Korelasi Muatan Teori Karakteristik Tsunami Korelasi Muatan Teori Penggunaan Lahan Kawasan Pesisir Kerangka Teori

commit to user 15 2 Innudation Landaan Sementara untuk daerah terpaan akan dijelaskan melalui tabel klasifikasi kriteria tsunami berdasarkan jarak limpasan innudation berdasar dari adaptasi teori pada jurnal ilmiahterkait dengan bencana tsunami . Dimana jarak limpasan akan terbagi dalam beberapa kategori seperti di bawah ini : Tabel 2.4 Klasifikasi Tsunami Berdasar Jarak Limpasan Classification of Coast Description of the Coast Tsunami Hazard Category Based on Innudation Extent in M Over High Medium Low Open Coast Zone Relatively in the lower position with reference to the MSL 400 301-400 201-300 0-200 Estuary Zone Coasts neighbouring a river mouthtidal iletcreek an similar other coastal features 750 501-750 251-500 0-250 Upland Zone Coasts which are comparatively elevated will above the MSL 300 201-300 101-200 0-100 Sumber : Tsunami Impacts On Morphology Of Beaches Along South Kerala Coast, West Coast Of India. K. A. Abdul Rasheed, V. Kesava Das, C. Revichandran, P. R. Vijayan And Tony J. Thottam. National Institute Of Oceanography, Kochi, Kerala, India -Science Of Tsunami Hazards The International Journal Of The Tsunami Society Volume 24 Number 1 Published Electronically 2006

2.2 Korelasi Muatan Teori Karakteristik Tsunami

Terdapat keterkaitan antar masing-masing indikator dari karakteristik tsunami yang telah diulas pada pada bagian sebelumnya. Penyebab tsunami yang paling sering terjadi di Indonesi adalah berasal dari gempa bumi bawah laut, semakin besar kekuatan gempanya maka kerusakan yang ditimbulkan akan semakin besar pula. Begitu pula jika hal tersebut dikaitkan dengan run up dan innudation dari tsunami. Semakin besar kekuatan gempa yang memicu terjadinya tsunami, maka akan semakin tinggi ombak yang dihasilkan serta semakin luas jarak landaannya.

2.3 Penggunaan Lahan Kawasan Pesisir Perkotaan

2.3.1 Pengertian Kawasan Pesisir

Pemahaman mengenai definisi dan karakteristik terkait kawasan pesisir sangatlah penting, hal tersebut dikarenakan kawasan pesisir merupakan suatu komponen penting dari penelitian ini. Oleh sebab itu diperlukan pemahaman yang mendalam terkait kawasan pesisir, baik dari definisi maupun karakteristik yang terlingkupi dari kawasan pesisir tersebut. Berikut ini adalah definisi dari beberapa sumber mengenai wilayah pesisir. commit to user 16 Menurut Ketchum dalam Kay dan Alder 1999: 2 “ The band of dry land adjancent ocean spa ce water dan submerged land in wich terrestrial processes and land uses directly affect oceanic processes and uses, and vice versa ”. Diartikan bahwa wilayah pesisir adalah wilayah yang merupakan tanda atau batasan wilayah daratan dan wilayah perairan yang mana proses kegiatan atau aktivitas bumi dan penggunaan lahan masih mempengaruhi proses dan fungsi kelautan. Sementara itu, pengertian wilayah pesisir menurut kesepakatan terakhir internasional adalah merupakan wilayah peralihan antara laut dan daratan, ke arah darat mencakup daerah yang masih terkena pengaruh percikan air laut atau pasang surut, dan ke arah laut meliputi daerah paparan benua continental shelf Beatley et al, dalam Dahuri, dkk, 2001: 9. Menurut UU No. 27 Tahun 2007 tentang batasan wilayah pesisir, kearah daratan mencakup wilayah administrasi daratan dan kearah perairan laut sejauh 12 dua belas mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas danatau kearah perairan kepulauan. Sumber : Brahtz dalam Supriharyono 2002: 2 Gambar 2.6 Batas-Batas Fisik Wilayah Pesisir Dari pengertian-pengertian di atas dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa wilayah pesisir merupakan wilayah yang secara nyata tidak jelas batasannya, karena wilayah pesisir merupakan perpaduan antara daratan dan lautan. Hal ini menunjukan garis batas nyata wilayah pesisir tidak ada. Batas wilayah pesisir hanyalah garis khayalan yang letaknya ditentukan oleh kondisi dan situasi setempat.

2.3.2 Karakteristik Kawasan Pesisir

1 Karakteristik Fisik Lingkungan Karakter fisik lingkungan kawasan pesisir dapat ditunjukkan dari karakteristik pantainya. Secara geomorfologi, karakteristik pantai secara umum Hantoro, 2004 adalah sebagai berikut : commit to user 17 a Pantai curam singkapan batuan Jenis pantai ini umumnya ditemukan di pesisir yang menghadap ke laut lepas dan merupakan bagian jalur tunjamantumbukan, berupa pantai curam singkapan batu volkanik, terobosan, malihan atau sedimen. b Pantai landai atau dataran Pesisir datar hingga landai menempati bagian mintakat kraton stabil atau cekungan belakang. Pembentukan pantai dikendalikan oleh proses eksogen cuaca. c Pantai dataran endapan lumpur Estuari lebar menandai muara dengan tutupan tebal bakau. Bagian pesisir dalam ditandai dataran rawa atau lahan basah. Sedimentasi kuat terjadi di perairan bila di hulu mengalami erosi. Progradasi pantai atau pembentukan delta sangat lazim. Kompaksi sedimen diiringi penurunan permukaan tanah, sementara air tanah tawar sulit ditemukan. d Pantai dengan bukit atau paparan pasir Pantai menghadap perairan bergelombang dan angin kuat dengan asupan sedimen sungai cukup, umumnya membentuk rataan dan perbukitan pasir. e Pantai lurus dan panjang dari pesisir datar Pantai tepian samudra dengan agitasi kuat gelombang serta memiliki sejumlah muara kecil berjajar padanya dengan asupan sedimen, dapat membentuk garis lurus dan panjang pantai berpasir. f Pantai teluk dataran tebing karang Bentang pantai ini ditemukan di berbagai mintakat berbeda, yaitu di jalur tumbukantunjaman, jalur volkanik, pulau-pulau sisa tinggian di paparan tepi kontinen, jalur busur luar atau jalur tektonik geser. Terjalnya tebing pantai dan kuatnya agitasi gelombang meniadakan peluang terumbu karang tumbuh, demikian halnya dengan bakau. Tutupan tumbuhan masih mampu tumbuh di lapukan batuan, terutama di kawasan dengan curah hujan memadai. g Pantai erosi Jenis pantai seperti ini terdapat dibeberapa tempat yang menghadap perairan dengan agitasi gelombang kuat. h Pantai akresi Proses akresi terjadi di pesisir yang menerima asupan sedimen lebih dari jumlah yang kemudian dierosi oleh laut. Akresi pantai oleh sedimen halus commit to user 18 sering diikuti tumbuhnya bakau yang berfungsi kemudian sebagai penguat endapan baru dari erosi atau longsor. 2 Karakteristik Ekosistem Disamping karakteristik pantai, karakteristik fisik kawasan pesisir tidak bisa dilepaskan dari karakteristik ekosistem di kawasan pesisir itu sendiri. Ekosistem di perairan laut dangkal pada umumnya terdiri dari terumbu karang, padang lamun, dan hutan mangrove yang pada dasarnya kesemuanya tersebut dilindungi oleh Undang-Undang No.41982 dan UU No. 51990. Berikut akan dijabarkan secara detail ekosistem yang berada di sekitar kawasan pesisir : a Ekosistem Estuaria Estuaria adalah perairan yang semi tertutup yang berhubungan bebas dengan laut, sehingga air laut dengan salinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar Pritchard dalam Supriharyono, 2002: 12. b Ekosistem Mangrove Komunitas Hutan Bakau Kata mangrove mempunyai dua arti, pertama sebagai komunitas, yaitu komunitas atau masyarakat tumbuhan atau hutan yang tahan terhadap kadar garamsalinitas pasang-surut air laut, dan kedua sebagai individu spesies Macnae dalam Supriharyono, 2007: 40. c Ekosistem Padang Lamun Padang lamun seagrass beds juga merupakan salah satu ekosistem yang terletak di daerah pesisir atau perairan laut dangkal. Keunikan dari tumbuhan lamun dari tumbuhan laut lainnya adalah adanya perakaran yang ekstensif dan sistem rhizome . Karena tipe perakaran ini menyebabkan daun-daun tumbuhan lamun menjadi lebat, dan ini besar manfaatnya dalam menopang keproduktifan ekosistem padang lamun Supriharyono, 2007: 72. d Ekosistem Terumbu Karang Terumbu karang coral reefs merupakan masyarakat organisme yang hidup di dasar perairan dan berupa bentukan batuan kapur CaCO3 yang cukup kuat menahan gaya gelombang laut Dawes dalam Supriharyono, 2002: 62.

2.3.3 Jenis Penggunaan Lahan Kawasan Pesisir

Kawasan pesisir yang merupakan perpaduan antara wilayah daratan dan lautan serta mempunyai potensi pengembangan yang besar tidak lepas dari pemanfaatan commit to user 19 ruang yang dilakukan oleh berbagai pihak. Pemanfaatan ruang tersebut membentuk blok-blok penggunaan lahan tertentu sesuai dengan tingkat kepentingan masing-masing pihak. Dinamika perubahan penggunaan lahan sangat dipengaruhi oleh faktor manusia seperti pertumbuhan penduduk jumlah dan distribusinya, pertumbuhan ekonomi dan juga dipengaruhi oleh faktor fisik seperti topografi, jenis tanah dan iklim Skole dan Tucker dalam Rais, 2004: 157. Key dan Alder 1999:25 membagi penggunaan lahan pesisir menjadi beberapa fungsi, yaitu akan dijabarkan sebagai berikut : 1 Eksploitasi sumber daya perikanan, hutan dan pertambangan Sumber daya pesisir yang dapat diperbaharui adalah eksploitasi primer dalam sektor perikanan komersial, penghidupan dan rekreasi perikanan serta industri budidaya air. Sedangkan yang dapat tidak diperbaharui adalah minyak dan pertambangan. 2 Infrastruktur transportasi, pelabuhan dan pertahanan Pembangunan infrastruktur utama di pesisir meliputi : pelabuhan sungai dan laut, fasilitas yang mendukung untuk operasional dan sistem transportasi yang bermacam-macam, jalan dan jembatan serta instalasi pertahanan. 3 Pariwisata dan rekreasi Berkembangnya pariwisata merupakan sumber potensial bagi pendapatan negara karena potensi pariwisata banyak menarik turis untuk berkunjung sehingga dalam pengembangannya memerlukan faktor-faktor pariwisata secara langsung berdampak pada penggunaan lahan. 4 Konservasi alam dan perlindungan sumber daya alam Hanya sedikit sumber daya alam di pesisir yang dikembangkan untuk melindungi kawasan pesisir tersebut konservasi area sedikit Selain itu masih terdapat kegiatan pembangunan yang banyak dilakukan di kawasan pesisir. Menurut Dahuri et al 2001:122 kegiatan pembangunan yang dilakukan di kawasan pesisir adalah sebagai berikut : 1 Pembangunan kawasan permukiman Pembangunan kawasan permukiman di pesisir pantai sejalan dengan meningkatnya kebutuhan penduduk akan fasilitas tempat tinggal. 2 Kegiatan industri Kawasan industri haruslah mempunyai luas yang cukup dan diletakkan pada zona yang sesuai untuk menghindari lingkungan sekeliling menjadi buruk. commit to user 20 3 Kegiatan rekreasi dan pariwisata bahari Hal ini sekaligus bertujuan untuk menciptakan kawasan lindung bagi biota yang hidup pada ekosistem laut dalam cakupan pesisir. 4 Konservasi hutan menjadi lahan pertambakan tanpa memperhatikan terganggunya fungsi ekologis hutan mangrove terhadap lingkungan fisik biologi. 2.4 Karakteristik Masyarakat Kawasan Pesisir di Indonesia Berdasarkan pendapat Nikijuluw dalam Dietriech 2001 “Masyarakat pesisir itu sendiri dapat didefinisikan sebagai kelompok orang atau suatu komunitas yang tinggal di daerah pesisir dan sumber kehidupan perekonomiannya bergantung secara langsung pada peman faatan sumberdaya laut dan pesisir”. Mereka terdiri dari nelayan pemilik, buruh nelayan, pembudidaya ikan dan organisme laut lainnya, pedagang ikan, pengolah ikan, supplier faktor sarana produksi perikanan. Dalam bidang non-perikanan, masyarakat pesisir bisa terdiri dari penjual jasa transportasi dan lain-lain. Setiap komunitas memiliki karakteristik kebudayaan yang berbeda-beda. Untuk memperjelas perbedaan masyarakat pesisir dengan yang lain, maka akan dijelaskan pada bagian berikutnya mengenai matriks masyarakat berdasarkan unsure pengikat sosial sosial yang terjadi pada suatu komunitas.

2.4.1 Klasifikasi Masyarakat

Tabel 2.5 Klasifikasi Masyakarat Unsur Pengikat Sosial Kerumunan Golongan Sosial Jaringan Sosial Kelompok Sosial Himpunan Komunitas Pusat orientasi Dasar Mungkin ada Ada Ada Ada Ada Sarana interaksi Tidak ada Mungkin ada Dasar Ada Ada Ada Aktivitas interaksi Mungkin ada Mungkin ada Dasar Ada Ada Ada Kesinambungan Tidak ada Dasar Mungkin ada Ada Ada Ada Identitas Tidak ada Mungkin ada Mungkin ada Dasr Dasar Dasar Lokasi Tidak relevan Mungkin ada Mungkin ada Mungkin ada Mungkin ada Dasar Adat, norma Tidak ada Dasar Mungkin ada Dasar Dasar Dasar Organisasi Tidak ada Tidak ada Mungkin ada Tidak ada Dasar Ada Pimpiman Mungkin ada Tidak ada Mungkin ada Dasar Ada Ada Sumber : Koentjaraningrat dalam Dietriech, 2001 Berdasarkan klasifikasi di atas, merujuk pada pendapat Redfield maka karakteristik sosial masyarakat pesisir berada pada setiap komunitas. Namun, kebanyakan masyarakat pesisir merupakan tipe komunitas desa petani dan desa terisolasi. Desa terisolasi diantaranya para nelayan yang tidak punya akses dan hanya mengabdikan dirinya kepada sumber laut. commit to user 21 Karakteristik masyarakat pesisir berbeda dengan karakterisik masyarakat agraris atau petani. Dari segi penghasilan, petani mempunyai pendapatan yang dapat dikontrol karena pola panen yang terkontrol sehingga hasil pangan atau ternak yang mereka miliki dapat ditentukan untuk mencapai hasil pendapatan yang mereka inginkan. Berbeda halnya dengan masyarakat pesisir yang mata pencahariannya didominasi dengan nelayan. Nelayan bergelut dengan laut untuk mendapatkan penghasilan, maka pendapatan yang mereka inginkan tidak bisa dikontrol.

2.4.2 Karakteristik Masyarakat

Terkait dengan posisi sosial nelayan, pada umumnya, nelayan bergolong kasta rendah. Hal tersebut didasari dari mayoritas nelayan yang hanya mengenyam pendidikan tingkat rendah serta kondisi perekonomian dengan kelas menengah ke bawah. Secara sosiologis, masyarakat pesisir memiliki ciri yang khas dalam hal struktur sosial yaitu kuatnya hubungan antara patron dan klien dalam hubungan pasar p ada usaha perikanan. “Patron memberikan bantuan berupa modal kepada klien. Hal tersebut merupakan taktik bagi patron untuk mengikat klien dengan utangnya sehingga bisnis tetap berjalan” Satria dalam Dietriech, 2001. Dari masalah utang piutang tersebut sering terjadi konflik, namun konflik yang mendominasi adalah persaingan antar nelayan dalam memperebutkan sumberdaya ikan yang jumlahnya terbatas. Jika dirinci secara lebih dalam maka karakteristik masyarakat pesisir menurut kondisi ekonomi, sosial dan budayanya adalah sebagai berikut anonim, 2008 : 1 Masyarakat pesisir beranggapan bahwa pantai merupakan suatu tempat yang mempunyai keunggulan lokasi yang dapa menjadi pusat pertumbuhan ekonomi 2 Masyarakat pesisir mempunyai kegiatan sosial-ekonomi yang berorientasi ke darat dan laut 3 Rata-rata masyarakat pesisir termasuk dalam golongan ekonomi lemah dengan latar belakang pendidikan relatif terbatas 4 Pengetahuan akan lingkungan sehat cenderung masih kurang, terjadi kebiasaan “tidak sadar lingkungan” serta cenderung kurang memperhatikan bahaya dan resiko 5 Terdapat masyarakat yang secara tradisi terbiasa hidup bahkan tidak dapat dipisahkan di atas air commit to user 22

2.5 Korelasi Muatan Teori Penggunaan Lahan Kawasan Pesisir

Hubungan antar indikator yang termuat dalam teori penggunaan lahan kawasan pesisir dapat diuraikan sebagai berikut. Kondisi politik, ekonomi, sosial kemasyarakat di kawasan pesisir sangat dipengaruhi oleh kondisi pantai dan ekosistemnya. Ekosistem dan kondisi pantai yang mendukung timbulnya aktivitas akan memancing adanya aktivitas-aktivitas yang membutuhkan ruang di sekitar kawasan pantai. Adanya aktivitas-aktivitas tersebut nantinya akan menimbulkan penggunaan lahan tertentu di kawasan pesisir tersebut. Dan nantinya penggunaan lahan tertentu tersebut akan kembali berdampak pada lingkungan sekitar di kawasan pesisir. Dari uraian tersebut dapat dilihat hubungan erat antara indikator-indikator yang termuat didalam teori penggunaan lahan kawasan pesisir.

2.6 Korelasi Karakteristik Bencana Tsunami Dengan Penggunaan Lahan Kawasan

Pesisir 2.6.1 Kepekaan Tsunami Terhadap Kelerengan Pantai Menurut Shuto 1993, jarak jangkauan tsunami ke daratan sangat ditentukan oleh terjal-landainya morfologi pantai. Pada pantai yang terjal, tsunami tidak akan terlalu jauh mencapai daratan karena tertahan dan dipantulkan kembali oleh tebing pantai. Sementara di pantai yang landai, landaan tsunami dapat menerjang sampai beberapa kilometer masuk ke daratan. Berdasarkan pemahaman tersebut di atas, maka kelerengan pantai menurut USDA-NRCS 1986 dapat diklasifikasikan seperti berikut : Tabel 2.6 Kelerengan Pantai No Jenis Kelerengan Pantai Kepekaan Terhadap Tsunami 1 Sangat curam Tidak peka 2 Curam Kurang peka 3 Agak curam Agak peka 4 Landai Peka 5 Datar Sangat peka Sumber : USDA-NRCS, 1986 Selain itu terdapat oknfigurasi tipe pantai yang berkorelasi dengan jenis impasan gelombang tsunami. Yaitu sebagai berikut : a Tipe teluk shape akan mengalami amplifikasipeningkatan energi gelombang berlipat ganda b Tipe tanjung akan mengalami reduksi energi gelombang c Single island dan akan mengalami impasan dari samping commit to user 23

2.6.2 Kepekaan Tsunami Terhadap Kekasaran Pantai

Ditinjau dari sudut pandang geomorfologi, keberadaan material permukaan dapat menunjukkan tingkat kekasaran pantai. Dampak positif kekasaran pantai adalah semakin padu material permukaan akan semakin besar energi tsunami yang teredam, sedangkan dampak negatifnya adalah semakin lepas material permukaan akan semakin besar kerusakan sarana dan prasarana berikut kehilangan jiwa manusia. USDA-NRCS 1986 mengklasifikasikan kekasaran pantai seperti berkut : Tabel 2.7 Kekasaran Pantai No Jenis Kekasaran Pantai Kepekaan Terhadap Tsunami 1 Batuan beku Tidak peka 2 Batu karang di teluk-teluk pantai Kurang peka 3 Beting karang Agak peka 4 Rawa Peka 5 Pasir memanjang Sangat peka Sumber : USDA-NRCS, 1986

2.6.3 Kriteria Penggunaan Lahan di Kawasan Pesisir Agar Aman dari Bencana

Tsunami Secara umum, penggunaan lahan pada kawasan pesisir dapat aman jika pada suatu kawasan sudah terdapat beberapa pengaturan yang telah disosialisasikan dalam buku Operasional Program Penanganan Bencana Alam Bidang Penataan Ruang dan buku Menghadapi Bencana Tsunami yang disusun oleh Masyarakat Lingkungan Binaan untuk Komisi Darurat Kemanusiaan Nagroe Aceh Darussalam dan Sumatra Utara. Karakteristik lokasi aman di kawasan pesisir rawan bencana tsunami disusun berdasarkan Konsep Teoritis Penataan Ruang Kota Pesisir di Wilayah Bahaya Tsunami. Dimana didalam konsep tersebut dapat dilihat struktur penggunaan lahan yang aman pada daerah pesisir rawan bencana. Sumber : Operasional Prgrm. Penanganan Bencana Alam Bidang Penataan Ruang Gambar 2.7 Konsep Teoritis Penataan Ruang Kota Pesisir commit to user 24 Berikut akan diterangkan terkait infrastruktur pendukung penggunaan lahan yang aman sesuai dengan konsep di atas : 1 Terdapat pengembangan sistem informasi, monitoring dan peringatan dini di kawasan pesisir 2 Terdapat sistem pertahanan pantai, dimana terdapat tiga kondisi yang merupakan sistem pertahanan pantai yaitu : a Kehadiran tebing tinggi pantai b Rataan depan pantai shore platform c Jalur vegetasi pantai nipah dan magrove di sepanjang pantai 3 Terdapat sistem penanggulangan dampak tsunami seperti berikut : a Pemberian sistim tanggul dike tepi pantai untuk bangunan tepi pantai yang bernilai penting seperti pelabuhan. b Pada pantai teluk yang berbentuk kantong yang menyempit ke arah darat, jarak bangunan di darat dari garis pantai harus cukup jauh lebih dari 200 meter untuk mencegah amplifikasi energi dan ketinggian gelombang yang mencapai pantai dan dataran pantai. c Terdapat tanggul pematang di dataran pantai yang cukup tinggi, dan berlapis dengan jarak antar tanggul yang cukup lebar. 4 Terdapat jalur evakuasi berdasarkan peta microzoning kawasan rawan bencana tsunami. 5 Terdapat tempat-tempat perlindungan shelter , dapat berupa daerah perbukitan atau bangunan tinggi bertingkat yang dirancang tahan terhadap gelombang Tsunami. Bangunan ini dapat berfungsi sebagai tempat evakuasiperlindungan penduduk selama adanya bencana Tsunami dan gelombang pasang. 6 Selain itu, bangunan-bangunan pada tiap penggunaan lahan seharusnya menggunakan empat teknik bangunan agar terkena dampak paling kecil dari sapuan gelombang tsunami dijelaskan dalam tabel. Tabel 2.8 Struktur Bangunan Aman dari Tsunami No Gambar Jenis Keterangan 1 Struktur untuk menghindari tsunami Penempatan bangunan dan infrastruktur di bagian tapak yang tinggi atau menaikkan struktur di atas ketinggian terpaan tsunami atau memperkuat podium tempat berpijaknya bangunan akan membuat bangunan aman dari terpaan tsunami. commit to user 25 Lanjutan Tabel 2.8 No Gambar Jenis Keterangan 2 Struktur untuk memperlambat arus Arus dari gelombang tsunami akan mengalami perlambatan jika di sekitar penggunaan lahan terdapat elemen yang dapat berfungsi sebagai pelambat arus, dimana elemen-elemen tersebut terdiri dari hutan buatan yang dirancang khusus, saluran air, kontur tanah serta jalur hijau. Upaya memperlambat arus gelombang dapat mengurangi daya hancur dari tsunami. 3 Struktur untuk membelokkan air Gelombang tsunami akan mengalami pembelokkan jika pada suatu kawasan pesisir sudah terdapat penggunaan tembok-tembok bersudut dan saluran jalannya aliran air pada tiap bangunan di masing- masing penggunaan lahan, sehingga daya hancur tsunami juga dapat terminimalisir, karena air mengalir pada “aliran” yang sengaja telah dibentuk. 4 Struktur untuk menghambat terpaan tsunami Gelombang tsunami juga dapat ditahan sementara sehingga gelombang tidak menerjang kawasan pesisir yang tseharusnya terlanda. Meski diketahui, upaya menahan hanyalah upaya sementara yang dapat mengakibatkan peningkatan tinggi gelombang balik atau mengarahkan tenaga gelombang ke daerah lain.Gelombang tsunami dapat tertahan tidak melanda suatu penggunaan lahan tertentu di sekitar kawasan pesisir jika pada kawasan tersebut sudah mempunyai struktur penahan yang kokoh seperti tembok, terasering penataan gundukantanah curam berbentuk anak tangga atau jalur hijau, struktur parkir dan konstruksi lain yang kokoh dapat menahan kekuatan gelombang. Sumber : Menghadapi Bencana, 2005 Secara khususnya akan dibahas terkait kondisi aman pada masing-masing penggunaan lahan di kawasan pesisir rawan bencana tsunami seperti berikut ini : 1 Permukiman Suatu permukiman yang aman apabila dalam pembangunya sudah memikirkan struktur dan penempatan lokasi pada topografi yang dianggap aman, yaitu di atas batas ketinggian genangan air jika tsunami menerjang. Berikut merupakan beberapa struktur permukiman aman yang terletak di pesisir pantai. Sumber : Operasional Prg. Penanganan Bencana Alam Bid. Penataan Ruang Gambar 2.8 Permukiman Aman Dengan Barier Vegetasi Pantai commit to user 26 Sumber : Operasional Prg. Penanganan Bencana Alam Bid. Penataan Ruang Gambar 2.9 Permukiman Aman Dengan Tembok Penahan Sumber : Operasional Prg. Penanganan Bencana Alam Bid. Penataan Ruang Gambar 2.10 Perkampungan Aman Dengan Pola Sejajar Sumber : Operasional Prg. Penanganan Bencana Alam Bid. Penataan Ruang Gambar 2.11 Perkampungan Tidak Aman Dengan Pola Tidak Beraturan Sumber : Operasional Prg. Penanganan Bencana Alam Bid. Penataan Ruang Gambar 2.12 Pantai Berbentuk Teluk Kurang Baik Untuk Permukiman commit to user 27 Sumber : Operasional Prg. Penanganan Bencana Alam Bid. Penataan Ruang Gambar 2.13 Pantai Lurus Aman Dengan Perlindungan Vegetasi Pantai 2 Lingkungan Binaan Baru dan Subdivisi Sementara itu, struktur lingkungan binaan baru dan subdivisi yang aman dari bencana tsunami harus memenuhi kriteria sebagai berikut : a Adanya jarak ruang yang maksimum antar bangunan. b Adanya upaya meninggikan bangunan di atas batas ketinggian terpaan banjir. c Menempatkan rumah-rumah di belakang hutan pengontrol tsunami atau bangunan-bangunan yang besar dan kuat. d Menempatkan jalan-jalan akses utama di luar area banjir, dan jalan-jalan akses penunjang tegak lurus dengan tepi laut. 3 Bangunan Hotel Bertingkat Tinggi Daerah pesisir yang sudah sangat berkembang sektor pariwisatanya pasti akan terbangun banyak bangunan hotel bertingkat tinggi sebagai penunjang pariwasata tersebut. Pengembangan hotel bertingkat tinggi serta resort pada kawasan pesisir yang rawan bencana tsunami agar dapat meminimalisir kerusakan harus mencontoh struktur ruang dan bangunan dari bangunan hotel di Hawaii. Dimana rangka bangunan hotel merupakan rangka beton yang kuat, dan dibangun di atas tanah yang sudah diteliti kestabilannya. Selain itu, bagian yang rendah pada bangunan-bangunan ini dapat dirancang untuk area publik seperti lobi dan fungsi-fungsi penunjang bagi ruangan-ruangan di atasnya, seperti perparkiran. Bangunan-bangunan ini didesain untuk menahan gangguan tsunami dan gempa. Selain itu, pemanfaatan lahan untuk bangunan hotel dan resort juga harus menyediakan ruang terbuka dan hutan tsunami yang berfungsi sebagai daerah penghambat gelombang tsunami. commit to user 28 4 Komunitas Komersial dan Industri Menguatkan dan memperluas struktur pelabuhan dapat membantu melindungi wilayah komersial yang berdekatan. Tergantung pada besarnya tsunami, pecahan gelombang pada saat pasang naik dapat mengakibatkan banjir dan struktur tersebut menjadi tidak efektif. Struktur bangunan yang kuat dan berlokasi di atas ambang batas banjir dari tsunami merupakan kriteria aman dari komunitas bangunan komersial dan industri di kawasan pesisir. Melindungi bangunan komersial dan fasilitas industri dengan tembok dan penjangkaran yang kuat dapat membantu. Meskipun demikian, menempatkan penggunaan strategi jenis-jenis ini di luar wilayah terpaan adalah teknik penanggulangan yang paling efektif. 2.7 Pemanfaatan Lahan Tepi Pantai Berikut akan dipaparkan terkait ketentuan umum penggunaan lahan pada kawasan tepi air perkotaan sesuai dengan Pedoman Pemanfaatan Ruang Tepi Pantai di Kawasan Perkotaan. 1 Kawasan Lindung Kawasan lindung atau konservasi meliputi kawasan bergambut, kawasan sempadan pantai, kawasan pantai berhutan bakau, dan kawasan rawan bencana. Pengaturan pemanfaatan ruang pada kawasan lindung tersebut secara umum terdiri dari dua yaitu sebagai berikut :  Ditetapkan di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kabupaten dan Kota sebagai kawasan lindung;  Kegiatan budidaya terbatas diijinkan dengan syarat tidak mengganggu fungsi lindung kawasan. Hal khusus yang membedakan pengaturan pemanfaatan ruang di kawasan lindung tersebut di atas adalah fungsi masing-masing kawasan serta letaknya yang harus berada di sisi terkuar dari kawasan pesisir. a Kawasan Bergambut Kawasan bergambut berfungsi sebagai penambat air karena kemampuan mengikat air yang sangat tinggi, pencegah banjir dengan mengabsorbsi air yang datang, habitat flora dan fauna tertentu serta pembentuk ekosistem yang khas. commit to user 29 b Kawasan Sempadan Pantai Sempadan pantai berfungsi sebagai pengatur iklim, sumber plasma nutfah serta benteng wilayah daratan dari pengaruh negatif dinamika laut ataupun bencana kelautan. c Kawasan Pantai Berhutan Bakau Kawasan pantai berhutan bakau berfungsi sebagai sumber bahan organik, habitat berbagai hewan aquatik bernilai ekonomis tinggi, pelindung garis pantai dari abrasi, penahan intrusi air laut serta sebagai barier jika terjadi gelombang tinggi akibat dinamika laut ataupun kebencanaan. 2 Kawasan Budidaya Kawasan budidaya meliputi kawasan perumahan, kawasan industri, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan pariwisata, serta kawasan pelabuhan. Faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam pemanfaatan ruang kawasan budidaya adalah kawasan tersebut telah ditetapkan di dalam RTRW kabupaten dan Kota sebagai kawasan budidaya. a Kawasan perumahan Kawasan perumahan mempunyai fungsi utama sebagai tempat tinggal atau hunian yang dilengkapi dengan prasaranan dan sarana lingkungan. Kriteria pemanfaatan ruang kawasan perumahan adalah:  Tersedia sumber air yang cukup, sistem drainase yang baik dan sistem pengolahan sampah yang baik  Tersedia aksesibilitas yang baik ke pusat-pusat kegiatan maupun sarana publik  Terhindar dari bahaya abrasi pantai  Lebar garis sempadan 30-100 meter dari titik pasang tertinggi b Kawasan industri Kawasan industri merupakan kawasan untuk kegiatan industri pengolahan yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang dan memiliki kriteria pemanfaatan ruang sebagai berikut :  Penggunaan lahan disesuaikan dengan ketentuanperaturan yang berlaku  Tersedia akses ke pusat pelayanan niaga dan pelayanan pelabuhan  Tersedia sistem pengelolaan limbah dan drainase yang baik  Luas lahan disesuaikan dengan jenis industrinya  Membatasi penggunaan air tanah untuk mencegah intrusi air laut  Lebar garis sempadan pantai 100-300 meter dari titik pasang tertinggi commit to user 30 c Kawasan perdagangan dan Jasa Kawasan perdagangan dan jasa merupakan tempat pusat kegiatan perdagangan dan jasa dengan kriteri pemanfaatan ruang sebagai berikut :  Tersedia aksesibilitas yang memadai dan dapat menjangkau pusat pelayanan niaga pasar, pelayanan pelabuhan dan kawasan industri terkait  Tersedia saranan dan prasana utilitas  Pencemaran bahan buangan kapal harus diminimalkan  Lebar garis sempadan pantai 100-300 metrer dari titik pasang tertinggi d Kawasan Pariwisata Kawasan pariwisata merupakan kawasan yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan kegiatan pariwisata dengan kriteria pemanfaatan ruang sebagai berikut :  Tersedia sarana dan prasarana serta aksesibilitas yang tinggi ke pusat pelayanan niaga dan kesehatan  Pengaturan pemakaian air tanah yang disesuaikan dengan kapasits ketersediaan air tanah dan waktu yang dibutuhkan untuk pengisian kembali  Lebar garis sempadan pantai 100-300 meetr dari titik pasang tertinggi e Kawasan Pelabuhan Kawasan pelabuhan terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang, bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran, kegiatan penunjang pelabuhan dan antar moda transportasi. Pemanfaatan ruang kawasan pelabuhan mempunyai kriteria sebagai berikut :  Tersedia aksesibilitas yang tinggi ke pusat pelayanan distribusi barang dan penumpang  Penataan letak pusat-pusat pelayanan harus efisien dan efektif  Tersedia sistem pengolahan limbah  Pengawasan terhadap tingkat sedimentasi yang berpengaruh terhadap kedalaman laut terutama di sekitar dermaga dan akses keluar masuk kapal  Pengembangan teknologi yang menunjang aktivitas pelabuhan untuk mengantisipasi perubahan iklim yang berpengaruh terhadap fluktuasi pasang-surut, tinggi gelombang laut dan kesecapatan arus laut  Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan di sekitar pelabuhan untuk menjamin ketersediaan lahan untuk commit to user 31

2.8 Kerangka Teori

Gambar 2.14 Kerangka Teori Faktor Penetu Lokasi Aman Pada Daerah Terlanda Tsunami Cilacap Pada Tahun 2006 Teori Karakteristik Tsunami Teori Penggunaan Lahan Kawasan Pesisir 1. Pemahaman Kebencanaan Geologi Zakaria,2004 2. Pengertian dan Penyebab tsunami Hamzah Latief, 2007 3. Karakter Run up tsunami teori Imamura, 2001 ; USDA-NRCS, 1986 ; Oki Oktariadi, 2009 4. Karakter Innudation tsunami Journal Of The Tsunami Society Volume 24 Number 1 Published Electronically 2006 1. Pengertian kawasan pesisir Brahtz dalam Supriharyono, 2002: 2 ; Sorenson dan Mc. Creary dalam Clark 1996: 1; Ketchum dalam Kay dan Alder, 1999: 2; Beatley et al, dalam Dahuri, dkk , 2001: 9; Suprihayono, 2007: 14; UU No. 27 Tahun 2007 2. Karakteristik bentuk pantai kawasan pesisir Hantoro, 2004 3. Karakteristik ekosistem kawasan pesisir UU No.41982 dan UU No. 51990; Pritchard dalam Supriharyono, 2002: 12; Macnae dalam Supriharyono, 2007: 40; Supriharyono, 2007: 72; Dawes dalam Supriharyono, 2002: 62 4. Jenis Penggunaan lahan kawasan pesisir Skole dan Tucker dalam Rais, 2004: 157; Key dan Alder , 1998:25; Dahuri et al, 2001:122 ; Suprijanto, 2008: 295 5. Karaktersitik masyarakat pesisir Dietriech, 2001 ; Koentjaraningrat dalam Dietriech, 2001 ; Satria, 2002; anonim, 2008 Kriteria penggunaan lahan yang aman pada kawasan pesisir rawan bencana tsunami buku Operasional Program Penanganan Bencana Alam Bidang Penataan Ruang 2007 dan buku Menghadapi Bencana Tsunami disusun oleh Masy. Lingk. Binaan untuk Komisi Darurat Kemanusiaan NAD dan Sumut 2005 Kepekaan tsunami berdasarkan kelerengan pantai USDA-NRCS, 1986 Kepekaan tsunami berdasarkan kekasaran pantai Operasional Program Penanganan Bencana Alam Bidang Penataan Ruang, 2007; USDA-NRCS, 1986 Korelasi Guna Lahan dan Karakter Tsunami untuk menentukan Lokasi Aman Kawasan Pesisir dari Bencana Tsunami 32 commit to user 32

BAB III METODE PENELITIAN

Menurut Nazir 2003: 1, metode penelitian merupakan satu kesatuan sistem dalam penelitian yang terdiri dari prosedur dan teknik yang perlu dilakukan dalam suatu penelitian. Prosedur memberikan kepada peneliti urut-urutan pekerjaan yang harus dilakukan dalam suatu penelitian, sedangkan teknik penelitian memberikan alat-alat ukur apa yang diperlukan dalam melaksanakan suatu penelitian.

3.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang akan dipakai penulis dalam melakukan penelitian terkait pencarian faktor penentu lokasi aman pada daerah rawan bencana tsunami di Kabupaten Cilacap adalah pendekatan kuantitaif, dengan menggunakan jenis penelitian korelasi. Pendekatan kuantitaif merupakan suatu pendekatan yang bertujuan untuk membuat deskripsi objektif tentang fenomena terbatas dan menentukan apakah fenomena dapat dikontrol melalui beberapa intervensi 1 . Pendekatan kuantitatif tersebut dipilih karena tujuan penelitian yang akan dilakukan yaitu untuk mengetahui korelasi antara karakteristik bencana tsunami dengan penggunaan lahan pada Kabupaten Cilacap pada tahun 2006, tujuan penelitian yang mengarah pada korelasi lebih ke arah perhitungan statistik dengan menggunakan program aplikasi tertentu. Tujuan penelitian tersebut mengarah pada objetivitas, berusaha memelihara pandangan, biases dari pengaruh pengumpulan data dan analisis proses serta melibatkan interaksi minimal dan jika interaksi diperlukan wawancara diperlukan maka berusaha dibakukan prosesnya, hal tersebut merupakan salah satu cirri dari pendekatan kuantitatif. Selain itu, pendekatan yang digunakan di dalam teori ini adalah pendekatan deduktif dimana penelitian ini dideduksi dari teori tentang apa yang akan diamati, dalam hal ini teori terkait bencana tsunami dan penggunaan lahan. 3.2 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif, hal ini dikarenakan pada penelitian ini, Penulis bermaksud menggali lebih dalam karakteristik hubungan antara bencana tsunami dengan penggunaan lahan pada kawasan pesisir sehingga diketahui faktor penentu lokasi aman pada daerah rawan 1 Dr. Ir. Masyuri, MP dan Drs. Zainuddin, MA “ Metode Penelitian : Pendekatan Praktis dan Aplikatif”.2008. Hal. 14