6
D. Manfaat Penulisan
1. Meningkatkan pemahaman spiritualitas Ibu Teresa bagi katekis dalam melayani kaum miskin.
2. Memberikan sumbangan pemikiran bagi katekis untuk meningkatkan semangat pelayanan dalam perkembangan zaman dewasa ini dan sebagai acuan untuk
menjadikan katekis lebih peka dengan situasi tersebut. 3. Katekis menghayati spiritualitas pelayanannya bagi kaum miskin dengan
meneladani pelayanan Ibu Teresa.
E. Metode Penulisan
Skripsi ini disusun dengan memakai metode deskriptif analisis yang menggambarkan dan menganalisa permasalahan yang ada untuk menemukan jalan
pemecahan yang memadai atas sebuah studi pustaka dari berbagai buku refrensi karangan ilmiah yang berkaitan dengan tema yang diangkat oleh penulis.
F. Sistematika Penulisan
Penulis memilih judul skripsi
”SPIRITUALITAS PELAYANAN IBU TERESA DARI KALKUTA SEBAGAI TELADAN BAGI KATEKIS DALAM
MEWUJUDKAN SE MANGAT PELAYANAN BAGI KAUM MISKIN” yang
akan diuraikan dalam lima bab sebagai berikut:
Bab I merupakan pendahuluan yang berisikan latar belakang penulisan skripsi, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan
dan sistematika penulisan. Bab II menguraikan tentang spiritualitas dan karya-karya pelayanan Ibu
7
Teresa yang terbagi dalam tujuh bagian pokok yakni riwayat hidup Ibu Teresa, spiritualitas pelayanan Ibu Teresa, karya dan pelayanan Ibu Teresa, hambatan yang
dialami Ibu Teresa pada awal karyanya, pandangan Ibu Teresa terhadap penderitaan, cinta kasih Ibu Teresa dan teladan hidup Ibu Teresa.
Bab III menjelaskan mengenai semangat pelayanan katekis bagi kaum miskin berdasarkan teladan pelayanan Ibu yang terbagi dalam empat bagian pokok
yakni pengertian katekis, spiritualitas katekis, kemampuan katekis, peran katekis dalam tugas perutusannya, pelayanan katekis bagi kaum miskin, Ibu Teresa sebagai
teladan bagi katekis dalam mewujudkan semangat pelayanan bagi kaum miskin.
Bab IV merupakan sumbangan pendampingan bagi katekis dalam usaha meningkatkan pelayanan katekis bagi kaum miskin berdasarkan teladan pelayanan
Ibu Teresa melalui katekese umat, dengan menggunakan model Shared Christian Praxsis.
Bab V merupakan bagian akhir dari penulisan yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
8
BAB II IBU TERESA DAN SPIRITUALITAS PELAYANANNYA
Tokoh seperti Ibu Teresa merupakan sosok yang sulit ditemukan pada abad ini karena banyak karya-karya yang dia lakukan bagi kaum miskin. Karya
pelayanan yang ia berikan bagi kaum miskin di Kalkuta mampu membuka mata dunia untuk mengenal lebih jauh sosok Ibu Teresa. Pribadi Ibu Teresa membuat hati
setiap orang yang mengenalnya luluh dan simpatik akan apa yang ia lakukan bagi kaum miskin. Untuk lebih mengenal sosok dan spiritualitas pelayanan Ibu Teresa
maka dalam bab ini akan diuraikan tentang riwayat hidup Ibu Teresa, spiritualitas pelayanan Ibu Teresa, karya dan pelayanan Ibu Teresa, hambatan yang dialami Ibu
Teresa dan teladan hidup Ibu Teresa.
A. Riwayat Hidup Ibu Teresa
Buku yang berjudul Ibu Teresa Langford, 2010: 10-16 menjelaskan mengenai sejarah singkat riwayat hidup Ibu Teresa.
Ibu Teresa lahir pada tanggal 26 Agustus 1910 di Skopje, saat ini di Macedonia Yugoslavia dari suatu keluarga Albania sebagai yang bungsu dari tiga
bersaudara putra-putri Bapak Nicholas Bojaxhiu dan Ibu Drane Bojaxhiu. Ia dibabtis dengan nama Agnes Gonxa Bojaxhiu yang berarti kuncup bunga. Di
sekolah dasar dia tumbuh dalam ketertarikan besar akan misi di luar negeri, dan ketika berusia 12 tahun Ibu Teresa telah memutuskan untuk membaktikan hidup
untuk membantu sesama Langford, 2010: 10. Pada usia 14 tahun Ibu Teresa sudah tahu kemana ia akan mengabdikan hidupnya yakni ke India, empat tahun kemudian
9
pada umur 18 tahun, bulan September 1928, Agnes masuk Biara Suster-suster Loreto di Irlandia. Ia memilih nama Suster Maria Teresa sebagai kenangan akan St.
Theresia Kecil dari Lisieux yang sering disebut sebagai “Bunga Kecil” Beding,
1989: 94. Pada bulan Desember, Sr. Teresa meninggalkan Irlandia dan berangkat
ke India dan tiba di Kalkuta pada tanggal 6 Januari 1929. Setelah mengucapkan Kaul Pertamanya pada tanggal 24 Mei 1931, Sr. Teresa ditugaskan untuk mengajar
di sekolah lanjut atas untuk gadis-gadis Bengali yang dijalankan oleh suster Loreto di Entally sebelah timur Kalkuta. Selama kira-kira 20 tahun Sr. Teresa mengajar di
sekolah itu, dia mengajar ilmu bumi dan sejarah. Bahkan Sr. Teresa sempat diangkat menjadi kepala sekolah. Suster Teresa juga mengajar di sekolah lain yang
lingkungan sekolahnya berdekatan dengan biara Loreto yaitu St. Maria Beding, 1989: 94.
Pada tanggal 10 September 1946, dalam perjalanan kereta api dari Kalkuta ke Darjeeling untuk menjalani retret tahunan, Ibu Teresa menerima
“inspirasi”, “panggilan dalam panggilan”-nya. Pada hari itu, dengan suatu cara yang tidak pernah dapat dijelaskan, dahaga Yesus akan cinta dan akan jiwa-jiwa
memenuhi hatinya. “Mari, jadilah cahaya bagi-Ku”. Sejak itu, Ibu Teresa dipenuhi hasrat “untuk memuaskan dahaga Yesus yang tersalib akan cinta dan akan jiwa-
jiwa” dengan berkarya demi keselamatan dan kekudusan orang-orang termiskin dari yang miskin Langford, 2010: 11.
Pada bulan Februari 1948, Ibu Teresa menanggalkan pakaian biaranya dan mengenakan sari India yang berwarna putih dengan pinggiran garis-garis warna
biru, pada bahu kirinya tertancap sebuah salib sederhana. Pada tanggal 16 Agustus
10
1948 Ibu Teresa keluar melewati gerbang Biara Loreto yang tenteram yang amat dicintainya untuk memasuki dunia orang-orang miskin Beding, 1989: 105.
Untuk pertama kalinya setelah keluar dari biara Loreto yang sangat dicintainya Ibu Teresa memulai karya pelayanannya dengan mengajar anak-anak
miskin yang berada di kampung kumuh padat penduduk di Moti Jhil. Kemampuannya sebagai guru digunakannya untuk mengajar anak-anak miskin
dengan menggunakan tanah sebagai papan tulis, dan sebatang pohon sebagai atap dan tempat berteduh. Sebagai hadiah atas kehadiran anak-anak yang dia ajari Ibu
Teresa membagikan sabun kepada murid-muridnya Langford, 2010: 12. Pada bulan Februari 1949, keluarga Michael Gomes meminjaminya
sebuah ruangan di Creek Lane. Ibu Teresa pindah ke rumah itu hanya dengan membawa tas kecil dan menata ruangan untuk tidur dan kerja, dengan sepasang
prabot untuk meja dan kursi. Setelah berita tentang Ibu Teresa tersebar orang-orang yang mengenalnya mulai membantu karya perutusannya yang baru itu Langford,
2010: 12. Pada tanggal 7 Oktober 1950, kongregasi Misionaris Cinta Kasih
memperoleh pengakuan dari Gereja Katolik dengan persetujuan Paus Pius XII Krispurwana Cahyadi, 2003b: 177-178. Awal tahun 1960-an, Ibu Teresa mulai
mengutus para susternya ke bagian-bagian lain India. Dekrit Pujian yang dianugerahkan kepada Kongregasi oleh Paus Paulus VI pada bulan Februari 1965
mendorong Ibu Teresa untuk membuka rumah penampungan. Sejak tahun 1970- 1971 Ibu Teresa telah menambahkan rumah di India juga internasional yaitu
London, Australia, Venezuela, Yordan dan Amerika Serikat Wellman, 2002: 204. Langkah tersebut diikuti dengan langkah serupa di Roma, Tanzania dan pada