Identifikasi Masalah Pembatasan Masalah

8 mempelajari sebuah konsep untuk pertama kalinya, terkadang mereka terkecoh dengan fitur-fitur yang sebenarnya hanya berkolerasi pada konsep dan bukan fitur pendefinisi suatu konsep, terutama apabila fitur-fitur yang lain itu lebih terlihat nyata dibandingkan fitur-fitur yang sebenarnya. 2 Sebagai prototipe Begitu para siswa telah membentuk prototipe suatu konsep, mereka bisa membandingkan objek dan peristiwa yang baru dengan prototipe tersebut dalam rangka menentukan keanggotaan konsep. Peristiwa atau objek yang mirip dengan prototipe lebih mudah diidentifikasi sebagai contoh konsep tersebut. Sementara peristiwa atau objek yang sangat berbeada dari prototipe tersebut cenderung diidentifikasi sebagai bukan contoh. 3 Konsep sebagai rangkaian eksemplar Pada beberapa kasus, mengetahui suatu konsep umumnya mungkin tergantung pada mengetahui berbagai contoh atau eksemplar dari konsep tersebut. Eksemplar memberikan siswa pemahaman mengenai variabilitas yang mudah mereka lihat pada setiap kategori objek atau peristiwa. Siswa biasanya mempelajari konsep dengan lebih efektif apabila diberi berbagai macam contoh dibandingkan hanya satu atau dua contoh saja. Flavell 1970 menyarankan bahwa konsep-konsep dapat berbeda dalam tujuh dimensi, yaitu: 20 1 Atribut: Setiap konsep memiliki atribut yang berbeda. Contoh, konsep harus mempunyai atribut yang relavan termasuk juga atribut yang tidak relevan. Atribut dapat berupa fisik, seperti warna, tinggi, bentuk, atau dapat juga berupa fungsinya. 2 Struktur: Struktur menyangkut cara terkaitnya atau tergabungnya atribut- atribut itu. Terdapat tiga macam struktur yang dikenal, yaitu: a Konsep konjungtif, yaitu konsep yang di dalamnya terdapat dua atau lebih sifat sehinggga dapat memenuhi syarat sebagai contoh konsep. b Konsep disjungtif adalah konsep yang di dalamnya satu dari dua atau lebih sifat harus ada. 20 Willis, op. cit., h. 62. 9 c Konsep relasional menyatakan hubungan tertentu antara atribut konsep. 3 Keabstrakan: Konsep-konsep dapat dilihat dan konkrit atau konsep itu terdiri atas konsep-konsep lain. 4 Keinklusifan: Ini ditunjukkan pada jumlah contoh yang terlibat dalam konsep itu. 5 Generalitas atau keumuman: Bila diklasifikasikan, konsep dapat berbeda dalam posisi superordinat atau subordinatnya. Makin umum suatu konsep, makin banyak asosiasi yang dapat dibuat dengan konsep lainnya. 6 Ketepatan: Ketepatan suatu konsep menyangkut apakah ada sekumpulan aturan untuk membedakan contoh dan noncontoh suatu konsep. Klausmeier 1977 mengemukakan empat tingkat pencapaian konsep, mulai dari tingkat tingkat konkret ke tingkat formal. Konsep pada tingkat formal merupakan konsep yang paling tepat sebab pada tingkat ini atribut-atribut yang dibutuhkan konsep dapat didefinisikan. 7 Kekuatan: Kekuatan suatu konsep ditentukan oleh sejauh mana orang setuju bahwa konsep itu penting.

b. Perolehan Konsep

Menurut Ausubel 1968, konsep diperoleh dengan dua cara, yaitu pembentukan konsep dan asimilasi konsep. 21 Anak-anak memperoeh Pembentukan konsep sebelum mereka masuk sekolah. Pembentukan konsep ini dapat disamakan dengan belajar konsep konkret menurut Gagne 1977. Sedangkan untuk memperoleh konsep selama dan sesudah sekolah dapat ditempuh melalui asimilasi konsep. 22 1 Pembentukan konsep Anak-anak sudah mendapatkan banyak konsep dan konsep tersebut terus mengalami perubahan atau modifikasi seiring bertambahnya pengalaman mereka. Konsep-konsep yang diperoleh tersebut didapatkan melalui pembentukan konsep. Pembentukan konsep merupakan proses induktif. Pembentukan konsep mengikuti 21 Ibid., h. 64. 22 Ibid.

Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN GANDA DUA TINGKAT UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI IKATAN KIMIA.

13 38 36

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN GANDA DUA TINGKAT UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA.

1 18 43

PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK PILIHAN GANDA DUA TINGKAT UNTUK MENDIAGNOSIS MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI GAYA ANTARMOLEKUL.

0 3 32

PROFIL MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI HIDROKARBON MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIK PILIHAN GANDA DUA TINGKAT.

9 40 34

PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK PILIHAN GANDA DUA TINGKAT UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT.

16 34 25

PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK PILIHAN GANDA DUA TINGKAT UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMA KELAS X PADA MATERI HIDROKARBON.

2 6 32

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN GANDA DUA TINGKAT UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI IKATAN KIMIA - repository UPI S KIM 0905689 title

0 1 4

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN GANDA DUA TINGKAT UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA - repository UPI S KIM 0900589 Title

0 0 7

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN GANDA DUA TINGKAT UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI TERMOKIMIA - repository UPI S KIM 0908862 Title

2 10 3

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN GANDA DUA TINGKAT UNTUK MENGIDENTIFIKASI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA WAJIB SISWA MAN 1 MAKASSAR

0 1 135