Penyebab Miskonsepsi Miskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika
17
miskonsepsi yang ada dan sekaligus ditanyakan dari mana mereka memperoleh miskonsepsi tersebut.
4 Diskusi dalam Kelas
Dalam kelas siswa diminta untuk mengungkapkan gagasan mereka tentang konsep yang sudah diajarkan atau yang mau diajarkan. Dari diskusi tersebut,
guru atau peneliti dapat mengerti konsep-konsep alternatif yang dipunyai siswa. Cara ini lebih cocok digunakan pada kelas yang besar dan juga sebagai
penjajakan awal. Miskonsepsi sangatlah resisten dalam pembelajaran bila tidak diperhatikan dengan seksama oleh guru.
Paul Suparno dalam bukunya yang berjudul “Miskonsepsi Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika”, menyebutkan bahwa cara mendeteksi
miskonsepsi selain yang sudah disebutkan di atas terdapat cara lainnya, yaitu melalui tes multiple choice dengan reasioning terbuka dan melalui praktikum
dengan tanya jawab. 1
Tes Multiple Choice dengan Reasioning terbuka
32
Tes pilihan ganda dengan pertanyaan terbuka ini siswa harus menjawab dan menulis alasan mengapa memilih jawaban tersebut. Jawaban-jawaban yang
salah dalam pilihan ganda tersebut selanjutnya dijadikan bahan tes pada tahap berikutnya. Treagust dalam penelitiannya menggunakan pilihan ganda dengan
alasan. Dalam bagian alasan, siswa harus menulis mengapa memilih jawaban itu. Beberapa peneliti lainnya menggunakan pilihan ganda dengan wawancara.
Berdasarkan hasil jawaban yang tidak benar dalam pilihan ganda itu, mereka mewawancarai siswa. tujuan dari wawancara adalah untuk meneliti bagaimana
siswa berpikir, dan mengapa mereka berpikir seperti itu. 2
Praktikum dengan tanya jawab
33
Praktikum yang disertai tanya jawab antara guru dengan siswa yang melakukan praktikum juga dapat digunakan untuk mendeteksi apakah siswa
mempunyai miskonsepsi tentang konsep pada praktikum itu atau tidak. Selama praktikum, guru selalu bertanya bagaimana konsep siswa dan
32
Paul Suparno, Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika, Jakarta: Grasindo, 2005, h. 123.
33
Ibid., h. 128.
18
bagaimana siswa menjelaskan persoalan dalam praktikum tersebut. Praktikum ini dapat diurutkan sebagai berikut:
a Guru mengungkapkan persoalan yang ingin dilakukan dalam praktikum
b Siswa diminta untuk membuat hipotesis atau dugaan lebih dulu dan
alasannnya c
Siswa melakukan praktikum. Selama itu guru dapat mengajukan pertanyaan sehingga semakin mengerti konsep siswa.
d Siswa menyimpulkan hasilnya. Guru dapat menanyakan apakah hasilnya
sesuai dengan hipotesis yang dipikirkan sebelumnya. e
Dari seluruh proses di atas, guru dapat mengerti apakah siswa mempunyai miskonsepsi atau tidak, dan bagaimana miskonsepsi itu dapat diperbaiki.
Dalam penelitian ini teknik yang digunakan dalam mendeteksi miskonsepsi yang terjadi pada konsep gerak dua dimensi adalah dengan
menggunakan instrumen tes pilihan ganda dua tingkat. Tes ini terdiri dari dua tahapan, yaitu tes pilihan ganda dengan alasan terbuka pada tahap awal dan tes
pilihan ganda beralasan tertutup pada tahap kedua. Dalam tes ini selain siswa mengerjakan butir tes yang mengungkapkan konsep gerak dua dimensi siswa juga
harus mengungkapkan alasan kenapa memilih jawaban tersebut.