Perbandingan stabilitas mikroenkapsulat formula Elisabeth 2003 dan

menunjukkan bentuk ukuran partikel memiliki rataan total karoten yang berbeda. Gambar 14 . Pengaruh ukuran partikel mikroenkapsulat terhadap total karoten mikroenkapsulat selama proses penyinaran UV Dari ketiga perlakuan, untuk kemudahan aplikasi ke produk, dipilih mikroenkapsulat bubuk halus dengan proses penghalusan. Hal ini dikarenakan mikroenkapsulat bubuk halus lebih mudah diaplikasikan lebih mudah larut ke dalam produk. Sementara mikroenkapsulat bubuk kasar agak sukar larut ke dalam produk. Sedangkan mikroenkapsulat pada plat kaca tidak efiesien dalam penggunaan, karena untuk diaplikasikan ke dalam produk mikroenkapsulat harus dikerok terlebih dahulu sehingga memakan waktu lebih lama dan ukuran partikel hasil pengerokan besar.

2. Perbandingan stabilitas mikroenkapsulat formula Elisabeth 2003 dan

Simanjuntak 2007 Perlakuan berikutnya adalah pengaruh sinar UV terhadap stabilitas minyak sawit merah ,mikroenkapsulat formula Elisabeth 2003 dan Simanjuntak 2007. Formula Elisabeth 2003 menggunakan bahan penyalut natrium casseinat dan laktosa, yang dikeringkan menggunakan spray dryer. Kemudian mikroenkapsulat ditimbang sebanyak 4 gram, diletakkan dicawan petri dan disinar dengan lampu UV selama 5 jam. Dari hasil pengamatan didapat bahwa terjadi penurunan total karoten sebesar 96 . Sebelum disinar, total karoten sebesar 230 ppm dan setelah disinar selama 5 jam, total karoten hanya tinggal 9. Formula Simanjutak 2007 menggunakan bahan penyalut gelatin, CMC dan maltodekstrin, dan dikeringkan menggunakan tray dryer. Setelah kering mikroenkapsulat diblender untuk memperkecil ukuran partikel mikroenkapsulat. Gambar 15. Total karoten mikroenkapsulat formula Elisabeth 2003 dan formula Simanjuntak 2007 Sebelum disinar, total karoten pada mikroenkapsulat sebesar 205 ppm dan setelah disinar selama 5 jam, total karoten menjadi 11 ppm. Ini menunjukkan penurunan total karoten sebesar 94 . Kedua formula tersebut dibandingkan dengan stabilitas minyak sawit merah. Pada minyak sawit merah yang disinari lampu UV, terjadi penurunan total karoten sebesar 99 . Sebelum disinar dengan lampu UV, total karoten minyak sawit merah sebesar 573 ppm, kemudian setelah disinar selama 5 jam, total karoten sebesar 8 ppm. Ini menunjukkan sinar UV berpengaruh secara signifikan merusak karotenoid yang terdapat pada minyak sawit merah. Hasil analisi sidik ragam Lampiran 6 didapat bahwa stabilias total karoten minyak sawit merah, mikroenkapsulat formula Elisabeth dan mikroenkapsulat formula simanjuntak terhadap sinar UV tidak berbeda nyata p 0.05. Ini menunjukkan bahwa mikroenkapsulasi dengan menggunakan formula Elisabeth dan simanjuntak belum menunjukkan keefektifan dalam melindungi karoten yang terdapat dalam minyak sawit merah. Sinar ultra violet memiliki energi besar yang dapat menyebabkan terjadinya reaksi fotokimia. Energi ultra violet dapat menyebabkan molekul karotenoid tereksitasi dan mengubah konfigurasi trans menjadi cis. Hasil uji Duncan Lampiran 6 menunjukkan urutan rataan terkecil- terbesar formula simanjuntak-formula Elisabeth-minyak sawit merah. Nilai- nilai rataan total karoten setiap formula berada pada satu kolom subset yang sama, total karoten pada mikroenkapsulat formula simanjuntak sama dengan mikroenkapsulat formula Elisabeth dan minyak sawit merah pada taraf 5.

E. PENDUGAAN UMUR SIMPAN MIKROENKAPSULAT MINYAK SAWIT MERAH DENGAN METODE ASLT