lingkungan internal organisasi, seperti pemberian cuti hamil dan melahirkan, keselamatan dan kesehatan kerja, melainkan pula
terhadap timbulnya biaya-biaya sosial, seperti penelantaran anak, kenakalan remaja, akibat berkurangnya atau hilangnya kehadiran ibu-
ibu di rumah dan tentunya di lingkungan masyarakat. Pelayanan sosial seperti perawatan anak child care, pendirian fasilitas pendidikan dan
kesehatan bagi anak-anak, atau pusat-pusat kegiatan olah raga dan rekreasi bagi remaja bisa merupakan sebuah “kompensasi” atau
bentuk respon terhadap isu ini.
9
CSR diterapkan kepada perusahaan –perusahaan yang beroperasi
dalam konteks ekonomi global, nasional maupun lokal. Komitmen dan aktivitas CSR pada intinya merujuk pada aspek
–aspek perilaku perusahaan firm’s behavior, termasuk kebijakan dan program perusahaan yang
menyangkut dua elemen kunci: a.
Good Corporate Governance: etika bisnis, manajemen sumber daya manusia, jaminan sosial bagi pegawai, serta kesehatan dan
keselamatan kerja. b.
Good Corporate
Responsibility: pelestarian
lingkungan, pengembangan masyarakat community development, perlindungan
hak asasi manusia, perlindungan konsumen, relasi dengan pemasok dan penghormatan terhadap hak
–hak pemangku kepentingan lainnya.
10
9
Edi Suharto, Pekerjaan Sosial Di Dunia Industri: Memperkuat CSR, Bandung: Alfabeta, 2009, edisi I, h. 105-106.
10
Edi Suharto, CSR Comdev: Investasi Kreatif Perusahaan Di Era Globalisasi, Bandung: Alfabeta, 2010, h. 3-4.
3. Ruang Lingkup Corporate Social Responsibility
Pada prinsipnya CSR merupakan komitmen perusahaan terhadap kepentingan para stakeholders dalam arti luas dari pada sekadar kepentingan
perusahaan belaka. Meskipun secara moral adalah baik suatu perusahaan mengejar keuntungan, bukan berarti perusahaan dibenarkan mencapai
keuntungan tersebut dengan mengorbankan kepentingan-kepentingan pihak lain yang terkait. Oleh karena itu, setiap perusahaan harus bertanggung
jawab atas tindakan dan kegiatan dari ushanya yang mempunyai dampak baik langsung maupun tidak langsung terhadap stakeholders-nya dan
lingkungan dimana perusahaan melakukan aktivitas usahanya. Sehingga secara positif, hal ini bermakna bahwa setiap perusahaan dalam
menjalankan aktivitasnya sedemikian rupa, pada akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan para stakeholders-nya dengan memerhatikan
kualitas lingkungan ke arah yang lebih baik. Be
rkaitan dengan hal tersebut, John Elkingston’s berdasarkan pengertian
CSR sebagaimana
telah dijelaskan
sebelumnya, mengelompokkan CSR atas 3 aspek yang lebih dikenal dengan istilah
“Triple Bottom Line 3BL”. Ketiga aspek itu meliputi kesejahteraan atau kemakmuran ekonomi economic prosperity, peningkatan kualitas
lingkungan environmental quality, dan keadilan sosial social justice. Ia juga menegaskan bahwa suatu perusahaan yang ingin menerapkan konsep
pembangunan berkelanjutan
sustainability development
harus memperhatikan “Triple P” yaitu profit, planet, and people.
11
11
Busyra Azheri, Corporate Social Responsibility: Dari Voluntary Menjadi Mandatory, PT RajaGrafindo Persada, 2012, edisi I, h. 34-35.
Penjelasan dari Triple P tersebut yaitu: a.
Profit. Perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan
ekonomi yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang.
b. People. Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan
manusia sebagai
makhluk sosial.
Beberapa perusahaan
mengembangkan program CSR, seperti pemberian beasiswa bagi pelajar sekitar perusahaan, pendirian sarana pendidikan dan kesehatan,
penguatan kapasitas ekonomi lokal, dan bahkan ada perusahaan yang merancang berbagai skema perlindungan sosial bagi warga setempat.
c.
Planet. Perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan
keberlanjutan keragaman hayati. Beberapa program CSR yang berpijak pada prinsip ini biasanya berupa penghijauan lingkungan
hidup, penyediaan sarana air bersih, perbaikan permukiman, pengembangan pariwisata ekoturisme.
12
Gambar 2.1. Triple Bottom Lines
12
Edi Suharto, Pekerjaan Sosial Di Dunia Industri: Memperkuat CSR, Bandung: Alfabeta, 2009, edisi I, h. 107.
Planet
Keberlanjutan Lingkungan
Hidup
People Kesejahteraan
Manusia Masyarakat
Profit
Keuntungan Perusahaan
B. CSR Dalam Kerangka Pergeseran Paradigma Pembangunan
Seperti telah dinyatakan, bahwa tanggung jawab sosial perusahaan Corporate Social Responsibility atau CSR berorientasi pada planet
konservasi, people komunitas, dan profit keuntungan perusahaan yang dilaksanakan oleh perusahaan. Orientasi pada planet difokuskan untuk
menciptakan lingkungan ekologis yang berkelanjutan environmental sustainability. Memberdayakan komunitas dan meningkatkan partisipasi
multipihak stakeholders participation menjadikan orientasi CSR kepada masyarakat people. Kedua orientasi tersebut menjadi bagian tak
terpisahkan dari strategi perusahaan untuk memperoleh keuntungan. Sinergitas antara ketiga orientasi yaitu profit, planet, dan people
tersebut dimanifestasikan
sebagai upaya
perusahaan untuk
menginternalisasikan faktor –faktor luar ke dalam kebijakan perusahaan
dalam kerangka CSR. Oleh karena itu, program –program CSR adalah salah
satu aksi
dalam kerangka
kebijakan perusahaan
yang selalu
mempertimbangkan berbagai faktor luar faktor –faktor di luar perusahaan
dan relevan dengan perusahaan baik faktor sosial masyarakat maupun faktor sumber daya alam yang perlu dikonservasi. Mempertimbangkan
berbagai faktor luar tersebut dipahami oleh perusahaan dengan memfokuskan pada struktur sosial, kultur, dan pola
–pola adaptasi ekologi dalam rangka merespons perubahan sumber daya alam yang cenderung
semakin terdegradasi. Dalam konteks pembangunan, CSR tidak hanya berorientasi pada
produksi, tetapi seperti telah dinyatakan diatas bahwa CSR harus