menjadi objek dari kekuasaan. Istilah wilayah kekuasaan menjawab pertanyaan siapa-siapa saja yang dikuasai oleh orang atau kelompok yang berkuasa, jadi menunjuk pada pelaku,
kelompok organisasi atau kolektivitas yang kena kekuasaan. Dalam suatu hubungan kekuasaan power relationship selalu ada satu pihak yang
lebih kuat dari pihak lain. jadi, selalu ada hubungan tidak seimbang atau simetris. Ketidakseimbangan ini sering menimbulkan ketergantungan dependency; dan lebih timpang
hubungan ini, lebih besar pula sifat ketergantungannya. Hal ini oleh generasi pemikir dekade 20-an sering disebut sebagai dominasi, hegemoni, atau penundukan
17
Konsep yang selau dibahas bersama dengan kekuasaan adalah pengaruh. Pada umumnya masyarakat berpendapat bahwa kekuasaan dapat mengadakan sanksi dan pengaruh.
Namun dalam forum diskusi ilmiah sering dipertanyakan apakah kekuasaan dan pengaruh merupakan dua konsep yang berbeda, dan apakah satu diantaranya merupakan konsep pokok,
dan yang lainnya bentuk khususnya. .
Pengaruh biasanya tidak merupakan satu-satunya faktor yang menentukan perilaku seseorang, dan sering bersaing dengan faktor lain. Bagi pelaku yang dipengaruhi masih
terbuka alternatif lain untuk bertindak. Akan tetapi, sekalipun pengaruh sering kurang efektif dibandingkan dengan kekuasaan, ia kadang-kadang mengandung unsur psikologis dan
menyentuh hati, dan karena itu sering kali cukup berhasil
18
.
1.6.2 Budaya Politik
Budaya politik merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat dengan ciri-ciri yang lebih khas. Istilah budaya politik meliputi masalah legitimasi, pengaturan kekuasaan, proses
pembuatan kebijakan pemerintah, kegiatan partai-partai politik, perilaku aparat negara, serta gejolak masyarakat terhadap kekuasaan yang memerintah. Budaya politik terdiri dari
17
Miriam Budiardjo. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal. 62-63
18
Ibid. Hal. 66-67
Universitas Sumatera Utara
serangkaian keyakinan, simbol-simbol dan nilai-nilai yang melatar belakangi situasi dimana suatu peristiwa politik terjadi.
Almond dan Verba
mendefinisikan budaya politik sebagai suatu sikap orientasi yang
khas warga negara terhadap sistem politik dan aneka ragam bagiannya, dan sikap terhadap peranan warga negara yang ada di dalam sistem itu. Dengan kata lain, bagaimana distribusi
pola-pola orientasi khusus menuju tujuan politik diantara masyarakat bangsa itu. Lebih jauh mereka menyatakan, bahwa warga negara senantiasa mengidentifikasikan diri mereka dengan
simbol-simbol dan lembaga kenegaraan berdasarkan orientasi yang mereka miliki.
19
Kebudayaan politik suatu bangsa adalah merupakan distribusi pola-pola orientasi khusus menuju tujuan politik diantara masyarakat bangsa itu. Orientasi itu mengacu pada
aspek-aspek dan obyek yang dibakukan serta hubungan antar keduanya, termasuk:
20
1. Orientasi Kognitif : pengetahuan tentang dan kepercayaan pada politik, peranan dan
segala kewajibannya, serta input, dan outputnya. 2.
Orientasi afektif : perasaan terhadap sistem politik; peranannya, para aktor dan penampilannya.
3. Orientasi evaluatif : keputusan dan pendapat tentang obyek-obyek politik yang secara
tipikal melibatkan kombinasi standar nilai dan kriteria dengan informasi dan perasaan. Berdasarkan sikap terhadap tradisi dan perubahan, budaya politik terdiri atas 2 jenis
yaitu budaya politik yang memiliki sikap mental absolut dan budaya politik yang memiliki sikap mental akomodatif.
a. Budaya politik yang memiliki sikap mental absolut adalah budaya politik yang memiliki
nilai-nilai dan kepercayaan yang. dianggap selalu sempurna dan tak dapat diubah lagi. Usaha yang diperlukan adalah intensifikasi dari kepercayaan, bukan kebaikan. Pola pikir
19
Gabriel A. Almond dan Sidney Verba. 1990. Budaya Politik. Penerjemah: Sahat Simamora. Jakarta: Bumi Aksara. Hal. 14
20
Ibid. Hal. 16
Universitas Sumatera Utara
demikian hanya memberikan perhatian pada apa yang selaras dengan mentalnya dan menolak atau menyerang hal-hal yang baru atau yang berlainan bertentangan. Budaya
politik yang bernada absolut bisa tumbuh dari tradisi, jarang bersifat kritis terhadap tradisi, malah hanya berusaha memelihara kemurnian tradisi. Maka, tradisi selalu dipertahankan
dengan segala kebaikan dan keburukan. Kesetiaan yang absolut terhadap tradisi tidak memungkinkan pertumbuhan unsur baru.
21
b. Budaya politik yang memiliki sikap mental akomodatif adalah budaya politik dengan
struktur mental yang terbuka dan bersedia menerima apa saja yang dianggap berharga. Ia dapat melepaskan ikatan tradisi, kritis terhadap diri sendiri, dan bersedia menilai kembali
tradisi berdasarkan perkembangan masa kini.
22
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa tipe absolut dari budaya politik sering menganggap perubahan sebagai sesuatu yang membahayakan. Tiap
perkembangan baru dianggap sebagai suatu tantangan yang berbahaya dan harus dikendalikan. Perubahan dianggap sebagai penyimpangan. Sedangkan, tipe akomodatif dari
budaya politik melihat bahwa perubahan hanya sebagai salah satu masalah untuk dipikirkan. Perubahan mendorong usaha perbaikan dan pemecahan yang lebih sempurna.
Berdasarkan orientasi politiknya, budaya politik juga memiliki jenis. Dalam
realitas yang ditemukan, budaya politik memiliki beberapa variasi. Berdasarkan orientasi politik yang
dicirikan dan karakter-karakter dalam budaya politik, maka setiap sistem politik akan memiliki budaya politik yang berbeda. Perbedaan ini terwujud dalam tipe-tipe yang ada
dalam budaya politik yang setiap tipe memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Dari realitas budaya politik yang berkembang di dalam masyarakat, Gabriel Almond mengklasifikasikan
budaya politik kedalam 3 jenis yaitu budaya politik parokial, budaya politik kaula, dan budaya politik partisipan.
21
Ibid. Hal. 18
22
Ibid. Hal. 18
Universitas Sumatera Utara
Kebudayaan politik parokial parochial political culture yaitu tingkat partisipasi politiknya sangat rendah, yang disebabkan faktor kognitif misalnya tingkat pendidikan
relatif rendah. Menyangkut budaya yang terbatas pada wilayah atau lingkup yang kecil, sempit misalnya yang bersifat provincial. Karena wilayah yang terbatas acapkali pelaku
politik sering memainkan peranannya seiring dengan deferensiasi, maka tidak terdapat peranan politik yang bersifat khas dan berdiri sendiri. Yang menonjol dalam budaya politik
adalah kesadaran anggota masyarakat akan adanya pusat kewenangan dan kekuasaan politik dalam masyarakat
23
Kebudayaan politik kaula subyak political culture merupakan masyarakat yang memiliki pengetahuan dan pemahaman yang relatif baik untuk unsur pengetahuan umum
mengenai sistem politik dan output politik tetapi rendah dalam pengetahuan mengenai input sistem politik serta partisipasi politik yang pasif. Mereka menganggap dirinya tidak berdaya
mempengaruhi atau mengubah sistem dan oleh karena itu menyerah saja kepada segala kebijakan dan keputusan para pemegang jabatan
.
24
Kebudayaan politik partisipan, yaitu masyarakat dengan pengetahuan dan pemahaman yang tinggi mengenai semua unsur di atas dan memiliki tingkat partisipasi politik yang aktif.
Masyarakat dakam tipe budaya ini memiliki sikap yang kritis untuk memberi penilaian terhadap sistem politik dan hampir pada semua aspek kekuasaan
.
25
Mengenai kebudayaan politik dan konstektualitas fungsi analisanya Almond dan Verba menyatakan bahwa hubungan antara sikap-sikap dan motivasi individu yang
mempunyai ciri-ciri tersendiri yang membentuk sistem-sistem politik dan karakter politik serta penampilan sistem politik dapat dilacak secara sistematis melalui konsep budaya politik.
Dengan kata lain budaya politik adalah rantai penghubung antara mikro dan makro politik. .
23
Ibid. Hal. 20
24
Ibid. Hal. 21
25
Ibid. Hal. 22
Universitas Sumatera Utara
Pendekatan budaya politik dapat digunakan untuk mengkaji kebudayaan politik dalam lingkup komunitas tertentu.
1.6.3 Partisipasi Politik