umum tersebut meliputi: jalanan umum, jembatan, taman, saluran irigasi, balai desa, sarana dan prasarana pendidikan sekolah, sarana air bersih, sarana olah raga dan fasilitas umum lainnya.

5. Sarana Ibadah

Bantuan prasarana ibadah dipergunakan untuk membantu kegiatan seremonial keagamaan seperti acara Peringatan Nuzulul Qur’an, Hari Raya

Idul Fitri, Idul Adha, Natal dan lain–lain, sedangkan bantuan sarana ibadah

dimaksudkan agar dapat meningkatkan fungsi dan kegunaan fasilitas tersebut bagi masyarakat. Adapun jenis bantuan tersebut meliputi: bantuan pembangunan dan perbaikan rumah ibadah, pengadaan sarana ibadah dan fasilitas penunjang lainnya.

6. Pelestarian Alam

Bantuan dipergunakan dalam rangka pemberian bibit tanaman, penghijauan, penanaman kembali lahan kering, lahan hutan, lahan gambut/mangrove, pemeliharaan pertumbuhan tanaman, program hutan kota dan taman kota, serta kegiatan penghijauan lainnya dalam rangka menjaga


(57)

7. Bantuan Sosial Kemasyarakatan Dalam Rangka Pengentasan Kemiskinan Bantuan untuk masyarakat berupa sarana dan prasarana yang sifatnya

untuk kepentingan pengentasan kemiskinan.28

J. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Badan Usaha Milik Negara atau disebut juga BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang

dipisahkan. Dalam melaksanakan tugasnya, Kementerian BUMN

menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

1. Perumusan dan penetapan kebijakan di bidang pembinaan BUMN

2. Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang BUMN

3. Pengelolaan barang milik atau kekayaan Negara yang menjadi tanggung

jawab Kementerian BUMN, dan

4. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian BUMN

Terdapat tiga jenis perusahaan BUMN, yaitu: 1.Perusahaan Perseroan (Persero)

Perusahaan Perseroan (Persero) adalah BUMN berbentuk Perseroan Terbatas (PT) dan modal/sahamnya paling sedikit 51% dimiliki oleh

pemerintah (atas nama negara) dan terbagi atas saham–saham, berstatus

hukum perdata dengan bentuk badan hukum perseroan terbatas sebagaimana

diatur dalam hukum dagang.29 Tujuan didirikannya Persero yang pertama

adalah mencari keuntungan dan yang kedua memberi pelayanan kepada

28

Studi Dokumentasi Prosedur Operasional PKBL Perum Peruri Tahun 2014, h. 33-36. 29

Fajar Nursahid, Tanggung Jawab Sosial BUMN: Model Kedermawanan Sosial PT


(58)

umum. Persero dipimpin oleh Direksi. Sedangkan pegawainya berstatus sebagai Pegawai Swasta. Maksud mendirikan Persero ialah untuk menyediakan barang dan atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat dan mengejar keuntungan untuk meningkatkan nilai perusahaan. Perusahaan ini tidak memperoleh fasilitas Negara. Di Indonesia yang sudah menjadi Perusahaan Persero antara lain: PT. Pembangunan Perumahan, PT. Bank BNI Tbk, PT. Telkom Tbk dan lain-lain termasuk PT. Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo).

2.Perusahaan Umum

Perusahaan Umum (Perum) adalah BUMN yang berusaha dibidang penyediaan pelayanan bagi kemanfaatan umum disamping mendapatkan keuntungan, modal seluruhnya milik negara dari kekayaan negara yang dipisahkan serta berstatus badan hukum dan diatur berdasarkan

undang-undang.30 Perum di Indonesia antara lain: Perum Pegadaian, Perum

Jasatirta, Perum Damri, Perum Antara, Perum Peruri, Perum Perumnas, Perum Balai Pustaka, dan lain-lain.

3.Perusahaan Jawatan (Perjan)

Perusahaan Jawatan (Perjan) adalah BUMN yang berusaha dibidang

penyediaan jasa–jasa bagi masyarakat termasuk pelayanan kepada

masyarakat, permodalannya termasuk bagian dari APBN yang dikelola oleh

30

Marwah M. Diah, Restrukturisasi BUMN Di Indonesia: Privatisasi Atau Korporatisasi,


(59)

Departemen yang membawahinya.31 Sekarang sudah tidak ada perusahaan BUMN yang menggunakan model Perjan karena besarnya biaya untuk memelihara Perjan-Perjan tersebut sesuai dengan Undang-Undang (UU) Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN. Contoh perusahaan yang pernah menjadi Perjan di Indonesia antara lain: Perjan RS Jantung Harapan Kita, Perjan RS Cipto Mangunkusumo, Perjan RS AB Harapan Kita, Perjan RS Sanglah, Perjan RS Sardjito, Perjan RS M.Djamil, Perjan RS Fatmawati,

Perjan RS Hasan Sadikin.32

31

Ibid., h. 184-185.

32Sandra Ratunasari, “Tanggungjawab Sosial Perusahaan Pada Program Kemitraan Dan

Bina Lingkungan PKBL PT. Asuransi Jasa Indonesia (JASINDO) Jakarta,” (Skripsi S1 Fakultas


(60)

PROFIL PERUM PERCETAKAN UANG REPUBLIK INDONESIA (PERURI)

A. Sejarah Berdirinya Perum Peruri1

Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) didirikan pada tanggal 15 September 1971. Perusahaan ini merupakan gabungan dari dua perusahaan, yakni perusahaan P.N Pertjetakan Kebajoran (Perkeba) dan P.N. Artha Yasa sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 1971. Selanjutnya diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 1982, kemudian diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun 2000 dan disempurnakan untuk terakhir kalinya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2006.

Pertjetakan Kebajoran adalah percetakan uang kertas yang semula bernama Perkeba NV, didirikan atas dasar hukum Tap Menteri Kehakiman No.J.A 5/59/16 tanggal 16 April 1952. Sedangkan P.N. Artha Yasa semula adalah percetakan uang logam, didirikan atas dasar Keputusan Menteri Keuangan No. 261156/UMI tanggal 18 November 1954. Sebagai satu-satunya Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dibidang Percetakan Uang di Indonesia, tugas utama Perum Peruri adalah menyelenggarakan usaha mencetak uang rupiah Republik Indonesia (baik uang kertas maupun uang logam) untuk Bank Indonesia serta mencetak

1


(61)

produk kertas berharga non uang sesuai pesanan perusahaan pemesan (seperti paspor, materai, pita cukai, sertifikat tanah).

Mengingat misi dari kedua perusahaan sama, yaitu melakukan percetakan uang maka demi efisiensi dan efektivitas pengelolaannya, pemerintah menggabungkan menjadi satu dengan nama Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia. Kolonel Subono Mantofani SH ditetapkan sebagai Direktur Utama. Struktur organisasi baru terbentuk pada tanggal 1 Januari 1972 dengan susunan direktur yang membawahi 6 orang direktur muda. Struktur organisasi pada periode awal pembentukan ini terus mengalami perkembangan pesat. Akan tetapi, yang perlu dicatat adalah dari semua struktur organisasi yang ada, Bidang Pengamanan dan Pengawasan berada langsung dibawah Direktur Utama karena beliau lah yang memperhatikan misi sekuriti yang diemban.

Selama periode awal penggabungan banyak hal yang dapat disimak dan diambil sebagai pelajaran. Melalui manajemen dan disiplin gaya militer yang diterapkan oleh Direktur Utama pada saat itu, berhasil diselaraskan perbedaan budaya perusahaan pegawai dari PN Artha Yasa dan pegawai dari PN Perkeba.

1. Produksi Perusahaan


(62)

Dalam percetakan uang kertas, Peruri menerapkan pengalaman dengan teknologi sekuriti tinggi mulai dari desain, kertas, tinta, maupun proses cetaknya. Fitur yang dikenal luas adalah menggunakan watermark, cetak intaglio, benang pengaman, dan tinta sekuriti.

b. Produk Uang Logam

Aspek sekuriti percetakan uang logam pada prinsipnya lebih banyak ditentukan oleh kualitas bahan, kerumitan desain, dan ketajaman pencetakan.


(63)

Paspor Republik Indonesia sebagai salah satu dokumen sekuriti negara yang penting atau vital, selama ini digunakan sebagai bukti kewarganegaraan Indonesia bagi pemiliknya dan berfungsi sebagai dokumen pendukung perjalanan khususnya ke luar negeri. Kini Peruri tidak hanya mencetak pesanan Paspor RI dan Direktorat Jenderal Imigrasi RI saja, tetapi juga pesanan paspor dari luar negeri, salah satunya Sri Lanka.

d. Materai

Direktorat Jenderal Pajak RI dan pencetakannya mempercayakannya kepada Perum Peruri, mengingat produk sekuriti yang dicetak oleh Perum Peruri selama ini mengandung unsur-unsur sekuriti feature, diantaranya penggunaan hologram sekuriti dan teknik cetak intaglio sebagaimana yang terdapat pada uang kertas RI. Materai yang dicetak oleh Perum Peruri atas pesanan dari Direktorat Jenderal Pajak Indonesia saat ini bernilai Rp. 3000,- dan Rp. 6000,-.


(64)

e. Pita Cukai

Produk pita cukai merupakan bukti pembayaran cukai atas penjualan tembakau berbentuk rokok kretek dan cigarette. Pita cukai dicetak sesuai pesanan dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai berdasarkan nilai pajak yang dikenakan untuk produk yang terkena pajak.

f. Sertifikat Tanah

Badan Pertanahan Nasional mempercayakan percetakan dokumen sertifikat tanah kepada Perum Peruri. Sertifikat tanah yang dicetak oleh Perum Peruri mempunyai ciri khusus yang lebih mengutamakan unsur pengamanan sehingga dapat memperkecil resiko pemalsuan.


(65)

B. Visi, Misi, Dan Prinsip Perusahaan2

1. Visi Perusahaan

“Perusahaan berkelas dunia dibidang Integrated Security Printing System

2. Misi Perusahaan

“Menghasilkan produk berkualitas dan bernilai sekuriti tinggi kebanggaan

bangsa”

3. Prinsip Perusahaan

“Integritas, Team Work, Sekuriti, Kualitas, Inovasi” 4. Grand Strategy:

a. Mewujudkan Sistem Manajemen yang terintegrasi dan Akuntabel

b. Meningkatkan kualitas SDM

c. Menerapkan teknologi yang unggul dalam proses produksi

d. Membangun citra Peruri sebagai Perusahaan Security Printing

berkelas dunia.

2


(66)

C. Logo Perusahaan3

Pada prinsipnya, logo adalah bagian dari yang tak terpisahkan dari budaya perusahaan. Disegala kepentingan, logo akan menjadi tanda alamat yang memberikan arti sangat penting dan oleh karena itu logo harus diperhatikan terhadap penerapannya. Dengan penerapan yang tidak tepat akan memberikan arti dan kesan yang kurang baik terhadap perusahaan dan sebaliknya, dengan menerapkan logo yang benar maka akan dapat memberikan arti yang positif bagi perusahaan.

Perum Peruri mempunyai makna logo sebagai berikut:

a. Susunan berbentuk u, r, dan i merupakan singkatan dari kata Uang

Republik Indonesia. Memberikan makna akan penghargaan terhadap perjuangan para pendiri percetakan uang di Indonesia pada masa kemerdekaan yang terkenal dengan sebutan ORI (Oeang Republik Indonesia). Perjuangan para pendahulu melalui percetakan yang didalam mendirikan RI menjadikan semangat yang tiada henti kepada generasi penerus untuk tetap memegang

3


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)