commit to user
100
Fenomena karakteristik fisik lingkungan pada area terlanda yaitu menunjukkan bahwa zona-zona pada area terlanda sebagian besar mempunyai bentuk pantai
yang datar lurus memanjang dengan tutupan pantai berupa partikel pasir. Hanya terdapat tiga zona yang memiliki bentuk pantai berbeda. Zona 10 dan 11
mempunyai bentuk pantai teluk berkarang yang datar, sementara itu zona 13 mempunyai bentuk pantai teluk berkarang curam.
Dari hasil analisis skoring di atas maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar wilayah terlanda area aman maupun tidak aman sangat peka terhadap
bencana tsunami karena karakteristik pantainya merupakan pasir memanjang.
5.3.3 Analisis Karakteristik Ekosistem Area Terlanda Kabupaten Cilacap
Seperti yang telah dijelaskan pada bagian kompilasi data sebelumnya, ekosistem pantai yang terdapat di area terlanda secara pengamatan di lapangan
maupun dari data sekunder tidak diketemukan adanya ekosistem pantai seperti mangrove dan rumput laut di area terlanda.
Seluruh ekosistem pantai berpusat di Segara Anakan yang letaknya di bagian dalam Nusakambangan. Hal tersebut mengartikan bahwa keberadaan ekosistem
laut berada di luar wilayah penelitian. Di samping itu keberadaan ekosistem yang berada cukup jauh dari wilayah pesisir tidak dapat memberi pengaruh
yang berarti terhadap kepekaannya pada terpaan bencana tsunami. Tabel 5.18 Karakteristik Ekositem Laut Area Aman
Area Aman Kelurahan
Zona Ekosistem
Skoring
Karangkandri Zona 8
Tidak ada Menganti
Zona 9 Tidak ada
Mertasinga Zona 10
Tidak ada Tegalkamulyan Zona 11
Tidak ada Cilacap
Zona 12 Tidak ada
Tambakreja Zona 13
Tidak ada
Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2012
Tabel 5.19 Karakteristik Ekosistem Laut Area Tidak Aman
Area Tidak Aman Kelurahan
Zona Ekosistem
Skoring
Jetis Zona 1
Tidak ada Sidaurip
Zona 2 Tidak ada
Widarapayung Wt Zona 3 Tidak ada
Sidayu Zona 4
Tidak ada Widarapyung Kl
Zona 5 Tidak ada
Karangbenda Zona 6
Tidak ada Bunton
Zona 7 Tidak ada
Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2012
commit to user
101
Dengah kondisi di lapangan yang tidak mengindikasikan terdapat ekosistem laut pada area terlanda, maka data terkait area terlanda tidak dapat dimasukkan
ke dalam perhitungan analisis korelasi dengan menggunakan program SPSS.
5.3.4 Analisis Jenis Penggunaan Lahan Area Terlanda Tsunami Tahun 2006
Analisis jenis penggunaan lahan area terlanda tsunami pada tahun 2006 silam dilakukan dengan skoring luasan jenis penggunaan lahannya, dari yang paling
luas terkena gelombang hingga yang paling sempit. Berikut skoring jenis penggunaan lahan pada 13 zona berdasarkan luasan
terbesarnya. Tabel 5.20 Skoring Penggunaan Lahan Berdasarkan Luasan
Jenis Penggunaan Lahan Luasan Dampak
Skoring
Pasir Pantai Kecil
1 Permukiman
Sedang 2
Ruang Terbuka Hijau kebun, semak, rumput, rawa Luas
3 Sawah
Sangat Luas 4
Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2012
Tabel 5.21 Karakteristik Jenis Penggunaan Lahan Area Aman
Area Aman Kelurahan
Zona TGPL
Skoring
Karangkandri Zona 8
Sawah 4
Menganti Zona 9
Sawah 4
Mertasinga Zona 10
Sawah 4
Tegalkamulyan Zona 11 Sawah
4 Cilacap
Zona 12 RTH
3 Tambakreja
Zona 13 RTH
3
Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2012
Tabel 5.22 Karakteristik Jenis Penggunaan Lahan Area Tidak Aman
Area Tidak Aman Kelurahan
Zona TGPL
Skoring
Jetis Zona 1
Permukiman 2
Sidaurip Zona 2
RTH 3
Widarapayung Wt Zona 3 Sawah
4 Sidayu
Zona 4 Sawah
4 Widarapyung Kl
Zona 5 Sawah
4 Karangbenda
Zona 6 RTH
3 Bunton
Zona 7 Sawah
4
Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2012
Selain skoring, juga dilakukan analisis terkait perbandingan struktur penggunaan lahan eksisting dengan struktur penggunaan lahan yang
seharusnya terdapat di kawasan pesisir sesuai dengan Operasional Program Penanganan Bencana Alam Bidang Penataan Ruang. Berikut uraian
penjelasannya :
commit to user
102
Tabel 5.23 Perbandingan Penggunaan Lahan
Struktur Penggunaan Lahan Yang Sesuai Struktur Penggunaan Lahan Yang Sebenarnya
Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2012
Dari hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa jenis penggunaan lahan yang terkena terpaan tsunami terluas adalah sawah baik sawah tadah hujan,
sawah irigasi maupun tegalan, sehingga kerugian yang ditimbulkan cukup banyak, mengingat nilai ekonomis dari persawahan sebagai salah satu sumber
penghidupan masyarakat terlanda tsunami. Padahal diketahui bahwa sesuai dengan standart pengaturan penggunaan lahan
yang dikeluarkan oleh pemerintah, kawasan budidaya seharusnya terletak pada jarak 30-300 meter dari titik pasang tertinggi. Namun, pada kenyataannya,
hampir mayoritas semua zona pada area aman maupun tidak aman penggunaan lahan untuk kawasan budidaya letaknya sangat berdekatan dengan titik pasang
tertinggi.
5.3.5 Analisis Karakteristik Masyarakat Pesisir Dalam Penggunaan Lahan