Nilai Tukar Penelitian Terdahulu

Mankiw 2003 menyatakan bahwa salah satu variabel makroekonomi sebagai ukuran terbaik dalam kinerja perekonomian adalah Gross Domestic Product GDP yang terbagi menjadi GDP nominal dan GDP riil. GDP mengukur total produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit produksi yang menunjukkan perkembangan pendapatan agregat periode tertentu dan mewakili pertumbuhan ekonomi suatu negara. Indikator pertumbuhan ekonomi lain yang mengukur output produksi riil adalah Industrial Production Index IPI. Linda 2007 menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi dalam periode bulanan dinilai lebih representatif menggunakan IPI dibanding GDP riil. IPI diukur dari beberapa sektor seperti manufaktur, pertambangan, dan industri. IPI digunakan sebagai salah satu indikator koinsiden, yaitu perubahan pada indikator ini biasanya mengindikasikan perubahan yang sama pada aktivitas ekonomi keseluruhan atau dengan kata lain akan merefleksikan perubahan GDP.

2.8 Nilai Tukar

Nilai tukar suatu mata uang didefinisikan sebagai harga relatif dari suatu mata uang terhadap mata uang lainnya Bank Indonesia, 2004. Pada dasarnya terdapat tiga sistem nilai tukar, yaitu sistem nilai tukar tetap, sistem nilai tukar mengambang terkendali, dan sistem nilai tukar mengambang. Pemilihan sistem yang diterapkan akan tergantung pada kondisi perekonomian negara. Semakin terbukanya perekonomian suatu negara menyebabkan nilai tukar menjadi faktor penting yang harus diperhatikan dalam perekonomian Kassim et al., 2009. Jika dilihat dari cara perhitungannya, menurut Mankiw 2003, nilai tukar atau kurs dibagi menjadi 2, yaitu: 1 kurs nominal yang merupakan harga relatif dari mata uang dua negara dan 2 kurs riil yaitu harga relatif dari barang-barang kedua negara. Berdasarkan kedua definisi diatas maka perhitungan kurs dapat diperoleh melalui perkalian antara kurs nominal dan rasio tingkat harga, dimana rasio tingkat harga merupakan perbandingan antara harga barang domestik dan harga barang di luar negeri, misalnya di Amerika Serikat.

2.9 Mekanisme Transmisi melalui Jalur Kredit

Credit Channel 2.9.1 Jalur Pinjaman Bank Bank Lending Channel Jalur pinjaman bank menekankan pengaruh kebijakan moneter pada kondisi keuangan bank. Menurut jalur pinjaman bank, selain sisi aset, sisi liabilitas bank juga merupakan komponen penting dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter. Apabila Bank Sentral melaksanakan kebijakan moneter ekspansif, misalnya dengan meningkatkan jumlah uang beredar, maka suku bunga Sertifikat Bank Indonesia SBI akan turun. Penurunan suku bunga SBI akan menurunkan kuantitas SBI dan sebaliknya akan meningkatkan deposito. Hal ini akan membuat penawaran kredit meningkat dan menyebabkan suku bunga deposito turun. Karena biaya dana cost of fund turun, maka suku bunga pinjaman juga akan turun, sehingga mengurangi tindakan moral hazard dan adverse selection oleh perusahaan. Kondisi demikian akan mendorong meningkatnya pinjaman, yang selanjutnya akan meningkatkan pengeluaran melalui investasi dan pada akhirnya akan meningkatkan output. Skema kebijakan moneter dalam bank lending channel digambarkan sebagai berikut Mishkin, 2001 : M bank deposits bank loan investasi output Ada dua hal yang menjadi syarat bagi berlakunya channel ini, yaitu : 1. kredit dan surat berharga bukan merupakan substitusi sempurna bagi sebagian peminjam atau sebagian peminjam bergantung pada kredit bank, dan 2. bank sentral harus mampu mempengaruhi ketersediaan kredit bank. Implikasi penting dari credit view adalah kebijakan moneter akan memiliki efek yang lebih besar pada perusahaan kecil dibandingkan pada perusahaan besar Mishkin, 2001. Hal ini disebabkan perusahaan kecil lebih bergantung pada kredit bank, sedangkan perusahaan besar dapat mengakses pasar modal secara langsung melalui penerbitan saham dan obligasi.

2.9.2 Jalur Neraca Perusahaan Balance Sheet Channel

Kredit dan harga saham mempunyai hubungan yang tercermin pada salah satu jenis saluran yang akan mempengaruhi transmisi moneter dari sektor keuangan ke sektor riil, yaitu jalur neraca perusahaan balance sheet channel. Dalam jalur neraca perusahaan ini, yang ditekankan adalah pengaruh dari kebijakan moneter terhadap kondisi keuangan perusahaan yang selanjutnya akan mempengaruhi akses perusahaan untuk mendapatkan kredit. Dalam hal ini, apabila Bank Sentral melakukan kebijakan moneter yang ekspansif, maka suku bunga di pasar uang akan turun, yang mendorong harga saham mengalami peningkatan. Sejalan dengan peningkatan tersebut, dana sendiri perusahaan networth akan meningkat disebabkan meningkatnya harga equity yang selanjutnya akan mengurangi tindakan adverse selection dan moral hazard oleh perusahaan. Kondisi ini mendorong peningkatan pemberian kredit oleh bank, selanjutnya meningkatkan investasi, dan pada akhirnya meningkatkan output. Jalur tersebut dapat digambarkan sebagai berikut Mishkin, 1998: M P equity adverse selection dan moral hazard Lending investasi output

2.9 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Kim, et al . 1994 yang bertajuk “Stock Prices and Bank Lending Behavior in Japan ”, bertujuan meneliti hubungan historis historical relationship antara harga saham dengan bank lending di negara itu. Hubungan ini dapat tercermin dari, pertama, positifnya respon Japanese bank lending terhadap kenaikan harga saham Nikkei. Kedua, berubahnya historical relationship antara harga saham dan bank lending, yaitu hubungan keduanya lemah hingga pertengahan 1980an dan setelahnya tiba-tiba menguat secara signifikan. Ketiga, fluktuasi harga saham Nikkei ternyata punya kontribusi yang cukup signifikan terhadap fluktuasi bank lending di Jepang saat itu. Penelitian ini menggunakan data time series dengan variabel CPI Consumer Price Index, IPI Industrial Production Index, call money rate suku bunga pinjaman antar bank, Nikkei Stock Price Index Indeks Harga Saham Nikkei dan total kredit yang disalurkan perbankan Jepang. Waktu pada penelitian ini dibagi menjadi dua periode yaitu 1970:1 – 1983:12 dan 1984:1 – 1993:5 dan metode yang digunakan adalah SVAR Structural Vector Autoregression. Selain itu, Ibrahim 2004 menganalisis tentang “Stock Prices and Bank Loan Dynamics in a Developing Country : The Case of Malaysia ”. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi interaksi dinamis antara kredit dengan harga saham dan melihat apakah kredit mempunyai peran dalam menyalurkan guncangan di sektor keuangan ke sektor riil. Hasil yang diperoleh antara lain yaitu total kredit merespon positif kenaikan harga saham dan ternyata total kredit di Malaysia tidak mempunyai peran dalam menyalurkan guncangan di sektor keuangan ke sektor riil. Penelitian ini menggunakan data empat bulanan atau data kuartalan dengan menggunakan enam variabel, yaitu total kredit, harga saham, GDP Gross Domestic Product, CPI Consumer Price Index, suku bunga pinjaman antar bank dan nilai tukar. Periode penelitian ini dilakukan sejak kuartal satu 1978 sampai kuartal dua 1998 1978:Q1 – 1998:Q2. Metode yang digunakan adalah metode VAR yang dilanjutkan dengan metode VECM Vector Error Correction Model.

2.10 Kerangka Pemikiran