BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional UUSPN dan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen UUGD, mewajibkan guru memiliki kualifikasi akademik, kompetesi, dan
sertifikat pendidik. Kualifikasi akademik guru pada semua jenis dan jenjang pendidikan diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana
atau diploma empat S1D-IV. Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam UUGD Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial,
dan profesional. Sertifikat pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan baik kualifikasi akademik maupun kompetensi.
Sertifikasi guru merupakan upaya peningkatan mutu guru yang diikuti dengan peningkatan kesejahteraan guru, sehingga diharapkan dapat
meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan. Bentuk peningkatan kesejahteraan guru yaitu berupa
pemberian tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok kepada guru yang memiliki sertifikat pendidik. Tunjangan tersebut berlaku untuk
semua guru, baik guru yang berstatus pegawai negeri sipil PNS maupun guru yang berstatus non-pegawai negeri sipil non PNSswasta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sertifikasi guru dalam jabatan dilakukan melalui dua cara, yaitu uji kompetensi dalam bentuk penilaian portofolio dan pemberian sertifikat
pendidik secara langsung bagi guru yang memenuhi syarat. Sertifikasi melalui penilaian portofolio didasarkan pada Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Permendiknas Nomor 18 Tahun 2007. Komponen penilaian portofolio mencakup; 1 Kualifikasi akademik, 2 Pendidikan
dan pelatihan, 3 Pengalaman belajar, 4 Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, 5 Penilaian dari atasan dan pengawas, 6 Prestasi
akademik, 7 Karya pengembangan profesi, 8 Keikutsertaan dalam forum ilmiah, 9 Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan
sosial, dan 10 Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan. Penilaian portofolio merupakan pengakuan atas pengalaman
profesional guru dalam bentuk penilaian kumpulan dokumen yang mencerminkan kompetensi guru. Pola ini diorientasikan pada guru senior
yang memiliki pengalaman mengajar yang cukup. Belakangan ini banyak kalangan baik dibidang pendidikan maupuan non pendidikan meragukan
bahwa pola ini dapat menghasilkan guru yang profesional. Pada tahun 2007 kuota sertifikasi guru dalam jabatan di Jawa Tengah mencapai
24.574 orang. Dalam prosesnya, sertifikasi yang dilakukan dengan penilaian portofolio ditemukan ada guru yang memasukkan sejumlah
berkas palsu dan yang tetap memasukkan berkas meski tidak memenuhi syarat administrasi Indra, 2007. Sebuah hasil kajian terhadap penilaian
portofolio dalam sertifikasi jabatan guru ditemukan bahwa hampir 98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
guru yang tersertifikasi tidak memiliki motivasi meningkatkan kualitas pembelajaran melainkan lebih bermotivasi dalam aspek financial
Kedaulatan Rakyat, 16 November 2009. Sertifikasi guru yang dilakukan dengan penilaian portofolio masih
menimbulkan banyak masalah. Adanya indikasi kecurangan dalam dokumen portofolio yang diserahkan guru yang terpilih dalam kuota
sertifikasi tahun 20062007 mulai ditemukan. Temuan indikasi kecurangan pada lampiran dokumen portofolio ini terungkap dalam proses penilaian di
sejumlah perguruan tinggi. Para asesor yang bertugas menilai portofolio memberi catatan supaya guru yang diindikasikan melakukan kecurangan
mendapat perhatian khusus. Menurut Rochmat Wahab, Ketua Panitia Pelaksana Uji Sertifikasi dari Universitas Negeri Yogyakarta UNY
menyatakan bahwa adanya indikasi yang kuat sekali terhadap kecurangan dengan memalsukan dokumen portofolio. Temuan ini nanti akan
diklarifikasi ke guru hingga kepala sekolah yang bersangkutan. Kecurangan dalam pembuatan portofolio tidak bisa ditoleransi karena
menyangkut integritas seorang pendidik. Para asesor dari UNY dan perguruan tinggi mitra lainnya juga diminta jeli untuk menemukan
kejanggalan yang mungkin muncul selama penilaian. Rochmat menyatakan bahwa guru mesti terus diingatkan supaya tidak panik
menghadapi penilaian portofolio. Ini harus disosialisasikan dinas pendidikan setempat bahwa guru tetap punya kesempatan untuk lulus
melalui pendidikan dan pelatihan. Bagi yang sudah dapat sertifikat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pendidik pun perlu diingatkan supaya bertanggung jawab terhadap kualifikasi yang sudah diraih. Untuk mengetahui indikasi kecurangan
dokumen portofolio itu bergantung kejelian dan ketelitian asesor. Sainil Amral, asesor dari Universitas Batanghari Jambi menyatakan bahwa ia
menemukan ada beberapa dokumen yang bentuk maupun penulisannya sama, tetapi dilampirkan untuk bukti penghargaan beberapa bidang yang
berbeda. Dari pengalamannya menilai portofolio sejumlah guru, Sainil memprihatinkan kemampuan guru yang masih minim dalam menyusun
portofolio seperti yang dipersyaratkan. Hal ini bisa saja merugikan guru yang bersangkutan karena lampiran dokumen yang tidak sesuai urutan
Kompas, 19 Agustus 2007. Demikian pula Ketua Pengurus Besar PGRI Sulistio menyatakan
guru-guru yang sudah lulus sertifikasi belum menunjukan peningkatan kompetensi dan profesionalisme. Jika guru tidak mengubah pola kerjanya
proses pembelajaran tidak akan bertambah baik meskipun kurikulum diperbaiki. Pernyataan ini juga ditekankan oleh salah satu Ketua PB PGRI
Sugito pada dengar pendapat dengan komite III Dewan perwakilan daerah RI Direktur Jendral Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga
Kependidikan PMPTK Depdiknas serta Direktur Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama Kompas, 25 November 2009. Lebih lanjut
Sugito menyatakan bahwa salah satu cara meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru adalah dengan memberikan pelatihan secara rutin,
paling tidak setiap lima tahun sekali untuk setiap guru agar mengetahui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
perkembangan pengetahuan terbaru. Di samping itu ada pandangan bahwa kompetensi guru tidak cukup dinilai berdasarkan kumpulan dokumen
melainkan juga dinilai berdasarkan pelaksanaan pembelajaran di kelas. Pelaksanaan sertifikasi guru masih diwarnai dengan adanya
kecurangan dalam pelampiran dokumen portofolio. Pemalsuan dokumen portofolio yang menonjol terutama sertifikat keikutsertaan guru dalam
forum ilmiah. Dari temuan di lapangan teridentifikasi banyak sertifikat keikutsertaan guru dalam forum ilmiah, seperti seminar, pelatihan, dan
workshop , yang diragukan keasliannya. Bentuk kejanggalan yang
terbanyak adalah mengenai sertifikat fiktif, tanggal palsu, nama palsu, dan tanda tangan palsu. Unifah Rosyidi, Ketua Tim Monitoring dan Evaluasi
Monev Independen mewakili Persatuan Guru Republik Indonesia PGRI, di Jakarta menyatakan bahwa demi menjamin kualitas sertifikasi
guru, setiap kecurangan perlu ditindak tegas. Namun, kenyataan ini jangan sepenuhnya dilimpahkan sebagai kesalahan guru semata. Tim Monev
Independen merekomendasikan supaya pada daerah tertentu perlu dipertimbangkan mekanisme penilaian portofolio yang berbeda.
Pembedaan itu khususnya pada penilaian komponen keikutsertaan pada forum ilmiah dan karya pengembangan profesi yang sulit dipenuhi guru-
guru di daerah tertentu karena kendala geografis dan kesulitan akses untuk mengikuti kegiatan tersebut.
Sertifikasi guru yang mengandalkan penilaian portofolio telah memunculkan fenomena baru, yakni banyak guru yang giat menghadiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
seminar pendidikan, bahkan tidak keberatan mengeluarkan biaya dari uang sendiri. Iwan Hermawan, Sekretaris Jenderal Forum Guru Independen
Indonesia menyatakan bahwa kalau yang dikejar hanya sertifikatnya, itu keliru besar. Seharusnya, keikutsertaan dalam pendidikan atau seminar
harus berimplikasi pada peningkatan profesionalisme guru. Pemerintah harus meningkatkan mutu dan kesejahteraan guru secara terus- menerus,
jangan hanya karena ada proyek sertifikasi. Sebab, pengembangan profesi guru selama ini belum dilakukan secara maksimal dan terarah untuk
perbaikan mutu pendidikan di Tanah Air Kompas, 9 April 2009. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti merasa tertarik untuk
melakukan penelitian dimana tema yang diambil ialah mengenai “Persepsi guru terhadap penilaian portofolio sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau
dari status kepegawaian, status sertifikasi profesi, dan jenis kelamin”, dimana peneliti ingin meneliti apakah menurut para guru penilaian
portofolio tersebut telah memberikan gambaran tentang kompetensi guru.
B. Identifikasi Masalah