peningkatannya yaitu siswa yang mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru mengalami peningkatan dari 58 menjadi 88, siswa
yang membuat rangkuman materi meningkat dari 12 menjadi 100, siswa yang membaca materi meningkat dari 74 menjadi 77, siswa
yang bertanya pada guruteman meningkat dari 38 menjadi 72, siswa yang berdiskusi dalam kelompok meningkat dari 69 menjadi 77,
siswa yang menanggapi pendapat guruteman meningkat dari 39 menjadi 73, siswa yang mengerjakan tugas kelompok meningkat dari
82 menjadi 89, siswa yang memiliki kepedulian terhadap kesulitan sesama anggota kelompok meningkat dari 43 menjadi 76, dan siswa
yang mengerjakan kuis dengan kemampuan sendiri mengalami peningkatan dari 89 menjadi 95.
Melihat dari hasil penelitian-penelitian relevan di atas menunjukkan bahwa pada setiap siklusnya terjadi peningkatan keaktifan dan prestasi siswa.
Metode pembelajaran STAD terbukti dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa. Metode pembelajaran STAD dapat diterapkan pada
semua mata pelajaran. Dengan demikian dalam penelitian ini akan menerapkan metode pembelajaran STAD pada mata pelajaran dasar-dasar
otomotif untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa.
F. Kerangka Berfikir
Mata pelajaran Dasar-Dasar Otomotif DDO merupakan salah satu mata pelajaran produktif yang secara umum masih berupa pelajaran teori
tentang pengenalan-pengenalan pada komponen-komponen otomotif. DDO
hanya dipelajari di kelas 1 SMK, yang siswa-siswanya masih cenderung pasif karena perubahan atmosfir lingkungan sekolah dari SMP ke SMK. Hal ini
menyebabkan siswa-siswa malu dan takut untuk bertanya pada guru jika belum memahami materi yang disampaikan guru. Meski belum mengerti
tentang materi pelajaran siswa hanya diam saja dan menerima apapun yang disampaikan oleh guru.
Berdasarkan pengamatan penulis, s
elama ini siswa
di SMK Piri 1 Yogyakarta
masih kurang aktif dalam mengikuti pelajaran DDO, hanya siswa yang pandai yang selalu berperan aktif dalam pembelajaran. G
uru-guru di SMK Piri 1 Yogyakarta dalam mengajar pelajaran DDO selama ini masih
menggunakan metode pembelajaran konvensional seperti metode ceramah, menulis di papan tulis, mendikte teks digunakan sebagai solusi atas kondisi
pembelajaran di kelas dengan jumlah siswa yang banyak. Pembelajaran dengan metode semacam ini dirasa sangat efisien dan tidak membutuhkan
usaha yang lebih mengingat materi pelajaran sebagian besar disampaikan melalui ceramah. Namun dapat dipahami bahwa tradisi mengajar dengan
mendominasi kegiatan kelas seperti ceramah, menulis di papan tulis terus- menerus atau mendiktekan teks kepada siswa hingga akhir jam pelajaran,
tidak dapat dipandang sebagai mengajar yang sesungguhnya. Sebab, cara-cara seperti itu guru kurang tahu dengan pasti sejauh mana siswa menguasai
materi yang disampaikan, kadang-kadang siswa menafsirkan lain terhadap apa yang disampaikan guru, dan jika cara penyampaian guru kurang baik
maka hanya akan terjadi verbalisme. Hal ini yang menjadi indikasi penyebab rendahnya prestasi belajar DDO siswa.
Pembelajaran kooperatif menjadi salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi persoalan diatas. Metode ini menekankan pada
interaksi selama pembelajaran serta hubungan interpersonal siswa. Melalui metode kooperatif, para siswa akan saling berdikusi mengenai materi yang
akan mereka pelajari. Metode koorperatif memiliki nilai lebih dalam hal mengakomodasi potensi masing-masing siswa yang sangat beragam. Salah
satu metode yang efektif dalam penyampaian materi pelajaran DDO adalah metode pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dalam STAD siswa dibagi
menjadi kelompok-kelompok, masing-masing beranggotakan empat orang yang beragam dalam hal kemampuan, jenis kelamin, dan suku. Metode
pembelajaran tipe STAD dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa untuk menemukan informasi dari berbagai sumber dan belajar dari siswa sesama
kelompok. Selain itu anggota kelompok harus saling membantu dalam belajar agar semua siswa dapat menyumbang poin terbaik.
Metode pembelajaran kooperatif tipe STAD cocok diterapkan pada pelajaran DDO. Melihat karakteristik pelajaran DDO yang masih bersifat teori
dan membutuhkan pemahaman lebih, ditambah lagi siswa-siswa yang masih baru yang cenderung malu dan takut untuk bertanya pada guru. Dengan guru
menerapkan metode STAD
siswa dapat menemukan informasi dari berbagai sumber dan belajar dari siswa sesama kelompok.
Dimana tidak hanya siswa yang pandai yang akan selalu aktif tetapi semua siswa. Melihat cara-cara yang
diterapkan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD, dimana pembelajaran
terpusat pada siswa sehingga menuntut keaktifan siswa dalam belajar.
Di samping itu anggota kelompok dapat saling membantu menyelesaikan
masalah, siswa yang belum paham dapat bertanya pada teman sekelompoknya atau mencari jawaban bersama teman sekelompoknya.
Metode pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi siswa. Setelah guru menjelaskan
materi, maka pada setiap siswa dibagikan lembar tugas. Siswa mengerjakan soal- soal pada lembar tugas dalam kelompoknya masing-masing. Mereka harus
mendiskusikan jawaban mereka dengan anggota kelompok. Jika ada anggota yang belum memahami, maka teman sekelompok bertanggung jawab
menjelaskannya sebelum meminta bantuan guru. Diskusi belum boleh diakhiri sebelum mereka yakin semua anggota kelompok sudah memahami materi.
Setelah selesai mengerjakan semua soal maka pedoman jawaban dibagikan agar siswa dapat membandingkan jawaban dengan jawaban sebenarnya. Setelah
selesai diskusi kelompok berakhir maka dilakukan tes secara individu diakhir pertemuan.
Berdasarkan kerangka berfikir ini, maka pembelajaran kooperatif tipe STAD dipandang mampu memecahkan permasalahan tentang rendahnya prestasi
belajar DDO dan meningkatkan keaktifan siswa SMK Piri 1 Yogyakarta.
Melalui kerangka berfikir tersebut, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kondisi awal pembelajaran DDO di SMK
Piri 1 Yogyakarta, selain itu juga melalui metode pembelajaran STAD dapat mengungkap bagaimana metode tersebut dapat memberikan efek tehadap
peningkatan keaktifan belajar siswa dan peningkatan prestasi belajar siwa.
G. Hipotesis Tindakan