PELAKSANAAN PENDIDIKAN KEORANGTUAAN PARENTING DI PAUD TERPADU YAYASAN PUTRA PUTRI GODEAN, SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

(1)

PELAKSANAAN PROGRAMPARENTINGDI PAUD TERPADU YAYASAN PUTRA PUTRI GODEAN, SLEMAN, DAERAH

ISTIMEWA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Kholisatul Nurjanah NIM 11102241038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

MOTTO

“Sungguh, tugas orangtua dan guru bukanlah mempersiapkan anak-anak memiliki prestasi akademik yang menajubkan, tugas mereka adalah membimbing

anak-anak agar mencintai ilmu, sehingga dengan kecintaan yang besar itu mereka akan bersemangat dalam belajar”

(Mohammad Fauzil Adhim)

“Tidak ada suatu yang tidak mungkin jika kau menyertakan Allah dan restu orangtua dalam setiap langkah”


(6)

PERSEMBAHAN

Atas Karunia Allah Subhaanahu Wata’ala penulis persembahkan karya tulis ini kepada:

Ibu dan Bapak, yang kasih dan cintanya yang tak pernah putus Almamaterku, tempatku menuntut ilmu selama ini


(7)

PELAKSANAAN PROGRAM PARENTINGDI PAUD TERPADU YAYASAN PUTRA PUTRI GODEAN, SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA

YOGYAKARTA Oleh

Kholisatul Nurjanah NIM.11102241038

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) pelaksanaan program parenting, 2) faktor pendukung pelaksanaan program parenting 3) faktor apakah yang menghambat pelaksanaan program parenting yang ada di Paud Terpadu Yayasan Putra Putri Godean.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode studi kasus, dan mengambil lokasi di Jalan Sokonilo, godean, Sleman, Yogyakarta. Subyek dalam penelitian ini adalah Pendidik, tenaga kependidikan dan orangtua siswa Paud terpadu yayasan putra putri godean. Pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Peneliti merupakan instrumen utama dalam melakukan penelitian, yang dibantu dengan pedoman observasi, dokumentasi, dan wawancara. Teknik yang digunakan dalam melakukan analisis data adalah reduksi data, penyajian data, dan pengambilan kesimpulan.Keabsahan data yang dilakukan untuk menjelaskan data dengan menggunakan triangulasi sumber.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Proses pelaksanaan program parentingdibagi menjadi dua kelompok yaitu program terencana yang terdiri dari pojok gizi dan kelas parenting, sementara program insidental yaitu konsultasi orangtua dan kunjungan rumah. 2) Faktor pendukung Faktor internal antara lain komitmen pendidik dan tenaga kependidikan dalam menjalakan program didukung dengan tersedianya sarana dan prasarana yang memadai serta turut aktifnya orangtua. 3) Faktor penghambat untuk kelas parenting yaitu waktu pelaksanaan yang belum pasti, sehingga sering terjadi kemunduran dari target semula dan kekurangan SDM.


(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah Subhaanahu Wa Ta’ala yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pelaksanaan Program Parenting Di Paud Terpadu Yayasan Putra Putri Godean, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Skripsi ini disusun guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa karya ini tidak akan terwujud tanpa adanya bimbingan, saran, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan penghargaan dan mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta atas segala fasilitas dan kemudahan yang diberikan demi kelancaran studi.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan demi kelancaran studi.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah dan Sekretaris Jurusan, yang sudah mendukung proses pembuatan skripsi dan pengarahannya.

4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan.

5. Bapak Dr. Sugito, M.A selaku Dosen Pembimbing, dengan kesabaran dari beliau yang sungguh berkesan dan banyak menginspirasi untuk penulisan skripsi ini.

6. Bapak Dr. Sujarwo, M.Pd selaku pendamping akademik selama perkuliahan. 7. Teruntuk keluarga, Bapak Trio Sudianto Sudiman dan Ibu Sulastri yang selalu

mendoakan, mendukung dan berusaha menjadi orang tua terbaik. Semoga Allah Subhaanahu Wa Ta’ala senantiasa membalas kebaikan dan kasih sayang beliau dengan Jannah. Aamiin


(9)

semoga Semoga Allah Subhaanahu Wa Ta’ala senantiasa membalas kebaikan dan kasih sayang, dengan riddho dunia dan Jannah. Aamiin

9. Teruntuk seluruh teman-teman Prodi Pendidikan Luar Sekolah angkatan 2011, atas persahabatan dan motivasi yang selalu diberikan.

10. Teruntuk keluarga Paud Terpadu Yayasan Putra Putri Godean atas kerjasama yang baik dan segala kebaikan yang diberikan.

11. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang peduli terhadap pendidikan terutama Pendidikan Luar Sekolah dan bagi para pembaca umumnya.

Yogyakarta, 16 Januari 2017


(10)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... .iii

HALAMAN PENGESAHAN... .iv

MOTTO ...v

PERSEMBAHAN ... .vi

ABSTRAK ... .vii

KATA PENGANTAR ... .viii

DAFTAR ISI...x

DAFTAR TABEL... .xiv

DAFTAR LAMPIRAN...xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1

B. Identifikasi Masalah...9

C. Pembatasan Masalah ...10

D. Perumusan Masalah ...10

E. Tujuan Penelitian ...10

F. Manfaat Hasil Penelitian...11

BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teori ...13

1. Kajian TentangParenting...13

a. Pengertian ProgramParenting...13

b. Macam ProgramParenting...15

c. Tujuan ProgramParenting...25

2. Pembelajaran Pendidikan Orang Dewasa dalamParenting...27

a. Sifat Dasar Orang dewasa dalam belajar...29

b. Ciri Belajar Orang Dewasa...30


(11)

d. Prinsip Belajar Orang Dewasa...32

e. Pendekatan Orang Dewasa dalam Belajar...33

f. Faktor yang Mempengaruhi Pembelajar Orang Dewasa...37

g. Tahapan Proses Belajar Belajar Orang Dewasa ...48

h. Implikasi dalam Praktek Pembelajaran Orang Dewasa...52

i. Fasilitator Pendidikan Orang Dewasa ...56

j. Evaluasi Orang Dewasa...61

B. Hasil Penelitian Yang Relevan ...62

C. Kerangka Berfikir ...64

D. Pertanyaan Penelitian...67

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ...69

B. Penentuan Subjek dan Objek Penelitian ...70

C. Setting Penelitian ...71

D. Teknik Pengumpulan Data...72

1. Observasi ...72

2. Wawancara ...74

3. Dokumentasi...75

E. Instrumen Penelitian ...76

F. Teknik Analisis Data...81

1. Reduksi Data ...81

2. Penyajian Data ...82

3. Penarikan Kesimpulan ...82

G. Keabsahan Data...83

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum PAUD Putra Putri Godean ...85

1. Letak Geografis ...85

2. Sejarah Berdirinya PAUD Putra Putri Godean ...86

3. Profil Paud PAUD Putra Putri Godean ...89

4. Visi Misi PAUD Putra Putri Godean ...90


(12)

6. Pendidik dan Peserta didik ...94

7. Sarana Prasarana ...97

B. Data Hasil Penelitian ...101

1. Tahap Pelaksanaan ProgramParentingdi PAUD Putra Putri Godean .101 2. Faktor Pendukung Pelaksanaan ProgramParentingdi PAUD Terpadu Yayasan Putra Putri Godean ...132

3. Faktor Penghambat Pelaksanaan ProgramParentingDi PAUD Terpadu Yayasan Putra Putri Godean ...136

C. Pembahasan ...137

1. Tahap Pelaksanaan ProgramParentingdi PAUD Putra Putri Godean .141 2. Faktor Pendukung Pelaksanaan ProgramParentingdi PAUD Terpadu Yayasan Putra Putri Godean ...155

3. Faktor Penghambat Pelaksanaan ProgramParentingDi PAUD Terpadu Yayasan Putra Putri Godean ...158

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...160

B. Saran ...161

DAFTAR PUSTAKA ...162


(13)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Perbedaan Andragogi dan Pedagogi ...27

Tabel 2.1 Staf Pendidik Paud Putra Putri godean ...94

Tabel 2.2 Staf Tenaga Pendidik Paud Putra Putri godean ...95

Tabel 2.3 Jumlah Peserta didik Paud Putra Putri godean...96

Tabel 3. Keadaan Ruang atau gedung...98

Tabel 4.1 Kondisi Alat Bermain Dalam Kelas...99


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1.Pedoman Observasi PAUD Putri Godean ...167

Lampiran 2. Pedoman Observasi orangtua ...168

Lampiran 3. Pedoman Observasi Pendidik dan Pengelola...170

Lampiran 4. Pedoman Wawancara Pengelola dan pendidik ...173

Lampiran 5. Pedoman Wawancara untuk Orangtua Peserta Didik...175

Lampiran 6. Pedoman Dokumentasi ...177

Lampiran 7. Analisis Data...178

Lampiran 8. Catatan Lapangan ...186

Lampiran 9. Daftar nama anak PAUD Putra Putri Godean ...204

Lampiran 10. Struktur Pengurus PAUD Putra Putri Godean...206


(15)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan dan perkembangan manusia tidak lepas dari pendidikan. Hal itu sesuai dengan pengertian pendidikan yang tercantum dalam sistem pendidikan nasional yang berbunyi “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.” Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal. Ketiga jalur pendidikan tersebut dapat saling melengkapi dan memperkaya. (UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 dan 13)

Pada hakekatnya pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang, pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Pendidikan non formal dan pendidikan informal adalah upaya pendukung dalam pendidikan formal. Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan keseteraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Pendidikan anak usia dini menjadi salah satu


(16)

ranah dalam pendidikan nonformal.( UU RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional Bab VI pasal 26 yaitu ayat :3)

Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasaan (daya pikir, daya cipta, kecerdasaan emosi, kecerdasan spiritual), soio emosional (sikap perilaku serta beragama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini(Yuliani N. Sujiono, 2011:6)

Seiring bertambahnya usia anak-anak membutuhkan rangsangan pendidikan yang lebih lengkap sehingga memerlukan tambahan layanan pendidikan di luar rumah yang dilakukan oleh lingkungan maupun lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD). Pada awalnya pendidikan anak usia dini muncul merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang di lakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang dikembangkan di Kabupaten Sleman untuk mempersiapkan anak masuk ke jenjang pendidikan dasar selalu meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011, terdapat play group (kelompok bermain) sebanyak 219 lembaga dengan


(17)

jumlah siswa 6.755 anak dan 1046 pamong belajar, Taman Penitipan Anak (TPA) 107 lembaga dengan jumlah anak yang dititipkan 2.739 anak dengan pamong belajar sebanyak 516 orang. Jumlah PAUD di Kabupaten Sleman menunjukkan bahwa pihak pemerintah serius dalam menangani dan melayani pendidikan untuk anak usia dini. Salah satu tujuannya adalah untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangannya.

Pertumbuhan dan perkembangan anak tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan perkembangan struktur otak. Stimulus dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan yang baik bagi otak, oleh karena itu perlu adanya pendidikan untuk anak usia dini. Menurut Clark (dalam Yuliani Nurani Sujono, 2009), pada waktu manusia dilahirkan kelengkapan organisasi otaknya mencapai 100 – 200 milyard sel otak yang siap dikembangkan dan diaktualisasikan untuk mencapai tingkat perkembangan optimal, tetapi hasil penelitian menyatakan bahwa hanya 5% potensi otak yang terpakai karena kurangnya stimulasi yang berfungsi untuk mengoptimalkan fungsi otak.

Pendidikan untuk anak usia dini penting, maka perlu adanya dukungan dari orangtua dalam mengoptimalkan pertumbuhan, perkembangan dan potensi pada diri anak. Peran orangtua dalam mensukseskan pertumbuhan, perkembangan dan potensi anak dapat diwujudkan salah satunya adalah dengan menjukan mendukung dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran erat kaitannya dengan berhasil


(18)

atau tidaknya nilai – nilai yang ditanamkan kepada diri anak baik di sekolah maupun di rumah.

Menurut Hibana dalam Partini (2010:56), Tugas pendidik disekolah tidaklah mengambil alih pendidikan dalam keluarga melainkan membantu orangtua untuk mengembangkan potensi anak. Pendidik utama untuk anak usia dini tetaplah kedua orangtua dalam keluarga. Orangtua perlu paham kebutuhan pendidikan anak-anaknya sesuai dengan umur dan tingkat perkembangan.

Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Yosephine Nurasih (1997: 93), orangtua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak, maka sudah menjadi kewajiban orang tua untuk melakukan pengasuhan dan pembinaan terhadap anak, agar ia dapat berkembang secara optimal sehingga menjadi generasi yang berkualitas dari segala aspek. Orangtua berkewajiban untuk memberi pendidikan kepada anak-anaknya. Anak selebihnya mengadopsi cara bertindak orangtua, perilaku ataupun perlakuan orangtua terhadap anak maupun faktor yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak.

Pendidikan dari orang tua kepada anak tidak hanya terapkan di dalam rumah tapi juga disekolah sebagai bentuk dukungan kegiatan belajar mengajar. Menurut Yasin Musthofa (2007: 53), Pendidikan dalam keluarga mempunyai makna Keluarga dan anak adalah: keluarga dijadikan sebagai lembaga pendidikan yang diselengarakan dan ditanggani langsung oleh kedua orang tua untuk menumbuhkan kemampuan dasar berupa


(19)

emosi terhadap anak, masa kanak-kanak awal atau antara usia 2-6 tahun agar sang anak dalam tingkah lakunya secara dewasa nanti, akan atau dapat mencerminkan sikap yang menjadi ciri dari kecerdasan emosi, yakni pengendalian diri dan empati. Kecerdasan emosi dan pengendalian diri merupakan nilai-nilai yang bisa ditanamkan dalam keluarga. Banyak aspek dan nilai-nilai lain yang bisa di tanamkan kepada anak dalam pendidikan keluarga.

Keluarga juga dapat diartikan sebagai unit sosial terkecil di masyarakat yang terbentuk atas dasar komitmen untuk mewujudkan fungsi keluarga (ayah, ibu, anak, nenek, kakek, paman, bibi dan anggota keluarga lain yang tinggal dalam satu rumah). Keluarga adalah lingkungan terdekat anak dan pada usia dini keluarga merupakan lingkungan ternyaman, lingkungan tempat mereka belajar dan lingkungan tempat mereka mengeksplorasi segala kemampuan. Oleh karena itu kegitan parenting di lingkungn PAUD perlu di optimalkan agar orangtua dapat mengoptimalkan tumbuh kembang anak dan bersinergi dengan pendidikan yang anak peroleh di sekolah.

Pendidikan bagi orangtua penting dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dalam mendidik anak maka muncullah konsep parenting pendidikan orang dewasa. Menurut Suprijanto (2005:11), Pendidikan orang dewsa andragogy berbeda dengan pendidikan anak-anak atau pedagogy. Pendidikan anak-anak berlangsung dalam bentuk identifikasi


(20)

dan peniruan, sedangkan pendidikan orang dewasa berlangsung dalam bentuk pengarahan diri sendiri untuk memecahkan masalah.

Pendidikan Keorangtuaan dapat diartikan sebagai suatu proses yang menumbuhkan keinginan untuk bertanya dan belajar secara berkelanjutan seumur hidup. Urgensi pendekatan dalam pendidikan keorangtuaan adalah memanusiakan manusia sebagai individu yang bebas berfikir, berkepribadian. Setiap individu bebas berfikir dan mengembangkan kemampuan sesuai dengan arah dan tujuan hidupnya. Jadi konsep pendidikan yang diangkat dari pendidikan orang dewasa adalah pengembangan potensi yang mereka miliki. “ Bagi Freire, Fitrah manusia sejati adalah menjadi pelaku atau subyek, bukan penderita atau obyek.(Agung Prihantoro dan Fuad Arif Fudiyartanto 2002:8)

Parenting adalah salah satu bentuk dari pendidikan keorangtuaan yang ada di lingkungan PAUD. Dewasa ini kegitan parenting berjalan dengan dinamika yang cukup tinggi baik secara formal maupun non formal. Kegiatan parenting umumnya dilakukan oleh suatu lebaga sekolah, baik SMA, SMP, SD maupun PAUD dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan bagi orangtua peserta didik. Pendidikan tidak hanya untuk peserta didik namun juga untuk orangtua dari peserta didik. Berjalannya program parenting diharapkan terbentuk keselarasan antara pendidikan yang anak peroleh di sekolah dengan pendidikan yang orangtua terapkan di rumah.


(21)

Menurut Jerome Kagan seorang psikolog perkembangan yang dikutip Okvina dalam Panduwati(2013) mendefinisikan parenting Sebagai:

Serangkaian keputusan tentang sosialisasi pada anak, mencakup apa yang harus dilakukan oleh orangtua / pengasuh agar anak mampu bertanggung jawab dan memberikan kontribusi sebagai anggota masyarakat termasuk juga apa yang harus dilakukan orangtua/ pengasuh ketika anak menangis, marah, berbohong, dan tidak melakukan kewajiban dengan baik yang di selengarakan oleh lembaga baik PAUD maupun TK.

Konsep dalam program parenting adalah memadukan pendidikan yang diperoleh anak di sekolah dengan di rumah. Hal yang seharusnya menjadi perhatian, utamanya untuk penyelenggara PAUD. Sebagai lembaga pendidikan anak usia dini seharusnya memfasilitasi lebih jauh untuk terlaksananya kegiatan parentingsecara keberlanjutan. Kegiatan ini bertujuan agar orangtua mampu menjalankan tugasnya sebagai pendidik utama bagi anak dan selaras dengan pendidikan yang diterima anak di sekolah.

Selaras dengan pernyataan diatas mengenai pentingnya kegiatan parenting maka Yayasan Putra Putri Godean mewadahi orangtua peserta didik dalam kegitan parenting. Kegiatan Parenting menjadi wadah komunikasi antara sekolah dengan orangtua peserta didik. Salah satu bentuk usaha lembaga bagi orangtua untuk saling berbagi informasi dan pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan pendidikan anak usia 0-6 tahun dirumah. Perenting yang dilaksanakan oleh Yasayan Putra Putri Godean telah berjalan secara keberlanjutan


(22)

Kondisi dari program parenting yang dilaksanakan di Paud Terpadu Putra Putri Godean telah berkelanjutan selama dua tahun terakhir. Keunikan dari program parenting yang ada Di Paud Terpadu Putra Putri Godean adalah setiap program yang ada berjalan berkesinambungan saling terhubung dan melengkapi antara program satu dan yang lain. Setiap program melibatkan orangtua untuk berkontribusi baik perencanaan maupun pelaksanaan.

Paud Terpadu Putra Putri Godean memiliki beberpa kegitan parenting yang telah berjalan antara lain kelas parenting, pojok gizi, hari konsultasi orangtua dan kunjungan rumah. kelas parenting dilakukan minimal 2 bulan sekali, pojok gizi sepekan sekali tiap hari Jum’at. Konsultasi orangtua dan kunjungan rumah dilakukan apabila dianggap perlu melihat kondisi yang ada. Kunjungan rumah dilakukan pihak sekolah sebagai sarana silaturahmi, menengok anak yang sakit atau ada hal yang perlu disampaikan secara pribadi kepada pihak keluarga.

Berkaca dari kegitan parenting yang diterapkan di yayasan putra putri godean layaknya semua lembaga pendidikan anak usia dini khususnya yang ada di Daerah Istimewa melaksanakan programparenting secara berkelanjutan. Meski tidak bisa dipungkiri dalam program parenting di yayasan putra putri godean masih memiliki keterbatasan. Namun, untuk saat ini belum semua lembaga pendidikan khususnya anak usia dini yang memfasilitasi orangtua dengan kegitanparenting.


(23)

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana pelaksanaan kegiatan parenting yang ada di Paud Terpadu Putra Putri Godean. Selain itu peneliti juga ingin mengetahui bagaimana faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan program parenting yang dilaksanaak oleh lembaga dan bagaimana keterikatan antara satu kegiatan dengan kegiatan yang lain. Dari beberapa aspek yang ingin diamati maka peneliti mengambil judul penelitian “Pelaksanaan ProgramParentingdi Paud Terpadu Yayasan Putra Putri Godean, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada dapat disimpulkan identifikasi masalah yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempenngaruhi keberhasilan pelaksanaan program parenting yang diterapkan di paud Terpadu Putra-Putri Godean antara lain:

1. Hingga tahun 2015 belum banyak lembaga Pendidikan anak usia dini di yogyakarta yang menjalankan program parenting secara berkelanjutan.

2. Tidak semua pendidik, pendamping maupun pengelola lembaga memiliki kompetensi di bidang PAUD sehingga perlu adanya persamaan presepsi dalam menyukseskan program parenting yang diselengarakan oleh Yayasan Putra Putri Godean


(24)

3. Pelaksanaan program parenting yang diselengarakan oleh Yayasan Putra Putri Godean belum memiliki panduan tertulis dan masih berbasis kebutuhan.

4. Pelaksanaan Kelas Parenting belum terjadwal dengan baik sehingga tak jarang mengalami kemunduran jadwal dari minggu yang telah ditargetkan.

5. Saat terjadi benturan jadwal antara kegiatanparentingdengan kegiatan pendidik di luar sekolah mengakibatkan kurangnya SDM di sekolah. C. Batasan Masalah

Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian lebih terarah, terfokus dan tidak menyimpang dari sasaran pokok penelitian. Oleh karena itu penulis memfokuskan untuk membatasi atas masalah-masalah yang terjadi pada Pelaksanaan Program (Parenting) di Paud Terpadu Yayasan Putra Putri Godean, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pelaksanaan program parenting yang ada di Paud Terpadu Yayasan Putra Putri Godean?

2. Bagaimana faktor pendukung pelaksanaan program parenting yang ada di Paud Terpadu Yayasan Putra Putri Godean?


(25)

3. Faktor – faktor apakah yang menghambat pelaksanaan program parentingyang ada di Paud Terpadu Yayasan Putra Putri Godean? E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui proses pelaksanaan program parenting yang ada di Paud Terpadu Yayasan Putra Putri Godean?

2. Mengetahui apa saja yang menjadi faktor pendukung pelaksanaan program parenting yang ada di Paud Terpadu Yayasan Putra Putri Godean?

3. Mengetahuin Faktor-faktor apakah yang menghambat pelaksanaan program parenting yang ada di Paud Terpadu Yayasan Putra Putri Godean?

F. Manfaat Penelitian

Setelah disebutkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka dalam pembahasan ini, peneltli berharap bagi lembaga yang bersangkutan, khususnya bagi peneliti dan para pembaca pada umumnya, adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan referensi baru terkait dengan kajian program PAUD terkait dengan pelaksanaan program parenting yang tepat untuk di terapkan dalam lembaga Pendidikan Anak Usia Dini.


(26)

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:

a. Bagi Peneliti dapat sebagai informasi dan menambah ilmu mengenai pelaksanaan program parenting yang ada di Paud Terpadu Yayasan Putra Putri Godean.

b. Bagi PAUD Terpadu di Yayasan Putra Putri Godean memperkuat model pelaksanaanparentingyang telah berjalan di lembaga. c. Bagi Orangtua murid PAUD Terpadu di Yayasan Putra Putri

Godean menambah pengetahuan mengenai pentingnya dukungan orangtua dalam megoptimalkan tumbuh kembang anak.


(27)

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori

1. Parenting

a. Pengertian Program Parenting

Anak usia dini berhak memperloleh pendidikan yang sesuai dengan tingkat perkembangannya baik di sekolah maupun di lingkungan rumah. Oleh karena itu pendidikan untuk orangtua atau dalamparenting mutlak dibutuhkan sebagai penyeimbang pendidikan yang anak usia dini peroleh di sekolah. Menurut Asolihin (2013), Pendidikan keorangtuaan adalah upaya pendidikan yang dilaksanakan oleh keluarga dengan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia dalam keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Keluarga adalah unit sosial terkecil yang ada di masyarakat. Keluarga terbentuk atas dasar komitment antar suami dan istri dalam mewujudkan fungsi sosial, fungsi pendidikan yang harus benar – benar di optimalkan sebagai mitra dari lembaga penyelengara pendidikan anak usia dini atau sering kita sebut dengan PAUD.

Pendidikan keorangtuaan atau parenting dalam hal ini program pendidikan keorangtuaan adalah usaha yang dilakukan lembaga untuk menyelaraskan program yang sekolah laksanakan dengan pengetahuan orangtua mengenai pendidikan untuk anak. Selaras dengan pengertian di atas maka Mukhtar Latif (2013: 206) mengungkapkan bahwa pendidikan orangtua (parenting) adalah pendidikan yang diberikan


(28)

kepada orangtua dalam rangka untuk mengetahui dan mengaplikasikan pendidikan yang tepat dalam mendidik anak usia dini terutama saat anak berada dalam lingkungan keluarga bersama orangtuanya dirumah. Program parenting digunakan sebagai wadah komunikasi antar orangtua, juga sebagai sarana komunikasi antara sekolah dengan orangtua mengenai program program yang akan diselengarakan dan sebagai sarana untuk mengajak orangtua secara bersama sama agar memberikan pendidikan dan pengasuhan yang terbaik untuk anak – anaknya.

Lebih lanjut Chabib Thoha (2013), menyatakan pendidikan keorangtuaan atau parenting merupakan suatu cara terbaik yang ditempuh oleh orang tua dalam mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak. Upaya orangtua dalam memenuhi tanggung jawab dapat diwujudkan dengan melakukan penataan lingkungan sosial mulai dari keluarga inti kemudian suasana psikologis yang orangtua ciptakan saat berinteraksi dengan anak. Hal ini penting dilakukan mengingat pada masa usia dini waktu anak-anak lebih banyak dihabiskan bersama orangtua dan kita perlu ingat bahwa orangtua adalah guru pertama dan utama untuk anak.

Selaras dengan beberapa pengertian di atas mengenai pendidikan keorangtuaan dalam parenting, Punnik (2010:10), dalam skripsinya juga memaparkan rangkuman mengenai parenting yaitu bagaimana orangtua membesarkan anak dan juga mendidik mereka


(29)

dengan cara yang terbaik. Pada usia pra sekolah khususnya, orangtua dan keluarga berperan sangat menentukan dalam membentuk fondasi kepribadian anak.

Kegiatan parenting tidak bisa lepas dari peran orangtua dan keluarga maka Yosephine Nurasih & Mujinem (1997: 93) dalam bukunya mengungkapkan bahwa sudah menjadi kewajiban orang tua untuk melakukan pengasuhan dan pembinaan terhadap anak, agar ia dapat berkembang secara optimal sehingga menjadi generasi yang berkualitas dari segala aspek. Orangtua berkewajiban untuk memberi pendidikan kepada anak-anaknya. Anak selebihnya mengadopsi cara bertindak orangtua, perilaku ataupun perlakuan orangtua terhadap anak maupun faktor yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak.

b. Macam – Macam Kegiatan Parenting

Mukhtar Latif (2013: 262) menyatakan bahwa dalam penguatan PAUD berbasis keluarga ada beberapa program yang dapat dikembangkan antara lain:

1) Kelas Pertemuan Orangtua (KPO)

KPO adalah wadah komunikasi bagi orangtua untuk salaing berbagi informasi dan pengetahuan tentang pelaksanaan pendidikan anak 0-6 tahun di rumah. Termasuk anggota keluarga kakek dan nenek serta orang lainnya yang tinggal serumah. Tujuannya untuk


(30)

meningkatkan pengetahuan , sikap dan ketrampilan anggota melaksanakan PAUD dalam keluarga.

Adapun tujuan KPO yaitu: Meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan anggota melaksanakan paud dalam keluarganya. Meningkatkan kepedualian orangtua yang mempunyai anak usia dini untuk mengirimkan anaknya ke lembaga paud. Kemudian point terahir adalah meningkatkan kesiapan keluarga yang belum mempunyai anak usia dini untuk melaksanakan pendidikan anak usia dini dirumah. Anggota keluarga disini yang utama adalah orangtua (ayah dan ibu) dan juga anggota keluarga lain seperti kakek nenek, paman, bibi dan lingkungan keluarga lain yang satu rumah dengan kita.

Kegiatan dalam kelas pertemuan orangtua ada bermacam macam, menurut Mukhtar (2014: 263-264), beberapa kegiatan yang bisa dilakukan yaitu: Curah pendapat, Sara sehan, simulasi, temu wicara, dan belajar ketrampilan tertentu. Beberapa paragraf dibawah ini akan mendeskripsikan kegiatan KPO.

Curah pendapat mempunyai tujuan mengumpulkan pendapat dari setiap anggota tanpa tanggapan antar peserta dengan peserta lain atau antar peserta dengan fasilitator. Kegiatan curah pendapat ini dilaksanakan tidak memerlukan adanya narasumber. Hasil yang diharapkan dari curah pendapat adalah daftar pendapat atau permasalahan sesuai dengan topik curah pendapat. Daftar pendapat


(31)

yang dihasilkan kemudian diolah dengan cara menyusun jumlah pendapat menurut urutan anggota yang menyetujuinya kemudian dimasukan kedalam hasil curah pendapat.

Kegiatan sarah sehan atau diskusi kemolpok dihadiri oleh satu atau lebih narasumber, namun antara anggota kelompok dan narasumber mempunyai kedududukan yangsama dalam mengemukakan pendapat. Kegiatan seperti ini lebih diharapkan pada pertukaran pendapat tentang topik bahasan dan tidak menjadi keharusan diperoleh kesepakatan bersama.

Simulasi umumnya dilaksanakan kelompok ditambah dengan keterlibatan orangtua dalam bermain peran. Pada ahir kegiatan kemudian didiskusikan apa saja hal-hal yang dilakukan, dilihat dari sikap yang dirasakan, pemahaman tentang pengetahuan dan ketrampilan yang telah diperoleh atau pengetahuan yang masih perlu diperoleh untuk melaksanakan peran tersebut.

Kegiatan temu wicara adalah diskusi yang lebih terbuka dan dua arah. Nara sumber disini berperan sebagai fasilitator dan moderator untuk mendistribusikan kesempatan bicara antar peserta secara adil dan seimbang. Pada akhir kegiatan temu wicara narasumber mnyimpulkan hasil diskusi berdasarkan pendapat para peserta.

Kegitan yang empelajari ketrampilan tertentu oleh orangtua lebih diarahkan kepada pemberian keterampilan secara individu


(32)

atau kelompok dengan tujuan peningkatan penguasaan ketrampilan tertentu. Kegitan ini dapat dilakukan baik melalui belajar bersama dengan melakukan kesepakatan atau dengan mendatangkan ahli. 2) Keterlibatan Orang tua di Kelompok Kelas Anak (KOK)

Yang dimaksud dengan Keterlibatan Orang tua di Kelompok Kelas Anak (KOK) adalah kegiatan melibatkan orangtua untuk membantu pendidik dalam proses pembelajaran di kelompok atau kelas anaknya. Orang tua dalam hal ini berkedudukan sebagai guru pendamping bagi guru dilembaga PAUD. Tujuannya untuk membantu pendidik agar proses pembelajaran lebih optimal dan meningkatkan pemahaman orangtua terhadap cara membelajarkan anak usia dini.

Keterlibatan Orang tua di Kelompok Kelas Anak (KOK) Mukthar dkk (2014:264) menyatakan ada lima tujuan dari KOK yaitu: (1) Meningkatkan ikatan ikatan sosial dan emosional antara orangtua pendidik dan anak, (2) Meningkatkan pemahaman orangtua terhadap cara membelajarkan anak usia dini, (3) Meningkatkan pemahaman orangtua tentang perilaku anaknya selama mengikuti proses pembelajaran sehingga dapat memberikan dukungan positif terhadap tingkat perkembangan anak, (4) Membantu pendidik agar proses pembelajaran lebih optimal, (5) Meningkatkan pemahaman orangtua akan tugas-tugas pendidik yang cukup berat sehingga dapat lenih menghargai dan


(33)

meningkatkan dukungan terhadap program yang dilaksanakan oleh lembaga.

Orangtua di posisikan sebagai guru pendamping dalam kelas. Harapannya keterlibatan orangtua dalam proses belajar mengajar dapat diterapkan atau diadopsi dalam pengasuhan dan penangganan anak ketika dirumah. Mengingat sebagian besar watu anak usia dini dihabiskan pada lingkungan keluarga.

Keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak juga dapat di wujudkan dengan bentuk dukungan program atau kerjasama antara orangtua dengan pihak guru atau lembaga. Lebih lanjut Potter yang dikutip oleh Partini (2010: 56), menyatakan keterlibatan orangtua dalam bentuk program dapat diwujudkan dengan menjalin kerjasama, sedangkan partisi pasi yang lebih merupakan kerjasama yang luas, misalnya ikut merusmuskan kurikulum, membantu pihak sekolah mencarikan dana atau tambahan alat alat permainan dan sebagainya.

Bentuk keterlibatan orangtua dapat dilakukan didalam kelas agar mengetahuai proses pembelajaran, ataupun keterlibatan yang lebih luas lagi yaitu memberikan bentuk dukungan sepenuhnya kepada sekolah untuk mensukseskan suatu program. Kegiatan semacam ini tentu dapat berkontribusi secara positif baik bagi sekolah maupun bagi para peserta didik. Salah satu bentuk dukungan orangtua juga dapat berperan secara proaktif menanykan


(34)

pengalaman anak disekolah dan juga menemani anak dalam mengerjakan tugas dari sekolah.

3) Keterlibatan Orang tua dalam Acara Bersama (KODAB)

Keterlibatan Orang tua dalam Acara Bersama (KODAB) adalah melibatkan orang tua dalam pelaksanaan kegiatan penunjang pembelajaran yang dilakukan di kelas. Tujuannya untuk mendekatkan hubungan antar orangtua, anak dan lembaga pendidikan. Kegaiatan yang dilakukan yaitu kegiatan di alam out bond, kegiatan edukasi seperti perayaan hari besar dan kunjungan ke museum.

Adapun tujuan dari (KODAB) yang dikemukakan oleh Mukhtar dkk (2014: 265) dalam bukanya yang berjudul Orientasi baru pendidikan anak usia dini teori dan aplikasi, KODAB memiliki beberapa tujuan yaitu: mendekatkan hubungan antara orangtua, anak dan lembaga pendidikan dan meningkatkan peran orangtua dalam proses pembelajaran

Berikut penjabaran dan contoh tentang (KODAB). Ada dua jenis kegiatan yang melibatkan orangtua dalam program KODAB adalah kegiatan di alam dan kegiatan edukasi lain yang sengaja dirancancang khusus oleh lembaga maupun orangtua. Kegiatan dialam umumnya dikelola oleh lembaga profesional seperti: tempat out-bond, kolam renang kebun binatang dan taman safari. Sementara kegiatan yang lebih mengarah pada edukasi dan


(35)

dirancang secara khusus adalah: perayaan hari besar, kunjungan ke musium, masjid, kereja, kantor pos, dan tempat tempat lain yang dari kunjungan tersebut memiliki nilai edukasi baik untuk orangtua maupun peserta didik.

Pada pelaksanaan kegiatan pendidik atau pendamping menjelaskan tugas orangtua dalama KODAB, selanjutnya keterlibatan orangtua dilakukan sejak sebelum kegiatansilakukan, termasuk koordinasi dan kerjasama dengan dengan lembaga profesional yang akan dikunjungi. Kegitan yang orangtua lakukan antara lain: (1) membatu pendidik dalam mendampingi anaknya dan anak anak lain mulai dari lembaga sampai ketempat tujuan kegiatan. Orangtua juga membantu pendidik untuk mencatat kejadian-kejadian penting yang muncul dalam kegiatan KODAB. (2) membantu pendidik dalam mengevalusi kegiatan KODAB yang telah dilaksanakan. (3) memberi saran tau masukan kepada pendidik berdasarkan hasil evaluasi dari kegiatan KODAB yang telah berlangsung.

Lebih lanjut Adhim Fauzil (2004: 8), menyatakan para orangtua memiliki pengaruh yang sangat besar bagi kehidupana anak-anak sejak awal kehidupan mereka, sebagai orangtua kita dapat memiliki kontak yang sangat akrab dengan anak kita sejak mereka masih kecil bentuk kontak ini membentuk kepercayaan, dengan kepercayaan anak tumbuh komitmen. Para orangtua yang


(36)

memiliki komitmen terhadap kesejahteraan anaknya dapat memiliki pengaruh yang sangat positif pada anak-anaknya.

Hubungan dan komunikasi yang baik harus terjalin tidak hanya antara orangtua dan anak, namun dengan lembaga pendidikan juga. Lembaga pendidikan anak usia dini, minimal memiliki program tiap semester seperti out bound, kegiatan edukasi dialam maupun perayaan hari besar yang membutuhkan keterlibatan orangtua dalam mensukseskan acara.

Membentuk lingkungan yang baik pada anak usia dini dibutuhkan adanya kerja sama antara anak, orangtua, guru dan lembaga pendidikan. Sejalan dengan Partini (2010:52), bahwa lingkungan tempat belajar anak perlu di desain sedemikian rupa agar nyaman dan mengasyikan sehingga anak betah di lingkungan belajarnya. Salah satu usaha yang dapat ditempuh lembaga untuk menjalin kedekatan dengan orangtua, guru maupun anak yaitu dengan kegitan out bound atau saat perayaan hari besar.

4) Hari Konsultasi Orang tua (HKO)

Hari konsultasi orangtua atau yang kita singkat dengan (HKO) adalah hari hari tertentu yang di jadwalkan oleh lembaga sebagai hari bertemu antara orang tua dengan pengelola dan atau ahli yang membahas tentang pertumbuhan dan perkembangan anak serta masalah masalah lain yang dihadapi anak. Meningkatkan kesadaran orangtua tentang pentingnya memperhatikan tumbuh dan


(37)

kembang anak usia dini dan meningkatkan kemampuan orangtua dalam melakukan pendidikan anak usiadini didalam keluarga.

Mukhtar dkk (2014: 266) menyatakan bahwa HKO mempunyai tujuan sebagai berikut: meningkatkan kesadaran orangtua tentang pentingnya memperhatikan tumbung dan kembang anak usia dini dan meningkatkan kemampuan orangtua dalam melakukan pendidikan anak usia dini didalam keluarga.

Komunikasi yang baik antara orangtua dan lembaga dapat diprogramkan melalui jadwal konsultasi orangtua. Hal ini dimaksudkan untuk memantau tumbuh kembang yang dialami oleh anak usia dini baik perkembangan dari pihak sekolah maupun laporan perkembangan dari orangtua ke pihak lembaga. Dengan demikian dapat terjalin komunikasi dua arah antara orangtua dengan pihak sekolah.

Sekolah atau lembaga dapat menfasilitasi pertemuan rutin yang mendatangkan ahli di bidangnya sehingga terjalin sharing yang membangun. Program sharing atau curah pendapat dapat dijadikan sebagai wajah komunikasi yang baik untuk mengukur tumbuh dan kembang baik oleh orangtua maupun sekolah. Hari konsultasi lebih ditekankan pada tanya jawab yang mendalam tengtang suatu maslah dengan seorang nara sumber. Nara sumber disini berfunngsi sebagai fasilitator yang menggali hal – hal yang berkaitan dengan permasalahan yang dialami oleh peserta.


(38)

5) Kunjungan Rumah

Kegiatan silaturahmi antara orangtua atau pengelola / pendidik kerumah orangtua yang bertujuan untuk mempererat hubungan , menjenguk, atau dalam rangka memberi / meminta dukungan tertentu yang dilakukan secara kekeluargaan. Adapun kegiatan ini memiliki tujuan untuk menjalin silaturahmi antara keluarga dan lembaga pendidikan anak usia dini, mengali informasi tentang pola pola pendidikan orangtua dan keluarga dan menemukan pemecahan msalah secara bersama terhadap masalah yang dihadapi oleh

Kunjungan rumah dilakukan apabila ada hal – hal yang bersifat pribadi yang sekolah perlu sampaikan kepada orang tua. Baik tentang tumbuh kembang anak, atau tentang permasalahan personal yang membutuhkan penanganan khusus dari pihak lembaga. Disisi positifnya kunjungan rumah bisa dilakukan misal anak atau orangtua sedang sakit ada dari pihak sekolah yang melakukan silaturahmi kerumah. Hal – hal tersebut diharapkan dapat menjalin hubungan yang baik antara lembaga dan orangtua.

Berbagai macam jenis pendidikan keorangtuaan yang telah dijabarkan di atas memiliki tujuan untuk mengoptimalkan komunikasi dua arah antara orangtua dan lembaga. Komunikasi yang baik antara orangtua dan lembaga bertujuan untuk mengoptimalkan tumbuh


(39)

kembang pada anak. Orangtua dirumah, bisa menerapkan program yang dijalankan dilembaga.

Keluarga adalah tonggak utama pendidikan anak usia dini. Selars dengan yang dinyatakan oleh T.O Ihromi (2004: 284), bahwa keluarga adalah wadah dimana sejak dini para warga masyarakat dikondisikan dan persiapkan untuk kelak dapat melakukan peran perannya dalam dunia orang dewasa. Melalui pelaksanaan peranan peranan itu pelestarian berbagai lembaga dan nilai nilai budayapun akan dapat tercapai dalam masyarakat bersangkutan. Dapatlah diibaratkan bahwa keluarga adalah jembatan yang menghubungkan individu yang berkembang dengan kehidupan sosial dimana ia sebagai orang dewasa kelak ia harus melakukan perannya.

c. Tujuan Programparenting

Sebagai orangtua kita perlu embangun kesadaran akan pentingnya mebangun kemandirian pada anak sejak usia dini. Lebih lanjut Mukhtar dkk (2014: 261), menyatakan bahwa tujuan dari pendidikan keorangtuaan adalah membangun pikiran orangtua sehingga dia mampu membangun anaknya. Anak menghabiskan waktu – waktu disekolah, dirumah dan di lingkungannya. Keberadaan anak dilingkungnnya mempunyai presentase yang besar yaitu 80%, sedangkan disekolah atau dilembaga pendidikan hanya 20 % artinya nak akan mendapat pembelajaran dari keluarga dan lingkungnnya.


(40)

Kewajiban dari orangtua adalah memberi perlindungan, memberi kasih sayang dan menjaga agar lingkungan anak tetap positif sehingga orangtua dapat mengoptimalkan tumbuh kembangnya. Orantua wajib menciptakan rasa aman dan nyaman bagi anak danmemberikan stimulus terhadap setiap perkembangan anaknya. Dengan demikian orang tua akanm membantu proses anak dalam perkembangnnya menuju dewasa. Megawangi ratna (2007), menyatakan kunci pembangunan bangsa ternyata terletak pada bagaimana para orangtua bisa mendidik anaknya dengan baik.

Orangtua dan pendidikan keorangtuaan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Jean Piaget yang dikutip oleh Teguh imam perdana (2012) mengatakan bahwa tugas orang dewasa adalah menyiapkan lingkungan yang memungkinkan potensi potensi anak bisa berkembang secara optimal, baik potensi nalar (intelegensia), rasa (emosi), spiritual, maupun ketrampilan motorik. Sebagai orangtua selayaknya kita perlu menyiapkan lingkungan dan respone yang baik terhadap tumbuh kembang anak sesui dengan umur dan tingkat perkembangan masing – masing anak.

Tujuan pendidikan keorangtuaan adalah orangtua untuk dapat bertanggung jawab secara sosial individu yang produktif tidak hanya membuat dia atau orangtuannya bangga tetapi junga masyarakat bangga akan usahanya. Melalui pendidikan keorangtuaan orantua menerima pendidikan yang berbeda dengan yang anak peroleh di


(41)

sekolah. Disini orangtua mencoba untuk mengembangkan potensi sosial , sedangkan di sekolah anak anak diajarkan secara ilmiah dalam sebuah rutinitas untuk dapat memfokuskan pada pengembangan intelektual.

2. Pembelajaran Orangdewasa dalamPerenting

Carr dan Ekmmis (1986: 101), Mengemukakan bahwa Persoalan pokok pendidikan orang dewasa kritis dan pedagogi kritis adalah sedikitnya praktek tapi banyak teori – tidak untuk menyatakan bahwa kebanyakan pengarang jarang membahasnya. Pedagogi kritis dan

pendidikan orang dewasa kritis merupakan wacana mengenai penting dan perlunya “menjadi kritis”.

Saleh marzuki (2010:168) Tabel matriks perbedaan antara orang dewasa dan anak-anak (andragogi dan pedagogi)

Tabel 1. Perbedaan Andragogi dan Pedagogi

No

Orang Dewasa Anak-anak

1. Orang dewasa memiliki pengalaman praktis dan pragmatis yang luas

Anak-anak mempunyai sedikit pengalaman pragmatis

2. Belajar berpusat pada pendalaman dan perluasan, dari pada pengalaman yang lalu, baik pengetahuan sikap dan

Belajar berpusat pada pembentukan dasar – dasar pengertian, nilai – nilai ketrampilan dan sikap –sikap


(42)

ketrampilan.

3. Hambatan – hambatan untuk mengubang tingkah laku bersumber dari faktor – faktor yang ada hubungannya dengan

lingkungan soalnya,

pekerjaannya dan kebutuhan dirinya untuk kelanjutan hidupnya

Hambatan untuk berubah datang dari faktor y – faktor yang ada, hubungannya dengan pertumbuhan fisik, tuntutan sosialisasi dan persiapan persiapan untuk kehidupan sosial dan pekerjaan yang akan datang 4. Kebutuhan belajar dihubungkan

dengan situasi yang akan datang

Kebutuhan belajar

berhubungan dengan pengembangan pola – pola untuk pengembangan yang akan datang

5. Orang dewasa tampak lebih menggunkan pikiran generalisasi dan abstrak

Anak-anak akan lebih menggunakan pemikiran kongkrit

6. Orang dewasa dapat

mengemukakan kebutuhan belajarnaya, sehingga dapat bernegosiasi dengan progremer dalam perencanaan

Anak-anak tidak dapat mengemukakan kebutuhan belajarnya dan karenanya cenderung ditentukan oleh ekspert


(43)

konsep diri yang mantap (organized and consintent) yang

memungkinkan untuk

berpartisipasi dan mandiri

terorganisasikan, yang memandandang diri anak masih tergantung

8. Orang dewasa ditugasi dan dibebani tanggungjawab oleh masyarakat

Belum dibebani tanggung jawab, dan sedang diharapkan untuk bertanggung jawab

a. Sifat Dasar Orang dewasa dalam belajar

Menurut Anisah basleman (2011: 16) sifat dasar orang dewasa dalam belajar adalah belajar kaitannya dengan tahap perkembangan kedewasaan. Belajar bagi orang dewasa berbasis pada kebutuhan. Pada usia dewasa kemampuan dan ketrampilan dasar juga dikembangkan agar makin banyak pegetahuan dari ketrampilan bagu yang bisa diperoleh sehingga akan lebih mantap dalam menempuh belajar lebih lanjut. Lebih lanjut Anisah basleman (2011: 16), Pada hakekatnya semua orang dewasa cenderung memperlihatkan keunikan gaya belajar di dalam ia melakukan kegiatan belajar. Keunikan itu berlatar pengalaman belajar yang telah diperolehnya sejak lahir. Perilaku orang dewasa dalam belajar murupakan hasil pengalaman belajar pada masa lalu.


(44)

b. Ciri Belajar Orang Dewasa

Suprijanto (2007: 44), dalam bukunya yang berjudul “Pendidikan Orang Dewasa” menyatakan ciri ciri belajar orang dewasa sebagai berikut:

1) Motivasi belajar dari dalam dirinya sendiri 2) Orang dewasa belajar jika bermanfaat baginya 3) Orang dewasa belajar jika pendapatnya dihormati

4) Perlu adanya saling percaya antara fasilitator dengan peserta didik 5) Suasana belajar yang menyenangkan dan menantang

6) Orang dewasa belajar ingin mengetahui kekurangan dan kelebihan dirinya

7) Orientasi belajar orang dewasa ber orientasi pada kehidupan nyata 8) Sumber bahan ajar orang dewasa ada pada diri mereka sendiri 9) Mengutamakan peran orang dewsa sebagai peserta didik 10) Balajar adalah proses emosional dan internal sekaligus 11) Belajar bagi orang dewasa adalah hasil mengalami sesuatu 12) Belajar adalah hasil kerjasama antara manusia

13) Terjadi proses timbal balik dan pertukaran pendapat 14) Belajar bagi orang dewasa bersifat unik

15) Orang dewasa umumnya mempunyai pendapat, kecerdasan dan cara belajar yang berbeda

16) Belajar bagi orang dewasa kadang kadang merupakan proses yang menyakitkan

17) Belajar adalah proses evolusi

c. Karakteristik Orang dewasa dalam belajar

Karakteristik belajar orang dewasa menurut Anisah basleman (2011: 27-28) yang dijabarkan pada alenia dibawah ini:

1) Perbedaan orientasi terhadap pendidikan dan belajar

Orintasi anak dalam mengunakan waktunya adalah ditempat bermain, dirumah atau disekolah berbeda dengan orang dewasa yang telah mempunai peran, tugas dan tanggung jawab pada suatu hal. Orang dewasa berpartisipasi dalam pendidikan namun tetap malakukan sesuatu seperti bekerja, berlibur, belanjar dan


(45)

lain lain. Menurut Kidd dalam Anisah basleman (2011:27) menyatakan bahwa minat orang dewasa lebih stabil dan mempunyai presepsi berbeda mengenai waktu. Mereka dapat menginternalisasi tujuan jangka panjang dan mengerjakan selama satu jangka waktu.

Kegiatan yang dilakukan orang dewasa bersifat kongkrit dan janrang yang berorien tasi pada jangka panjang atau dengan kata lain usaha untuk mencapai cita – citanya. Banyak dari orang dewasa merasa sudah tua dan tidak mampu lagi ntuk belajar. Menurut Kidd dalam Anisah basleman (2011:8) intervensi waktu bagi orang dewasa dalam suatu kegiatan sama pentingnya dengan keputusan untuk menanam modal atau berusaha. Salah satu yang membedakan antara orang dewasa dan anak anak dalam belajar adalah mereka memiliki kehidupan dan pengalaman yang lebih luas, mereka telah mampu mengidentifikasi sendiri atau dengan bantuan orang lain apa yang mereka butuhkan dan apa yang mereka pelajari.

2) Akumulasi Pengalaman

Lebih lanjut Smith dalam Anisah basleman (2011:28) menyatakan orang dewasa tampaknya mempunyai keuntungan potensial dan kekurangan atas pengalaman hidup yang silam dibandingkan dengan anak – anak. Pengalaman pada orang dewasa bersifat kualitatif tergantung pada luas peranan dan


(46)

tanggung jawabnya. Akumulasi pengalaman umumnya mencakup banyak kejadian yang berkesan pada orang dewasa.

3) Kecenderungan khusus

Menurut smith dalam Anisah basleman, menyatakan bahwa pertumbuhan idividual yang berkelanjutan, perubahan orientasi, asumsi dan pola hubungan orang dewasa memiliki fase perkembangan yang berbeda. Warga belajar dalam hal ini perlu menyadari bahwa pengalaman merupakan modal potensial dan potensi untuk belajar. Fasilitator dalam pendidikan orang dewasa perlu memperhatikan pengalaman dari warga belajar untuk menyeleksi metode penyampaian agar mampu membantu dalam mentransformasi pengalaman yang telah diperoleh terdahulu

Semantara karakteristik pembelajar dewasa menurut sudarwan danim (2010: 139) adalah sebagai berikut:

1) Pembelajar dewasa biasanya memiliki makud yang teridentifikasi 2) Pelajar dewasa biasanya memiliki pengalaman sebelumnya, baik

positif maupun negatif dengan pendidikan yang diselengarakan 3) Pelajar dewasa ingin segera mengambil manfaat dari hasil

belajarnya

4) Pelajar dewasa memiliki konsep diri secara satua arah d. Prinsip Belajar Orang Dewasa

Menurut Abdul Rahmat (2008: 57-76), prinsip – psinsip belajar orang dewasa adalah diuraikan sebagai berikut:

1) Mengasah Kemandirian,


(47)

a) Tidak terjadi penyeragaman pembelajaran, karena masing masing berbeda dalam pengalaman, pemikiran, konsep, dan afirmasi (pengakuan) terhadap kenyataan

b) Situasi saling mempercayai, bekerjasama dan salaing menghormati

c) Materi yang berkaitan dan berhubungan dengan keduanya. Dengan kata lain materi dibutuhkan dalam kehidupan warga belajar

d) Mereka merumuskan sendiri tujuan belajar yang hendak mereka capai

e) Situasi belajr dialogis

f) Pengalaman mereka itu dijadikan sebagai sumber belajar Mengingat orang dewasa memiliki perbedaan yang prinsipil dalam belajar dengan anak anak, dan mereke memiliki prinsip prinsip belajar yang khas maka dalam rangka mewujudkan pembinaan atau pengembangan masyarakat yang efektif dan efisien dalam arti berdaya guna bagi masyarakat yang notabenenya adalah dewsa. Maka tidak diragukan lagi menerapkan prinsip – prinsip belajar dewasa dalam kegiatanparenting.

e. Pendekatan Orang Dewasa dalam Belajar

Menurut Irya Srinivasan (1981:38-85) menyatakan bahwa pendekatan orang dewasa terhadap belajar dibedakan menjadi tiga pendekatan yaitu:

1) Pendekatan yang berpusat pada masalah

Kurikulum yang berpusat pada masalah mengarahkan pengalaman belajar pada masalah yang dihadapi warga belajar dalam kehidupan sehari hari untuk memperlihatkan kepada warga belajar bahwa pengetahuan yang diperoleh terkain erat dan gunanya dengan maslah yang dihadapi. Orang dewasa perlu di bangkitkan untuk


(48)

percaya pada kemampuannya sehingga mereka yakin bahwa dapat menyelesaikan maslah yang sedang dihadapi. Sangat penting untuk mengunakan metode diskusi dan curah pendapat untuk memancing pikiran kritis mereka.

Senada dengan Hamruni (110: 2012) menjabarkan beberapa tahapan dalam strategi pembelajaran berbasih maslah (problem solving) yang dicetuskan oleh jhon dewey yang dinamakan dnegan metode pemecahan maslah yaitu: (1) Merumusakan maslah, dan menentukan mslah yang akan di pecahkan, (2) Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa atau warga belajar meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang, (3) Merumuskan hipotesis, warga belajar merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya, (4) Mengumpulkan data yaitu mencarai dan mengambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah, (5) Menguji hipotesis, mengambil atau merumuskan kesimpulan berdasarkan kemungkinan yang telah diajukan. (6) Merumuskan rekomendasi pemecahan maslah, yaitu langkah warga belajar mengambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai dengan rumusan hipotesis kemudian ditarik kesimpulan.

Senada dengan Paul Eggen dan Don Kauchak (2012: 310) yang mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis maslah ada dua level yang berkorespondensi dengan tujuan belajar saaat


(49)

menggunakan model ini. Pertama siswa sebatas memecahkan suatu masalah dan memahami materi yang diwampaikan. Kedua siswa harus mengembangkan kemampuan pemecahan maslah dan menjadi murid yang mandiri. Fasilitator mengarahkan agar diskusi yang tercipta mengerucut kepada permasalahan umum yang dihadapi para orang dewasa dilingkungannya. Mulai dari masalah – masalah kecil yang biasa dihadapi oleh orang dewasa.

2) Pendekatan proyektif

Awal mula pendekatan pyoyektif digunakan secara ekstensif pada pilot kementrian pendidikan turki. Mempunyai format kurikulum sebagai berikut: Perencanaan kurikulum menjabarkan mata pelajaran dalam kurikulum yang kemudian dijadikan satu pelajaran yang kecil. Masing masing dipisah menjadi suatu maslah atau konsep. Kemudian secara tidak langsung maslah dijabarkan dalam bentuk peristiwa yang dramatis. Sehingga fasilitator mengarahkan peserta didik atau orang dewasa untuk berani berfikir kritis. Ilustrasi mengandung rangsangan dan kata kunci yang berkaitan dengan maslah atau konsep. Format lepas memungkinkan warga belajar ntuk melengkapi buku bacaan dengan menambahkan selembar atau dua lembar pada bagian tertentu.

3) Pendekatan aktualisasi diri

Pendekatan aktualisasi diri adalah istilah yang digunakan oleh maslow dalam mengambarkan kemanusiaan secara utuh, seperti


(50)

pertumbuhan, dan pendidikan mewujudkan diri sebaiknya dialami oleh diri sendiri. Empat ciri pendekatan aktualisasi diri sebagai berikut:

a) Proses berpusat pada warga belajar dan proses digerakan oleh warga belajar

Pendekatan ini mirip dengan pendekatan yang di kembangkan oleh Carl Rogers yang berpusat pada klien. Pendekatan aktualisasi diri lebih menekankan pada kepercayaan yang kuat akan kemampuan individu dalam mengatur kehidupannya sendiri.

b) Belajar sejawat (belajar antar teman sekelompokpeer learning) Proses mewujudkan diri dimulai dengan membina hubungan saling percaya antara fasilitator dengan warga belajar. Rasa saling percaya merupakan syarat utama untuk memajukan proses pertumbuhan dalam kelompok. Fasilitator hendaknya memposisikan warga belajar sebagai teman sejawat dan berusaha membina iklim saling menghargai dan saling menerima sepangjang pertemuan belajar. Harus ada rasa ikhlas dalam bergaul dan tetap konsisten dalam upaya membantu warga belajar memainkan perannya yang dominan.

c) Belajar memudahkan menciptakan konsep diri yang positif

Dalam pendekatan aktualisasi diri, faktor kunci yang mempengaruhi pemilihan suatu bagian ialah konsep diri, yaitu cara individu memandang bahwa dirinya menjadi bagian dari perubahan


(51)

yang ada. Peendekatan aktualisasi diri berpendirian bahwa perubahan akan sangat efektif bila dimulai dari diri sendiri, mengandalkan kemampuan diri secara lebih positif yakni lebih percaya akan kemampuan diri sendiri. Oleh dalam proses belajar fasilitator harus memberikan rangsangan yang mendorong prakarsa dari warga belajar.

d) Daya kyayal yang berdaya cipta (inovasi yang kreatif)

Dalam memecahkan suatu masalah perlu sebuah inovasi untuk menghasilkan hasil yang diatas rata – rata. Tujuan dari strategi ini adalah untuk merubah warga beljar dari penerima pesan menjadi komunikator dan pembuat keputusan yang aktif.

Menurut Maslow yang dikutip oleh Anisah (2011: 27), menyatakan bahwa seseorang yang pertumbuhannya termotifasi dapat menyelesaikan masalah dan konfliknya dengan usaha sendiri bukan bantuan dari luar.

f. Faktor yang Mempengaruhi Pembelajar Orang Dewasa

Anisah basleman (2011: 29), menyatakan bahwa secara umum faktor yang mempengaruhi pembelajaran orang dewasa adalah internal dan eksternal. Faktor internal adalah yang bersumber dari warga belajar sendiri, sementara faktor eksternal adalah yang bersumber dari pengaruh luar warga belajar. Berikut urain rinci mengenai faktor faktor yang mempengaruhi interaksi tau proses belajar sebagai berikut:


(52)

1) Faktor Fisiologis

Metode atau strategi penyampaian apapun yang digunakan oleh fasilitator peran pendengaran dan penglihatan sangat penting dalam proses belajar. Oleh karena itu fasilitator perlu memiliki pengetahuan yang memadai mengenai penglihatan dan pendengaran agar strategi belajar dan membelajarkan yang dipilih dapat secara optimal membantu proses interaksi belajar sehingga hasilnya dapat lebih efektif dan efisien. Berikut beberapa faktor psikologis yang mempengaruhi belajar orang dewasa: pendengaran dan penglihatan.

Pendengarann pendengaran dapat dikelompokan menjadi kejelasan pendengaran dan deskripsi nada. Kejelasan pendengan akan makin berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Pada usia 20-an tahun dapat mendengar pada jarak antara 8-10 meter sementara sesudah usia 40-an tahun akan berkurang menjadi 5meter yang terkadang dibantu dengan melihat gerakan mulut penutur. Deskripsi nada adalah kemampuan seseorang untuk membedakan nada rendah dengan nada tinggi. Sama seperti pada kejelasan pendengaran, deskripsi nadapun akan semakin berkurang pada skala waktu 20-an tahun dan sesudah 40-an tahun. Kecepatan kata yang dibutuhkan dan dapat dicerna oleh warga beljar pada usia 20-an tahun adalah 80 – 100 kata permenit.


(53)

Intensitas penglihatan atau kemampuan seseorang untuk melihat seiring bertambahnya usia akan semakain menurun. Jarak penglihatan dan kemampuan membedakan warna akan makan berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Begitupun dengan ketelitian penglihatan, orangdewasa dengan umur 20 tahun masih bisa mengalihkan tatapanya dengan jarak satu spasi antara baris satu dan baris selanjutnta berbeda dengan orang dewasa diatas 40-an tahun minimal jarak 40-antar baris 1,5 – 2 spasi. Kondisi penglihatan orag dewasa dipengaruhi oleh kondisi fisiologis, yaitu kesegaran jasmanai, kurangtidur atau sakit yang diderita. Dengan kata lain kondisi fisiologis mempengaruhi proses interaksi belajar. Oleh karena itu strategi dan metode pembelajaran perlu diperhatikan untuk mengoptimalkan kegiatan belajar. Jika kegiatan dilaksanakan siang atau sore hari maka kita bisa menyikapinya dengan sesuatu yng lebih komunikatif dan melibatkan warga belajar secara langsung.

2) Faktor psikologis

Faktor psikologis yang mempengaruhi proses interaksi belajar pada warga belajar pada garis besarnya dikelompokan atas aspek kecerdasan atau bakat, motivasi, perhatian, berfikir, ingatan atau lupa dan sebagainya.

Kecerdasan atau bakat adalah salah satu faktor yang menentukan berhasil atau tidaknya seorang dalam mengikuti


(54)

pembelajaran. Tugas fasilitator adalah mengoptimalkan kecerdasan dan bakat yang dimili oleh warga belajar. Daya kecerdasan seorang meningkat secara tajam sejak lahir hingga usia 20-an tahun, lalu mulai menurun pada usia 35-60 tahun, kemudian menurun tajam sejalan dengan menurunnya kesehatan seorang di usia tua.

Sejalan dengan Mouli yang dikutip oleh Anisah basleman (2011: 34), perbedaan individual dapat ditunjukan oleh tingkat kecerdasan dan usia seseorang, perbedaan baik yang memiliki IQ tinggi maupun memiliki IQ rendah cenderung makin bertambah sejalan dengan bertambahnya usia. Oleh karena itu fasilitator, tenaga kependidikan maupun dari pihak lembaga harus lebih peka terhadap kondisi dari masing masing warga belajar.

Motifasi berasal dari dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertindak melakukan suatu kegiatan dalam mencapai tujuan. Tujuan dari motifasi sendiri adalah: memberikan semnagat kerja atau belajar untuk meningkatkan kemampuan kerja atau belajar, meningkatkan salaing pengertian dan interaksi antara subyek dan obyek didik, meningkatkan efektifitas dalam mencapai tujuan pembelajaran. Motivasi seseorang sangat ditentukan oleh kuat lemahnya intensitas motifnya untuk melakukan kegiatan.


(55)

Senada dengan Dimyanti dan Mudjiono (2006: 109), menyatakan bahwa motivasi perlu dihidupkan terus dalam diri siswa untuk mencapai hasil belajar yang optimal, dan dijadikan dampak pengiring, yang selanjutnya menimbulkan belajar sepanjang hayat, sebagai perwujudan emansipasi kemandirian tersebut terwujud dalam cita cita atau aspirasi, kemampuan dan kondisi warga belajar untuk mengatasi kondisi lingkungan yang negatif begitu pula dalam menghadapi dinamika belajar ataupun dinamika hidup.

Motivasi memiliki fungsi memberikan kekuatan semnagat (energize) kepada seseorang dalam melakukan kegiatan belajar, mengarahkan (direct) diri pada kegiatan yang memerlukan motovasi, minat serta waktu agar individu lebih fokus dalam mencapai tujuannya, dapat memilih atau menekan tikah laku yang mendorong atau tidak hubungnnya dengan tujuan yang akan dicapai. Senada dengan pendapat Abdul Aziz Wahab (2012: 26), tentang bagaimana fasilitator mempengaruhi motivasi eksternal siswa sehingga diharapkan siswa akan bertindak sesuai yang diharapkan. Fungsi dari motivasi berjalan secara berkelanjutan. Awalnya motivasi memberikan semangat belajar kepa warga belajar, mengarahkan untuk melakukan kegiatan belajar atau pengalaman, kemuniatan menyusun tindakan untuk mencapai tujuan.


(56)

Bentuk dari motivasi ada dua yaitu internal dan eksternal. Daya tahan dan intensitas motivasi ekstenal agak kurang dibandingkan dengan motivasi internal. Tetapi pada kenyataanya banyak orang yang kurang memiliki motivasi internal dalam diri. Oleh karena itu fasilitator hendaknya berusaha membantu menimbulkan motivasi internal dalam diri warga belajar.

Motivasi dalam diri seseorang perlu dibina. Menumbuhkan dan mengembangkan minat dalam bidang garapannya bisa dimulai dengan diskusi dan aspirasi nilai nilai profesional yang diperoleh bidang yang digeluti. Mengelola situasi belajar melalui permainan dan metode belajar yang mengarah pda pengembangan motivasi warga belajar. Membagi tujuan jangka panjang atas tujuan-tujuan belajar (jangka pendek, menengah dan jangka panjang).

Anisah basleman (2011: 36), mengemukakan perhatian dapat diartikan sebagai pemusatan energi praktis, yang dilakukan secara sadar terhadap sesuatau (object atau materi pembelajaran). Perhatian memeliki beberapa jenis yaitu: perhatian yang disengaja dan timbul karena di programkan, perhatian spontal yang timbul tiba – tiba tanpa direncanakan, perhatian intensif berkait dengan kebutuhan dan kegemaran warga belajar, perhatian memusat terjadi karena obyek yang dipelajari membutuhkan ketelitian dan kecerdasan khusus, yang terahir adalah perhatian memancar hal


(57)

ini terjadi karena banyak obyek yang butuh untuk diperhatiakan dan merupakan tuntutan kegiatan.

Dalam menarik perhatian warga belajar fasilitator perlu banyak inovasi dalam pembelajaran, mengunakan alat dan media secara variataif, kegaitan belajar sesuai dengan kebutuhan warga belajar dan diakanya perlombaan antar individu atau kelompok kecil agar lebih menghidupkan suasana.

Lebih lanjut Anisah basleman (2011: 37), menyatakan berfikir adalah kegiatan mental yang berupaya melukiskan gagasan berdasarkan pengetahuan yang dimiliki dengan mempertimbangkan hubungan sebab akibat dan dirangkaikan secara logis dan rasional. Proses berfikir diawali dengan pembenukan pengertian inti sebagai titik tolak pengertian lebih lanjut. Pemahan dan identifikasi malasalah perlu dipikirkan, penyususan argumen untuk pembentukan pendapat kemudian diahiri dengan penarikan kesimpulan. Pembinaan dalam berfikir perlu dilakukan mengkaji masalah dan menemukan gagasan kemudian memberiikan argumen atas pengertian kuci yang telah dipelajari.

Kemudian Anisah basleman (2011: 38), menjabarkan ingatan atau memori adalah kegiatan kognitif yang memungkinkan seseorang dapat menemukakan kembali pengetahuan yang telah dimilikinya. Ada tiga fase dalam ingatan


(58)

yaitu fiksasi, retensi dan evokasi. Fiksasi adalah kegiatan mencamkan mencantumkan sesuatu yang berkesan kemudian menghubungkan dengan pengalaman yang dimiliki. Retensi adalah upaya penyimpanan kesan tanpa disadari dan akan muncul ketika meminta atau diperlukan. Evokasi atau reproduksi adalah aktualisasi atau penyadaran kembali kesan yang tersimpan.

Sejalan Mietzel yang dikutip oleh Anisah basleman (2011: 39), menyatakan seorang yang talah mempelajari unit pelajaran tertentu beberapa waktu kemudian tidak dapat lagi mengingat seluruh apa yang dipelajarinya. Oleh karena itu dalam belajar seseorang perlu mencatat karne dengan mencactat akan membantu seseorang dalam mengingat suatu saat ketika dibutuhkan.

Resitasi kembali dipaparan oleh Anisah basleman (2011: 41), menyatakan bahwa cara belajar untuk memproduksi pelajaran yang aktif baik dalam bentuk lisan maupun dalam bentuk tulisan. Dengan riviu atau resitasi warga belajar berusaha merangkum yang telah dipelajarinya, mengecek terhadap bahan pelajaran yg sedang dipelajari kemudian berusaha memusatkan perhatian terhadap bagian bagian yang sulit untuk dipahami.


(59)

3) Lingkungan belajar

Menurut abdul aziz wahab (2012: 26), sebelum siswa atau warga belajar menirima suasana kelas yang mendukung, maka fasilitator pelu menciptakan suasana tersebut. Fasilitator perlu bersikap fleksibel terhadap warga belajar, memposisikan sebagai teman dan tidak mengurui. Lingkungan belajar ada dua yaitu lingkungan dalam kampus dan lingkungan luar kampus. Lingkungan belajar dalam kampus adalah semua hal yang ada di lingkungan pendidikan (kampus atau sekolah) yang mendukung proses terjadinya belajar. Sehingga terjalin hubungan timbal balik yang baik antara warga belajar, sumber belajar dan fasilitator. Dari kondisi ini merangsang terwujudnya masyarakat yang gemar belajar. Lingkungan luar kampus mencakup topografi, flora, fauna serta serta penduduk dan jenis mata pencaharian penduduk disekitar kampus bisa menjadi sumber bahan ajar dan inspirasi bagi fasilitator dan warga belajar untuk menunjang proses belajar mengajar yang menyenangkan.

4) Penyajian

Sistem pembelajaran orang dewasa dapat mempengaruhi interaksi belajar antara lain: kurikulum, bahan ajar dan metode penyajian. Struktur kurikulum dalam kurikulum inti turut menentukan stategi belajar dan membelajarkan suatau mata pelajaran. Pada kurikulum inti bagian tentang garis garis besar


(60)

program pembelajaran dapat diketahui format belajar pada setiap pokok bahasan dan setiap mata pelajaran. Untuk setiap pokok bahasan telah dijabarkan jumlah jam pertemuan dan setiap jenis pengalaman belajar, teori, praktik, dan pengalaman lapangan.

Bahan belajar yang dipilih akan mempengaruhi jenis stategi belajar dan membelajaran yang akan digunakan. Bahan belajar yang perlu dipertimbangkan adalah sebagai berikut: ranah tingkah laku yaitu ditujukan untuk mengembangkan konsep, prinsip, teori pemecahan masalah, sikap serta ketrampilan. Derajar kesukaran bahan mencakup bahan yang sukan dapat disajikan lebih lama, cara penyajian yang berfariasi serta contoh yang lebih banyak. Jenis bahan yaitu bagaimana kita menentukan bahan yang bermakna atau yang berkaitan langsung dengan warga belajar agar lebih mudah dipelajari dan diajarkan. Luas dan jumlah bahan yaitu makin banyak bahan yang dipelajari makin banyak waktu yang dibutuhkan untuk menyajikan dan mempelajri bahan tersebut. Kemudian yang terahir adalah letak bagian dalam seluruh pembelajaran yaitu pokok – pokok yang disajikan pada minggu awal dan akhir akan lebih mudah dibandingkan pada minggu pertengahan.

Metode pembelajaran berkaitan erat dengan stategi serta kegiatan belajar dan membelajarkan yang dipilih dan disarankan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kriteria dalam pemilihan


(61)

metode penyajian yang menunjang stategi dan proses interaksi belajar antaa lain: metode yang dipilih sesuai dengan sifat dan hakikat tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, sesuai dengan bahan ajar yang disajikan dan sesuai dengan tingkat perkembangan dalam belajar.

Lain halnya dengan Suprijanto (2007: 41) yang menyatakan bahwa faktor faktor yang memmpengaruhi belajar orang dewasa adalah faktor ekternal dan internal. Faktor internal dapat dikelompokan menjadi dua faktor yaitu internal fisik dan internal non fisik. Internal fisik adalah umur pendengaran, penglihatan dan internal non fisisk adalah aspirasi bakat dan lain – lain. Sementara faktor eksternal fisik dapat berupa: keadaan ruangan perlengkapan belajar dan eksternal non fisik adalah dukungan keluarga dan teman.

Diatas kita telah menjabarkan mengenai faktor faktor yang mempengaruhi nelajar bagi orang dewasa. Berikut dijabarkan bagaimana faktor kunci sukses program belajar orang dewasa menurut sudarwan danim (2010: 140) disajikan berikut ini:

1) Lingkungan dimana peserta didik merasa aman, dan didukung kebutuhan individual dan keunikan yang terhormat, serta kemampuan dan prestasi hidup yang diakui dan dihormati 2) Sebuah lingkngan yang mendorong kebebasan, intelektual,


(62)

3) Lingkungan dimana guru memerlukan siswa dewasa sebagai teman, diterima dan dihormati sebagai orang dewasa cerdas, yang pendapatnya didengarkan dihormati dan dihargai

4) Belajar dengan mengarahkan diri sendiri, dimana siswa bertanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri

5) Menekankan pada tantangan intelektual menentang orang utuk melampaui tingkat kemampuan mereka sendiri.

6) Keterlibatan aktif dalam belajar, karena meraka memang tidak suka dengan tindakan pasif seperti mendengarkan ceramah Mekanisme umpan balik reguler bagi peserta dewasa untuk menceritakan pendidik seperti apa yang diakui bagi mereka dan apa yang mereka inginkan, serta perlu dipelajari. Pendidik mendengar dan melakukan perubahan berdasarkan masukan siswa.

g. Tahapan Proses Belajar Belajar Orang Dewasa

Proses belajar pada orang dewasa merupakan masalah yang kompleks. Dikatkan demikian karena dalam belajar terjadi proses interen dan proses eksteren. Suprijanto (2007: 40) menyatakan bahwa proses belajar terjadi dalam diri seseorang yang sedang melakukan kegiatan belajar tanpa terlihat secara lahiriah (terjadi dalam pikiran seseorang), oleh karena itu belajar disebut proses intern. Sedangkan yang tampak dari luar adalah proses ektern yang merupakan cerminan terjadinya proses interin pada diri peserta didik. Proses eksteren ini merupakan indikator yang menunjukan apakah dalam diri seseorang


(63)

telah terjadi proses belajar atau tidak. Maka dari itu fasilitator perlu mengarahkan proses ekstrn itu agar mempengaruhi proses interen. Suprijanto (2007: 40) menyatakan tahapan dalam proses belajar sebagai berikut:

1) Motivasi

Motivasi adalah keinginan untuk mencapai suatu hal. Apabila dalam diri peserta didik tidak ada kemauan untuk belajar maka proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik. Oleh karena itu fasilitator harus dapat menumbuhkan minat belajar pada diri peserta didik. Cara untuk menumbuhkan motivasi atau minat belajar pada diri peserta didik antara lain dengan: memberi nilai perkembangn belajar, memberi hadiah atau pujian, memberi tahu kemajuan belajar, memberi tugas yang menantang dan menciptakan suasana yang menyenangkan. 2) Perhatian dan Pembelajaran

Memusatkan perhatian saat proses pembelajran penting karena jika tidak terjadi proses tersebut maka proses pembelajaran akan mengalami hambatan. Fasilitator perlu menarik perhatian peserta didik seperti yang diyantakan oleh Rooijakkersd dalam Suprijanto (2007: 41), bahwa fasilitator perlu adanya fariasi tempo mengajar, nada gerakan dan teknik mengajar, penyisipan istirahat sejenak dan mengajukan dan menjawab pertanyaan.


(64)

Setelah memperhatikan pembelajaran seorang peserta didik akan mengerti, menerima serta menyimpan dalam pikiran. Rooijakkersd dalam Suprijanto (2007: 41) menyatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi penerimaan dan pengingatan seperti: struktur, makna, pengulangan pelajaran dan intervensi. Struktur adalah penjelasan pendidik jika mudah diterima dan di ingat peserta didik jika mempunyai struktur yang jelas. Makna, bahan pembelajaran yang disampaikan berkaitan atau ada hubungan dengan peserta didik maka pelajaran akan lebih bermakna, lebih mudah diterima dan mudah di ingat oleh mereka. Pengulangan dalam proses pembelajaran perlu untuk meningkatkan daya ingat peserta didik. Intervensi adalah kekalutan dalam diri seseorang akibat terlalu banyak menerima pelajaran sehingga perlajaran tersebut menjadi terdesak desak dalam pikirannya.

4) Reproduksi

Dalam proses belajar seseorang seseorang tidak hanya harus menerima dan mengingingat namun juga harus dapat menentukan kembali apa apa yang perna ia terima (reproduksi). Agar peserta didik mamapu melakukan reproduksi seorang fasilitator perlu membuat pembelajaran yang mengesankan. Informasi yang mengesankan akan masikn mudah untuk direproduksi. Informasi dikatakanmengesankan apabila jelas stukturnya, jelas garis arahnya dan penyamapaiannya dengan cara yang menyentuh perasaan atau tidak menggurui


(65)

5) Generalisasi

Pada tahap ini peserta didik peserta didik harus mampu menerapkan apa yang telah di pelajari dalam kehidupan sehari- hari. 6) Melaksanakan tugas belajar dan umpan balik

Setelah peserta didik dapat memahami dan menerapka yang diajarkan maka umpan balik perlu dilakukan oleh pendidik. Umpan balik berupa penjelasan mana yang benar dan mana yang salah. Dengan adanya umpan balaik tersebut peserta didik mampu mengetahui seberapa besar pemahaman dirinya terhadapa materi yang telah disampaikan.

Sementara menurut Paulina pannen dan Ida mlati sadjati (2001: 19) tahan proses belaja orang dewasa adalah sebagai berikut:

a) Kesadaran. Tahap pengenalan dan pejelasan tentang konsep matari yang akan dipelajari

b) Pengetahuan atau pemahaman. Tahap pejelasan tentang konsep teori prosedur dan prinsip – prinsip yang berlaku pada materi yang akan dipelajari

c) Ketrampilan. Tahap penguasaan suatu ketrampilan dan uji coba ketrampilan tersebut melalui praktek latihan.

d) Penerapan ketrampilan atau pengetahuan. Penerapan ketrampilan atau pengetahuan yang sudah dikuasai pada masalah masalah yang baru dan belum pernah diketahui.


(66)

e) Sikap. Taap menetapkan sikap berdasarkan pengetahuan dan ketrampilan yang sudah dimiliki.

h. Implikasi dalam Praktek Pembelajaran Orang Dewasa

Implikasi andragogi dalam proses pembelajaran perlu ditempuh langkah – langkah sebagai berikut perlu menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif. Langkah - langkah program peyusunan pendidikan orang dewasa menurut Malcolm Knowles dalam Sodiq A Kuntoro(1983:76) adalah sebagai berikut:

1) Menciptakan suatu struktur untuk perencanaan bersama

Idealnya dalam perencanaan pendidikan keorangtuaan perlu memperhatikan siapa saja yang terlibat dalam program. Pihak terkait yang terlibat dalam program adalah fasilitator, warga belajar, pihak lembaga dan bila perlu dari pihak masyarakat. Merakalah yang seharusnya terlibat mulai dari perencanaan program pelaksanaan hingga melakukan evaluasi bersama.

2) Menciptakan iklim belajar yang mendukung untuk orang dewasa belajar

Layaknya iklim belajar yang baik untuk programparenting adalah bersifat informal bukan formal. Iklim belajar bisa dibedakan menjadi dua yaitu Pengaturan lingkungan fisik dan non fisik. Pengaturan lingkungan fisik sebagai contoh adalah penataan runga belajar dan peralatan yang mendukung kegaitan beljar. Sementara lingkungan nonfisik yang perlu dibina dalah


(67)

membangun hubungan kersasama, salaing menghormati dan saling menghargai antara fasilitator dan warga belajar perlu dibina dengan baik. Fasilitator disini berfungsi sebagai membingbing atau membantu, bukan menghakimi.

3) Mendiagnosa sendiri kebutuhan belajar

Diagnosa kebutuhan yang baik harusnya melibatkan semua pihak yang terlibat dalam pembelajaran. Pihak tersebut adalah warga belajar, fasilitator, dari pihak lembaga, maupun perwakilan dari masyarakat jika dibuhkan. Hasil dari diagnosa kebutuhan yang dirumuskan oleh beberapa pihak akan menghasilkan tujuan besama.

4) Merumuskan tujuan

Dalam merumuskan tujuan hendaknya dijabarkan dalam bentuk tingkah laku yang akan dihasilkan untuk memenuhi tujuan tersebut.

5) Mengembangkan model umum (general design)

Kegitan ini merupakan artikulasi dari perencanaan program. Pada tahap yang perlu disusun seperti kelompok besar, kelompok kecil, team proyekmembaca dan lain lain. Kegitan tersebut perlu di organisasi secara harmonis untuk menciptakan pembelajaran yang berfasriasi.


(68)

6) Pemilihan dan pelaksanaan teknik material

Pada pendidikan orang dewasa perlu ditekankan bahwa fasilitator perlu menghindari tekhnik yang bersifat pemindahan pengetahuan. Fasilitator berfungsi sebagai pembingbing atau nara sumber. Kegitan belajar bersifat luwes nan informal.

7) Perencanaan evaluasi

Evaluasi pada pendidikan orang dewasa perlu dilakukan dua arah. Fasilitator warga belajar dan pihak lembaga jika diperlukan ikut berkontribusi dalam proses evaluasi. Sehingga diharapkan ada feedback untuk semua pihak.

Senada dengan pernyataan diatas Wahyudin supeno (2009: ), dalam bukunya yang berjudul “Sekolah Masyarakat” untuk menciptakan iklimpembelajran yang kondusif harus ditempuh langkah langkah sebagai berikut:

1) Pengaturan lingkungan fisik

Penataan lingkungan fisisk akan membuat orang dewasa merasa aman nyaman dan terbiasa. Oleh karena itu perlu memperhatikan hal berikut: penataan dan peralatan hendaknya disesuakan dengan kondisi orang dewasa, alat peraga audio visual yang dipergunakan hendaknya disesuaikan dengan kondisi orang dewasa, penataan ruang, pengaturan meja kursi dan perangkat lainnya memungkan terjadinya interaksi sosial


(69)

2) Pengaturan lingkungan sosial dan psikologis

Iklim psikologis merupakan salah satu faktor yang membuat orang dewasa merasa diterima dihargai dan didukung

a) Fasilitator bersifat membingbing dan mendukung

b) Mengembangkan suasana informal bersahabat, dan satai, lakukan bina suasana dan berbagai permainan yang sesuai c) Menciptakan suasana demokratis dan kebebasan untuk

menyatakan pendapat tanpa ras atakut d) Mengembangkan semangat kebersamaan e) Menghindari sistem intruksi dan indoktrinasi f) Menyusun kontrak belajar yang disepakati bersama 3) Diagnosis kebutuhan belajar

Dalam andragogi tekanan lebih banyak diberikan pada keterlibatan seluruh pembelajar atau peserta pelatihan dalam suatu proses diangnosis kebutuhan belajarnya. Melibatkan seluruh seakholder terutama pihak yang terlibat langsung dalam kegiatan. Mengembangkan suatu model kompetisis atau prestasi ideal yang diharapkan Menyediakan berbagai pengalaman yang dibutuhkan untuk hidup bermasyarakat. Lakukan perbandingan antara yang diharapkan dengan kenyataan yanga ada misal kompetensi tertentu.

Dalam kegiatan pembelajaran tentulah memerlukan kondisi yang nyaman aman dan kondusif. Suprijanto (2007: 46)


(70)

menyatakan Suasana belajar yang kondusif pada orang dewasa adalah sebagai berikut:

1) Fasilitator dapat mendorong peserta didik untuk aktif dan mengembangkan bakat.

2) Antara keduanya (fasilitator dan peserta didik) saling menghormati, menghargai dan percaya dan terbuka

3) Suasana penemuan diri, tidak mengancam dan mengakui kesan pribadi.

4) Suasana memperbolehkan perbedaan berbuat salah dan keragu-raguan (kebebasan berpendapat)

5) Memungkinkan peserta didik untuk belajar sesuai dengan minat perhatian dan sumberdaya lingkunagn.

6) Memungkinkan peserta didik untuk mengakuai dan mengkaji kelemaham pribadi, kelompok dan masyarakatnya.

7) Memungkinkan peserta didik untuk tumbuh sesuai dengan nilai dan norma yanga ada dimasyarakat.

Terciptanya suasanya yang kondusif dalamproses pembelajaran merupakan prasyarat utama dalam keberhasilan belajar. Fasilitator mendorong warga belajar untuk berani tampil baru, tampil beda dan berlaku dengan sikap baru dengan pengetahuan yang baru kearah yang lebih baik. Dalam pendidikan orang diwasa diperlukan adanya evaluasi bersama antara fasitator dan warga belajar. Hal tersebut dimaksudkan agar hasil dari diskusi atau pembelajaran dapat menajdi bahan renugan untuk warga belajar.

i. Fasilitator Pendidikan Orang Dewasa

Wahyudi Sumpeno (2009: 78) menyatakan pembelajaran orang dewasa akan lebih efektif bilana fasilitator tidak mendominasi, serta berupaya agar individu mampu menemukan alternatif untuk menemukan kepribadiannya sendiri. Orang dewasa pada hakikatnya berkembang dengan kreativitas yang dimilikinya seniri. Fasilitator


(71)

mendorong warga belajar agar mampu mengenali dan mengembangkan potensi mereka sendiri. Orang dewasa kan berperan aktif dalam roses pembelajaran apabila menjadi bagian dari tujuan dan terlibat dalam proses pembelajaran.

Lebih lanjut Wahyudi Sumpeno (2009: 82) menyatakan dalam andragogi fasilitator mempersiapkan perangkat atau prosedur agar mendorong melibatkan secara aktif warga belajar atau pendekatan partisipatif. Proses pembelajaran melibatkan aspek berikut:

1) Menciptakan iklim dan suasana yang mendukung untuk proses pembelajaran mandiri

2) Menciptakan mekanisme dan prosedur untuk perencanaan bersama secara partisipatif

3) Diagnosis kebutuhan belajar secara spesifik

4) Merumuskan tujuan yang memenuhi kebutuhan belajar 5) Merencanakan pola pengalamana belajar

6) Melakukan dan mngunakan penggalaman belajar dengan metode dan teknik yang memadai.

7) Meng evaluasi hasil belajar dan mendiagnosis kembali kobutuhan belajar

Suprijanto (2007: 46) menyatakanfungsi pendidik adalah sebagai berikut: Penyebar pengetahuan, pelatih ketrampilan, perancang pengalaman belajar, pelancar proses belajar, sumber informasi atau nara sumber, pemimpin kegaitan belajar, penjelas tujuan belajar sebagai tutor dan fasilitator.

Sementara menurut Paulina pannen dan Ida Mlati Sadjati (2001: 16) menyatakan dalam pendidikan orang dewasa fasilitator bukan lagi berperan sebgai guru yang menyampaikan pengetahuan, melaikan seseorang yang mengorganisai pengalaman pengalaman


(72)

dari kehidupan sebenarnya menjadi suatu pengalaman dan pengetahuan baru yang memberi arti bagi warga belajar. Penglaman tersebut terjalin dua arah antara fasilitator dan wargabelajar. Untuk hal tersebut diharapkan fasilitaor terampil untuk:

1) Memulai diskusi.

Diskusi yang baik dimulai dengan pertanyaan pertanyaan yang memancing warga belajar untuk berperan aktif dalam diskusi 2) Menyediakan informasi acuan

Diskui yang baik layaknya dimulai dengan informasi yang baik cukup sehingga pada pertenggahan diskusi tidak mengalami kemacetan atau kehabisan topik

3) Meningkatkan partisipasi

Hendaknya fasilitaor memberikan kesempatan kepada semua warga belajar untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran, tidak didominasi oleh satu atau dua orang saja.

4) Menentukan kriteria dan rambu rambu

Kriteria dan rambu rambu yang jelas seperti rancangan kegiatan pembelajaran akan memudahkan fasilitator agar tetap fokus pada tujuan meskipun dalam pelaksanaanya dapat dilaksanakan enggunakan berbagaimacam metode.


(73)

5) Menengahi perdebatan

Perbedaan presepsi atau pendapat dapat menimbulkan diskusi yang baik namun perbedaan yang berlarut larut akan berakibat pada ketidak tercapaian tujuan. Sehingga fasilitator harus bertindak obyektif dalam hal seperti ini

6) Mengkoordinasi dan menganalisis informasi

Koordinasi dan analisis yang jelas antara informasi informasi yang diberikan oelh warga belajar adalah kunci untuk mempertahanakan keberlangsungan diskusi.

7) Meringkas hasil diskusi, fasilitator hendaknya merangkum atau menyimpulkan hasil diskusi

Senada dengan penjabaran diatas Suprijanto (2007: 48) menyatakan sikap fasilitator adalah sebagai berikut:

1) Fasilitataor hendaknya bekerja dengan suasana hati yang menyenagkan, mempuanyai rasa tenggang rasa, jujur, terus terang, konsisten, menghargai, membuka diri dan respek terhadap peserta didik.

2) Mempunyai komitmen terhadap kehadiran, bersedia menghadiri pertemuan secara penuh.

3) Tidak menjadi ahli dalam mejawab pertanyaan, tidak diskriminatif dan suka membtu kesulitan warga belajar dalam hal pembelajaran


(74)

5) Tidak memotong pembicaraan mencela, menyidir dan menanggapi pertanyaan secara emosional.

6) Menerima keterbatasan diri dan gagasan yang mungkin bertentangan dengan hasil yang diharapkan.

7) Memberi dorongan peserta didik untuk mengembangkan pribadinya

8) Mampu mengorganisasikan kelompok

9) Menumbuhkan prakarsa dan meningkatkan partisipasi peserta didik

Lebih lanjut Suprijanto (2007: 50), menyatakan faktor yang mempengaruhi sikap dan fungsi peserta didik adalah sebagai beriku:

1) Karakteristik program

Tujuan dan rancangan program akan sngat mempengaruhi sikap dan fungsi fasilitator. Jika tujuannya adalah menyampaikan hal baru maka faslitator lebih berfungsi sebagai penjeramah namun jika tujuannuya adalah kebersamaan tau penguatan organisasi maka posisinya adalah sebagai konsu. Lama proses fasilitatoran yang akan berlangsung juga mempengaruhi, misalnya waktu belajar yang pendek hanya sekali atau dua kali pertemuan maka fasilitator perlu merangsan atau mengarahkan proses belajar dengan menciptakan pengalaman belajar yang tepat seperti mengunakan alat peraga


(1)

205

Reza Putra Medavin √ Sleman,19

Oktober 2010

Tugimin

21 Naura Alifa Bunga Ashar √ Sleman,2 Nop

2011

Ari Wibowo Indarto 22 Larasestri Daniswara

Nurcahyo

√ Yogyakarta,13

Sept 2013

Nugroho nurcahyo

23 Shaqiel Lionel Alfaru √ Yogyakarta, 9

Des 2012

Rubidi

24 Shaqiel Ronaldo Alfaru √ Yogyakarta, 9

Des 2012

Rubidi

25 Erlangga Nursatriadi √ Sleman, 2 Des

2014

Wisnu Hartono

26 Syakira √ Sleman, 7 Nov

2014

Nena Kurnia

27 Keenand Athaya Adhyatama

√ Yogya, 11

Maret 2013

Ageng Wahyudi

28 Jamine Khairunnisa √ Sleman, 7 Juni

2013 29 Tanaya Zulhi Carty

Asmoro

√ Sleman, 9

November 2011

Anggoro Gendro As

30 Zahra Aulia Nur Fadillah √ Sleman, 11

April 2012

Paijan

31 Amalina Febriyani √ Sleman, 9

Februarai 2011

Amir Mujib

No Nama Anak Usia

Tempat,

Tanggal Lahir Nama Orangtua 0/3 3/5 5/7

32 Yogi Daniswara √ Sleman, 4

April 2012

Nanang Pramujati

33 Audrey Irvana Putri √ Sleman, 2

Juni 2011

Irvan Nur Nugroho

34 Iinaas Nur Mufiid √ - -

35 Nazwa Mutiara Asyiffa √ Yk, 8 April

2010

Iwan Riadi

36 Farah Aida √ Sleman, 25

Februari 2010

Yudi Purnama

37 Sinathrya Abdi Negara √ Yk, 7 Maret

2010

Hendra Andrea

38 Zusan Ardan √ Sleman, 20

Oktober 2010


(2)

206

Lampiran 10. Struktur Pengurus PAUD Putra Putri Godean

Struktur Kepengurusan Paud Putra Putri Godean

Penanggung Jawab Sekolah

Maryadi, S.Pd

Pengelola

Novie Eviany, S.Pd AUD

Kepala Sekolah

Karin Martha Mikasari, S.Pd

GURU KELAS

ADMIN.KE

Sri Nining

Titin Sukrisni

Suryati

Nur Azizah, S.Pd

Supriyanti, SE

TUKANG KEBUN


(3)

207 Lampiran 11. Foto Kegiatan

Pojok Gizi Mengenal Lingkungan Sekolh

Mengenal Bagian Tubuh Ayam Mengenal Lele


(4)

(5)

(6)