53
katekis memahami betul bahwa apa yang dia lakukukan dalam perutusannya adalah kehendak  dari  Allah,  sehingga  di  dalam  melaksanakan  perutusannya  katekis  tetap
yakin akan penyertaan Allah dalam tugas perutusannya.
2. Peran Katekis dalam Tugas Perutusannya
Tugas pewartaan berasal atau bermula dari pemikiran Allah oleh karena itu  tugas  ini  berlaku  untuk  Gereja,  perintah  Allah  adalah
”Karena  itu  pergilah, jadikanlah  semua  bangsa  murid-Ku  dan  baptislah  mereka  dalam  nama  Bapa  dan
Anak  dan  Roh  Kudus,  dan  ajarlah  mereka  melakukan  segala  sesuatu  yang  telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai  kamu  senantiasa sampai
kepada akhir zaman” Mat 28:19-20. Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk Mrk 16:15. Dengan demikian mewartakan Yesus Kristus
kepada dunia merupakan tugas pokok Gereja, oleh karena itu katekis sebagai bagian yang  tidak  bisa  dipisahkan  dari  Gereja  yang  memiliki  tugas  istimewa  diharapkan
mampu  mewartakan  Yesus  Kristus    bagi  seluruh  orang,  baik  orang  yang  belum beriman  ataupun  orang  yang  sudah  beriman  kepada-Nya,  baik  orang  kaya  maupun
yang miskin. Katekis dipanggil oleh Allah untuk menjadi saksi dan pembawa harapan
bagi  semua  orang  dengan  mewartakan  Yesus  Kristus  yang  mulia  serta  menjamin terwujudnya  karya  keselamatan  Allah  di  dunia  ini.  Mewartakan  Yesus  Kristus
berarti mewartakan kabar gembira dari Allah kepada semua orang. Di mana katekis membantu  meraka  untuk  mengenal,  mencintai  dan  mengimani  Yesus  Kristus  di
dalam  menjalani  kehidupan  mereka  sehari-hari  di  tengah-tengah  masyarakat Prasetya, 2007: 32.
54
Di  sini  ada  tiga  peran  katekis  dalam  tugas  perutusannya  yakni  peran katekis  dalam  tugas  perutusannya  di  sekolah,  peran  katekis  dalam  tugas
perutusannya  di  paroki  dan  peran  katekis  dalam  tugas  perutusannya  di  dalam
struktur pemerintahan.
a. Peran Katekis dalam Tugas Perutusannya di Sekolah
Katekis sekolah merupakan seorang guru agama yang bekerja di bidang pendidikan  PNS  atau  pegawai  yayasan  yang  bertugas  untuk  memberikan
pelajaranpengetahuan tentang agama katolik bagi siswa-siswi yang katolik ataupun yang  bukan  katolik.  Di  sini  guru  agama  memiliki  peran  penting  dalam  tugas
pewartaannya  dimana  guru  agama  tidak  hanya  mengajarkan  tentang  apa  yang tertulis  dalam  kurikulum  tetapi  lebih  dari  itu  guru  agama  memiliki  tugas  untuk
mewartaan sabda Allah kepada anak didiknya. Oleh karena itu guru agama memiliki tugas  penting  untuk  menanamkan  nilai-nilai  yang  diajarkan  oleh  Allah  untuk
diterapkan dalam peroses pendidikan yang dijalankan KomKat KWI,  2005: 26.
b. Peran Katekis dalam Tugas Perutusannya di Paroki
Katekis  paroki  mempunyai  tugas  yang  begitu  berat  karena  mewartakan
karya keselamatan Allah  di antaranya yaitu pembinaan katekese umat, pembinaan sakramen,  pemandu  dalam  pendalaman  iman  dan  Kitab  Suci,  mendampingi  tim
katekese  paroki  dan  membina  iman  anak.  Tentunya  tugas  itu  bukanlah  hal  yang mudah karena semua itu dibutuhkan keterampilan dan kerja keras, tugas pewartaan
merupakan  tugas  pokok  katekis  melalui  pengajaran  agama  katekese.  Katekis membagi  pengalaman  hidup  kristiani,  dan  penghayatan  hidup  beriman.  Katekis
55
bersama Pastor paroki yang juga gembala yang bertugas mengajar iman umat Allah yang dipercayakan kepadanya. Tentunya tugas sebagai  gembala tidak melihat dari
segi  yang lain semuanya domba dituntun meskipun ada  yang kecil, besar, tua dan sebagainya.  Begitu juga  dengan tugas  pastor paroki  menuntun umatnya  dia bukan
saja  mengajar  bagi  para  orang  tua  tetapi  mulai  dari  anak-anak  sampai  dengan kakek-nenek,  semua  usia,  semua  golongan,  tanpa  pandang  bulu  Komkat  KWI,
1997: 18.
c. Peran Katekis dalam Tugas Perutusannya di dalam Struktur Pemerintahan
Katekis  dalam  struktur  pemerintahan  ini  bertugas  untuk  mengurus seluruh  kegiatan  yang  berhubungan  dengan  pemerintahan  dan  pendidikan.  Katekis
yang  bertugas  dalam  struktur  pemerintahan  ini  tidak  pernah  dapat  dipisahkan  dari hidup  bermasyarakat,  karena  katekis  berada  di  tengah-tengah  masyarakat  dan
menjadi bagian dalam hidup bermasyarakat. Oleh karena itu katekis memiliki peran penting  dalam  tugas  pelayan  kepada  masyarakat.  Di  sini  katekis  diharapkan  dapat
membawa dan menyampaikan kabar gembira dalam masyarakat dari Yesus Kristus, di  mana  selama  ini  banyak  masyarakat    yang  ingin  lepas  dari  tekanan,  ketidak
adilan,  kemiskinan.  Oleh  karena  itu  sebagai  orang  yang  dipandang  memiliki pengaruh dalam masyarakat katekis diharapkan mampu membawa perubahan dalam
masyarakat, katekis harus menjadi pembawa damai dalam masyarakat yang beragam suku,  ras  dan  budaya.  Katekis  harus  selalu  mampu  menghadirkan  kasih  Yesus  di
tengah-tengah  hidup  mereka  melalui  sikap  dan  perbuatan,  di  manapun  katekis berada  dia  harus  memiliki  semangat  kerasulan  yang  selalu  hidup  Suhardo,  1972:
10-11.
56
E. Pelayanan Katekis bagi Kaum Miskin 1. Pengertian Kaum Miskin
Jika berbicara tentang kemiskinan tentunya tidak mudah mendefinisikan atau merumuskan kriteria kaum  miskin  itu seperti  apa.  Miskin  dapat  dalam  bentuk
jasmani  maupun  rohani  atau  orang  yang  mengalami  penderitaan  yang  disebabkan oleh  orang  lain  yang  tidak  peduli  atau  secara  tidak  langsung  menindas  mereka.
Kemiskinan  sendiri  sebenarnya  tidak  diharapkan  dan  disukai  karena  hidup  dalam kemiskinan identik dengan kehinaan dan penuh problema. Dalam dokumen Majelis
Antar  Serikat  Religius  Indonesia  MASRI  tahun  1984  sebagaimana  yang  dikutip oleh  Banawiratma  1987:  98  melukiskan  secara  cukup  luas  apa  yang  dimaksud
orang miskin dan kecil yakni antara lain ”orang yang tak berdaya karena mengalami
aneka macam pemiskinan … yang membuat semakin banyak orang hidup semakin tidak  manusiawi  dan  tidak  menggambarkan  bahwa  dia  adalah  citra  Allah  yang
bermartabat sebagai manusia  no. 6. Pada umumnya mereka hidup di bawah taraf kewajaran manusia no. 7
”. Dokpen KWI 1995: 339 menjelaskan bahwa miskin bukan dalam nilai-
nilai,  kualitas  ataupun  potensi-potensi  manusiawi.  Miskin  berarti  bahwa  mereka dilucuti  dari  kemungkinan  mencapai  harta  dan  sumber-sumber  material  yang
mereka  perlukan  untuk  bisa  hidup  secara  sungguh  manusiawi.  Dikatakan  dilucuti, karena mereka hidup di bawah penindasan, yakni, di bawah struktur-struktur sosial,
ekonomis dan politis yang dalam dirinya sudah mengandung ketidak-adilan. Miskin di  sini  bukan  hanya  miskin  secara  materi  tetapi  miskin  rohani  dan    mereka  yang
tidak  mendapatkan  keadilan,  mereka  yang  ditindas,  mereka  yang  menderita  dan difabel.  Mereka  yang  mendapatkan  perlakuan  tidak  adil  dari  para  penguasa.  Oleh
57
karena itu dari beberapa  keterangan di  atas dapat  disimpulkan bahwa kaum  miskin yang dimaksud di dalam tulisan ini adalah kaum miskin yang didefenisikan oleh Ibu
Teresa sebagaimana yang dikutip oleh Vardey 1997: 8-9 yaitu: Yang  lapar  dan  kesepian,  tidak  hanya  saja  akan  makanan  tetapi  Sabda
Allah; yang haus dan yang bodoh, tidak hanya akan air tetapi juga akan pengetahuan,  damai,  kebenaran,  keadilan  dan  cinta;  yang  telanjang  dan
yang  tidak  dicintai,  tidak  hanya  soal  pakaian  tetapi  akan  martabat manusia; yang tidak diinginkan, anak-anak  yang belum lahir, penentang
diskriminasi  rasialis,  kaum  tuna  wisma  dan  orang-orang  yang  terbuang mereka tidak hanya butuh rumah yang tersusun dari batu bata tetapi juga
akan  sebuah  hati  yang  memahami,  yang  melindungi,  yang  mencintai, yang  sakit,  yang  melarat,  yang  hamper  mati,  dan  para  tawanan-  tidak
hanya  secara  jasmani  tetapi  juga  pikiran  dan  jiwa;  mereka  semua  yang telah  kehilangan  harapan  jiwa  dan  iman  dalam  hidup,  dalam  alkoholik
dan  pecandu  obat-obatan,  dan  mereka  semua  kehilangan  Allah  karena bagi  mereka  Allah  adalah  masa  lampau,  padahal  Allah  sesunggunya
adalah saat ini dan di sini ini, dan yang kehilangan segala harapan akan Kekuasaan Roh Kudus.
2. Gereja dan Kaum Miskin
Gereja  adalah  tubuh  Kristus,  Gereja  bukan  persekutuan  yang  hidup sendiri  dari  persekutuan-persekutuan  lainya.  Gereja  adalah  persekutuan  pelayanan.
Meskipun  dalam  Gereja  terdapat  beraneka  macam  fungsi  dan  pelayanan  tetapi masing-masing  pelayanan  mempunyai  tujuan  dan  ciri  khasnya  masing-masing.
Gereja  tidak  pernah  dapat  dipisahkan  dari  kaum  miskin  karena  Gereja  dan pelayanannya  harus  membawa  kabar  baik  bagi  semua  orang  teristimewa  kaum
miskin, karena di mata Yesus kaum miskin memiliki tempat yang istimewa sehingga di  dalam  pewartaannya,  Yesus  banyak  berkumpul  dengan  mereka  yang  miskin,
menderita dan cacat. Oleh karena itu sebagai pengikut Kristus, Gereja juga memiliki peran  penting  dalam  mewartakan  kabar  baik  bagi  semua  orang  terlebih  lagi  bagi
mereka yang miskin.