Fasilitator Pendidikan Orang Dewasa

59 5 Menengahi perdebatan Perbedaan presepsi atau pendapat dapat menimbulkan diskusi yang baik namun perbedaan yang berlarut larut akan berakibat pada ketidak tercapaian tujuan. Sehingga fasilitator harus bertindak obyektif dalam hal seperti ini 6 Mengkoordinasi dan menganalisis informasi Koordinasi dan analisis yang jelas antara informasi informasi yang diberikan oelh warga belajar adalah kunci untuk mempertahanakan keberlangsungan diskusi. 7 Meringkas hasil diskusi, fasilitator hendaknya merangkum atau menyimpulkan hasil diskusi Senada dengan penjabaran diatas Suprijanto 2007: 48 menyatakan sikap fasilitator adalah sebagai berikut: 1 Fasilitataor hendaknya bekerja dengan suasana hati yang menyenagkan, mempuanyai rasa tenggang rasa, jujur, terus terang, konsisten, menghargai, membuka diri dan respek terhadap peserta didik. 2 Mempunyai komitmen terhadap kehadiran, bersedia menghadiri pertemuan secara penuh. 3 Tidak menjadi ahli dalam mejawab pertanyaan, tidak diskriminatif dan suka membtu kesulitan warga belajar dalam hal pembelajaran 4 Membangkitkan kegiatan belajar, tegas dan menguasai kelas 60 5 Tidak memotong pembicaraan mencela, menyidir dan menanggapi pertanyaan secara emosional. 6 Menerima keterbatasan diri dan gagasan yang mungkin bertentangan dengan hasil yang diharapkan. 7 Memberi dorongan peserta didik untuk mengembangkan pribadinya 8 Mampu mengorganisasikan kelompok 9 Menumbuhkan prakarsa dan meningkatkan partisipasi peserta didik Lebih lanjut Suprijanto 2007: 50, menyatakan faktor yang mempengaruhi sikap dan fungsi peserta didik adalah sebagai beriku: 1 Karakteristik program Tujuan dan rancangan program akan sngat mempengaruhi sikap dan fungsi fasilitator. Jika tujuannya adalah menyampaikan hal baru maka faslitator lebih berfungsi sebagai penjeramah namun jika tujuannuya adalah kebersamaan tau penguatan organisasi maka posisinya adalah sebagai konsu. Lama proses fasilitatoran yang akan berlangsung juga mempengaruhi, misalnya waktu belajar yang pendek hanya sekali atau dua kali pertemuan maka fasilitator perlu merangsan atau mengarahkan proses belajar dengan menciptakan pengalaman belajar yang tepat seperti mengunakan alat peraga 61 uraian tertulis serta metode latiah atau ceramah. Harapan dan tujuan dari lembaga akan mempengaruhi gaya fungsi dan sikapnya dalam proses pembelajaran 2 Karakteristik peserta didik Komposisi peserta didik seperti status umur, latara belakang, jenis kelamin, tingkat fasilitatoran cara belajar dan lain lain akan mepengaruhi sikap pndidik. Semuanya harus diperhatikan sehingga fasilitator bisa mengambil sikap dalam proses pembelajaran. Harapan peserta didik, orang dewasa yang mnegikuti kegitan pelatihan atau pembelajaran umumnya memiliki motif dan tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan tersebut. 3 Karakteristik fasilitator. Profesi fasilitator, fasilitator sebagai suatu ribadi yang menpunyai latar belang, hobi, pengetahuan dan ketrampilan, hal itu semua akan mempengaruhi sikap fasilitator. Juga keadaan fasilitator seperti kecapeaan, kekhawatiran, kemaran dan kebingungan akana mengurangi aktivitas dalam memberikan bimbingan

j. Evaluasi Orang Dewasa

Evaluasi pendidikan orang dewasa penting dilakukan karena evalusi merupakan suatu cara untuk mengukur hasil dari kegiatan pendidikan. Manfaatnya adalah menentukan patokan awal, 62 mengtahuai keberhasilan suatu kegiatan, mengecek secara periodeik efektifitas program, memberikan rasa aman kepala pelaksana tugas memberi bukti kongkrit kepada pihak terahir. Meningkatkan sikap profesional kepada penerima evalusi. Menentukan seberapa dekat peserta didik secara individual dan keseluruhan kelas telah mencapai tujuan umum yang telah ditentukan. Mengukur tingkat perkembangngan yang telah dicapai pada waktu tertentu, menentukan efektifitas bahan metode dan kegitan pembelajaran, memberikan informasi yang bermanfaat bagi warga belajar, fasilitator dan masyarakat pada umumya.

B. Penelitian Yang Relevan

1. Puji Yanti Fauziah dalam penelitiannya yang berjudul Identifikasi Kebutuhan Belajar Orang Tua Warga Belajar PAUD di TPA Salman Al Farisi, Klebengan, Depok, Sleman DIY. Pada penelitian tersebut menjelaskan bahwa umumnya orangtua memiliki kesadaran yang tinggi terhadap pentingnya kebutuhan belajar yang lebih baik dan mendalam serta kesediaan dalam mengikuti pelatihan. Namum pada kenyataanya mereka tidak memiliki waktu cukup untuk sehingga program – program inovatif melalui model pembelajaran perlu ditingkatkan baik dari segi kualitas dan sosialisasinya. Sedangkan prescribed yang menjelaskan tentang kebutuhan materi melalui program keorangtuaan maliputi berbagai tips dan trik keseharian yang diperlukan sebagai unsaha untuk 63 menjadi orangtua yang lebih baik agar dapat memberikan stimulasi yang optimal bagi buah hati. 2. Citra Monikasari dalam skripsinya yang berjudul Pelaksanaan Program Parenting Bagi Orangtua Peserta Didik di Satuan Paud Sejenis Permata Hati Dusun Kutu Asem, Sindudadi, Mlati, Sleman Yogyakarta. Pada penelitian itu menyebutkan bahwa pelaksanaan program parenting bagi orangtua peserta didik dilaksanakan dalam waktu dua jam. Dalam proses pelaksanaan program parenting dimulai dengan perencanaan yang dibuat tertulis dalam rencana program tahunan SPS Permata Hati. Pelaksaaan program parenting dimulai dengan pembukaan, acara inti penutup. Evaluasi kegiatan mencakup seluruh kegiatan dari awal sampai akhir. Penerapan hasil belajar dari peogram parenting yang talah diterapkan dalam pengasuhan anak dalam keluarga. Salah satu contoh adalah saat anak menangis karena mainanya direbut teman, orang tua menenangkan dan menasehati anak untuk mengambil mainannya sendiri dan dan mengatakan pada temannya apabila ingin meminjam mainan harus minta ijin dahulu. 3. Panduwati program studi Pendidikan Luar Sekolah Universitas Negeri Yogyakarta dalam skripsinya yang berjudul Rintisan Program Parenting Training Studi Kasus Pada Kelompok Bermain Taman Firdaus Di Dusun Kepek Timbulharjo Sewon Bantuk Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 20013. Pada penelitian ini menjelaskan bagaimana upaya yang dilakukan pengelola dalam rangka 64 merencanakan rintisan program parenting training adalah melakukan koordinasi pengelola, membentuk kelompok orangtua, merencanakan kegiatan bersama orangtua, merancang konsep program pendidikan dan pelatihan untuk orangtua. Upaya yang dilakukan berkaitan dengan pendidikan orang dewasa yng memposisikan orang dewasa bukan sebagai individu melainkan sebagai suatu komunitas sosial dan sebuah organisasi yang diharapkan mampu seiring sejalan dengan tujuan lembaga namum program ini belum menjadikan orangtua berperan secara aktif. Perencanaan dilakukan dengan merancang pembelajaran dan penyelengaraan program sesuai dengan kebutuhan belajar orangtua. Pada prinsipnya pendidikan dilakukan dengan mengutamakan onsep pendidikan orang dewasa. Yang menjadi faktor penghambat dalam program ini adalah kurangnya komunikasi antara pengurus inti dan pengurus rintisan sehingga tidak terjadi kerjasama yang baik.

C. Kerangka Berfikir

Anak usia dini perlu memperoleh pendidikan sedini mungkin. Pertumbuhan dan perkembangan pada anak uasia dini 0 – 6th sagatlah pesat, sehingga perlu diperhatikan dengan baik. Pendidikan anak usia dini merupakan sarana untuk mengali dan mengembangkan potensi anak agar dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tahap perkembangannya. Pendidikan pada anak usia dini merupakan pembentukan dasar-dasar kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap pendidikan di jenjang selanjutnya. Pendidikan anak usia dini juga dimaksudkan sebagai peletak