Analisis Kebijakan TINJAUAN PUSTAKA

bandeng 0 ha. Alternatif IV, III, II, dan I tidak menjadi pilihan dalam alternatif pengelolaan karena menunjukkan nilai yang sangat tidak efisien. 5. Pattimahu 2010 meneliti tentang Kebijakan Pengelolaan Hutan Mangrove Berkelanjutan di Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku. Hasil valuasi ekonomi menunjukkan bahwa pemanfaatan mangrove secara langsung dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Sedangkan analisis sosial menunjukkan tingkat pendidikan masyarakat masih rendah di lokasi penelitian; kurangnya peran serta masyarkat dalam setiap kegiatan pengelolaan hutan mangrove, disamping itu akses masyarakat terhadap hutan mangrove tinggi. Selanjutnya berdasarkan analisis Rap-Mforest, nilai indeks multidimensi pengelolaan ekosistem hutan mangrove sebesar 36,08 kurang berkelanjutan pada skala sustainabilitas 0 –100. Dimensi ekologi memiliki nilai indeks tertinggi, sebesar 79,95 berkelanjutan, dimensi ekonomi 33,56 kurang berkelanjutan dan yang terendah dimensi sosial sebesar 22,96 tidak berkelanjutan. Dengan demikian, metode Rap M-forest yang modifikasi dari Rapfish dapat diterapkan dalam merumuskan kebijakan pengelolaan hutan mangrove berkelanjutan di Kabupaten Seram bagian Barat.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Desa Pabean Udik memiliki potensi ekosistem mangrove yang mengalami tekanan karena meningkatnya kebutuhan ekonomi masyarakat. Ekosistem mangrove merupakan salah satu sumberdaya alam pesisir yang sangat rentan terhadap perubahan lingkungan. Perubahan yang terjadi pada suatu ekosistem pesisir akan mempengaruhi ekosistem lainnya, sehingga perlu pengelolaan yang seimbang antara kebutuhan untuk pembangunan ekonomi dan jasa lingkungan. Pertambahan penduduk dan kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat terutama di wilayah pesisir mengakibatkan adanya perubahan tata guna lahan dan pemanfaatan sumberdaya alam secara berlebihan, terutama mangrove untuk areal pertambakan. Kondisi tersebut menyebabkan ekosistem mangrove mengalami kerusakan yang mengakibatkan terjadinya abrasi dan sedimentasi. Agar pengelolaan ekosistem mangrove dilaksanakan secara berkelanjutan maka perlu dilaksanakan penelitian. Ekosistem mangrove merupakan tempat pembesaran ikan dan tempat mencari makan ikan tidak terkecuali tempat pembesaran dan mencari makan bagi sumberdaya udang, sehingga penting untuk mengetahui bagaimana keterkaitan ekosistem mangrove dengan sumberdaya udang. Ekonomi keterkaitan ekosistem mangrove digunakan untuk mengetahui produktivitas marjinal area mangrove MP M dan produktivitas marjinal upaya penangkapan MP E . Ekosistem mangrove memiliki nilai ekonomi yang diestimasi dengan menggunakan metode valuasi ekonomi, sehingga diperoleh nilai ekonomi total ekosistem mangrove di Desa Pabean Udik. Nilai ekonomi total ini penting untuk melihat seberapa besar manfaat keberadaan ekosistem mangrove dan sebagai dasar bagi pemerintah untuk mengambil kebijakan pengelolaan ekosistem mangrove yang berkelanjutan. Keberlanjutan ekosistem mangrove dipengaruhi oleh beberapa indikator dari dimensi ekologi, dimensi ekonomi, dimensi sosial dan dimensi hukumkelembagaan. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui status keberlanjutan ekosistem mangrove dengan analisis Rap-Mforest. Keterkaitan antara sub sistem ekologi, sub sistem ekonomi, dan sub sistem sosial perlu dilihat untuk mengetahui arahan kebijakan pengelolaan ekosistem mangrove secara optimum, dinamis dan berkelanjutan. Dengan demikian, diperlukan penentuan alternatif kebijakan pengelolaan ekosistem mangrove