12
untuk mengabstraksi kualitas-kualitas yang sama yang dimiliki oleh subjek- subjek itu.
4 Tingkat formal
Untuk pencapaian konsep pada tingkat formal, siswa harus dapat menentukan atribut-atribut yang membatasi konsep. Kita dapat menyimpulkan bahwa
siswa telah mencapai suatu konsep pada tingkat formal bila siswa itu dapat memberi nama konsep itu, mendefinisikan konsep itu dalam atribut-atribut
kriterianya, mendiskriminasi dan memberi nama atribut-atribut yang membatasi, dan mengevaluasi atau memberikan secara verbal contoh dan
noncontoh konsep.
2. Miskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika
a. Definisi Miskonsepsi
Sejak kecil sebelum masuk pendidikan formal siswa sudah mulai membangun pemahamannya sendiri mengenai suatu peristiwa tertentu. Namun,
ketika siswa membangun pemahamannya itu belum tentu mereka membangun pemahamannya secara benar dan akurat. Siswa kadang hanya mempercayai
dengan apa yang mereka lihat. Ketika siswa menerima pengetahuan mengenai suatu peristiwa tertentu dan ternyata tidak sesuai dengan pemahaman awalnya,
siswa berusaha untuk membangun kembali pemahamannya yang baru, dengan menghubungkan pemahaman awal yang sudah dimilikinya dengan pengetahuan
yang baru dia dapatkan. Namun, terkadang siswa salah dalam menarik kesimpulan, sehingga memunculkan kesalahan pemahaman yang akhirnya
menimbulkan miskonsepsi. Miskonsepsi merupakan kesalahan pemahaman suatu peristiwa atau
konsep tertentu yang dialami seseorang akibat dari konsep yang sudah dibangunnya tidak sesuai dengan pengertian ilmiah para ahli dalam bidang itu.
Miskonsepsi dapat berupa konsep awal yang salah dan kesalahan dalam
13
menghubungkan konsep-konsep. Menurut Feldsine miskonsepsi adalah suatu kesalahan dan hubungan yang tidak benar antara konsep-konsep.
25
Miskonsepsi adalah kepercyaan yang tidak sesuai dengan penjelasan yang diterima umum dan terbukti sahih tentang suatu fenomena atau peristiwa. Dalam
pelajaran sains, misalnya, miskonsepsi siswa mungkin bertentangan dengan data hasil penelitian ilimiah yang terkumpul selama puluhan bahkan ratusan tahun.
26
Menurut Vosniadou, miskonsepsi itu muncul dari niat baik siswa itu sendiri untuk memahami apa yang mereka lihat.
27
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan siswa-siswa tingkat sekolah menengah untuk menemukan miskonsepsi dalam topik-topik: “light, electric and
simple circuits, heat and temperature, force and motion, the gaseous state, the particulate nature of matter in the gaseous phase, beyond appearances: the
conservation of matter under physical and chemical transformations”, Driver 1985 mengemukakan hal-hal berikut:
28
1 Miskonsepsi bersifat pribadi
Bila dalam suatu kelas anak-anak disuruh menulis tentang percobaan yang sama, mereka memberikan berbagai interpretasi. Setiap anak “melihat” dan
menginterpretasikan eksperimen itu menurut caranya sendiri. Setiap anak menngkonstruksi kebermaknaannya sendiri.
2 Miskonsepsi memiliki sifat yang stabil
Kerap kali terlihat bahwa gagasan anak yang berbeda dengan gagasan ilmiah ini tetap dipertahankan anak, walaupun guru sudah berusaha memberikan
suatu kenyataan yang berlawanan. 3
Menyangkut koherensi Bila menyangkut koherensi anak tidak merasa butuh pandangan yang koheren
sebab interpretasi dan prediksi tentang peristiwa-peristiwa alam praktis
25
Paul Suparno, Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika, Jakarta: Grasindo, 2005, h. 4.
26
Jeanne E. Ormrod, Psikologi Pendidikan: Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang, Jakarta: Erlangga, 2009, h. 338.
27
Ibid., h. 339.
28
Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar Pembelajaran, Jakarta: Erlangga, 2011, h. 154.