Dimensi Sosial ANALISIS KEBERLANJUTAN EKOSISTEM MANGROVE

Gambar 20. Analisis sensitifitas atribut pada dimensi hukumkelembagaan Gambar 20 menunjukkan atribut sensititifitas pada dimensi hukumkelembagaan Atribut yang sensistif adalah keterlibatan stakeholder dengan nilai leverage lebih dari delapan, sehingga atribut ini perlu mendapat perhatian dari pemerintah agar adanya keterlibatan stakeholder dalam pengelolaan ekosistem mangrove yang berkelanjutan. Hal ini dapat dilihat dari nilai root mean square change atribut tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan atribut-atribut lainnya. Hasil analisis Monte Carlo dapat dilihat pada Gambar 21. Gambar 21. Hasil analisis Monte Carlo untuk ekosistem mangrove pada dimensi hukumkelembagaan Berdasarkan analisis Monte Carlo diketahui bahwa kondisi hukumkelembagaan ekosistem mangrove banyak mengalami gangguan perturbation yang ditunjukkan oleh plot biru yang menyebar. Analisis keberlanjutan yang dilakukan dengan menggunakan Rap_Mforest menghasilkan indeks keberlanjutan yang berbeda setiap dimensi. Dapat di lihat pada Tabel 39. Tabel 39. Perbandingan indeks keberlanjutan dari hasil teknik ordinasi dimensi ekologi, ekonomi, sosial dan hukumkelembagaan No Dimensi Indeks Status 1. Ekologi 51,17 Cukup berkelanjutan 2. Ekonomi 58,91 Cukup berkelanjutan 3. Sosial 52,43 Cukup berkelanjutan 4. Hukumkelembagaan 73,21 Cukup berkelanjutan Berdasarkan Tabel 39 analisis ordinasi menunjukkan bahwa keberlanjutan ekosistem mangrove bervariasi antar dimensi yaitu, dimensi ekologi, ekonomi dan sosial masih dalam kondisi cukup berkelanjutan dan dimensi hukumkelembagaan dalam kondisi cukup berkelanjutan. Sedangkan, berdasarkan analisis leverage dari keempat dimensi, terlihat bahwa dari aspek hukumkelembagaan atribut keterlibatan stakeholder merupakan atribut yang sensisitif. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa atribut keterlibatan stakeholder berpengaruh sangat besar terhadap keberlanjutan dari sisi dimensi hukumkelembagaan. Dari sisi dimensi ekologi, sosial, dan ekonomi, terlihat bahwa atribut memiliki nilai leverage dibawah 8, artinya tidak ada yang berpengaruh secara signifikan terhadap keberlanjutan pengelolaan ekosistem mangrove. Keterkaitan antar dimensi dapat digambarkan dengan menggunakan diagram layang disajikan pada Gambar 22. Gambar 22. Diagram layang analisis keberlanjutan pengelolaan ekosistem mangrove Berdasarkan Gambar 22 dapat dilihat bagian luar diagram menunjukkan skor baik 100 sementara bagian dalam menunjukkan skor buruk 0. Analisis keberlanjutan ekosistem mangrove menggunakan Rap_Mforest harus memperhatikan aspek ketidakpastian, dimana hal ini dapat disebabkan oleh Fauzi dan Anna, 2010: a. Dampak dari kesalahan dalam skoring akibat minimnya informasi b. Dampak dari keragaman dalam skoring akibat perbedaan penilaian c. Kesalahan dalam entri data d. Tingginya nilai stress yang diperoleh dari algoritma ALSCAL Melihat permasalahan diatas, maka analisis monte carlo merupakan serangkaian proses simulasi yang berlangsung untuk menguji pengaruh dari beragam kekeliruan ketidakpastian, baik yang berkenaan dengan skoring maupun dalam proses ordinasi status keberlanjutan ekosistem mangrove. Tabel 40 menyajikan perbandingan indeks keberlanjutan hasil Multi-Dimensional Scaling MDS dengan hasil analisis Monte Carlo. Tabel 40. Perbandingan indeks keberlanjutan hasil MDS dan Monte Carlo selang kepercayaan 95 pada ekosistem mangrove No Dimensi Indeks Monte Carlo Perbedaan 1. Ekologi 51,17 50,47 0,70 2. Ekonomi 58,91 57,53 1,38 3. Sosial 52,43 51,71 0,71 4. Hukumkelembagaan 73,21 68,77 4,44 Berdasarkan Tabel 40 menunjukkan bahwa nilai indeks keberlanjutan yang didapat pada setiap dimensi tidak banyak mengalami perbedaan 5. Menurut Fauzi 2004 nilai perbedaan 5 mengindikasikan bahwa 1 kesalahan dalam pembuatan skor pada setiap atribut relatif kecil, 2 ragam pemberian skor akibat perbedaan opini relatif kecil, 3 proses analisis yang dilakukan secara berulang stabil, dan 4 kesalahan pemasukan data dan data yang hilang dapat dihindari. Dengan demikian, diketahui bahwa hasil analisis keberlanjutan yang dilakukan dengan teknik Rap_Mforest untuk ekosistem mangrove memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi.

IX. ANALISIS DINAMIK

9.1 Analisis Sistem

Analisis sistem memiliki tujuan untuk mengetahui sistem keberlanjutan dalam pengelolaan ekosistem mangrove sehingga diperoleh gambaran, keterkaitan, dan pemahaman sistem secara mendalam. Analisis sistem akan menghasilkan spesifikasi sistem secara detail yang terdiri dari batasan sistem sytem boundary, tujuan sistem, elemen-elemen sistem dan mekanisme sistem Fauzi, 2004. Analisis sistem memiliki beberapa tahap yaitu melakukan analisis situasi terhadap sistem keberlanjutan pengelolaan ekosistem mangrove untuk memperoleh gambaran secara umum. Tahapan pendekatan sistem meliputi analisis kebutuhan sistem, formulasi permasalahan dan identifikasi sistem sehingga diperoleh pemahaman sistem secara rinci. Hasil pemahaman ini digunakan untuk menentukan indikator-indikator keberlanjutan pengelolaan ekosistem mangrove serta sebagai dasar dalam membangun model dinamik keberlanjutan pengelolaan ekosistem mangrove di Desa Pabean Udik.

9.1.1 Analisis Situasi

Desa Pabean Udik memiliki potensi mangrove yang relatif baik. Ekosistem mangrove memiliki peranan penting untuk mendukung perkembangan ekonomi masyarakat di Desa Pabean Udik. Ekosistem mangrove mengalami banyak gangguan dan perubahan yang disebabkan oleh manusia dan alam.

9.1.2 Analisis kebutuhan

Analisis kebutuhan merupakan langkah awal untuk menentukan kebutuhan komponen-komponen sistem yang ada. Data ini akan digunakan untuk merancang model seperti diagram sebab akibat dan lain-lain. Pelaku sistem dalam pengelolaan ekosistem mangrove dalam jumlah banyak, maka dalam penelitian ini dibatasi hanya ada 4 pelaku sistem yaitu nelayan, kelompok tani, bakul dan pemerintah daerah, Tabel 41. Tabel 41. Analisis kebutuhan sistem pada aktivitas pengelolaan ekosistem mangrove di Desa Pabean Udik No Pelaku sistem Kebutuhan pelaku sistem 1 Nelayan 1. Informasi stok udang 2. Informasi TPI 3. Pendapatan sekali menangkap 4. Informasi tentang area penangkapan udang 5. Informasi fasilitas dan akses pemasaran 6. Perkembangan pembuatan produk mangrove 7. Asuransi 8. Pelatihan dan penyuluhan 2 Kelompok Tani Jaka Kencana 1. Informasi tentang mangrove 2. Pengelolaan mangrove 3. Luas mangrove 4. Luas mangrove yang dikonversi jadi tambak 5. Rehabilitas mangrove 3 Pemerintah Daerah 1. Informasi jumlah nelayan 2. Informasi jumlah armada 3. Informasi kenapa mangrove di konversi jadi tambak 4. Informasi jenisjumlah alat tangkap 5. Informasi fishing ground nelayan 6. Informasi hasil tangkapan 7. Informasi data usaha di sekitar mangrove 8. Luas mangrove yang diizinkan untuk konversi 9. Jumlah populasi penduduk 10. PDRB sektor perikanan dan pariwisata 11. Laju kelahiran dan kematian 12. Laju migrasi 4 Bakul 1. Jenis udang 2. Produksi udang 3. Harga udang 4. Tempat Pemasaran udang Sumber: Hasil Analisis Data, 2014

9.1.3 Formulasi Permasalahan

Permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan ekosistem mangrove dapat diformulasikan sebagai berikut: 1. Ekosistem mangrove merupakan ekosistem yang memiliki fungsi ekologi tinggi, dan bebasnya semua pihak untuk memanfaatkan ekosistem sehingga dalam pemanfaatannya terjadi open access. 2. Stok udang bersifat terbatas dan upaya penangkapan udang tidak terbatas, udang sangat tergantung hidupnya terhadap area mangrove, jika mangrove dikonversi menjadi tambak maka stok udang alami akan terancam punah. 3. Tidak adanya pembatasan effort pada penangkapan udang menyebabkan semakin rendahnya tingkat keuntungan yang diperoleh oleh nelayan sehingga mengancam keberlanjutan usaha penangkapan udang. 4. Guna meningkatkan keuntungannya, masyarakat memperluas konversi mangrove menjadi tambak udang dan bandeng. 5. Saat ini, belum ada alternatif kebijakan yang terfokus untuk pengelolaan ekosistem mangrove dan alternatif kebijakan untuk memaksimalkan keuntungan yang diperoleh nelayan. Belum ada alternatif kebijkan secara ekologi, sosial dan ekonomi ekosistem mangrove tetap berlanjut. Kebijakan yang ada belum maksimal dan terjadinya perbenturan antara kepentingan stakeholders. 6. Aktivitas pengelolaan ekosistem mangrove belum mempunyai instrumen untuk menilai keberlanjutan pada masa yang akan datang secara komprehensif.

9.1.4 Identifikasi Sistem

Tujuan dari identifikasi sistem adalah untuk mengenali sistem, menetapkan batasannya, menganalisis pelaku sistem dan hubungan antar pelaku sistem dan komponen lainnya dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Identifikasi sistem akan menghasilkan gambaran terkait dengan sistem keberlanjutan pengelolaan ekosistem mangrove dalam bentuk causal loop diagram. Causal loop diagram diterjemahkan dalam bentuk diagram input-output yang menjelaskan prilaku hubungan sebab akibat antar komponen sistem dalam mencapai tujuannya. Keberlanjutan ekologi akan tercapai apabila mangrove tetap di konservasi dan dikelola dengan mengembangkan wisata mangrove dan sumberdaya udang yang ditangkap tidak melebihi jumlah tangkapan lestari. Keberlanjutan ekonomi dan keberlanjutan sosial akan tercapai apabila nelayan dan masyarakat Desa Pabean Udik memperoleh keuntungan dari manfaat ekosistem mangrove, pengembangan wisata mangrove dan penangkapan udang. Volume produksi udang dipengaruhi oleh luas mangrove dan stok udang, semakin luas mangrove maka udang yang ada semakin banyak. Peningkatan effort mempengaruhi keuntungan usaha penangkapan udang, apabila effort untuk menangkap udang semakin tinggi maka beban biaya produksi yang ditanggung oleh nelayan akan semakin besar sehingga akan mengakibatkan kerugian, demikian juga sebaliknya. Diagram kausal pengelolaan ekosistem mangrove yang berkelanjutan disajikan pada Gambar 5.