dapat diandalkan untuk dijadikan alat ukur pada penelitian ini. Tingkat reliabilitas metode Alpha Cronbach diukur berdasarkan
skala alpha 0 sampai 1 yang dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 4.
Tabel 2. Tingkat reliabilitas metode alpha cronbach.
Alpha Tingkat Reliabilitas
00,00 − 0,20
Kurang reliabel 0,20
− 0,40 Agak reliabel
0,40 − 0,60
Cukup reliabel 0,60
− 0,80 Reliabel
0,80 − 1,00
Sangat reliabel
5.4. Deskripsi Sistem Pelatihan Mutu Produksi
PT. Krama Yudha Ratu Motor menyelenggarakan berbagai pelatihan untuk mengembangkan potensi karyawannya. Salah satu pelatihan
yang sering dilakukan yaitu pelatihan mutu produksi pada bagian Quality Inspection
. Pelatihan mutu produksi bertujuan untuk memperluas pengetahuan inspektor tentang konsep pengecekan produk berupa kendaraan
niaga untuk mengurangi tingkat kecacatannya serta meningkatkan kualitas suatu produk.
Program pelatihan yang direncanakan oleh perusahaan yaitu pelaksanaan pelatihan dilakukan rutin satu bulan sekali. Topik pelatihan
yang diberikan berkaitan dengan permasalahan teknis saat pengecekan kendaraan. Program pelatihan dirancang seefektif mungkin agar tepat
sasaran yaitu karyawan mampu untuk menyelesaikan tugas sesuai dengan Standart Operation Procedure
SOP yang berlaku di perusahaan. Metode yang digunakan dalam pelatihan ini yaitu metode di dalam
ruang kelas, kemudian instruktur menyampaikan materi pelatihan melalui infocus
yang telah tersedia di ruangan. Selain itu, metode yang digunakan adalah aplikasi langsung dilapangan dengan mencari kecacatan pada
kendaraan. Instruktur yang ditunjuk untuk mengajarkan materi pelatihan adalah kepala seksi dan kepala bagian dari Quality Inspection yang
mengetahui kompetensi dari karyawan. Instruktur pelatihan terdiri dari instruktur ruangan dan instruktur lapangan.
Fasilitas yang digunakan dalam pelatihan mutu produksi yaitu makalah, ruang kelas dan alat bantu penyampaian materi yang cukup
lengkap seperti laptop, LCD dan alat pendukung lainnya. Selain itu, peserta juga mendapat fasilitas makan, snack dan cofee break serta voucher belanja
di koperasi. Kebutuhan pelatihan berasal dari perusahaan agar mampu memenuhi target dalam menciptakan produk yang berkualitas. Selain itu,
pelatihan dilaksanakan agar karyawan dapat meningkatkan kompetensi mereka sebagai seorang inspektor. Kompetensi yang dibutuhkan adalah
memiliki kemampuan dalam mengendarai kendaraan produksi dengan baik, mengetahui nama part kendaraan, mengikuti proses pemeriksaan sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan dan melaksanakan tugas sesuai dengan urutan pekerjaan.
Materi yang diajarkan pada pelatihan mutu produksi yaitu materi inspection manual type
TD yang bertujuan agar operator QI mengetahui standar-standar kendaraan tipe TD dengan mudah dan mengaplikasikannya
di lapangan untuk mengecek kendaraan serta mendeteksi kerusakan yang diakibatkan pemasangan kendaraan yang tidak sesuai dengan standar. Materi
proses painting dan sealing bertujuan untuk mendalami proses painting, materi pengenalan part type TZ dan TW yang bertujuan untuk mengetahui
part serta fungsi kendaraan TD agar mampu mendeteksi kesalahan
pemasangan part yang besar atau kecil pada kendaraan. Sedangkan materi pembelajaran FTC first time capability bertujuan untuk menambah
wawasan dan pengetahuan dalam memproduksi kendaraan yang berkualitas serta mengetahui masalah yang terjadi pada kendaraan dari line off sampai
pre delivery .
Waktu pelatihan dilaksanakan pada hari Sabtu atau Minggu pada pukul 08.00 WIB sampai 16.00 WIB. Adapun manfaat yang dirasakan
peserta setelah mengikuti pelatihan adalah kemampuan karyawan mengenai materi pelatihan menjadi meningkat dan karyawan dapat mengerjakan tugas
sesuai dengan Standart Operation Procedure SOP yang berlaku di perusahaan.
5.5. Analisis Persepsi Responden tentang Sistem Pelatihan Mutu Produksi Berdasarkan Karakteristik Responden
1. Analisis Persepsi Responden tentang Sistem Pelatihan Mutu Produksi Berdasarkan Jenis Kelamin
Sistem pelatihan mutu produksi yang telah diterapkan pada perusahaan sudah dinilai baik oleh karyawan menurut jenis kelamin. Hal
ini dapat terlihat dari skor total pada Tabel 3 yaitu indikator program, metode, instruktur, fasilitas, kebutuhan, waktu dan manfaat menunjukkan
intepretasi hasil yang baik. Sedangkan materi pelatihan masih dinilai kurang baik oleh karyawan menurut jenis kelamin. untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini. Tabel 3. Persepsi responden terhadap sistem pelatihan mutu produksi
berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin Laki-laki
Indikator Pelatihan
Skor Ket
Program 4,00 Baik
Metode 4,00 Baik
Instruktur 3,51 Baik
Fasilitas 3,82 Baik
Kebutuhan 3,75 Baik Materi 3,37
Kurang baik
Waktu 3,63 Baik
Manfaat 4,11
Baik
2. Analisis Persepsi Responden tentang Sistem Pelatihan Mutu Produksi Berdasarkan Tingkat Jabatan
Sistem pelatihan mutu produksi sudah dinilai baik oleh karyawan berdasarkan karakteristik tingkat jabatan. Hal ini terlihat pada Tabel 4
yaitu skor total rataan dari masing-masing indikator sistem pelatihan menunjukkan intepretasi hasil yang baik. Pada tingkat jabatan foreman
menunjukkan hasil persepsi yang baik pada semua indikator sistem pelatihan, kecuali indikator instruktur, fasilitas, kebutuhan dan waktu
pelatihan masih dinilai kurang baik. Pada jabatan assistant foreman menunjukkan hasil persepsi yang sangat baik pada semua indikator
sistem pelatihan, kecuali indikator materi pelatihan masih dinilai kurang baik. Hasil persepsi sistem pelatihan menurut pelaksana sudah dinilai
baik untuk semua indikator, kecuali materi pelatihan yang dinilai masih kurang baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4 dibawah ini.
Tabel 4. Persepsi responden terhadap sistem pelatihan mutu produksi berdasarkan tingkat jabatan
Tingkat Jabatan Foreman Ass.
Foreman Pelaksana Indikator
Pelatihan
Skor Ket
Skor Ket Skor Ket Total
Program 4,00 Baik 4,25 Sangat Baik
3,97 Baik 4,07 Metode 4,00 Baik 4,30 Sangat
Baik 3,97 Baik 4,16
Instruktur 4,00 Baik 3,44 Baik 3,53 Baik 3,41 Fasilitas 4,00 Baik 3,70 Baik 3,85 Baik 3,65
Kebutuhan 4,00 Baik 4,05 Baik 3,72 Baik 3,72
Materi 4,00 Baik 3,13 Kurang Baik
3,38 Kurang Baik
3,50 Waktu 4,00 Baik 3,75 Baik 3,62 Baik 3,54
Manfaat 4,00 Baik 4,60 Sangat Baik
4,05 Baik 4,22
3.
Analisis Persepsi Responden tentang Sistem Pelatihan Mutu Produksi Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Hasil persepsi karyawan tentang sistem pelatihan menurut tingkat pendidikan menunjukkan bahwa semua indikator sudah dinilai baik oleh
karyawan, kecuali pada indikator materi pelatihan. Hal ini terlihat dari skor total rataan dengan intepretasi hasil baik dan intepretasi hasil kurang
baik pada indikator materi pelatihan. Hasil persepsi karyawan dengan tingkat pendidikan tamatan SMA dan Diploma menunjukkan bahwa
sistem pelatihan yang diterapkan sudah baik, tetapi pada materi pelatihan masih dinilai kurang baik oleh karyawan. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 5 di bawah ini. Tabel 5. Persepsi responden tentang sistem pelatihan mutu produksi
berdasarkan tingkat pendidikan
Tingkat Pendidikan SMA Diploma
Indikator Pelatihan
Skor Ket Skor Ket Total Ket
Program 3,98 Baik 5,00 Sangat
Baik 4,49 Sangat
Baik Metode
3,98 Baik 5,00 Sangat Baik
4,49 Sangat Baik
Instruktur 3,49 Baik 4,25 Sangat Baik
3,87 Baik Fasilitas
3,78 Baik 5,00 Sangat Baik
4,39 Sangat Baik
Kebutuhan 3,73 Baik 4,40 Sangat Baik
4,06 Baik
Lanjutan Tabel 5.
Tingkat Pendidikan SMA Diploma
Indikator Pelatihan
Skor Ket Skor Ket Total Ket
Materi 3,38 Kurang
Baik 2,75 Kurang
Baik 3,06 Kurang
Baik Waktu 3,60
Baik 4,50
Sangat Baik
4,05 Baik Manfaat
4,08 Baik
5,00 Sangat
Baik 4,54 Sangat
Baik
4. Analisis Persepsi Responden tentang Sistem Pelatihan Mutu Produksi
Berdasarkan Usia Sistem pelatihan mutu produksi sudah dinilai baik oleh karyawan
berdasarkan tingkat usia. Sedangkan pada indikator materi pelatihan masih dinilai kurang baik oleh karyawan. Hasil persepsi karyawan pada
rentang usia 20 – 30 tahun, 31 - 40 tahun dan 41 – 50 tahun menunjukkan hasil yang baik pada sistem pelatihan, kecuali materi pelatihan.
Sedangkan karyawan dengan rentang usia diatas 50 tahun menunjukkan bahwa program, instruktur, fasilitas, kebutuhan dan waktu masih dinilai
kurang baik. Sedangkan metode, materi dan manfaat pelatihan sudah dinilai baik.
Tabel 6. Persepsi responden tentang sistem pelatihan mutu produksi berdasarkan usia
Usia 20-30 th
31-40 th 41-50 th
50 th Indikator
Pelatihan
Skor Ket Skor Ket Skor Ket Skor Ket Total
Program 3,93 Baik 4,16 Baik 4,25 Sangat Baik
3,25 Kurang Baik
3,89 Metode 3,88 Baik 4,19 Baik 4,10 Baik 3,70 Baik 3,96
Instruktur 3,50 Baik 3,53 Baik 3,62 Baik 3,37 Kurang
Baik 3,51
Fasilitas 3,81 Baik 3,88 Baik 4,00 Baik 3,20 Kurang
Baik 3,72
Kebutuhan 3,75 Baik 3,76 Baik 4,10 Baik 3,30 Kurang
Baik 3,73
Materi 3,31 Kurang
Baik 3,42 Baik 3,25
Kurang Baik
3,63 Baik 3,40 Waktu 3,57 Baik 3,68 Baik 4,00 Baik 3,25
Kurang Baik
3,63 Manfaat 4,05 Baik 4,25 Sangat
Baik 4,10 Baik 3,60 Baik 4,00
5. Analisis Persepsi Responden tentang Sistem Pelatihan Mutu Produksi
Berdasarkan Lama Bekerja Hasil persepsi karyawan tentang sistem pelatihan berdasarkan lama
bekerja menunjukkan hasil yang baik. Hal ini terlihat dari skor total rataan yang menunjukkan intepretasi hasil yang baik. Hasil persepsi
karyawan dengan lama bekerja pada rentang 1 - 10 tahun dan 11 – 20 tahun menunjukkan bahwa sistem pelatihan sudah baik pelaksanannya
pada semua indikator, kecuali materi pelatihan yang masih dinilai kurang baik. Karyawan dengan lama bekerja 21 – 30 tahun menunjukkan hasil
yang kurang baik pada indikator program, metode, fasilitas, kebutuhan, materi, waktu dan manfaat. Sedangkan hasil persepsi karyawan dengan
lama bekerja pada rentang 30 tahun keatas menunjukkan hasil persepsi yang baik pada indikator program, metode, materi dan manfaat. Indikator
instruktur, fasilitas, kebutuhan dan waktu pelatihan masih dinilai kurang baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini.
Tabel 7. Persepsi responden tentang sistem pelatihan mutu produksi berdasarkan lama bekerja
Lama Bekerja 1-10 th
11-20 th 21-30 th
30 th Indikator
Pelatihan
Skor Ket Skor Ket Skor Ket Skor Ket Total
Program 4,04 Baik 4,25 Sangat Baik
2,5 Buruk 4,00
Baik 3,69
Metode 4,00 Baik 4,33 Baik 3,20 Kurang Baik
4,20 Baik 3,93 Instruktur 3,53 Baik 3,42 Baik 3,50 Baik 3,25 Kurang
Baik 3,43
Fasilitas 3,84 Baik 4,00 Baik 3,00 Kurang Baik
3,40 Kurang Baik
3,56 Kebutuhan
3,73 Baik 4,27 Sangat Baik
3,20 Kurang Baik
3,40 Kurang Baik
3,56 Materi 3,36
Kurang Baik
3,25 Kurang Baik
3,25 Kurang Baik
4,00 Baik 3,47 Waktu 3,60 Baik 4,08 Baik 3,25 Kurang
Baik 3,25 Kurang
Baik 3,55
Manfaat 4,11 Baik 4,40 Sangat Baik
3,20 Kurang Baik
4,00 Baik 3,93
5.6.
Analisis Persepsi Responden tentang Kinerja Berdasarkan Karakteristik Responden
1. Analisis Persepsi Responden tentang Kinerja Berdasarkan Jenis Kelamin Hasil persepsi karyawan tentang kinerja berdasarkan jenis kelamin
menunjukkan bahwa indikator kinerja sudah baik. Selain itu, terjadi peningkatan pada skor total rataan antara sebeum pelatihan dengan
setelah pelatihan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 8 di bawah ini.
Tabel 8. Persepsi responden terhadap kinerja berdasarkan jenis kelamin
Pengetahuan Keterampilan Sikap
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Jenis
Kelamin Skor Ket Skor Ket Skor ket Skor ket Skor
Ket Skor Ket
Laki-laki 3,50 Baik 4,39 Sangat Baik
3,49 Baik 4,45 Sangat Baik
3,49 Baik 4,43 Sangat Baik
2. Analisis Persepsi Responden tentang Kinerja Berdasarkan Tingkat Jabatan
Hasil persepsi karyawan dengan jabatan pelaksana, assistant foreman
dan foreman menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kinerja
karena pelatihan. Hal ini terlihat dari peningkatan skor total rataan pada kinerja sebelum dan setelah pelatihan pada indikator pengetahuan,
keterampilan dan sikap. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel
9. Persepsi responden terhadap kinerja berdasarkan tingkat
jabatan
Pengetahuan Keterampilan Sikap Sebelum
Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Tingkat Jabatan
Skor Skor
Skor Skor Skor Skor
Pelaksana 3,52
4,35 3,90 4,40 3,81
4,38 Ass.
Foreman 3,85
4,83 3,44 4,80 3,41
4,92 Foreman
3,00 4,17 3,40
4,60 3,00 4,33
Total 3,46
4,45 3,58 4,60 3,41
4,54
3. Analisis Persepsi Responden tentang Kinerja Berdasarkan Tingkat
Pendidikan Hasil analisis pesepsi tentang kinerja berdasarkan tingkat
pendidikan menujukkan bahwa kinerja sudah baik dan terjadi peningkatan skor total rataan pada semua indikator kinerja. Hasil
persepsi karyawan dengan tingkat pendidikan SMA menunjukkan bahwa indikator kinerja sebelum dan sesudah pelatihan sudah baik, tetapi pada
indikator sikap sebelum diadakan pelatihan masih dinilai kurang baik. Karyawan dengan tingkat pendidikan diploma menunjukkan hasil
persepsi sangat baik pada seluruh indikator kinerja sebelum dan setelah pelatihan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 10 di bawah ini.
Tabel 10.
Persepsi responden terhadap kinerja berdasarkan tingkat pendidikan
Pengetahuan Keterampilan Sikap
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Tingkat
Pendidikan Skor Skor Skor Skor Skor Skor
SMA 3,50 4,38 3,45
4,43 3,40
4,42 Diploma 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00
Total 4,25 4,69 4,23
4,71 4,20
4,71
4. Analisis Persepsi Responden tentang Kinerja Berdasarkan Usia
Analisis persepsi karyawan tentang kinerja berdasarkan usia menunjukkan bahwa hasil yang baik pada indikator kinerja sebelum dan
setelah pelatihan. Pada indikator sikap sebelum pelaksanaan pelatihan masih dinilai kurang baik oleh karyawan. Hasil persepsi karyawan
dengan rentang usia 20 - 30 tahun, 31 – 40 tahun dan 41 – 50 tahun menunjukkan bahwa kinerja sebelum dan sesudah pelatihan sudah baik.
Hasil persepsi karyawan dengan rentang usia lebih dari 50 tahun kinerjanya sudah baik, tetapi indikator sikap sebelum pelatihan masih
dinilai kurang baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 11 berikut.
Tabel 11. Persepsi responden terhadap kinerja berdasarkan usia
Pengetahuan Keterampilan Sikap
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Usia
Skor Skor Skor Skor Skor Skor
20-30 th
3,41 4,35 3,42 4,34 3,53 4,33 31-40
th 3,73 4,49 3,60 4,52 3,48 4,53
41-50 th
3,50 4,50 3,50 4,50 3,50 4,50 50
th 3,30 4,00 3,20 4,20 2,63 4,50
Total 3,49 4,33 3,43 4,41 3,29 4,47
5. Analisis Persepsi Responden tentang Kinerja Berdasarkan Lama Bekerja
Analisis persepsi karyawan tentang kinerja sebelum dan sesudah pelatihan menunjukkan bahwa indikator kinerja sebelum pelaksanaan
pelatihan yaitu pengetahuan dinilai sudah baik, tetapi keterampilan dan sikap masih dinilai kurang baik. Sedangkan indikator kinerja setelah
pelatihan sudah dinilai baik oleh karyawan. Hasil persepsi karyawan dengan lama bekerja 1 – 10 tahun, 11 – 20 tahun dan 21 -30 tahun
menunjukkan bahwa pengetahuan, keterampilan serta sikap sebelum dan setelah pelatihan sudah dinilai baik oleh karyawan. Hasil persepsi
karyawan dengan lama bekerja diatas 30 tahun menunjukkan bahwa pengetahuan, keterampilan dan sikap sebelum pelatihan dinilai kurang
baik, tetapi dengan pelaksanaan pelatihan kinerja karyawan yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap menjadi semakin baik.
Tabel 12. persepsi responden terhadap kinerja berdasarkan lama bekerja
Pengetahuan Keterampilan Sikap Sebelum Sesudah
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Lama
Kerja
Skor Skor Skor Skor Skor Skor
1-10 th
3,55 4,39 3,48 4,45 3,47 4,41 11-20
th 3,67 4,67 3,73 4,67 3,67 4,67
21-30 th
3,60 3,83 3,00 3,80 2,25 4,67 30
th 3,00 4,17 3,40 4,60 3,00 4,33
Total 3,45 4,27 3,40 4,38 3,09 4,52
5.7. Analisis Persepsi Responden terhadap Pelatihan Mutu Produksi dan Kinerja