Warna Larutan, Metode Lovibond Tintometer Faridah et al., 2006 Bilangan TBA, Metode Spektrofotometri AOAC, 1998

dimana bidang koordinat tersebut terdapat peta warna-warna monokromatis merah, hijau, biru dan warna-warna campurannya. Sedangkan sistem notasi wana Hunter memiliki parameter L, a, b. Nilai L menyatakan tingkat kecerahan, nilai a menyatakan tingkat kemerahan, warna merah jika positif dan hijau jika negatif, dan nilai b menunjukkan tingkat kekuningan, warna biru jika positif atau kuning jika negatif. Sampel yang akan dianalisis diletakkan pada cawan alumunium yang ukuran ketebalan, diameter, dan tinggi untuk masing-masing contoh harus sama agar didapat hasil yang akurat. Cara penggunaan alat tersebut adalah : • Kalibrasi Kalibrasi dilakukan dengan menggunakan standar warna yang mendekati warna mikroenkapsulat, yaitu nilai Y = 68.30, nilai x = 0.4200 dan nilai y = 0.4380 • Pengukuran nilai Yxy sampel Kepala pengukur ditempatkan pada target sampel, lalu tombol measure ditekan. Hasil pengukuran akan terbaca pada layar sebagai nilai Yxy. • Konversi nilai Yxy ke nilai L, a, b Nilai L, a, b, dapat dihitung dari persamaan berikut : Y = Y L = 10 Y 12 X = Y xy a = {17.51.02X-Y}Y 12 Z = Y {1-x-yy} b = {7.0Y-0.847Z}Y 12

7. Warna Larutan, Metode Lovibond Tintometer Faridah et al., 2006

Skala warna lovibond didesain untuk pengukuran warna secara manual. Metode ini menggunakan 84 filter gelas berwarna dengan kepekatan warna yang berbeda-beda pada warna merah, kuning, biru yang masing-masing memiliki tingkatan keburaman. Skala warna ini juga dilengkapi dengan filter netral yang dikombinasikan dengan filter warna untuk menghasilkan warna yang sesuai dengan sampel yang diukur. Dibuat larutan mikroenkapsulat 0.75. Larutan dimasukkan ke dalam kuvet dan ditempatkan pada alat. Selanjutnya dilakukan pengamatan dengan melihat pada lensa, hingga didapat kombinasi standar warna hingga kedua bidang lingkaran berwarna sama.. Parameter yang diperoleh adalah proporsi nilai R red, Y yellow, dan B blue.

8. Bilangan TBA, Metode Spektrofotometri AOAC, 1998

Sebanyak 50-200 mg sampel dimasukkan ke dalam labu takar 25 ml, kemudian ditambahkan 1-butanol sampai tanda tera dan dikocok. Dimasukkan 5 ml larutan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 5 ml pereaksi dan dikocok. Tabung dipanaskan selama dua jam pada suhu 95 o C dan didinginkan dengan air mengalir. Absorbansi diukur pada panjang gelombang 530 nm dan dilakukan hal yang sama untuk blanko. Bilangan TBA sampel dihitung dengan menggunakan rumus berikut : C = 0.355 x As-Ab W Dimana : C = konsentrasi malonaldehid µ molg As = Absorbansi sampel Ab = Absorbansi blanko W = berat sampel g

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. KARAKTERISASI MINYAK SAWIT KASAR

Bahan baku pada penelitian ini adalah minyak sawit kasar Crude Palm Oil yang diperoleh dari PT Sinar Meadow Internasional, Jakarta. Minyak sawit yang digunakan adalah minyak sawit kasar yang belum mengalami proses pemurnian sehingga diharapkan kandungan karotenoidnya tinggi. Karakterisasi bahan baku dilakukan untuk mengetahui kualitas minyak sawit kasar yang digunakan sesuai dengan syarat mutu yang telah ditetapkan dalam SNI 01-2901-1992 tentang minyak kelapa sawit dan sumber lain yang menetapkan mutu minyak sawit kasar. Karakteristik minyak sawit kasar yang dianalisis antara lain asam lemak bebas ALB, kadar air, dan total karoten. Tabel 8. Spesifikasi mutu minyak sawit dan hasil analisis bahan baku minyak sawit kasar Karakteristik Satuan Persyaratan Hasil Uji sampel Warna a - Kuning jingga- jingga kemerahan Kuning jingga- jingga kemerahan ALB palmitat a maks 5.0 3.84 Kadar air bb a maks 0.45 0.15 Total Karoten b ppm 500 - 700 614 sumber a SNI 01-2901-1992 b Choo et al., 1989

1. Warna

Minyak sawit mempunyai warna yang khas, yaitu berwarna kuning jingga hingga jingga kemerahan. Warna minyak sawit yang kekuning-kuningan menunjukkan bahwa kandungan karotennya lebih sedikit. Warna minyak sawit kasar yang digunakan sebagai bahan baku penelitian, diuji secara visual setelah minyak sawit kasar dikocok terlebih dahulu. Berdasarkan pengamatan, minyak sawit kasar berwarna jingga kemerahan dengan bentuk cair agak mengental. Hal ini sesuai dengan syarat mutu SNI 01-2901-1992 tentang minyak kelapa sawit yang menyatakan bahwa warna minyak sawit kasar