Dimensi hukumkelembagaan ANALISIS KEBERLANJUTAN EKOSISTEM MANGROVE

3. Tidak adanya pembatasan effort pada penangkapan udang menyebabkan semakin rendahnya tingkat keuntungan yang diperoleh oleh nelayan sehingga mengancam keberlanjutan usaha penangkapan udang. 4. Guna meningkatkan keuntungannya, masyarakat memperluas konversi mangrove menjadi tambak udang dan bandeng. 5. Saat ini, belum ada alternatif kebijakan yang terfokus untuk pengelolaan ekosistem mangrove dan alternatif kebijakan untuk memaksimalkan keuntungan yang diperoleh nelayan. Belum ada alternatif kebijkan secara ekologi, sosial dan ekonomi ekosistem mangrove tetap berlanjut. Kebijakan yang ada belum maksimal dan terjadinya perbenturan antara kepentingan stakeholders. 6. Aktivitas pengelolaan ekosistem mangrove belum mempunyai instrumen untuk menilai keberlanjutan pada masa yang akan datang secara komprehensif.

9.1.4 Identifikasi Sistem

Tujuan dari identifikasi sistem adalah untuk mengenali sistem, menetapkan batasannya, menganalisis pelaku sistem dan hubungan antar pelaku sistem dan komponen lainnya dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Identifikasi sistem akan menghasilkan gambaran terkait dengan sistem keberlanjutan pengelolaan ekosistem mangrove dalam bentuk causal loop diagram. Causal loop diagram diterjemahkan dalam bentuk diagram input-output yang menjelaskan prilaku hubungan sebab akibat antar komponen sistem dalam mencapai tujuannya. Keberlanjutan ekologi akan tercapai apabila mangrove tetap di konservasi dan dikelola dengan mengembangkan wisata mangrove dan sumberdaya udang yang ditangkap tidak melebihi jumlah tangkapan lestari. Keberlanjutan ekonomi dan keberlanjutan sosial akan tercapai apabila nelayan dan masyarakat Desa Pabean Udik memperoleh keuntungan dari manfaat ekosistem mangrove, pengembangan wisata mangrove dan penangkapan udang. Volume produksi udang dipengaruhi oleh luas mangrove dan stok udang, semakin luas mangrove maka udang yang ada semakin banyak. Peningkatan effort mempengaruhi keuntungan usaha penangkapan udang, apabila effort untuk menangkap udang semakin tinggi maka beban biaya produksi yang ditanggung oleh nelayan akan semakin besar sehingga akan mengakibatkan kerugian, demikian juga sebaliknya. Diagram kausal pengelolaan ekosistem mangrove yang berkelanjutan disajikan pada Gambar 5. Identifikasi sistem diagram lingkar sebab-akibat kemudian diinterpretasikan untuk membangun konsep kotak gelap black box diagram input-output. Menurut Sadelie 2002 ada tiga macam informasi yang diperlukan untuk menyusun kotak gelap black box, yaitu: 1 peubah input, 2 peubah output, dan 3 parameter-parameter yang membatasi struktur sistem. Peubah input terdiri dari dua macam, yaitu yang berasal dari luar sistem input eksogen atau input lingkungan, dan overt input yang berasal dari dalam sistem input endogen. Overt input terdiri dari dua macam yaitu input yang terkendali dan input tidak terkendali. Peubah output terdiri dari dua macam yaitu output yang dikehendaki dan output yang tidak dikehendaki. Output dikehendaki merupakan hasil dari adanya pemenuhan kebutuhan yang telah ditentukan secara spesifik pada tahap analisis kebutuhan, sedangkan output tidak dikehendaki merupakan hasil sampingan atau dampak yang ditimbulkan bersama-sama dengan output dikehendaki. Parameter rancangan sistem adalah parameter yang mempengaruhi input sampai proses transformasi menjadi output. Parameter rancangan sistem cenderung konstan, namun apabila terjadi perubahan kondisi lingkungan, dalam beberapa hal dapat diubah untuk memperbaiki kemampuan sistem agar tetap berjalan baik. Hubungan antar komponen sistem, input maupun output dalam model dinyatakan dalam diagram input output Gambar 23. Diagram input-output menggambarkan proses transformasi masukan model menjadi keluaran model. Model menggunakan dua jenis masukan, yaitu masukan dari luar sistem dan masukan dari dalam sistem. Masukan yang berasal dari dalam sistem endogenous terdiri dari masukan terkendali dan masukan tidak terkendali. Masukan terkendali merupakan peubah yang sangat diperlukan sistem yang berpengaruh dalam menentukan perilaku sistem yang dikehendaki dan dapat ditetapkan di dalam perancangan sistem. Masukan terkendali dapat digunakan sarana perekayasaan model dapat mencapai tujuan atau keluaran yang dikehendaki. Dalam penelitian ini masukan terkendali adalah membatasi jumlah upaya tangkap effort dan membatasi konversi ekosistem mangrove membatasi konversi mangrove untuk pembukaan tambak udang dan bandeng. Gambar 23. Diagram input-output sistem pengelolaan ekosistem mangrove berkelanjutan di Desa Pabean Udik

9.2 Pemodelan Sistem

Pemodelan sistem adalah tahapan untuk merancang model pengelolaan ekosistem mangrove yang berkelanjutan di Desa Pabean Udik. Pemodelan sistem terdiri atas tiga aktivitas, yaitu konseptualisasi sistem, formulasi model dan pengujian model. Tahapan di awali dengan penentuan ruang lingkup dan asumsi-asumsi model sebagai bagian dari konseptualisasi model. Formulasi model dilakukan dengan menuangkan model konseptual ke dalam model komputer dalam bentuk stock and flow diagram SFD dan model matematik yang didasarkan dari analisis ekonomi keterkaitan mangrove dengan udang.

9.2.1. Ruang Lingkup dan Asumsi-Asumsi Model

Ruang lingkup model pengelolaan ekosistem mangrove yang berkelanjutan dalam model ini adalah: INPUT LINGKUNGAN Kondisi ekosistem mangrove Kebijakan pemerintah Rencana tata ruang ekosistem mangrove INPUT DIKEHENDAKI Meningkatnya stok Perbaikan ekositem mangrove Pertumbuhan ekonomi masyarakat OUTPUT TIDAK DIKEHENDAKI Kerusakan ekosistem mangrove Kerusakan lingkungan Biaya produksi tinggi Pendapatan masyarakat rendah INPUT TAK TERKENDALI Sumberdaya udang Harga produk Kondisi sosial budaya Laju imigrasi OUTPUT TERKENDALI Peningkatan keterampilan SDM Pembatasan effort Sarana dan prasarana Kelembagaan PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE BERKELANJUTAN DI DESA PABEAN UDIK MANAJEMEN PENGENDALI a. Model dibangun berdasarkan pendekatan produksi pada analisis ekonomi keterkaitan mangrove dengan sumberdaya udang dan valuasi ekonomi untuk menentukan nilai ekonomi ekosistem mangrove. b. Luas mangrove dalam model adalah mangrove yang masih utuh sebelum adanya rehabilitasi yang ada di Desa Pabean Udik. c. Indikator keuntungan dalam model hanya mempertimbangkan keuntungan yang diterima nelayan berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan penangkap udang dan keuntungan masyarakat yang ikut serta dalam pengolahan produk dari ekosistem mangrove. d. Model hanya mempertimbangkan pelaku utama yang terkait dengan aktivitas penangkapan udang dan nelayan yang memanfaatkan ekosistem mangrove di Desa Pabean UDik. e. Model tidak mencakup prediksi variabel-variabel ekonomi makro, seperti suku bunga, nilai tukar rupiah, pencemaran lingkungan oleh limbah dan sumber pencemar lainnya. Model diasumsikan berlaku apabila keadaan ekonomi makro berlangsung stabil.

9.2.2 Model Pengelolaan Ekosistem Mangrove Berkelanjutan

Model pengelolaan ekosistem mangrove berkelanjutan di Desa Pabean Udik menggunakan software “Ithink 6.0.1”. Analisis sistem dinamik pada penelitian ini digunakan untuk melihat hubungan antara ketersediaan stok udang dengan ekosistem mangrove, pendapatan masyarakat dan penyerapan tenaga kerja di Desa Pabean Udik. Sumberdaya alamiah dipengaruhi oleh interaksi antara 1 pertumbuhan alami dan kematian alami tanpa campur tangan manusia, 2 fluktuasi ekologi, 3 peraturan penangkapan, dan 4 transfer biologis dari satu sistem ekologi ke sistem ekologi lainnya Low, 1999. Penelitian ini menggunakan tiga sub model sesuai aspek keberlanjutan Charles 2001, yaitu: 1 Sub model sistem ekologi yang menggambarkan stok udang, effort E, penangkapan catch dan luas mangrove ha. 2 Sub Model sistem ekonomi yang menggambarkan nilai ekonomi total ekosistem mangrove, keuntungan hasil penangkapan udang, total penerimaan, total biaya dan biaya investasi. 3 Sub model sistem sosial yang menggambarkan kenaikan jumlah penduduk, peranan stok udang dan ekosistem mangrove dalam penyerapan tenaga kerja di Desa Pabean Udik. Model yang menggambarkan hubungan antara sub sistem ekologi, ekonomi, dan sosial pada ekosistem mangrove berkelanjutan dapat dilihat pada Gambar 24. Nilai ekonomi mangrov e Cost Rev enue IDUV Nilai KRH Luas mangrov e Fraksi KRH Nilai PK Karbon TperHaper Thn TP PU per Thn Rata2 Ef f ort DUV Ikan Belanak Kerang Sirop mangrov e Kepiting Harga Kepiting Produksi kepiting Jumlah nelay an HK PK JNK HIB PIK JNIK PSM HJ Fraksi BSM PG GPTM CIDUV CPG JB HB FraksiHarga JP HP JBambu HargaB JTali Htali CDUV CSM CIB JTripPerBulan JumlahTripThn Biay aPerTrip Arus Kas Biay a Penangkapan Pendapatan Total catch Cost trip per thn Fraksi Biay a Harga udang TR TC TB Keuntungan Net Present Value Peubah NPV DF Sub Sektor Ekonomi Stok Udang Penangkapan udang Pertumbuhan udang Laju pertumbuhan Laju upay a tangkap Total catch Luas mangrov e Penurunan LM Pertumbuhan M Laju Pertumbuhan mangrov e Laju penurunan mangrov e Sub Sektor Ekologi Gambar 24. Model pengelolaan ekosistem mangrove berkelanjutan di Desa Pabean Udik Berdasarkan Gambar 24 menunjukkan bahwa sub-sub model pada model pengelolaan ekosistem mangrove berkelanjutan memiliki hubungan keterkaitan satu Populasi penduduk Kemaian Kelahiran Laju kelahiran Laju kematian Imigrasi Laju imigrasi Pajak keuntungan Fraksi pajak Share pajak PDRB TB Peny erapan TK Inv estasi per TK Sub Sektor Sosial sama lainnya. Hubungan tersebut menyebabkan terjadinya dinamika model. Jika nilai suatu variabel pada suatu sub model berubah maka akan berpengaruh terhadap nilai variabel pada sub model lainnya. Keputusan untuk melakukan intervensi model dilakukan setelah diperoleh nilai dari parameter-parameter yang terkait dengan pengelolaan ekosistem mangrove yang berkelanjutan. Sub Sistem Ekologi Sub model sistem ekologi yang menggambarkan stok udang, jumlah tangkapan per tahun, laju kematian alami, laju pertumbuhan alami, dan luas ekosistem mangrove. Model sub sistem ekologi dapat dilihat pada Gambar 25. Stok Udang Penangkapan udang Pertumbuhan udang Laju pertumbuhan Laju upay a tangkap Total catch Luas mangrov e Penurunan LM Pertumbuhan M Laju Pertumbuhan mangrov e Laju penurunan mangrov e Sub Sektor Ekologi Gambar 25. Model dinamik sub sistem ekologi Gambar 25 menunjukkan input dari sub sistem ekologi yaitu stok udang, luas mangrove, dan jumlah tangkapan. Sedangkan, output dari sub sistem ekologi adalah penangkapan udang dan penurunan luas mangrove yang akan mempengaruhi pendapatan total dan nilai ekonomi total ekosistem mangrove pada sub sistem ekonomi. Sub Sistem Sosial Sub sistem sosial yang menggambarkan kenaikan jumlah penduduk, kenaikan jumlah angkatan kerja, peranan sektor kelautan dan perikanan terhadap PDRB, dan penyerapan tenaga kerja dari sektor kelautan dan perikanan. Oleh karena itu, peranan ekosistem mangrove dan sektor perikanan dalam penyerapan tenaga kerja di Desa Pabean Udik dimasukkan ke dalam sub sistem sosial. Model sub sistem sosial dapat dilihat pada Gambar 26.