4. Tolok Ukur Keaktifan Siswa
Menurut Uzer Usman 2009:23 menyatakan bahwa cara apapun yang digunakan pada wktu belajar mengandung unsur keaktifan pada diri
siswa meskipun kadarnya berbeda-beda. Lebih lanjut Uzer Usman 2009:23-25 menguraikan beberapa pendapat dari para ahli tentang
mengukur kadar keaktifan siswa dalam belajar, yaitu: a.
Mc Keachie 1954 mengemukakan tujuh dimensi dalam proses belajar-mengajar dimana terdapat variasi kadar keaktifan belajar
siswa, yaitu sebagai berikut: 1
Partisipasi siswa menentukan tujuan kegiatan belajar-mengajar. 2
Penekanan pada aspek afektif dalam pengajaran. 3
Partisipasi siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar- mengajar, terutama yang berbentuk interaksi antar siswa.
4 Penerimaan guru terhadap perbuatan dan sumbangan siswa yang
kurang relevan atau yang salah. 5
Keeratan hubungan kelas sebagai kelompok. 6
Kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengambil keputusan yang penting dalam kegiatan di sekolah.
7 Jumlah waktu yang digunakan untuk menangani masalah pribadi
siswa, baik yang berhubungan atau yang tidak berhubungan dengan pelajaran.
b. K. Yamamoto 1969 membedakan keaktifan yang direncanakan
secara sengaja intensional, keaktifan yang dilakukan sewaktu-
waktu insidental, dan sama sekali tidak ada keaktifan dari kedua belah pihak. Kadar keaktifan siswa digambarkan dalam diagram
berikut: Keaktifan Belajar
Keaktifan Mengajar
Ada Tidak Ada
Intensional Insidental
Ada Intensional
Belajar- mengajar
optimal Belajar-
mengajar kurang
berhasil Belajar-
mengajar gagal
Insidental Keberhasilan
adalah siswa sadar
Belajar- mengajar
acuh tidak acuh
Belajar tidak berhasil
Tidak Ada Murid
belajar sendiri
Reaksi tanpa niat
belajar Kegiatan non-
instruksional Gambar 2. Diagram Intensi Guru-Murid dalam Kegiatan Belajar
Mengajar Dari diagram diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar yang
optimal hanya mungkin apabila siswa dan guru melakukan keaktifan yang intensional. Apabila tidak ada keaktifan mengajar pada pihak
guru dan tidak ada keaktifan belajar pada siswa kegiatan itu bukan kegiatan instruksional, melainkan kegiatan non-instruksional,
mungkin berupa percakapan biasa. c.
H. O. Lingren 1976 melukiskan kadar keaktifan siswa itu dalam interaksi antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa lainnya.
Dalam hal ini juga dikemukakan empat jenis komunikasi atau interaksi antara guru dengan siswa seperti yang terlihat pada diagram
berikut ini:
G G
S S
S S
S S
Komunikasi satu arah Ada respon bagi guru
Tidak ada interaksi di antara siswa G
G
S S
S S
S S
S Ada respon bagi guru
Interaksi optimal antara guru-siswa Siswa berinteraksi
Interaksi antara siswa-siswa
Gambar 3. Diagram Jenis-jenis Interaksi dalam Belajar Mengajar d.
Ausebel 1978 mengemukakan penjernihan pengertian dalam mengkaji keaktifan dan kebermaknaan kegiatan belajar-mengajar
dengan mengemukakan dua dimensi, yaitu: 1
Kebermaknaan materi serta proses belajar-mengajar 2
Modus kegiatan belajar-mengajar Kadar keaktifan menurut Ausebel digambarkan pada diagram berikut
Belajar yang berarti
Penjelasan hubungan antara
konsep-konsep Pengajaran
terencana menggunakan
peragaan Penelitian ilmiah,
penemuan hal-hal baru
Ceramah atau penyajian
Pekerjaan laboratorium
sekolah Penelitian rutin
Belajar dengan menghafalkan
Buku teks Daftar
Penemuan rumus- rumus
Teka-teki coba- coba
Perkalian belajar dengan menerima
Belajar dengan penemuan
terpimpin Belajar dengan
penemuan sendiri
Gambar 4. Diagram kadar keaktifan siswa dalam belajar ditinjau dari keberartian bagi dirinya
Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kadar keaktifan siswa dapat dilihat dalam interaksi antara siswa dengan guru
dan siswa dengan siswa lainnya.
D. Deskripsi Mata Pelajaran Dasar-Dasar Otomotif DDO