UJI VALIDITAS METODE PENELITIAN

menunjukkan bahwa semakin tinggi skor jawaban maka persepsi dukungan organisasi adalah positif. Sebaliknya, apabila semakin rendah skor jawaban berarti persepsi dukungan organisasi adalah negatif.

E. UJI VALIDITAS

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya Azwar, 2009. Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Valid atau tidaknya suatu alat ukur tergantung pada mampu tidaknya alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat. Sisi lain dari pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur yang valid, tidak sekedar mampu mengungkapkan data dengan tepat akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut Azwar, 2009. Dalam mengkaji validitas alat ukur dalam penelitian ini, peneliti melihat alat ukur berdasarkan validitas konstrak yaitu analisis faktor. Menurut Hadi 2000, penilaian dengan validitas kontrak melihat apakah aitem yang dimaksudkan untuk mengukur faktor-faktor tertentu telah benar-benar dapat memenuhi fungsinya dalam mengukur faktor-faktor yang dimaksudkan. Uji analisis faktor dimulai dengan melihat nilai Kaiser-Meyer-Olkin KMO yaitu mengukur apakah sampel sudah cukup memadai. Menurut Field Universitas Sumatera Utara 2009, statitik KMO memiliki variasi nilai antara 0 hingga 1. Nilai 0 mengindikasikan jumlah korelasi parsial yang relatif besar untuk jumlah korelasi dan pola korelasi yang menyebar. Sementara itu, nilai yang mendekati 1 mengindikasikan adanya pola korelasi yang relatif kompak sehingga analisis faktor menghasilkan faktor yang reliabel. Nilai KMO 0.5 merupakan nilai acuan bahwa sampel sudah cukup memadai Kaiser, 1974; Field, 2009. Kriteria untuk nilai KMO yaitu sebagai berikut Hutcheson Sofroniou, 1999; Field, 2009 : 1. Nilai KMO antara 0.5 - 0.7 berarti cukup baik 2. Nilai KMO antara 0.7 - 0.8 berarti baik 3. Nilai KMO antara 0.8 - 0.9 berarti memuaskan 4. Nilai KMO diatas 0.9 berarti sangat memuaskan Setelah itu, nilai yang dilihat adalah nilai Measure of Sampling Adequency MSA dengan cara membandingkan nilai koefisien korelasi yang diamati dengan nilai koefisien korelasi parsialnya. Menurut Santoso 2002 nilai MSA berkisar antara 0 hingga 1 dengan kriteria yang digunakan untuk interpretasi sebagai berikut : 1. Nilai MSA = 1 berarti variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel yang lainnya 2. Nilai MSA 0.5 berarti variabel tersebut masih dapat diprediksi dan dianalisis lebih lanjut 3. Nilai MSA 0.5 atau mendekati 0 berarti variabel tersebut tidak dapat dianalisis lebih lanjut atau dikeluarkan dari variabel lainnya Universitas Sumatera Utara Validitas yang kemudian dilihat adalah validitas konstrak yang dilihat berdasarkan nilai bobot faktor loading factor yang menunjukkan besarnya korelasi antara variabel awal dengan faktor yang terbentuk. Korelasi dengan validitas yang baik memiliki nilai loading factor lebih besar dari 0.5 Santoso, 2000. Dalam seleksi aitem skala psikologi yang mengukur atribut afektif, parameter yang paling penting adalah daya beda atau daya diskriminasi aitem. Daya diskriminasi aitem adalah sejauhmana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan tidak memiliki atribut yang diukur Azwar, 2009. Komputasi ini menghasilkan koefisien korelasi item total melalui formula koefisien korelasi Pearson Product Moment Azwar, 2009. Menurut Azwar 2009, apabila aitem yang memiliki indeks daya diskriminasi sama dengan atau lebih besar daripada 0.30 jumlahnya melebihi jumlah aitem yang direncanakan untuk dijadikan skala, maka dapat memilih aitem-aitem yang memiliki indeks daya diskriminasi aitem tertinggi. Sebaliknya apabila jumlah aitem yang lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, maka dapat mempertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria 0.30 menjadi 0.25 misalnya, sehingga jumlah aitem yang diinginkan tercapai. Penghitungan daya diskriminasi aitem dalam uji coba ini menggunakan indeks daya diskriminasi aitem sama dengan atau lebih besar daripada 0.30 dan dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS version 20.0 For Windows. Universitas Sumatera Utara

F. UJI RELIABILITAS

Dokumen yang terkait

Pengaruh Persepsi Karyawan Terhadap Dukungan Organisasi Pada Komitmen Karyawan

1 30 82

HUBUNGAN PERSEPSI DUKUNGAN ORGANISASI DENGAN KOMITMEN ORGANISASI PADA KARYAWAN

2 45 64

PENGARUH MOTIVASI DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI DAN KINERJA KARYAWAN.

0 4 15

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, MOTIVASI DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN CV. MUSTIKASARI Pengaruh Budaya Organisasi, Motivasi Dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan CV.Mustikasari Sragen.

0 6 16

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BUDAYA ORGANISASI DENGAN KOMITMEN ORGANISASI PADA KARYAWAN PT. BCA HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BUDAYA ORGANISASI DENGAN KOMITMEN ORGANISASI PADA KARYAWAN PT. BCA KANTOR CABANG UTAMA SOLO.

0 0 17

HUBUNGAN ANTARA BUDAYA ORGANISASI DENGAN KOMITMEN ORGANISASI PADA KARYAWAN HUBUNGAN ANTARA BUDAYA ORGANISASI DENGAN KOMITMEN ORGANISASI PADA KARYAWAN.

0 0 16

Persepsi Dukungan Organisasi dan Komitmen Afektif Organisasi: Peran Mediasi Keterikatan Karyawan pada Karyawan Pertelevisian

0 1 16

BAB II LANDASAN TEORI A. KOMITMEN KARYAWAN PADA ORGANISASI 1. Definisi Komitmen Karyawan pada Organisasi - Pengaruh Budaya Organisasi dan Persepsi Dukungan Organisasi terhadap Komitmen Karyawan pada Organisasi

0 0 27

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH - Pengaruh Budaya Organisasi dan Persepsi Dukungan Organisasi terhadap Komitmen Karyawan pada Organisasi

0 1 10

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN PERSEPSI DUKUNGAN ORGANISASI TERHADAP KOMITMEN KARYAWAN PADA ORGANISASI

0 1 15