Pengertian Berpikir Kritis Kharakteristik Pemikir Kritis

6. Rintangan Budaya Rintangan budaya ialah rintangan yang terjadi yang disebabkan adanya perbedaan norma, kebebasan, dan nilai- nilai yang dianut oleh pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi.

2.2.5. Berpikir Kritis

2.2.5.1. Pengertian Berpikir Kritis

Harsanto 2005, dalam Harnandita, 2008 menyebutkan bahwa berpikir kritis adalah salah satu cara menjadi orang kritis, dimana diperlukan pikiran yang terbuka, jelas dan berdasarkan fakta. Seorang pemikir kritis harus mampu memberi alasan atas pilihan keputusan yang diambilnya. Ia harus bisa menjawab pertanyaan mengapa keputusan seperti itu diambil. Hal ini tidak jauh berbeda dengan definisi berpikir kritis yang dikemukakan oleh Santrock 2003 yaitu berpikir kritis adalah penggalian makna atas suatu masalah secara lebih mendalam, berpikiran terbuka terhadap pendekatan dan pandangan yang berbeda-beda, dan menetapkan untuk diri sendiri hal-hal yang akan diyakini atau dilakukan. Tahun 1909 John Dewey mengemukakan istilah reflective thinking yang pada saat ini dikenal dengan sebutan berpikir kritis. Menurutnya pada dasarnya berpikir kritis adalah active process harus dipikirkan, dipertanyakan dan dicari informasinya secara mandiri, persistan and careful tidak langsung loncat kesimpulan tetapi dipikirkan terlebih dahulu, dan ground which support dipikirkan alasan mempercayai sesuatu serta implikasinya dengan demikian keterampilan menalar adalah elemen kunci berpikir kritis Nurfitri, 2008 Berdasarkan berbagai definisi yang telah disebutkan, maka dapat disimpulkan bahwa definisi berpikir kritis adalah kecenderungan dan kemampuan seseorang untuk membuat dan menilai kesimpulan berdasarkan bukti yang ada dari sebuah informasi, yang dijadikan dasar untuk memutuskan tindakan atau hal- hal yang akan diyakini.

2.2.5.2. Kharakteristik Pemikir Kritis

Berikut ini adalah indikator berpikir kritis yang disebutkan oleh Wade 1995 adalah : 1. Kegiatan merumuskan pertanyaan 2. Menguji data-data 3. Membatasi permasalahan 4. Menganalisis berbagai pendapat dan bias. 5. Menghindai pertimbangan yang sangat emosional. 6. Menghindari penyederhanaan berlebihan 7. Mempertimbangkan berbagai interpretasi. 8. Mentoleransi ambiguitas Achmad, 2007

2.2.5.3. Cara Berpikir Kritis

Dokumen yang terkait

PENGARUH MEDIA PENDIDIKAN, MINAT BELAJAR DAN MOTIVASI TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI (Studi Kasus Pada Mahasiswa Akuntansi UPN “Veteran” Jawa Timur).

1 3 107

PENGARUH MINAT BELAJAR, LINGKUNGAN BELAJAR DAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP PEMAHAMAN AKUNTANSI PADA MAHASISWA AKUNTANSI DI UPN ”VETERAN” JAWA TIMUR.

0 0 97

PEMAHAMAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO 45 (Studi Kasus pada Progdi Akuntansi UPN “Veteran” Jawa Timur).

0 1 88

Pengaruh Beberapa Faktor terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi Pada Mahasiswa Akuntansi di UPN “Veteran” Jawa Timur.

0 4 98

KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI, KEMAMPUAN INTELEKTUAL, DAN KEPRIBADIAN TERHADAP PEMAHAMAN AKUNTANSI MAHASISWA (Studi Kasus Pada Mahasiswa Akuntansi UPN ”Veteran” Jawa Timur).

0 0 101

PENGARUH PENGENDALIAN DIRI, MOTIVASI DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PEMAHAMAN AKUNTANSI (Studi Kasus Pada Mahasiswa Akuntansi UPN “Veteran” Jawa Timur).

6 11 111

PEMAHAMAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH (Studi kasus pada Progdi Akuntansi UPN “Veteran” Jawa Timur).

1 1 86

PENGARUH BEBERAPA FAKTOR BELAJAR TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI PADA MAHASISWA AKUNTANSI DI UPN “VETERAN” JAWA TIMUR.

0 3 135

PENGARUH KEMAMPUAN KOMUNIKASI, BERPIKIR KRITIS, DAN KEPRIBADIAN TERHADAP PEMAHAMAN AKUNTANSI MAHASISWA (Studi Kasus Pada Mahasiswa Akuntansi UPN ”Veteran” Jawa Timur) SKRIPSI

0 0 25

Pengaruh Beberapa Faktor terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi Pada Mahasiswa Akuntansi di UPN “Veteran” Jawa Timur

0 0 25