Pemilihan Bahan Baku Makanan Penyimpanan Bahan Baku Makanan

Berdasarkan Kepmenkes No 942 tahun 2003, Penjamah makanan jajanan dalam melakukan kegiatan pelayanan penanganan makanan jajanan harus memenuhi persyaratan antara lain : menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku, dan pakaian, tidak sambil merokok, menggaruk anggota badan telinga, hidung, mulut atau bagian lainnya.

5.2. Observasi Enam Prinsip Hygiene Sanitasi Makanan Kipang Pulut

5.2.1. Pemilihan Bahan Baku Makanan

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan pada 10 industri rumah tanggga penghasil makanan kipang pulut di Kecamatan Panyabungan, kriteria penilaian tentang pemilihan bahan baku makanan diketahui bahwa semua industri 100 menggunakan bahan baku pulut dalam keadaan segar dan tidak busuk, bahan dalam keadaan baik dan utuh, bahan yang digunakan tidak kadaluwarsa, tidak cacat dan tidak rusak. Ini disebabkan semua industri berbelanja rutin setiap bulan dan sesuai kebutuhan sehingga tidak ada bahan yang busuk, bahkan sebelum waktunya sudah habis kemudian langsung dipesan lagi. Menurut Amrin 2007 bahwa bahan baku yang busuk, tidak segar dan utuh, kemungkinan mengalami kontaminasi dan pembusukan sehingga tidak layak dikonsumsi. Dari hasil observasi juga diketahui bahwa semua industri memperoleh bahan baku dari tempat yang diawasi pemerintah, karena produsen membeli bahan baku pulut di Pasar Baru dan Pasar Lama Panyabungan, bahkan ada yang diimpor dari Medan yaitu pulut Thailand, serta bahan olahan dalam kemasan terdaftar di Departemen Kesehatan misalnya bahan tambahan makanan seperti pewarna makanan. Universitas Sumatera Utara Untuk memelihara kesehatan masyarakat perlu sekali pengawasan terhadap pembuatan dan penyediaan bahan-bahan makanan dan minuman agar tidak membahayakan kesehatan masyarakat. Hal-hal yang dapat membahayakan antara lain zat-zat kimia yang bersifat racun, bakteri-bekteri pathogen dan bibit penyakit lainnya, parasit-parasit yang berasal dari hewan, serta tumuh-tumbuhan yang beracun Entjang, 2000.

5.1.2. Penyimpanan Bahan Baku Makanan

Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa penilaian dalam prinsip penyimpanan bahan baku makanan pulut adalah semua industri 100 menggunakan tempat penyimpanan bahan baku makanan yang tertutup, bersih dan kedap air, serta menggunakan tempat penyimpanan bahan baku makanan terpisah dari makanan jadi. Wadah penyimpanan bahan baku menggunakan karung plastik yang tertutup, bersih dan kedap air serta terpisah dari makanan jadi. Semua industri meletakkan bahan baku diatas lantai dapur tempat pengolahan kipang pulut yang dilapisi plastik dengan keadaan lantai yang bersih. Sebenarnya hal ini tidak memenuhi syarat karena apabila diletakkan diatas lantai maka kemungkinan bisa tercemar oleh debu atau kotoran yang ada dilantai, mudah dijangkau oleh vektor binatang pengganggu seperti lalat, ini disebut titik kritis penyimpanan pulut begitu juga dengan gula tebu yang disimpan di tempat yang sama. Tetapi dari observasi yang saya lakukan, tidak ada bahan lain atau segala sesuatu yang dapat mencemari bahan bakupulut dan gula, misalnya pupuk, burung, dll. Universitas Sumatera Utara Penyimpanan bahan makanan bertujuan untuk mencegah bahan makanan agar tidak lekas rusak. Menurut Depkes 2004, tempat penyimpanan bahan baku makanan harus dalam keadaan bersih, kedap air dan tertutup, serta penyimpanan bahan baku makanan terpisah dari makanan jadi. Menurut Prabu 2009 lokasi penyimpanan yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan memudahkan terjadinya kontaminasi oleh mikroorganisme seperti jamur, bakteri, virus, parasit serta bahan-bahan kimia yang dapat menimbulkan resiko terhadap kesehatan. Apabila dibandingkan dengan 6 prinsip hygiene sanitasi maka penyimpanan bahan baku pulut tidak memenuhi syarat kesehatan. Karena mengacu pada Kepmenkes No. 715MenkesSKV2003 untuk penyimpanan bahan baku pulut, seharusnya disimpan dalam gudang. Adapun cara penyimpanannya tidak menempel pada langit-langit, dengan ketentuan sebagai berikut : d. Jarak makanan dengan lantai 15 cm e. Jarak makanan dengan dinding 5 cm f. Jarak makanan dengan langit-langit 60 cm.

5.1.3. Pengolahan Bahan Baku Makanan

Dokumen yang terkait

Peranan Pasar Baru Panyabungan Terhadap Pengembangan Wilayah di Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal

4 55 121

Hygiene Sanitasi Makanan dan Pemeriksaan Formalin Serta Boraks Pada Makanan Jajanan (Otak-Otak) di Kota Tanjungpinang Tahun 2013

10 79 85

Pengetahuan Ibu tentang Zat Tambahan pada Makanan Jajanan Anak SD di Kelurahan Panyabungan III Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal

0 33 74

Higiene Sanitasi Pengolahan dan Pemeriksaan Zat Pewarna Metanil Yellow Pada Hasil Industri Pengolahan Tempe Yang Dijual di Pasar Sei Sikambing Kota Medan Tahun 2012

26 125 90

Pengaruh Sanitasi Lingkungan dan Personal Hygiene terhadap Kejadian Penyakit Skabies pada Warga Binaan Pemasyarakatan yang Berobat Ke Klinik di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan

10 99 155

Gambaran Penggunaan Zat Pewarna Sintesis pada Jajanan Saus Bakso Bakar di Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Medan Kota

3 59 42

Analisis Pelaksanaan Program Eliminasi Malaria Di Puskesmas Panyabungan Jae Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal

8 64 167

ANALISA FINANSIAL USAHA TANI KARET (Hevea brasiliensis) DI KECAMATAN PANYABUNGAN KOTA KABUPATEN MANDAILING NATAL SUMATERA UTARA.

0 0 6

Peranan Pasar Baru Panyabungan Terhadap Pengembangan Wilayah di Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal

1 1 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan - Pengetahuan Ibu tentang Zat Tambahan pada Makanan Jajanan Anak SD di Kelurahan Panyabungan III Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal

0 0 20