EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN REMEDIAL MATEMATIKA UNTUK MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK PECAHAN DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA SMP NEGERI DI KABUPATEN KATINGAN

(1)

commit to user

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN REMEDIAL MATEMATIKA UNTUK MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK PECAHAN DITINJAU DARI

KREATIVITAS SISWA SMP NEGERI DI KABUPATEN KATINGAN

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh : R I A NIM : S850809112

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


(2)

commit to user

ii  

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN REMEDIAL MATEMATIKA UNTUK MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK PECAHAN DITINJAU DARI

KREATIVITAS SISWA SMP NEGERI DI KABUPATEN KATINGAN

Disusun Oleh : RIA S850809112

Telah Disetujui oleh Dosen Pembimbing Pada Tanggal :………

Pembimbing I

Drs. Tri Atmojo K., M.Sc, Ph.D Nip.19630826 198803 1 002

Pembimbing II

Drs. Suyono, M.Si

Nip.19500301 197603 1 002

Mengetahui Ketua Program Studi Pendidikan Matematika


(3)

commit to user

Dr. Mardiyana, M.Si Nip.19660225 199302 1 002

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN REMEDIAL MATEMATIKA UNTUK MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK PECAHAN DITINJAU DARI

KREATIVITAS SISWA SMP NEGERI DI KABUPATEN KATINGAN

Disusun Oleh : RIA S850809112

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji Pada tanggal ………

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua Dr. Mardiyana, M.Si ………

NIP. 19660225 199302 1 002

Sekretaris Dr. Riyadi, M.Si ………

NIP. 19670116 199402 1 001

Anggota 1. Drs. Tri Atmojo K., M.Sc, Ph.D ………

NIP. 19630826 198803 1 002

2. Drs. Suyono, M.Si ………

NIP. 19500301 197603 1 002

Surakarta, Februari 2011

Mengetahui Ketua Program Studi


(4)

commit to user

iv  

Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D Dr. Mardiyana, M.Si

NIP. 19570820 198503 1 004 NIP. 19660225 199302 1 002

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : R I A

NIM : S850809112

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul “EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN REMEDIAL MATEMATIKA UNTUK MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK PECAHAN DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA SMP NEGERI DI KABUPATEN KATINGAN” adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut ditunjukan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, 2011 Yang membuat pernyataan


(5)

commit to user

MOTTO

“Tidak ada hari yang dilewati dan menjadi sia-sia kalau anda

percaya bahwa Tuhan selalu bersama anda setiap hari ”

( Mazmur 8:1-10)

“ Kekuatiran hidup akan menjadi penambah beban dalam sebuah

masalah, hilangkan kekuatiran anda sebab dalam kuatir tidak

ada jalan keluar”

( Matius 6:25-34)

“ Kesabaran anda akan berbuah indah pada waktuNya ”

(Yakobus 5:7-11)


(6)

commit to user

vi  

PERSEMBAHAN

Tesis ini Penulis Persembahkan Kepada :

1. Orangtuaku Ayahnda Kristupel Cambie dan Ibunda Niris Naib Nanyan yang tidak lelah memberikan do’a dan restu, dukungan berupa moril maupun material sehingga saat ini bisa menyelesaikan studiku dengan baik.

2. Adik-adikku tercinta Purnama, Sari, dan Wahyu yang selalu pengertian serta memberi dorongan, bantuan dan berkorban sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

3. Keponakkanku tersayang Velia dan Jessica.

4. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah membantu terselesainya tesis ini.


(7)

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN REMEDIAL MATEMATIKA UNTUK MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK PECAHAN DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA SMP NEGERI DI KABUPATEN KATINGAN” Tidak lupa penulis menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat;

1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D, Direktur Program Pascasarjana UNS yang telah memberikan izin kepada penulis.

2. Dr. Mardiyana, M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNS yang telah banyak memberikan dorongan dan pengarahan kepada penulis.

3. Drs. Tri Atmojo K., M.Sc, Ph.D, Pembimbing I, yang telah banyak memberikan bimbingan dan dukungan penulisan tesis ini.

4. Drs. Suyono, M.Si, Pembimbing II, yang telah dengan kesabarannya memberikan bimbingan kepada penulis dengan baik.

5. Bapak/Ibu dosen Pascasarjana Pendidikan Matematika yang selama ini telah membimbing dan membina selama belajar.

6. Hendrik M. Lidie, S.Pd, Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Katingan Tengah Kabupaten Katingan yang telah memberikan ijin penelitian.


(8)

commit to user

viii  

7. Kasim Kiaji, S.Pd, Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Katingan Tengah Kabupaten Katingan yang telah memberikan ijin penelitian.

8. Harto, S.Pd, Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Katingan Tengah Kabupaten Katingan yang telah memberikan ijin penelitian.

9. Rekan-rekan guru yang ada di tempat penelitian, yang telah memberikan kesempatan dan membantu penulis dalam mengumpulkan data penelitian. 10.Keluarga dan rekan-rekan mahasiswa angkatan 2009 program studi

pendidikan matematika UNS yang telah membantu pelaksanaan penulisan tesis ini hingga selesai.

Semoga segala perhatian, dukungan, masukan, bimbingan dan perbuatan baik yang telah diberikan kepada penulis menyelesaikan tesis ini, kiranya mendapatkan berkat yang melimpah dari Allah SWT.

Surakarta, Januari 2011


(9)

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAK ... xvi

ABSTRACT ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Masalah ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... 7

1. Pengertian Belajar ... 7

2. Efektivitas Pengajaran ... 8

3. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar ... 10


(10)

commit to user

x  

5. Metode Pengajaran ... 19

a. Metode Diskusi ... 19

b. Metode Pemberian Tugas ... 21

6. Kreativitas ... 23

7. Prestasi Belajar ... 27

B. Penelitian yang Relevan ... 30

C. Kerangka Berpikir dan Perumusan Hipotesis ... 32

1. Kerangka Berpikir ... 32

2. Perumusan Hipotesis ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

1. Tempat Penelitian ... 36

2. Waktu Penelitian ... 36

B. Jenis Penelitian ... 37

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ... 39

1. Populasi ... 39

2. Sampel ... 39

3. Teknik Pengambilan Sampel... 39

D. Teknik Pengambilan Data ... 42

1. Variabel Penelitian ... 42

2. Metode Pengumpulan Data ... 43

3. Instrumen Penelitian ... 44

E. Teknik Analisis Data ... 50

1. Uji Keseimbangan ... 50

2. Uji Prasyarat untuk Anava ... 51

3. Uji Hipotesis ... 54

4. Uji Lanjut Anava ... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Pengujian Prasyarat Analisis ... 61


(11)

commit to user

1. Uji Prasyarat untuk Uji Keseimbangan ... 61

2. Uji Keseimbangan ... 62

B. Deskripsi Data ... 63

C. Pengujian Prasyarat untuk Anava ... 67

1. Uji Normalitas ... 67

2. Uji Homogenitas ... 69

D. Pengujian Hipotesis ... 70

1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama ... 70

E. Pembahasan Hasil Analisis Data ... 71

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ... 74

B. Implikasi 1. Implikasi Teoritis ... 75

2. Implikasi Praktis ... 76

C. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 78

LAMPIRAN ... 81


(12)

commit to user

xii  

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian... 36

Tabel 3.2 Desain Faktorial Penelitian ... 38

Tabel 3.3 Hasil Ujian Nasional Matematika Tahun 2008/2009 ... 41

Tabel 3.4 Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 ... 42

Tabel 3.5 Tabel Rataan ... 55

Tabel 3.6 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan ... 59

Tabel 4.1 Kategori Kreativitas Berdasarkan Skor... 67

Tabel 4.2 Rangkuman Jumlah Data dan Rataan Kreativitas ... 67

Tabel 4.3 Rataan Antar Sel ... 68

Tabel 4.4 Hasil Analisis Uji Normalitas ... 69

Tabel 4.5 Hasil Analisis Uji Homogenitas ... 71


(13)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus ... 81

Lampiran 2 RPP ... 87

Lampiran 3 Kisi-kisi Tes prestasi Belajar Matematika ... 120

Lampiran 4 Soal Tes Matematika ... 121

Lampiran 5 Kunci Jawaban dan Penyelesaian ... 128

Lampiran 6 Kisi-kisi Angket Kreativitas Belajar Matematika ... 140

Lampiran 7 Angket Kreativitas Belajar Matematika ... 141

Lampiran 8 Lembar Validasi Tes prestasi dan Angket Belajar Matematika .. 147

Lampiran 9 Uji Instrumen Soal Tes Matematika ... 159

Lampiran 10 Uji Instrumen Angket Kreativitas Matematika ... 167

Lampiran 10a Data Induk Penelitian ... 175

Lampiran 10b Data Kreativitas Belajar... 177

Lampiran 10c Data Kreativitas Gabungan ... 179

Lampiran 10d Rangkuman Data Amatan dan Jumlah Kuadrat Deviasi ... 183

Lampiran 10e Data Kreativitas Kelas Eksperimen 1 ... 184

Lampiran 10f Data Kreativitas Kelas Eksperimen 2 ... 185

Lampiran 11 Uji Normalitas Kemampuan Awal Siswa Kelas Eksperimen 1 ... 186

Lampiran 12 Uji Normalitas Kemampuan Awal Siswa Kelas Eksperimen 2 ... 189

Lampiran 13 Uji Homogenitas Kemampuan Awal siswa ... 190

Lampiran 14 Uji Keseimbangan Kelompok Eksperimen1 dan Kelompok Eksperimen 2 ... 193

Lampiran 15 Uji Normalitas Prestasi Belajar Matematika Pada Metode Pembelajaran Kelas Eksperimen 1 ... 197

Lampiran 16 Uji Normalitas Prestasi Belajar Matematika Pada Metode Pembelajaran Kelas Eksperimen 2 ... 200


(14)

commit to user

xiv  

Lampiran 17 Uji Normalitas Prestasi Pada Tingkatan Kreativitas Tinggi ... 203

Lampiran 18 Uji Normalitas Prestasi Pada Tingkatan Kreativitas Sedang ... 205

Lampiran 19 Uji Normalitas Prestasi Pada Tingkatan Kreativitas rendah ... 207

Lampiran 20 Uji Homogenitas Prestasi Pada Metode Pembelajaran... 209

Lampran 21 Uji Homogenitas Prestasi Pada Tingkatan Kreativitas Siswa ... 213

Lampiran 22 Uji Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama ... 219


(15)

commit to user

DAFTAR GAMBAR


(16)

commit to user

xvi  

ABSTRAK

Ria. EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN REMEDIAL MATEMATIKA UNTUK

MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK PECAHAN DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA KELAS VII SMP NEGERI DI

KABUPATEN KATINGAN. Pembimbing I : Drs. Tri Atmojo, K, M.Sc, Ph.D.

Pembimbing II : Drs. Suyono.M.Si. Tesis : Program Studi Pendidikan Matematika, Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta 2011.

Penelitian ini dilatar belakangi rendahnya prestasi belajar matematika siswa SMP Negeri di Kabupaten Katingan. Alternatif pembelajaran yang diterapkan adalah pembelajaran remedial matematika dengan menggunakan metode diskusi dan metode pemberian tugas pada materi pokok pecahan. Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Untuk mengetahui apakah pembelajaran remedial dengan metode diskusi memberikan prestasi belajar matematika lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran remedial dengan metode pemberian tugas.(2) Untuk mengetahui apakah kreativitas siswa yang berbeda memberikan prestasi belajar matematika yang berbeda pula. (3) Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara pembelajaran remedial pada metode diskusi dan pembelajaran remedial pada metode pemberian tugas dengan kreativitas tinggi, sedang dan rendah terhadap prestasi belajar matematika.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan populasinya adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri di Kabupaten Katingan. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Stratifiedcluster random sampling,

diperoleh SMP Negeri 1 Katingan Tengah dan SMP Negeri 2 Katingan Tengah. Selanjutnya dengan cara random diambil 2 kelas dari masing-masing sekolah, dan diperoleh siswa kelas VIIA dari SMP Negeri 1 Katingan Tengah dan siswa kelas VIIA dari SMP Negeri 2 Katingan Tengah sebanyak 72 siswa sebagai sampel eksperimen 1 sedangkan, siswa kelas VIIB dari SMP Negeri 1 Katingan Tengah dan siswa kelas VIIB dari sebanyak 65 siswa sebagai sampel eksperimen 2. Teknik pengumpulan data kemampuan awal sampel dengan menggunakan nilai raport SD kelas VI semester genap pada mata pelajaran matematika, dan untuk prestasi belajar matematika menggunakan tes prestasi, sedangkan untuk tingkatan kreativitas belajar matematika siswa menggunakan angket kreativitas belajar matematika.

Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu dilakukan uji keseimbangan menggunakan uji rerata t untuk mengetahui bahwa kelompok eksperimen 1 dan eksperimen 2 mempunyai kemampuan awal sama atau seimbang. Hasil uji keseimbangan adalah antara siswa pada model pembelajaran remedial dengan metode diskusi dan model pembelajaran remedial dengan pemberian tugas adalah seimbang. Pengujian hipotesis menggunakan anava dua


(17)

commit to user

jalan dengan sel tak sama dengan taraf signifikan α = 0,05. Sebelumnya dilakukan uji prasyarat yaitu: uji normalitas menggunakan uji Lilliefors dan uji homogenitas menggunakan uji Bartlett. Hasil uji prasyarat adalah sampel berasal dari populasi berdistribusi normal serta berdasarkan metode pembelajaran dan kategori kreativitas sampel berasal dari populasi-populasi yang mempunyai variansi homogen.

Dari hasil analisis disimpulkan: (1) Terdapat pengaruh yang berbeda antara siswa yang memperoleh model pembelajaran remedial dengan metode diskusi dengan siswa yang memperoleh model pembelajaran remedial dengan metode pemberian tugas, yaitu siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran remedial dengan metode pemberian tugas mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang mendapatkan model pembelajaran metode diskusi. (2) Kreativitas belajar matematika tidak memberi pengaruh yang berbeda terhadap prestasi belajar matematika, lebih jauh dapat disimpulkan bahwa siswa dengan kreativitas belajar matematika tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang sama dengan siswa kreativitas belajar matematika sedang dan rendah, dan siswa dengan kreativitas belajar matematika sedang mempunyai prestasi belajar matematika yang sama dengan prestasi siswa dengan kreativitas belajar rendah. (3) Tidak ada interaksi antara strategi pembelajaran yang digunakan dengan kreativitas belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa pada materi pokok pecahan. Pada model pembelajaran remedial dengan metode pemberian tugas, siswa yang mempunyai kreativitas belajar tinggi, sedang dan rendah mempunyai prestasi belajar yang sama. Sedangkan pada model pembelajaran remedial dengan metode diskusi untuk siswa yang mempunyai kreativitas belajar tinggi dan sedang mempunyai prestasi belajar yang sama, begitu juga untuk siswa yang mempunyai kreativitas belajar sedang dan rendah mempunyai prestasi belajar yang sama, demikian untuk siswa yang mempunyai kreativitas belajar tinggi mempunyai prestasi belajar sama dari pada siswa yang mempunyai kreativitas belajar rendah.

Kata kunci : Pembelajaran remedial, Prestasi Belajar Matematika, Metode diskusi, Metode Pemberian Tugas, Kreativitas Belajar Matematika


(18)

commit to user

xviii  

ABSTRACT

Ria. The Effectiveness of the Mathematics Remedial Learning to Overcome Learning Difficulties in the Main Topic of Discussion of Fractions Viewed from the Creativity of the Students in Grade VII of State Junior Secondary Schools in Katingan Regency. Principal Advisor: Drs. Tri Atmojo, K. M.Sc. Ph.D. Co-Advisor: Drs. Suyono, M.Si. Thesis: The Graduate Program in Mathematics Education, Sebelas Maret University 2011.

The background of this research is the low learning achievement in Mathematics of the students of state junior secondary schools in Katingan Regency. To deal with the case, the learning alternative of the remedial learning has been done through the application of the discussion and task-assignment methods on Fractions.

The objective of the research is to investigate whether or not: (1) the remedial learning of the discussion method results in a better learning achievement in Mathematics than that of the task-assignment method; (2) the students’ different creativities has given a different learning achievement in Mathematics; and (3) there is an interaction between the remedial learning of discussion method and that of task-assignment with high, medium, and low creativity toward the learning achievement in Mathematics which one of both remedial learning methods gives better mathematic learning achievement discussion to the students each with high, medium, and low creativity.

This research is a quasi-experimental research with the population of all 7th-grade students in Katingan Regency. The sampling is conducted in use of stratified cluster random sampling technique from SMP Negeri 1 of Central Katingan and SMP Negeri 2 of Central Katingan. Furthermore, 2 classes from each school are randomly taken and the students of Class VIIA of SMP Negeri 1 of Central Katingan and the students of Class VIIA of SMP Negeri 2 of Central Katingan as many as 72 students as Experiment Sample 1 while the students of Class VIIB of SMP Negeri 1 of Central Katingan and those of Class VIIB of SMP Negeri 2 of Central Katingan as many as 65 students as Experiment Sample 2. The data-collecting technique for the sample of initial ability is in use of the scores for Mathematics in the students’ report when they were in the 6th grade of primary school of the even semester. As for the learning achievement in Mathematics, the achievement test is in use, while as for the learning creativity level of the students, the learning creativity questionnaire in Mathematics is used.

Before the experiment is conducted, the balance test is conducted by using the t-average test to find out that Experiment Group 1 and Experiment Group 2 have the same or balanced initial ability. The result of the balance test between the students given the remedial approach of method discussion and that of task-assignment is balanced. The hypothesis is in use of the two-way Analysis of Variances with unequal cells with the significance level of α = 0.05. The


(19)

commit to user

prerequisite test is conducted by using the Liliefors test for its normality test and the Barlett test for its homogeneity test. The result of the prerequisite test indicates that the samples come from the population with normal distribution and from the population with homogeneous variances on the bases of the learning method and the creativity category.

Based on the result of two-way Analysis of Variances with unequal cells with the significance level of α = 0.05, this research concludes that on the 7th grade of junior secondary school in Katingan Regency in the Academic Year of 2010/2011: (1) there is a difference in mathematics learning achievement between the students who get remedial learning approach with discussion and those who get remedial learning approach with assignment giving, which means that the students get the learning in use of remedial learning approach with the method of assignment giving. The latter group of students obtains better mathematics learning achievement than the previous group, (2) mathematics creative learning is not significant on mathematics achievement learning. There is conclusion that the student with high mathematics creative learning have equal with middle and low mathematics creative learning, and the student with middle mathematics creative learning have equal student achievement with low mathematics creative learning (3) there is no interaction between the learning creativity on the learning achievement in mathematics on the main topic of fractions. The remedial learning approach with assignment giving, the students with the high, medium, and low learning creativity have the same learning achievement. In the remedial learning approach with discussion, the student with the high creativity and those with the medium learning creativity and those with the low learning creativity, both the students with the high learning creativity and those with the low learning creativity have the same learning achievement in the mathematics on the main topic of fractions.

Keywords: remedial learning, learning achievement, method of discussion, method of assignment giving, mathematics learning creativity


(20)

commit to user

 

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memiliki peran penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya. Sumber daya manusia yang berkualitas akan mampu mengelola sumber daya alam dan memberi layanan secara efektif dan efisien untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Upaya yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan bagi Bangsa Indonesia adalah diterbitkannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam Pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Konsep-konsep matematika yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan diberikan secara bertahap sesuai dengan perkembangan mental dan intelektual siswa. Konsep-konsep tersebut tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis dan sistematis mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks. Siswa yang tidak menguasai bahan secara tuntas dianggap mengalami kesulitan belajar. Seperti diungkapkan Abin Syamsudin Makmun (2004: 308) bahwa ”Seorang siswa diduga mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajar


(21)

commit to user

2

tertentu”. Dalam pelajaran matematika hal tersebut dapat mempengaruhi penguasaan bahan belajar selanjutnya. Rendahnya prestasi belajar matematika yang ada ditinjau dari data nilai rata-rata UN SMP tahun 2009 sebesar 5,07 di Kabupaten Katingan, mungkin disebabkan kurang tepatnya guru dalam memilih metode pembelajaran.

Proses pendidikan dalam sistem persekolahan di indonesia umumnya belum menerapkan pembelajaran sampai anak menguasai materi pembelajaran secara tuntas. Kebanyakan guru dalam mengelola pembelajaran, hanya berpindah dari satuan pembelajaran satu ke satuan pembelajaran berikutnya, tanpa menghiraukan siswa-siswa yang lamban, kurang memahami, atau bahkan gagal mencapai kompetensi-kompetensi yang direncanakan. Akibatnya tidak aneh bila banyak siswa yang tidak menguasai materi pembelajaran meskipun sudah dinyatakan tamat dari sekolah. Seorang siswa dikatakan belajar bila terjadi perubahan tingkah laku pada situasi tertentu. Selama ini belajar matematika sering ditakuti siswa karena dianggap sulit. Siswa yang memiliki nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) akan diberikan pembelajaran remedial.

Kualitas pembelajaran matematika dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses, pembelajaran matematika dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak tidaknya sebagian besar (75%) siswa terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran. Sedangkan dari segi hasil pembelajaran matematika dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada siswa atau setidak-tidaknya (75%) dari siswa. Selama ini remedial hanya dilaksanakan dengan cara memberikan tes ulang dengan alasan waktu yang digunakan untuk pembelajaran remedial sering bertumbukkan dengan kegiatan ekstrakurikuler siswa di sekolah yang jumlahnya banyak dan beragam akibatnya untuk menghemat waktu pembelajaran remedial tidak pernah dilaksanakan. Pemberian remedial dengan cara siswa langsung mengerjakan soal atau tes ulang, ternyata hasilnya banyak yang belum


(22)

commit to user

 

3

mencapai KKM yaitu sebanyak 90% bahkan malah ada siswa yang nilainya lebih rendah dari nilai ulangan utama. Remedial kedua dilakukan dengan diberikan pembelajaran ulang pada materi yang tidak bisa tersebut dan setelah itu dilakukan tes, ternyata hasilnya dapat meningkat dan mencapai KKM.

Pembelajaran remedial matematika dilakukan dengan memberikan pembelajaran terhadap tujuan yang gagal dicapai oleh peserta didik, dengan produk dan metode yang berbeda dari sebelumnya. Pembelajaran remedial ini merupakan pelayanan sekolah yang

berupa bantuan perlakuan khusus (special treatment) terhadap siswa yang mengalami

kesulitan belajar.

Metode pembelajaran akan sangat membantu proses remedial dan meningkatkan prestasi belajar siswa. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar yakni efektivitas terhadap metode pembelajaran. Salah satu metode pembelajaran yang dapat menarik minat siswa dalam belajar adalah metode diskusi dan metode pemberian tugas.

Selain model pembelajaran, masih banyak faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa, salah satunya adalah kreativitas siswa. Siswa yang tidak tertarik dengan pelajaran matematika maka kreativitasnya rendah, sebaliknya siswa yang tertarik dengan pelajaran matematika maka kreativitasnya tinggi. Siswa dengan kreativitas tinggi cenderung memperoleh prestasi yang lebih tinggi, sehingga kreativitas siswa yang tinggi sangat membantu siswa dalam proses belajar matematika.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:


(23)

commit to user

4

1. Rendahnya prestasi belajar matematika siswa, ada kemungkinan disebabkan oleh

metode pembelajaran yang kurang tepat. Terkait dengan hal ini, muncul permasalahan yang menarik untuk diteliti, yaitu apakah pemilihan metode pembelajaran yang sesuai dan tepat oleh guru dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.

2. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar siswa disebabkan rendahnya aktifitas

siswa dalam belajar matematika di kelas. Kebanyakan guru saat ini kurang memperhatikan penggunaan metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Berkenaan dengan hal ini, jika metode pembelajaran yang digunakan oleh guru diperbaharui dengan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam belajar matematika, apakah prestasi belajar siswa pada pokok bahasan pecahan menjadi lebih baik.

3. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika siswa disebabkan oleh

rendahnya kreativitas siswa dan siswa sendiri kurang menyadari pentingnya kreativitas belajar dalam proses pembelajaran. Berkaitan dengan hal ini, dapat dilakukan penelitian untuk melihat apakah siswa yang tingkat kreativitas berbeda mempunyai prestasi yang berbeda.

C. Pembatasan Masalah

Sehubungan dengan banyaknya permasalahan yang mungkin timbul, maka penelitian ini dibatasi pada masalah sebagai berikut:

1. Prestasi belajar matematika pada penelitian ini dibatasi pada nilai tes hasil belajar

siswa SMP Negeri kelas VII dengan materi pokok Pecahan.

2. Pembelajaran yang digunakan dibatasi pada pembelajaran remedial yang


(24)

commit to user

 

5

3. Kreativitas siswa pada penelitian ini adalah kreativitas siswa dalam belajar

matematika.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apakah pembelajaran remedial pada metode diskusi memberikan prestasi belajar

matematika lebih baik dibandingkan pada pembelajaran remedial dengan metode pemberian tugas ?

2. Apakah siswa yang kreativitas tinggi mempunyai prestasi belajar lebih baik

dibandingkan dengan siswa yang kreativitas sedang dan rendah, siswa yang kreativitas sedang lebih baik dibandingkan dengan siswa kreativitas rendah?

3. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran remedial pada metode diskusi dan

pembelajaran remedial pada metode pemberian tugas dengan kreativitas tinggi, sedang dan rendah terhadap prestasi belajar matematika?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah pembelajaran remedial pada metode diskusi memberikan

prestasi belajar matematika lebih baik dibandingkan pada pembelajaran remedial dengan metode pemberian tugas.

2. Untuk mengetahui apakah kreativitas siswa yang berbeda memberikan prestasi

belajar matematika yang berbeda pula.

3. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara pembelajaran remedial pada

metode diskusi dan pembelajaran remedial pada metode pemberian tugas dengan kreativitas tinggi, sedang dan rendah terhadap prestasi belajar matematika.


(25)

commit to user

6

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Memberikan informasi bagi guru atau calon guru tentang alternatif metode

pengajaran remedial.

2. Sebagai bahan masukan bagi guru untuk memperhatikan kreativitas belajar siswa

dalam proses belajar mengajar.

3. Sebagai bahan masukan bagi guru dalam menentukan metode pembelajaran


(26)

commit to user

 

7 BAB II

LANDASAN TEORI A. Kajian Teori

1. Pengertian Belajar

Seseorang yang telah belajar akan mengalami perubahan tingkah laku baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan, maupun dalam sikap. Perubahan tingkah laku dalam aspek pengetahuan yaitu dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari bodoh menjadi pintar. Dimyati dan Mudjiono (2002: 7) berpendapat bahwa “Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks”. Belajar sebagai tindakan, maka dialami oleh siswa sendiri yang tampak sebagai perilaku yang dapat terlihat dari luar. Karena belajar dialami siswa, maka siswa sebagai penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar.

Dijelaskan Oemar Hamalik (2001: 36) bahwa ”Belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan”.

Menurut Goldman (2002) mengatakan bahwa :

“Learning is.... a way of interacting with the world. As we learn conception of phenomena change, and we see the world differently. The acquisition of information in itself does not bring about such a change, but the way we structure that information and think with it does. Thus education is about conceptual change, not just the acquisition of information.”

(Belajar adalah suatu cara saling berinteraksi dengan dunia seperti belajar mengenai konsepsi, perubahan penomena, dan melihat dunia secara


(27)

commit to user

8  

berbeda. Akuisisi informasi itu sendiri tidak membawa tentang perubahan tersebut, tetapi cara kita menyusun informasi dan berpikir dengan itu. Dengan demikian pendidikan adalah tentang perubahan konseptual, bukan hanya memperoleh informasi).

Pendapat Muhibbin Syah (2006:115) bahwa “Belajar merupakan tahapan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif”. Sedangkan menurut Moh Uzer Usman (2005:4) bahwa ”Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya”.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh individu yang mengakibatkan perubahan tingkah laku pada diri individu tersebut berkat adanya interaksi antara individu dengan individu atau individu dengan lingkungannya.

Jadi, yang dimaksud belajar dalam penelitian ini adalah suatu proses untuk melahirkan suatu perubahan tingkah laku dan pengetahuan ke arah yang lebih bermakna yang relatif menetap atau bersifat lama (permanen) pada diri seseorang sebagai hasil latihan atau pengalaman dan interaksi dengan lingkungan.

2. Efektivitas Pengajaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas:2002) efektif adalah ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya), dapat membawa hasil, berhasil guna, (tentang hasil usaha, tindakan). Efektivitas berarti keefektifan yaitu, keadaan berpengaruh, hal berkesan. Atau keberhasilan (tentang usaha, tindakan).


(28)

commit to user

9  

 

”Pengajaran yang efektif didefinisikan sebagai kesanggupan menimbulkan

perubahan-perubahan yang diinginkan pada kemampuan dan persepsi siswa” (Popham & Eva L. Baker (2003:9). Pembelajaran efektif diharapkan dapat berlangsung dalam setiap proses belajar mengajar. Menurut Popham &

Eva L. Baker (2003) menyatakan bahwa ”Lebih tepat, efektivitas pengajaran itu seharusnya ditinjau dari hubungan dengan guru tertentu yang mengajar kelompok siswa tertentu, di dalam situasi tertentu dalam usahanya mencapai tujuan-tujuan instruksional tertentu”.

Pembelajaran yang efektif juga memerlukan persiapan-persiapan sebelum pembelajaran berlangsung. Diantaranya disebutkan oleh Popham & Eva L. Baker (2003) yaitu, ”Sejauh mana siswa telah menguasai (sebelum belajar) perilaku, syarat, tujuan-tujuan antara dan tujuan keduanya merupakan persiapan mengajar secara efektif”. Pembelajaran efektif dirangkum dari Richard Dunne dan Ted Wragg (1996: 12) didefinisikan dengan ciri-ciri berikut:

Ciri 1 bahwa pembelajaran efektif ’memudahkan murid belajar’ sesuatu yang ’bermanfaat’, seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep dan bagaimana hidup serasi dengan sesama, atau sesuatu hasil belajar yang diinginkan. Ciri 2 pembelajaran efektif adalah bahwa keterampilan tersebut diakui oleh

mereka yang berkompeten menilai, seperti guru, pengawas, tutor, dan pemandu mata pelajaran atau murid itu sendiri.

Dogle dalam Richard Dunne dan Ted Wragg (1996: 11) ”Mengamati bahwa para penelaah hasil penelitian mengenai efektivitas mengajar menyimpulkan bahwa terdapat sedikit konsistensi hubungan antara kemampuan guru dengan efektivitas pengajaran”. Terry Wood (1999:171) menyatakan bahwa siswa akan


(29)

commit to user

10  

memahami pelajaran dengan baik jika siswa dengan aktif terlibat dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan pendapat tentang efektivitas pengajaran, efektivitas pengajaran dalam penelitian ini yaitu keberhasilan dalam menimbulkan perubahan-perubahan yang diinginkan pada kemampuan dan persepsi siswa melalui metode yang memudahkan siswa dalam pembelajaran.

3. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan karena faktor intelegensi yang rendah (kelainan mental), akan tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor non intelegensi. (Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, 1991: 74). Dirangkum dari Loree dalam Abin Syamsudin Makmun (2004:325-327) faktor penyebab kesulitan belajar terdiri atas dua macam, yakni:

a. Faktor yang terdapat dalam diri siswa antara lain:

1) Kelemahan secara fisik seperti susunan syaraf dan panca indera kurang berkembang secara sempurna, ketidakseimbangan perkembangan reproduksi serta berfungsinya kelenjar-kelenjar tubuh yang mengakibatkan kelainan perilaku dan sebagainya.

2) Kelemahan secara mental (baik yang kelemahan yang dibawa sejak lahir maupun karena pengalaman) yang sukar diatasi oleh individu yang bersangkutan dan juga oleh pendidik.

3) Kelemahan-kelemahan emosional, antara lain: a) Terdapatnya rasa tidak aman (insecurity).

b) Penyesuaian yang salah (maljusment) terhadap orang-orang, situasi, dan tuntutan-tuntutan tugas dan lingkungan.


(30)

commit to user

11  

 

c) Tercekam rasa phobia dan ketidakmatangan.

4) kelemahan yang disebabkan karena kebiasaan yang salah, antara lain: kurang berminat terhadap tugas-tugas sekolah, banyak melakukan aktivitas yang tidak menunjang aktivitas sekolah, kurang berani dan gagal memusatkan perhatian, kurang kooperatif dan menghindari tanggung jawab, malas belajar, sering bolos dan tidak mengikuti pelajaran.

5) tidak memiliki keterampilan-keterampilan dan pengetahuan dasar yang diperlukan, seperti: ketidakmampuan membaca, menghitung, kurang mengetahui pengetahuan dasar suatu bidang studi yang diikutinya, serta memiliki cara belajar dan bekerja yang salah.

b. Faktor yang terletak di luar diri siswa (situasi sekolah dan masyarakat), antara lain:

1) Kurikulum yang seragam (uniform), yang tidak sesuai dengan tingkat-tingkat kematangan dan perbedaan individu.

2) Ketidaksesuaian standar administrasi, penilaian, pengelolaan kegiatan, dan pengalaman belajar-mengajar.

3) Terlalu berat beban belajar (siswa) atau mengajar (guru).

4) Terlalu besar populasi siswa dalam kelas, terlalu banyak menuntut kegiatan di luar.

5) Terlalu sering pindah sekolah atau program, tinggal kelas dan sebagainya. 6) Kelemahan dari sistem belajar-mengajar pada tingkat-tingkat pendidikan

(dasar/ asal) sebelumnya.


(31)

commit to user

12  

8) Terlalu banyak kegiatan di luar jam pelajaran sekolah atau terlalu banyak terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler.

9) Kekurangan makan (gizi, kalori, dan sebagainya).

Setiap anak memiliki hak yang sama untuk dapat mencapai penguasaan materi secara penuh. Oleh karena itu, perlu adanya bantuan bagi anak yang mengalami kesulitan belajar untuk mencapai penguasaan secara tuntas. Seperti prinsip belajar tuntas yang disampaikan oleh Oemar Hamalik (1989: 104) adalah ” berdasarkan batasan terhadap apa yang diharapkan dari siswa untuk dipelajari sampai tingkat mana pemberian waktu belajar dan pemberian bantuan bagi siswa yang mengalami kesulitan”.

Abin Syamsudin Makmun dalam psikologi kependidikan (2004: 342) mengungkapkan bahwa ”penanganan kasus kesulitan belajar-mengajar itu mungkin dapat dilakukan melalui pendekatan pengajaran remedial (remedial

teaching), bimbingan dan konseling (guidance and concelling), psikoterapi

(psychoterapy) dan atau pendekatan lainnya”.

Secara umum kesulitan belajar dapat ditangani dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Diagnose, yang berisi identifikasi kasus, lokalisasi jenis dan sifat kesulitan dan menetapkan penyebab faktor kesulitan.

2) Prognose, yaitu mengadakan estimasi tentang kesulitan belajar.

3) Therapi, yaitu menemukan berbagai kemungkinan dalam rangka penyembuhan kesulitan, proses pemberian bantuan atau bimbingan.


(32)

commit to user

13  

 

Langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam rangka mengatasi kesulitan belajar yang dirangkum dari Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991: 91- 93) ada enam tahap yaitu:

1) Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan untuk menemukan faktor kesulitan belajar. 2) Pengolahan data

Langkah dalam mengolah data yaitu; a) identifikasi kasus.

b) membandingkan antar kasus. c) membandingkan dengan hasil tes. d) menarik kesimpulan.

3) Diagnosa

Diagnosa adalah keputusan (penentuan) mengenai hasil dari pengolahan data. Diagnosa dapat berupa hal-hal sebagai berikut:

a) Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar anak (berat dan ringannya). b) Keputusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebab

kesulitan belajar.

4) Keputusan mengenai faktor utama penyebab kesulitan belajar. 5) Prognosa

Prognosa berarti ramalan. Dalam prognosa akan ditetapkan mengenai bentuk treatment yang dapat berupa:

a) Bentuk treatment yang harus diberikan. b) Bahan atau materi yang diperlukan. c) Metode yang akan digunakan.


(33)

commit to user

14  

d) Alat-alat belajar mengajar yang diperlukan. e) Waktu (kapan kegiatan itu dilaksanakan).

6) Treatmeant / perlakuan

Pemberian bantuan sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap prognosa.

7) Evaluasi

Evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui, apakah treatment yang telah diberikan berhasil dengan baik atau gagal.

4. Pengajaran Remedial

a. Pengertian Pengajaran Remedial

Pengajaran remedial adalah suatu bentuk pengajaran yang bersifat menyembuhkan atau membetulkan membuat menjadi baik. Jadi pengajaran remedial ini merupakan bentuk khusus pengajaran yang bermaksud untuk menyembuhkan gangguan atau hambatan yang terjadi dalam proses belajar-mengajar.

Mulyono Abdurrahman (2003:20) Pengajaran remedial pada hakekatnya merupakan kewajiban bagi semua guru setelah melakukan evaluasi formatif dan menemukan adanya anak yang belum mampu meraih tujuan belajar yang telah ditetapkan sebelumnya.

Suharsimi Arikunto (1988:35) menyatakan bahwa ”Kegiatan perbaikan adalah kegiatan yang diberikan kepada siswa-siswa yang belum menguasai bahan pelajaran yang diberikan oleh guru, dengan maksud mempertinggi tingkat penguasaan terhadap mata pelajaran tersebut”.


(34)

commit to user

15  

 

Pendapat yang disampaikan oleh Sardiman A.M. (2001: 165) yaitu ”program remedial; yaitu kegiatan perbaikan bagi siswa yang belum berhasil dalam belajarnya (belum mastery)”. Sedangkan Munawir Yusuf dkk (2003: 94) berpendapat bahwa ”pengajaran remedial direncanakan bagi anak-anak yang mengalami kesulitan belajar”.

Sasaran akhir pengajaran remedial identik dengan pengajaran biasa (pada umumnya), yaitu membantu setiap siswa dalam batas-batas normalitas tertentu agar dapat mengembangkan diri seoptimal mungkin sehingga dapat mencapai tingkat penguasaan atau ketuntasan (level of mastery) tertentu, sekurang-kurangnya sesuai dengan batas-batas kriteria keberhasilan yang dapat diterima

(minimum acceptable perfomance). (Abin Syamsyudin Makmun, 2004: 357)

Berdasarkan penjelasan tentang remedial, maka dapat disimpulkan bahwa pengajaran remedial pada penelitian ini adalah pengajaran yang diberikan pada siswa yang mempunyai masalah dalam belajar dengan perencanaan yang baik untuk membantu siswa mencapai tingkat penguasaan atau ketuntasan sesuai tujuan yang telah ditetapkan.

b. Fungsi Pengajaran Remedial

Fungsi pengajaran remedial yang dirangkum dari Suharsimi (1988: 136-138) sebagai berikut:

1) Fungsi Korektif

Maksud dari fungsi ini adalah pengajaran dengan remedial dapat memperbaiki hal-hal yang menghambat tercapainya tujuan belajar berupa : perumusan tujuan, metode mengajar, cara belajar, materi pelajaran, alat pengajaran, evaluasi dan sifat atau kebiasaan siswa.


(35)

commit to user

16  

2) Fungsi Pemahaman

Bagi guru : lebih memahami kondisi, prestasi siswa dan kemampua guru sendiri.

Bagi siswa : lebih memahami dirinya sendiri sehingga dimungkinkan adanya upaya perbaikan.

3) Fungsi Penyesuaian

Maksud dari fungsi ini adalah adanya penyesuaian siswa dengan tuntutan dalam belajarnya di mana siswa belajar sesuai dengan kemampuannya, sehingga mempunyai peluang untuk memperoleh prestasi yang maksimal. 4) Fungsi Pengayaan

Fungsi pengajaran remedial ini dapat dipergunakan untuk pengayaan materi, khususnya untuk memberi materi yang tidak disampaikan dalam pengajaran reguler. Pengayaan ditujukan kepada siswa yang memiliki kecepatan belajar lebih bila dibandingkan dengan teman-temannya.

5) Fungsi Akselerasi

Maksud dari fungsi ini adalah pengajaran remedial yang dapat mempercepat proses belajar-mengajar baik dilihat dari segi waktu maupun materi.

6) Fungsi Terapeutik

Pengajaran remedial ini dimaksudkan untuk menyembuhkan atau memperbaiki kondisi-kondisi kepribadian siswa yang diperkirakan mengalami gangguan atau penyimpangan.

c. Prosedur Pelaksanaan Pengajaran Remedial

Dalam proses belajar mengajar akan terlihat perbedaan individu dalam pengusaan materi yang diberikan oleh guru. Mengacu dari hasil belajar siswa


(36)

commit to user

17  

 

maka idealnya ada dua kegiatan yang dilakukan guru setelah mengadakan tes formatif yaitu pengayaan bagi siswa yang sudah mencapai penguasaan tuntas dan pengajaran bagi anak yang belum mencapai penguasaan tuntas. Seperti yang diungkapkan oleh Mulyono Abdurrahman (2003:20) bahwa ”Pengajaran remedial pada hakekatnya merupakan kewajiban bagi semua guru setelah melakukan evaluasi formatif dan menemukan adanya anak yang belum mampu meraih tujuan belajar yang telah ditetapkan sebelumnya”.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam kegiatan perbaikan ialah : 1) Sifat kegiatan perbaikan.

2) Jumlah siswa yang memerlukan. 3) Tempat untuk memberikan. 4) Waktu umtuk diselenggarakan. 5) Orang yang harus memberikan. 6) Metode yang harus digunakan. 7) Sarana atau alat yang dipergunakan.

8) Tingkat kesulitan belajar siswa. ( Sardiman, A.M, 2001 : 166) Muhibbin Syah (2006:179) menyatakan bahwa ”Dalam menyusun program pengajaran perbaikan diperlukan adanya ketetapan sebagai berikut: tujuan pengajaran remedial, materi pengajaran remedial, metode pengajaran remedial, alokasi waktu, dan teknik evaluasi pengajaran remedial”.

Pengajaran remedial dapat dilakukan dengan jalan sebagai berikut: 1) Mengganti metode mengajar dengan metode mengajar lain.

2) Menyuruh siswa membaca buku-buku sumber yang mengandung konsep yang sama.


(37)

commit to user

18  

3) Tutor sebaya. (Suharsimi Arikunto 1988 : 63) Sejalan dengan pendapat tersebut diungkapkan oleh Oemar Hamalik (1989: 113), bahwa kegiatan perbaikan dapat dilakukan di dalam atau di luar kelas dengan tiga teknik yaitu:

1) Bantuan tutor teman sekelas.

2) Guru mengajarkan kembali bahan yang berhubungan dengan pokok uji.

3) Siswa yang belajarnya belum memuaskan memilih sendiri daftar perbaikan yang telah disediakan.

Pengajaran remedial Strategi Bloom cenderung menggunakan pengajaran korektif dan cenderung menggunakan bermacam-macam korektif instruksional pengajaran remedial, yang dipilih secara ekpilisit karena menyajikan materi unit, melibatkan siswa. Pemikiran pokok yang mendasari strategi Bloom adalah tidak ada gunanya meminta siswa mengulangi materi aslinya bila hendak membantu siswa tersebut mengatasi kesulitan belajarnya. (Siswojo 1981: 25)

Abin Syamsudin (2004: 356) mengatakan bahwa ”Pengembangan prosedur sistem pengajaran remedial didasari oleh pokok-pokok pikiran yang berlaku untuk prinsip belajar tuntas (mastery learning)”.

Pokok tersebut dirangkum dari Abin Syamsyudin, yaitu:

1) Terdapat keseragaman individu di dalam kemampuan (kecepatan belajar). 2) Sampai batas normalitas tertentu, setiap individu mungkin dapat mencapai

penguasaan (level of mastery) prestasi belajar tertentu seperti yang dicapai oleh temannya, asalkan:


(38)

commit to user

19  

 

b) Kualitas pengajaran (the quality instruction) yang sesuai kondisi objektif siswa yang bersangkutan.

c) Kematangan dan kesiapan (maturation and readiness) belajar siswa yang bersangkutan.

5. Metode Pengajaran

a. Metode Diskusi

Metode diskusi diartikan sebagai siasat penyampaian bahan yang melibatkan peserta didik untuk membicarakan dan menemukan alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang bersifat problematis (Mulyani Sumantri dan Johar Permana, 2001: 124). Winarno Surakhmad (1990: 110) menyatakan bahwa ”Metode diskusi memberi kemungkinan pemecahan masalah terbaik”. Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991: 172) menyatakan bahwa ”Metode diskusi digunakan dengan memanfaatkan interaksi antar individu dalam kelompok untuk memperbaiki kesulitan belajar yang dialami siswa”.

Metode diskusi dalam penelitian ini adalah metode penyampaian bahan dengan melibatkan siswa dalam memecahkan masalah. Mulyani Sumantri dan Johan Permana (2001: 125-126) mengungkapkan kekuatan dan keterbatasan metode diskusi antara lain :

Kekuatan metode diskusi antara lain :

a) Dapat mendorong partisipasi siswa secara aktif baik sebagai partisipan, penanya, penyanggah maupun sebagai ketua atau moderator diskusi.

b) Menimbulkan kreativitas dalam ide, pendapat, gagasan, prakarsa, ataupun terobosan-terobosan baru dalam pemecahan masalah.


(39)

commit to user

20  

d) Melatih kestabilan emosi dengan menghargai dan menerima pendapat orang lain dan tidak memaksakan pendapat sendiri sehingga tercipta kondisi memberi dan menerima (take and give).

e) Keputusan yang dihasilkan kelompok akan lebih baik dari pada berpikir sendiri.

Keterbatasan metode diskusi antara lain :

a) Sulit menentukan topik masalah yang sesuai dengan tingkat berpikir siswa dan yang memiliki relevansi dengan lingkungan.

b) Memerlukan waktu yang tidak terbatas.

c) Pembicaraan atau pembahasan sering meluas dan mengambang. d) Didominasi oleh orang-orang tertentu yang biasanya aktif.

e) Memerlukan alat yang fleksibel untuk membentuk tempat yang sesuai.

f) Kadang tidak merambat penyelesaian yang tuntas walaupun kesimpulan telah disepakati namun dalam implementasi sangat sulit dilaksanakan.

g) Perbedaan pendapat dapat mengundang reaksi di luar kelas bahkan dapat menimbulkan bentrokan fisik.

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991: 172-173) menyatakan kebaikan metode diskusi dalam rangka pengajaran perbaikan yaitu:

a) Setiap individu dalam kelompok dapat mengenal diri dan kesulitannya dan menemukan jalan pemecahannya.

b) Interaksi dalam kelompok menumbuhkan sikap percaya mempercayai. c) Mengembangkan kerjasama antar pribadi.

d) Menumbuhkan kepercayaan diri. e) Menumbuhkan rasa tanggung jawab.


(40)

commit to user

21  

 

b. MetodePemberian Tugas

Metode mengajar ialah cara tertentu yang digunakan oleh pengajar untuk menyampaikan bahan pengajar kepada para siswa. Tujuannya ialah untuk memudahkan guru mengajar dan memudahkan siswa memahami bahan pengajar. ”Pemberian tugas atau penugasan diartikan sebagai suatu cara interaksi belajar mengajar yang ditandai dengan adanya tugas dari guru untuk dikerjakan siswa di sekolah ataupun di rumah secara perorangan atau kelompok” (Mulyani Sumantri dan Johar Permana, 2001: 130). Sedangkan Winarno Surakhmad (1990: 114) menyatakan bahwa ”Pemberian tugas memiliki arti yang lebih luas dari pekerjaan rumah (PR), yang memerlukan tujuan dan petunjuk yang jelas”. Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991: 173) menyatakan bahwa metode tugas dapat digunakan dalam rangka mengenal kasus dan dalam rangka pemberian bantuan. Dengan pemberian tugas-tugas tertentu baik secara individual maupun secara kelompok siswa yang mengalami kesulitan dapat ditolong.

Metode pemberian tugas pada penelitian ini adalah suatu cara interaksi belajar mengajar dengan adanya tugas dari guru untuk dikerjakan oleh siswa baik di rumah ataupun di sekolah dengan tujuan dan petunjuk yang jelas.

Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2001: 131-132) menjelaskan kekuatan dan keterbatasan metode pemberian tugas sebagai berikut :

Kekuatan metode pemberian tugas: a) Membuat peserta didik aktif belajar.

b) Merangsang siswa untuk belajar lebih banyak, baik dekat dengan guru maupun pada saat jauh dari guru di dalam sekolah maupun di luar sekolah. c) Mengembangkan kemandirian siswa.


(41)

commit to user

22  

d) Lebih meyakinkan tentang apa yang dipelajari dari guru, lebih memperdalam atau memperluas tentang apa yang dipelajari.

e) Membina kebiasaan siswa untuk mencari dan mengolah sendiri informasi dan komunikasi.

f) Membuat siswa bergairah belajar karena dapat dilakukan dengan variasi. g) Membina tanggung jawab dan disiplin siswa.

h) Mengembangkan kreativitas siswa. Keterbatasan metode pemberian tugas:

a) Sulit mengontrol siswa apakah belajar sendiri atau dikerjakan orang lain. b) Sulit memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa. c) Tugas yang monoton dapat membosankan siswa.

d) Tugas kelompok dikerjakan oleh orang tertentu atau siswa yang rajin dan pintar.

Hasil yang diharapkan dari metode pemberian tugas dalam pengajaran perbaikan menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991: 173) yaitu:

a) Lebih memahami dirinya. b) Menumbuhkan kepercayaan diri. c) Menumbuhkan rasa tanggung jawab.

Dari beberapa ciri tersebut dapat disimpulkan bahwa metode pemberian tugas dapat merangsang peserta didik untuk belajar lebih banyak, baik dekat dengan guru maupun pada saat jauh dari guru didalam sekolah maupun diluar sekolah dan mengembangkan kemandirian peserta.


(42)

commit to user

23  

 

6. Kreativitas

a. PengertianKreativitas

Dalam kehidupan sehari-hari sering terdengar perkataan kreativitas, namun tidak semua orang memahami arti perkataan kreativitas tersebut. Menurut pendapat Pam Chermansky (2008:22), “when learning is creative and involves hands-on activities, students are apt to remember the concepts

longers and have positive feelings about the study of mathematics”. Artinya

bahwa ketika belajar secara kreatif dan melibatkan banyak aktivitas, siswa cenderung mengingat konsep dengan lebih lama dan memiliki perasaan yang positif tentang belajar matematika.

Pendapat Fredman (1982) yang dikutip oleh Sri Suwarsi dkk (2003: 53) mengemukakan bahwa “kreativitas sebagai kemampuan untuk memahami dunia, menginterprestasi pengalaman dan memecahkan masalah dengan cara yang baru dan asli”. Sedangkan pendapat Woolfolk (1984) yang dikutip oleh Sri Suwarsi dkk (2003: 53) memberi batasan “kreativitas merupakan

kemampuan individu untuk menghasilkan sesuatu (hasil) yang baru atau asli atas pemecahan suatu atau pemecahan masalah” (Pendapat lain dikemukakan oleh Saidel yang dikutip oleh Julius Candra (1994: 15) mengatakan bahwa “kreativitas adalah kemampuan untuk menghubungkan dan mengkaitkan, kadang-kadang dengan cara yang ganjil namun mengesankan dan ini merupakan dasar pendayagunaan kreatif daya rohani manusia dalam bidang atau lapangan manapun”.


(43)

commit to user

24  

Galligan (2006: 20-21) menyatakan bahwa kreativitas itu penting dalam semua aspek pembaharuan dan kemajuan budaya, memerlukan imajinasi, disiplin dan dukungan. Mihaly Csikszentmihalyi, profesor dan mantan Kepala Jurusan Psikologi di Universitas Chicago, mengatakan kreativitas menyediakan daya dorong untuk setiap tindakan, ide, atau produk yang mengubah keberadaan domain (atau disiplin) ke dalam sebuah identitas baru.

Jadi kreativitas merupakan proses mental yang kompleks dari berbagai jenis keterampilan khas manusia yang dapat melahirkan pengungkapan yang unik, berbeda, orisinil, sama sekali baru.

Dari beberapa pendapat di atas menunjukkan bahwa dalam kreativitas ada unsur-unsur: (1) menciptakan gagasan baru, (2) memodifikasi, (3) menciptakan produk baru, (4) pengungkapan yang unik, (5) menghubungkan ide, (6) membuat kombinasi-kombinasi baru. Dengan demikian jelas bahwa kemampuan tersebut di atas tidak dimiliki oleh semua orang melainkan hanya orang-orang tertentu yang dikatakan sebagai orang kreatif. Siswa yang kreatif akan berpengaruh pada sikap mental atau kepribadian seseorang.

Pengembangan kemampuan kreatif akan berpengaruh pada sikap mental kepribadian seseorang.

Pendapat Utami Munandar (1999:16) menjelaskan empat ciri utama kreativitas berpikir sebagai berikut:

1)Sensitivitas terhadap masalah (problem sensitivity), menunjukkan pada kemampuan untuk melihat masalah secara tajam.

2)Kelancaran ide (idea fluency), menunjukkan kemampuan untuk menciptakan ide-ide sebagai alternatif pemecahan masalah.


(44)

commit to user

25  

 

3)Kelenturan berpikir (idea flexibility), meninggalkan satu kerangka berpikir yang lain untuk mengganti pendekatan yang satu dengan yang lain.

4)Keaslian berpikir (idea originality), menunjuk pada kemampuan siswa untuk menciptakan ide-ide asli dari dirinya.

Senada dengan ciri-ciri yang kreatif tersebut, Julius Candra (1994: 49) mengelompokkan segi-segi mental orang kreatif sebagai berikut:

1) Hasrat untuk mengubah hal-hal yang sebaiknya menjadi lebih baik. 2) Kepekaan bersifat terbuka dan tanggap segala sesuatu.

3) Minat untuk menggali lebih dalam dari yang tampak di permukaan.

4) Rasa ingin tahu semangat yang tidak ingin berhenti untuk mempertanyakan.

5) Konsentrasi, mampu menekuni suatu permasalahan hingga mampu menguasai seluruh bagiannya.

6) Siap mencoba melaksanakannya bersedia mencurahkan tenaga dan waktu untuk mencari dan mengembangkan.

7) Kesabaran untuk memecahkan masalah dalam detailnya.

Perilaku kreatif tersebut di atas sangat diinginkan oleh pendidik terhadap para siswa dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan prestasi belajar.

b. CaraMengukurKreativitas

Untuk mengetahui kreativitas seseorang bukanlah cara yang mudah dilakukan, sebab cara untuk mengukur suatu kemampuan psikologis memerlukan pengetahuan tentang evaluasi yang lebih rumit, lebih-lebih pengukuran terhadap aspek kreativitas.


(45)

commit to user

26  

Untuk mengetahui tingkat kreativitas seseorang menurut Dedi Supriadi (1994) yang dikutip oleh Sri Suwarsi, dkk (2003: 73) dapat dilakukan dengan lima macam pendekatan, yaitu:

1)Pendekatan Analisis Obyektif.

Pendekatan ini berusaha untuk mengetahui kreativitas seseorang dengan mengukur secara langsung (melihat) hasil dari proses pemikiran kreatif dari seseorang yang menghasilkan karya-karya yang dapat dilihat wujud fisiknya.

2) Pendekatan Analisis Subyektif

Pendekatan ini menekankan pada pertimbangan-pertimbangan subyektif dari peneliti terhadap individu atau hasil kreatif yang telah dicapai oleh seseorang.

3) Menggunakan Inventory Kepribadian

Inventory adalah suatu alat berbentuk pernyataan atau pertanyaan yang harus dijawab atau direspon oleh individu, sehingga dari hasil jawaban atau respon dari individu tersebut dapat diketahui apa yang dikehendaki oleh inventory tersebut. Dalam hal pengukuran kreativitas ini, inventory berguna untuk mengetahui jenis kepribadian kreatif seseorang yang meliputi sikap, motivasi, minat, gaya berpikir dan kebiasaan berperilaku. 4) Menggunakan riwayat hidup atau biografi.

Inventory biografi ini berusaha mengungkap tentang minat, hobby, kehidupan masa kecil serta pengalaman-pengalaman yang bermakna dari yang bersangkutan.


(46)

commit to user

27  

 

5) Dengan menggunakan tes kreativitas.

Tes kreativitas menekankan ada tidaknya jawaban benar dan salah, tetapi pada keunikan dan perbedaannya dengan orang lain serta keaslian, keluasan, kelancaran, kerincian jawaban. Pada umumnya tes kreativitas ini terdiri dari tes yang berbentuk verbal dan figural.

Dari beberapa pendapat tersebut pada prinsipnya bahwa ciri-ciri perilaku yang ditemukan pada orang-orang yang memberika sumbangan kreatif yang menonjol adalah berani dalam pendirian atau keyakinan, ingin tahu, mandiri dalam berpikir dan mempertimbangkan, bersibuk diri terus menerus dengan kerjanya ulet. Perilaku kreatif tersebut diatas sangat diinginkan oleh pendidik terhadap para siswa dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan prestasi belajar.

Alat ukur kreativitas berupa angket, indikator yang digunakan diambil dari ciri-ciri pribadi kreatif dari pakar psikologi yang diungkapkan oleh Utami Munandar. Dari sepuluh ciri pribadi kreatif hanya enam yang digunakan sebagai indikator, yaitu imajinatif, mempunyai prakarsa,

mempunyai minat luas, mandiri dalam berpikir, bersedia mengambil resiko dan penuh energi.

7. Prestasi Belajar

Menurut kamus Bahasa Indonesia, prestasi adalah hasil yang telah dicapai, dikerjakan, dan sebagainya. Dalam proses pembelajaran, hasil belajar dinyatakan dengan prestasi belajar. Salah satu cara untuk mengetahui prestasi belajar siswa adalah dilakukan evaluasi atau penilaian. Evaluasi hasil belajar merupakan keseluruhan kegiatan pengukuran, pengolahan, penafsiran, dan


(47)

commit to user

28  

pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar atau prestasi belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan menurut Sumadi Suryabrata dalam Prasetyo (2000:10), “Prestasi adalah hasil yang dicapai dalam satu latihan pengalaman didukung oeh kesadaran seseorang atau siswa untuk belajar “. Sedang menurut Fudyartanto dalam Prasetyo (2000:10), “prestasi adalah taraf kemampuan anak untuk menguasai sejumlah pengetahuan dan keterampilan yang tiap orangnya berbeda”.

Prestasi belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar yang dipengaruhi oleh kecerdasan (intelligence), penguasaan awal, usaha yang dilakukan , dan kesempatan yang tersedia. Belajar sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk pembahasan perilaku yang relatif menetap.

Untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar yang telah dicapai oleh seseorang dapat dilakukan dengan tes. Dalam proses pembelajaran, tipe prestasi atau hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa penting untuk diketahui oleh para guru, agar guru dapat merancang atau mendesain pembelajaran secara tepat dan bermakna, Howard Kingsley dalam Nana sujana (2006) membagi hasil belajar menjadi tiga tipe, yaitu: (1) Keterampilan dan kebiasaan, (2) Pengetahuan dan pengertian, serta (3) Sikap dan cita-cita. Masing-masing tipe hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang ditetapkan dalam kurikulum sekolah. Prestasi belajar merupakkan salah satu penentu keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk menentukan prestasi belajar ini digunakan tes yang dilakukan setelah


(48)

commit to user

29  

 

siswa mendapat materi pelajaran tersebut atau setelah kegiatan belajar mengajar selesai. Prestasi belajar ditunjukkan dengan menggunakan nilai atau skor, apabila prestasi belajar siswa tinggi maka dapat mencapai ketuntasan dalam belajar. Sedang fungsi prestasi belajar diantaranya: sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang ada pada peserta didiuk. Sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Sebagai indikator intern dan ekstern dari lembaga pendidikan. Sebagai indikator terhadap daya serap anak didik pada materi yang dipelajarinya. Sebagai salah satu satu faktor penentu kelanjutan studi. Sebagai lambang pemuas keingintahuan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar.

Dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator atau petunjuk untuk mengetahui tingkat prestasi belajar yang dimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman belajar. Dalam sistem pendidikan nasional, rumusan tujuan pendidikkan nasional menggunakan klasifikasi menurut prestasi belajar dari Benyamin S. Bloom yang secara garis besar membagi prestasi belajar menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psykomotoris.

Menurut kamus bahasa Indonesia yang dikeluarkan oleh departemen Pendidikan dan Kebudayaan (2002: 700) menyatakan bahwa “ prestasi belajar adalah penguasaan dan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru”. Jadi dengan adanya nilai yang diberikan guru akan dapat digunakan sebagai penentu keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk menentukan prestasi belajar ini digunakan tes yang


(49)

commit to user

30  

dilakukan setelah siswa mendapat materi pelajaran tersebut atau setelah kegiatan belajar mengajar selesai, prestasi belajar ditunjukkan dengan nilai skor, apabila prestasi belajar siswa tinggi dapat disimpulkan bahwa proses kegiatan belajar mengajar tersebut berhasil atau dapat mencapai ketuntasan dalam belajar. Fungsi prestasi belajar diantaranya: (a). Sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dikuasai peserta didik, (b). Sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikkan, (c). Sebagai indikator terhadap daya serap anak didik pada materi yang dipelajari, (d). Sebagai indikator intern dan ekstern dari lembagapendidikkan, (e). Sebagai salah satu faktor penentu kelanjutan studi. Sebagai lambang pemuas keingintahuan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar dapat dijadikan petunjuk atau indikator untuk mengetahui tingkat prestasi belajar yang dimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman belajar. Jadi prestasi belajar adalah prestasi setelah siswa mengalami proses pembelajaran dan merupakan tingkat penguasaan siswa terhadap materi ajar. Dalam sistem pendidikkan nasional, rumusan tujuan pendidikan nasional menggunakan klasifikasi menurut prestasi belajar dari Ben Yamin S. Bloom yang secara garis besar membagi prestasi belajar menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah sikomotoris. B. Penelitian yang Relevan

Penelitian-penelitian relevan yang terkait dengan penelitian ini adalah : 1. Penelitian yang dilakukan oleh Budiana (2003) yang berjudul ” Penggunaan

Komputer Dalam Pembelajaran Remedial Matematika Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa”. Hasil dari penelitian tersebut adalah pengajaran


(50)

commit to user

31  

 

remedial memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa. Persamaannya dengan penelitian ini yang dilakukan terletak pada pembelajaran remedial. Sedangkan perbedaannya pada penelian ini tidak menggunakan media komputer, sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Budiana menggunakan media komputer.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Hafifah (2008) yang berjudul ”Eksperimentasi pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada sistem persamaan linear dua variabel ditinjau dari kreativitas belajar peserta didik kelas VIII SMP kota Surakarta tahun pelajaran 2008/2009”. Dengan hasil menunjukkan bahwa kreativitas belajar matematika tidak memberi pengaruh yang berbeda terhadap prestasi belajar matematika. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan terletak pada kreativitas siswa. Perbedaannya penelitian yang dilakukan oleh hafifah menggunakan pembelajaran STAD sedangkan penelitian ini menggunakan pembelajaran remedial.

3. Penelitian yang dilakukan Nur Handayani (2007) yang berjudul”, Implementasi Pemberian Tugas Terstruktur Dengan Umpan Balik Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Sikap Siswa SMA Kelas X di Kabupaten Karang Anyar”, dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang mendapat perlakuan pemberian tugas terstruktur dgn umpan balik cenderung memperoleh prestasi belajar matematika lebih tinggi dari kelompok siswa yang diberi metode pembelajaran kovensional.


(51)

commit to user

32  

Persamaan dengan penelitian yang dilakukan terletak pada perlakuan pemberian tugas . Perbedaannya yaitu pada penelitian Nur Handayani pada pembelajaran pemberian tugas terstruktur dengan umpan balik.

C. Kerangka Berpikir dan Perumusan Hipotesis

1.Kerangka Berpikir

Berdasarkan pada latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah dan kajian teori, dapat dikatakan bahwa prestasi belajar materi pecahan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal antara lain: penggunaan model pembelajaran oleh guru. Pada penelitian ini diungkapkan penggunaan model pembelajaran remedial metode diskusi dan metode pemberian tugas yang dirinci sebagai berikut:

a. Kaitannya model pembelajaran terhadap prestasi belajar materi pecahan

Penggunaan model pembelajaran cukup besar pengaruhnya terhadap keberhasilan guru dalam mengajar. Pemilihan strategi yang tidak tepat dapat menghambat tercapainya tujuan mengajar. Agar strategi pembelajaran yang dipilih tepat, maka seorang guru harus mengetahui strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi pada pokok bahasannya.

Dalam penelitian digunakan dua metode yaitu metode diskusi dan metode pemberian tugas. Diskusi sebagai salah satu metode yang sesuai pada remedial pembelajaran matematika, karena dapat menimbukan kreativitas dalam ide, pendapat, gagasan, prakarsa, ataupun terobosan-terobosan baru dalam pemecahan masalah, menumbuhkan berpikir kritis, dan keputusan yang dihasilkan kelompok akan lebih baik dari pada berpikir sendiri. Metode pemberian tugas pada siswa yang bersifat mandiri.


(52)

commit to user

33  

 

Adanya tugas mandiri maka dapat merangsang siswa belajar lebih banyak, mengembangkan kemandirian siswa, membina kebiasaan siswa untuk mencari dan mengolah sendiri informasi dan komunikasi, dan lebih menyakinkan tentang apa yang dipelajari dari guru, lebih memperdalam atau memperluas tentang apa yang dipelajari.

b. Kaitannya kreativitas belajar dengan prestasi belajar materi pecahan

Kreativitas belajar matematika adalah keseluruhan kekuatan daya penggerak di dalam diri siswa, yang menimbulkan kegiatan belajar matematika, yang diwujudkan dalam melakukan aktivitas atau kegiatan belajar matematika, sehingga tujuan belajar matematika siswa tersebut dapat tercapai.

Kreativitas adalah kemampuan berfikir untuk membuat kombinasi baru dalam menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada dalam menyelesaikan masalah.

c. Kaitannya kreativitas belajar terhadap prestasi belajar materi pecahan dengan menggunakan strategi pembelajaran.

Dengan Peserta didik yang melakukan kreativitas belajar dengan mengulangi pelajaran yang diberikan guru dikelas, mengerjakan tugas dan mempersiapkan pelajaran yang akan dipersiapkan pelajaran yang akan diajarkan menunjukkan prestasi belajar yang baik. Dengan ditunjang kreativitas belajar yang tinggi, peserta didik akan lebih mudah memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya dalam proses belajar maupun dalam pemecahan masalah belajar matematika, sehingga tujuan belajar dapat tercapai dengan baik.


(53)

commit to user

34  

Tercapainya tujuan belajar dengan baik akan memberikan prestasi belajar matematika yang baik pula. Penggunaan strategi pembelajaran harus diperhatikan kesesuaiannya dengan tujuan pembelajaran, karakteristik materi, keadaan peserta didik (tingkat intelektual, karakteristik siswa, banyaknya siswa dalam kelas dan aktivitas siswa), kesiapan guru dan ketersediaannya sarana dan prasarana sekolah. Cepat atau lambatnya peserta didik. Kerangka pemikiran tersebut disajikan dalam diagram sebagai berikut :

Kerangka pemikiran tersebut disajikan dalam diagram sebagai berikut:

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian 2. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan Kerangka berpikir yang dikemukakan di atas, maka dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut:

a. Prestasi belajar siswa pada materi pokok pecahan yang menggunakan model pembelajaran remedial metode diskusi lebih baik daripada pembelajaran remedial metode pemberian tugas.

Model Pembelajaran 

Prestasi Belajar Matematika 

Kreativitas Belajar Peserta  didik 


(54)

commit to user

35  

 

b. Siswa dengan kreativitas belajar matematika tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan siswa dengan kreativitas belajar matematika sedang dan rendah, dan siswa dengan kreativitas belajar matematika sedang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan siswa dengan kreativitas belajar matematika rendah.

c. Terdapat interaksi antara model pembelajaran yang digunakan dan kreativitas belajar peserta didik terhadap prestasi belajar peserta didik pada materi pokok pecahan.


(55)

commit to user

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Tempat Waktu dan Penelitian

1. Tempat Waktu

Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri Kabupaten Katingan kelas VII semester ganjil tahun pelajaran 2010/2011.

2. Waktu Penelitian

Adapun jadwal kegiatan penelitian dimulai dari penyusunan proposal, pengajuan proposal, seminar proposal, pelaksanaan, pengolahan data, penyempurnaan, penulisan akhir, ujian dan pelaporan dengan waktu mulai bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Januari 2011 dengan jadwal sebagai berikut :

Tabel 3.1. Jadwal Penelitian

No. Kegiatan Penelitian

Ju

ni

Jul

i

A

g

t

S

ept Okt

N

o

p

D

es

Ja

n

1. Penyusunan Proposal X

2. Pengajuan Proposal X

3. Seminar Proposal X

4. Sosialisasi Penelitian X


(56)

commit to user

  6.

Pengambilan data

Kreativitas Belajar Siswa

X

7.

Pembelajaran Remedial Diskusi

X X X

8.

Pembelajaran Remedial Pemberian Tugas

X X X

9. Pelaksanaan Tes X

10. Pengolahan Data Tes X

11. Penyusunan Laporan X

12. Penyempurnaan X

13. Penulisan Akhir X

14 Ujian Akhir dan Pelaporan X

B.Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah merupakan penelitian eksperimental semu (

quasi-experimental research). Alasan digunakan penelitian eksperimental semu adalah

peneliti tidak mungkin mengontrol semua variabel yang relevan. Hal ini sesuai yang dikemukakan Budiyono (2003:82-83), bahwa tujuan penelitian eksperimental semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasikan semua variabel yang relevan. Langkah dalam penelitian ini


(57)

commit to user

adalah dengan cara mengusahakan timbulnya variabel-variabel dan selanjutnya dikontrol untuk dilihat pengaruhnya terhadap prestasi belajar matematika sebagai variabel terikat. Sedangkan variabel bebas yang dimaksud adalah metode pembelajaran dan kreativitas siswa.

Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial 2 x 3 dengan teknik analisis varian (ANAVA). Rancangan yang digunakan dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut:

Tabel 3.2 Desain Faktorial Penelitian Kreativitas (B) Tinggi

(b1)

Sedang (b2)

Rendah (b3) Pembelajaran Remedial Diskusi (a1) ab11 ab12 ab13 Pembelajaran Remedial Pemberian

Tugas (a2) ab21 ab22 ab23

Rancangan penelitian tersebut berbentuk matrik yang terdiri dari enam sel. Secara umum setiap selnya dapat dijelaskan sebagai berikut : pembelajaran remedial (A) dan kreativitas (B). Indeks a1 menunjuk pembelajaran remedial dengan metode diskusi dan a2 menunjukkan pembelajaran remedial dengan metode pemberian tugas. Indeks b1, b2, dan b3 menunjukkan kreativitas tinggi, sedang dan rendah. ab11 menunjukkan kelompok siswa yang mempunyai kreativitas tinggi diberi perlakuan dengan pembelajaran remedial dengan metode diskusi, ab12 menunjukkan kelompok siswa yang mempunyai diberi perlakuan kreativitas sedang diberi perlakuan dengan pembelajaran remedial dengan metode diskusi, ab13 menunjukkan kelompok siswa yang mempunyai kreativitas rendah diberi perlakuan dengan pembelajaran remedial dengan metode diskusi, ab21 menunjukkan kelompok siswa yang mempunyai kreativitas tinggi diberi

Model 


(58)

commit to user

 

perlakuan dengan pembelajaran remedial dengan metode pemberian tugas, ab22 menunjukkan kelompok siswa yang mempunyai kreativitas sedang diberi perlakuan dengan pembelajaran remedial dengan metode pemberian tugas, ab23 menunjukkan kelompok siswa yang mempunyai kreativitas rendah diberi perlakuan dengan pembelajaran remedial dengan metode pemberian tugas.

C.Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2004:115). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri se-Kabupaten Katingan semester satu tahun pelajaran 2010/2011, yang terdiri dari 30 sekolah.

2. Sampel

Pengertian sampel menurut Suharsimi Arikunto (1998 : 115), adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel merupakan kelompok hasil individu yang diamati dan dapat digeneralisasikan terhadap populasi penelitian sekaligus dapat meramalkan keadaan populasi.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara stratified cluster

random sampling, yaitu dengan cara pengelompokan sekolah berdasarkan

rangking dari Ujian Akhir Nasional tingkat Kabupaten Katingan menjadi dua kelompok, kelompok atas dan kelompok bawah, data selengkapnya dapat dilihat


(59)

commit to user

pada Tabel 3.3. Kelompok atas adalah sekolah yang mempunyai rataan nilai Ujian Nasionalnya lebih atau sama dengan rataan nilai Ujian Akhir Nasional SMP Negeri se-Kabupaten Katingan. Sedangkan kelompok bawah adalah sekolah yang mempunyai rataan Ujian Nasionalnya di bawah rataan nilai Ujian Akhir Nasional SMP Negeri se-Kabupaten Katingan. Kemudian diambil secara acak dua sekolah yang akan dijadikan sampel dengan masing-masing sekolah mewakili satu kelompok sampel kelas kelompok atas adalah SMP Negeri 1 Katingan Tengah dan sampel kelas kelompok bawah adalah SMP Negeri 2 KatinganTengah.

Kemudian untuk menentukan kelas yang dijadikan kelas eksperimen, diambil 2 kelas dengan cara mengundi dari kelas VII pada masing-masing sekolah

tersebut. Undian tersebut dilaksanakan dalam satu tahap dengan dua kali pengambilan. Nomor kelas yang keluar pertama ditetapkan sebagai kelas

eksperimen 1 untuk metode diskusi dan nomor kelas yang keluar berikutnya

ditetapkan sebagai kelas eksperimen 2 dengan metode pemberian tugas. Dari hasil pengundian maka diperoleh sampel penelitian ini adalah di SMP Negeri 1 Katingan Tengah kelas VIIA sebagai kelas eksperimen 1 dan kelas

VIIB sebagai kelas eksperimen 2, sedangkan di SMP Negeri 2 Katingan Tengah kelas VIIA sebagai kelas eksperimen1 dan kelas VIIB sebagai kelas eksperimen 2. Sehingga diperoleh sampel siswa kelas VIIA dari SMP Negeri 1 Katingan Tengah dan siswa kelas VIIA dari SMP Negeri 2 Katingan Tengah sebanyak 72 siswa sebagai kelas eksperimen1, sedangkan sampel siswa kelas VIIB dari SMP Negeri 1 Katingan Tengah dan siswa kelas VIIB dari SMP Negeri 2 Katingan Tengah sebanyak 65 siswa sebagai kelas eksperimen 2.


(60)

commit to user

 

Tabel 3.3 Hasil Ujian Nasional Matematika Tahun 2008/2009

No Nama Sekolah Rerata Kelompok

1 SMPN 2 KAMIPANG 7,34 Atas

2 SMPN 3 PULAU MALAN 7,29 Atas

3 SMPN 1 KATINGAN HULU 7,29 Atas

4 SMPN 3 TWG SANGGALANG 6,95 Atas

5 SMPN 3 KATINGAN HULU 6,6 Atas

6 SMPN 2 SANAMAN MANTIKEI 6,4 Atas

7 SMPN 1 PULAU MALAN 6,4 Atas

8 SMPN 1 KATINGAN HILIR 6,37 Atas

9 SMPN 4 KATINGAN HILIR 6,3 Atas

10 SMPN 1 SANAMAN MANTIKEI 6,3 Atas 11 SMPN 5 KATINGAN HILIR 6,25 Atas 12 SMPN 3 KATINGAN TENGAH 6,12 Atas

13 SMPN 1 MARIKIT 6,11 Atas

14 SMPN 1 KATINGAN KUALA 6,04 Atas 15 SMPN 3 KATINGAN HILIR 6,04 Atas 16 SMPN 1 TASIK PAYAWAN 6,03 Atas 17 SMPN 1 KATINGAN TENGAH 5,84 Atas 18 SMPN 2 TASIK PAYAWAN 5,81 Atas 19 SMPN 1 TWG SANGGALANG 5,8 Atas 20 SMPN 2 TWG SANGGALANG 5,79 Atas 21 SMPN 3 KATINGAN KUALA 5,72 Atas

22 SMPN 1 MENDAWAI 5,67 Atas

23 SMPN 2 KATINGAN KUALA 5,67 Atas

24 SMPN 1 KAMIPANG 5,49 Bawah

25 SMPN 2 KATINGAN HILIR 5,14 Bawah

26 SMPN 2 PULAU MALAN 5,09 Bawah

27 SMPN 2 KATINGAN TENGAH 5,07 Bawah

28 SMPN 2 KATINGAN HULU 4,75 Bawah

29 SMPN 4 KATINGAN HULU 4,21 Bawah

30 SMPN 2 MARIKIT 2,64 Bawah

Berdasar prosedur di atas diperoleh kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 seperti pada Tabel 3.4.


(1)

commit to user

72  

 

terstruktur dengan umpan balik cenderung memperoleh prestasi belajar matematika lebih tinggi dari kelompok siswa yang diberi metode pembelajaran kovensional.

2. Hipotesis Kedua (H0B)

Berdasarkan analisis variansi dua jalan sel tak sama diperoleh Fb = 1,7533 dengan F0,05;2;131 = 3,0653. Karena Fb kurang dari F0,05;2;13l sehingga H0B diterima. Ini berarti tidak terdapat perbedaan pengaruh kreativitas belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa. Siswa dengan kreativitas belajar tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang sama dengan prestasi siswa dengan kreativitas belajar matematika sedang dan rendah dan siswa dengan kreativitas belajar matematika sedang mempunyai prestasi belajar matematika yang sama dengan prestasi siswa dengan kreativitas belajar matematika rendah.

Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Hafifah (2008) yang menyatakan bahwa kreativitas belajar matematika tidak memberi pengaruh yang berbeda terhadap prestasi belajar matematika.

3. Hipotesis Ketiga (H0AB)

Berdasarkan analisis variansi dua jalan sel tak sama diperoleh Fab = 0,2992 dengan F0,05;2;131 = 3,0653. Karena Fab kurang dari F0,05;2;131 sehingga H0AB diterima. Ini berarti tidak terdapat interaksi yang signifikan antara model pembelajaran pada metode diskusi dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar matematika pada materi pokok pecahan.


(2)

commit to user

 

 

Hal ini berarti bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran pada remedial diskusi tidak menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada dengan menggunakan model pembelajaran pada remedial pemberian tugas untuk siswa yang mempunyai kreativitas belajar tinggi, sedang, maupun rendah.


(3)

commit to user

 

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari data penelitian serta melalui serangkaian analisis, maka dalam penelitian ini dapat diambil kesimpulan:

1. Terdapat pengaruh yang berbeda antara siswa yang memperoleh model

pembelajaran remedial dengan metode diskusi dengan siswa yang memperoleh model pembelajaran remedial dengan metode pemberian tugas, yaitu siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran remedial dengan metode pemberian tugas mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang mendapatkan strategi pembelajaran metode diskusi.

2. Kreativitas belajar matematika tidak memberi pengaruh yang berbeda

terhadap prestasi belajar matematika, lebih jauh dapat disimpulkan bahwa siswa dengan kreativitas belajar matematika tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang sama dengan siswa kreativitas belajar matematika sedang dan rendah, dan siswa dengan kreativitas belajar matematika sedang mempunyai prestasi belajar matematika yang sama dengan prestasi siswa dengan kreativitas belajar rendah.

3. Tidak ada interaksi antara strategi pembelajaran yang digunakan dengan kreativitas belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa pada materi pokok pecahan. Pada model pembelajaran remedial dengan metode pemberian tugas, siswa yang mempunyai kreativitas belajar tinggi, sedang


(4)

commit to user

 

 

dan rendah mempunyai prestasi belajar yang sama. Sedangkan pada model pembelajaran remedial dengan metode diskusi untuk siswa yang mempunyai kreativitas belajar tinggi dan sedang mempunyai prestasi belajar yang sama, begitu juga untuk siswa yang mempunyai kreativitas belajar sedang dan rendah mempunyai prestasi belajar yang sama, demikian untuk siswa yang mempunyai kreativitas belajar tinggi mempunyai prestasi belajar sama dari pada siswa yang mempunyai kreativitas belajar rendah.

B. Implikasi

Berdasarkan pada kajian teori serta mengacu pada hasil penelitian ini, maka penulis akan menyampaikan implikasi yang berguna baik secara teororitis maupun secara praktis dalam upaya meningkatkan prestasi belajar matematika.

1. Implikasi Teoritis

Dari hasil penelitian, maka implikasi yang dapat disampaikan adalah keefektifan model pembelajaran remedial dengan metode pemberian tugas pada materi pokok pecahan secara teoritis hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk mengembangkan strategi pembelajaran pada materi bahasan tersebut khususnya dan pada pokok bahasan lain pada umumnya. Karena dengan menerapkan model pembelajaran remedial dengan metode pemberian tugas dimungkinkan siswa aktif dalam belajar dirumah, saling membantu, saling berdiskusi bertukar pikiran. Meskipun perbedaan kreativitas belajar mempengaruhi prestasi belajar siswa, guru sebaiknya tetap memperhatikan kreativitas belajar siswa dengan memperluas pengetahuan


(5)

commit to user

76  

 

mengenai faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, khususnya yang berkaitan dengan model pembelajaran.

2. Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan khususnya bagi pendidik dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran. Guru dapat menentukan model pembelajaran yang lebih efektif dan efisien yang sesuai dengan pokok bahasan pembelajaran dengan tetap memperhatikan faktor-faktor yang mungkin ikut mempengaruhi proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari penelitian, maka dapat diajukan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi Guru

Guru dapat menggunakan strategi pembelajaran remedial dengan metode pemberian tugas sebagai alternatif pembelajaran matematika untuk materi pokok pecahan dan materi lainnya untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa, dengan mempersiapkan sarana pembelajaran secara baik. 2. Bagi Peneliti yang lain

a. Menerapkan strategi pembelajaran remedial dengan metode pemberian tugas untuk materi yang berbeda.

b. Menyelidiki lebih mendalam efek perbedaan kreativitas belajar terhadap prestasi belajar matematika siswa.


(6)

commit to user

 

 

3. Bagi Pengambil Kebijakan

a. Kepada Kepala SMP khususnya di wilayah kabupaten Katingan, agar

menekankan kepada setiap guru agar selalu aktif dan inovatif dalam melaksanakan proses pembelajaran, seperti menggunakan model pembelajaran yang bervariasi disesuaikan dengan pokok bahasannya.

b. Kepada Kepala Departemen Pendidikan Nasional Kabupaten Katingan,

agar mengadakan pelatihan dan diklat tentang pendekatan pembelajaran guna meningkatkan kualitas pembelajaran matematika.


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA SMP

0 3 111

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA MATERI PECAHAN DITINJAU DARI PEMECAHAN Analisis Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pada Materi Pecahan Ditinjau Dari Pemecahan Masalah Polya (Kelas VII SMP Negeri 23 Surakarta Tah

0 5 14

PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA SMP NEGERI 1 HINAI KABUPATEN LANGKAT.

0 2 42

EKSPERIMENTASI PENGGUNAAN MEDIA KOMPUTER DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN PECAHAN DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA MTs KABUPATEN KLATEN

1 5 112

EKSPERIMENTASI PENGAJARAN MATEMATIKA DENGAN REMEDIAL KELOMPOK DAN REMEDIAL BERSAMA DITINJAU DARI KESULITAN BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG (Pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 2 Surakarta).

0 0 7

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MODEL TUTOR SEBAYA UNTUK MENGATASI KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KELENGKAPAN FASILITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII MTsN WALEN.

0 0 10

Diagnosis kesulitan belajar siswa dan pembelajaran remedial dalam materi operasi pada pecahan bentuk aljabar di kelas VIII SMPN2 Jetis Bantul.

0 4 144

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROBLEM SOLVING PADA POKOK BAHASAN PECAHAN DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA.

0 1 19

EFEKTIVITAS PENDEKATAN PEMBELAJARAN OPEN- ENDED TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIS SISWA PADA MATERI TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KREATIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA.

0 0 8

REMEDIAL TEACHING UNTUK MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA DALAM KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA BERDASARKAN PROSEDUR NEWMAN

0 1 67