9 •
Tidak meninggalkan warna. Beberapa komponen organik dapat menghambat kerja
disinfektan, misalnya halogen, garam merkuri dan detergen kationik dapat menghambat kerja desinfektan. Sedangkan sabun dan detergen
anionik membantu penyerapan.
6.5 KOEFI SI EN FENOL SUATU DESI NFEKTAN
§ Koefisien fenol suatu desinfektan adalah kemampuan suatu
desinfektan dalam membunuh bakteri dibandingkan fenol. §
Jika suatu desinfektan mempunyai koefisien fenol 40, berarti daya membunuhnya 40 kali dibandingkan fenol.
§ Untuk pengujian biasanya digunakan 2 jenis bakteri:
- Bakteri gram negatif
: Sal m on el l a t y p h i .
- Bakteri gram positif
: St ap h y l ococcu s au r eu s.
•
Cara pengujian :
Dengan mengencerkan suatu kultur cair bakteri sebanyak 1 : 10 dengan desinfektan yang akan diuji pada konsent rasi berbeda.
Yang disebut titik akhir adalah konsentrasi terendah yang menghasilkan kult ur steril setelah diinkubasikan selama 10 menit
pada suhu 20 C.
DESI NFEKTAN A
10 9 8
7 6 5
STERIL
10
FENOL
Kultur steril : desinfektan A 6 setara dengan fenol konsentrasi 8
Jadi koefisien fenol desinfektan A adalah 1,3
6.6 MACAM- MACAM DESI NFEKTAN
Desinfektan dapat dikelompokkan atas delapan grup sebagai berikut :
1. Grup alkohol larut
Contoh : etanol, isopropil, alkohol.
Cara Kerja : Koagulasi protein dan melarutkan membran.
Konsentrasi : 70 – 90
Keuntungan : Bakterisidal cepat, tuberkulosidal. Kelemahan
: tidak membunuh spora, menyebabkan korosi metal kecuali jika ditambahkan komponen pereduksi 2
Na-nitrit, mengeringkan kulit.
2. Grup gas sterilisasi
Contoh : etilen oksida
Cara Kerja : substitusi grup alkil di dalam sel dengan atom
hiodrogen yang labil. Waktu
: 4 – 18 jam. Keuntungan : tidak berbahaya untuk kebanyakan bahan,
mensterilkan bahan, digunakan untuk bahan yang tidak tahan panas.
10 9 8
7 6 5
STERIL
11 Kelemahan
: membutuhkan peralatan khusus. 3.
Grup gas disinfektan
Contoh : formaldehida
Cara Kerja : seperti etilen oksida.
Konsentrasi : larutan jenuh atau dalam bentuk gas.
Keuntungan : Bakterisidal cepat, tuber kulosidal. Kelemahan
: membunuh spora, tidak korosif , digunakan unt uk bahan yang tidak panas.
4. Grup halogen
Contoh : khlorin, yodium.
Cara Kerja : oksidasi grup sulfhidril bebas.
Konsentrasi : hipokhlorit – konsentrasi t ertinggi HclO warexin –
larutan 1,5 yodium tinkur – konsentrasi tertinggi. Keuntungan : khlorin - t uberkolosidal.
Yodium - pencuci dan desinfektan, tidak meninggalkan warna, meniggalkan residu
anti bakteri, yodium tinkur bersifat tuberkolosidal.
Kelemahan : khlorin - memutihkan bahan, korosi logam, tidak
stabil didalam air sadah, larutan harus segar.
Yodium - yodium tinktur menimbulkan warna dan iritasi kulit, iodofor tidak stabil,
aktivitasnya hilang didalam air sadah, korosif terhadap logam, menyebabkan
pengeringan kulit.
5. Grup fenol
Contoh : kreosol, fenol semi-sintetis,lisol.
Cara Kerja : Koagulasi protein, menyebabkan kebocoran
membran sel. Konsentrasi
: kreosol - 2 Lisol – 1
12 Keuntungan : aktivitasnya tidak hilang oleh bahan organik, sabun
atau air sadah, meniggalkan efek residu jika mengering.
Kelemahan : kreosol harus digunakan di dalam air lunak.
6. Grup detergen kationik amonium quaternar
Cara Kerja : pengerutan membran sel dan merusak
permeabilitasnya. Konsentrasi
: larutan 1 1000 – 1 5000 Keuntungan : tidak berbau.
Kelemahan : tidak bersifat tuberkulosidal, aktivitas virisidal
terbatas, harus dilarutkan kedalam air destilata, aktivitasnya hilang oleh protein, sabun dan serat
selulosa, aktivitas bakterisidalnya lemah sehingga harus di kombinasi dengan grup fenol.
7. Grup detergen Anionik aditif sabun atau detergen
Contoh : heksakhlorfen G-11, tetrakhlorsalisil anilida.
Cara Kerja : heksakhlorfen - septisol 2 , phisohex 3 .
Keuntungan : aktivitas antar bakteri lama, baik digunakan sebagai pencuci.
Kelemahan : tidak bersifat sporisidal maupun t uberkulosidal, cara
kerja lambat, beracun jika digunakan terus - menerus dan diserap di dalam tubuh.
8. Desinfektan lain- lain.
Garam : komponen merkuri organik seperti
merkurokhrom dan tiomersal bersifat kurang beracun dibandingkan komponen merkuri
lainnya, tetapi aktivitas bakterisidalnya lemah.
Alkali : Larutan NaOH sering digunakan dalam
kedokteran veteriner untuk disinfektan kandang.
13 Hidrogen peroksida : dalam konsentrasi 3 digunakan untuk
mencuci dan mendisinfeksi luka. Sabun
: Aktivitas bakterisidalnya lemah, tetapi efektif untuk mencuci
Komponen
Biguanida : Misalnya khloheksidin, bersifat bakterisidal
tetapi tidak efektif terhadap virus, spora, dan mikrobakteri.
Biasanya di campur dengan detergen kationik.
Dialdehida : spektrum aktivitasnya paling luas, yait u
bersifat bakterisidal, virisidal, fungisidal, dan sporosidal. Tersedia dalam bentuk asam
yang harus diaktivasi dengan penambahan natrium karbonat menaikkan pH supaya
aktivitasnya maksimum. Dalam keadaan aktiv tahan sampai 2 minggu. Kelemahannya
adalah beracun terhadap kulit dan harganya mahal.
6.7 ZAT ANTI MI KROBA
Zat antimikrobia adalah zat yang merintangi pertumbuhan dan
metabolisme mikroba antiseptik, desinfektan, antibiotik dsb.. Zat antimikrobia dikelompokkan menjadi dua ;
1. Antibakteri efektif terhadap bakteri
2. Antifungi efektif terhadap fungi
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju hambatan atau kerusakan mikroorganisme oleh antimikroba:
1. Konsentrasi, intensitas dan jenis mikroba.
2. Jumlah mikroorganisme.
Untuk membunuh populasi mikroorganime yang lebih banyak perlu waktu.
14 3.
Suhu Makin tinggi suhu, kerja desinfektan makin efektif.
4. Species mikroorganisme
Bentuk vegetatif lebih mudah terbunuh dibandingkan bent uk spora.
5. Adanya bahan organik yang dapat mengurangi efektifitas zat
antimikroba dengan cara membuat tidak aktif lagi melindungi mikroorganisme dari serangan zat tersebut.
Mekanisme Kerja Zat Antimikroba 1.
Perusakan dinding sel
Susunan dinding sel dapat rusak dengan jalan merintangi pembentukan dinding sel atau menyebabkan perubahan pada
dinding sel.
2. Perubahan permeabilitas sel
Membran sitoplasma menahan bahan-bahan tertent u di dalam sel dan mengat ur pemasukkan dan pengeluaran bahan-bahan
lainnya, memelihara keseluruhan susunan sel. Perusakan membran sitoplasma berakibat dapat merintangi
pertumbuhan sel, sehingga dapat menyebabkan kematian sel.
3. Perubahan molekul protein dan asam
nukleinat Denaturasi protein .
Kehidupan sel mikroba tergantung pada pemeliharaan molekul protein dn asam nukleinat.
Desinfektan dapat menyebabkan : 1. Koagulasi protein secara irreversibel
2. Denaturasi bahan-bahan sel penting
4. Merintangi kerja enzim
Dengan merintangi kerja enzim sehingga sintesa protein dan asam nukleinat dihambat.
1
M IKROSKOP
7.1 PENDAHULUAN
Mikroskop adalah instrumen yang paling banyak digunakan dan paling bermanfaat di laboratorium mikroskopi. Dengan alat ini diperoleh
perbesaran sehingga memungkinkan unt uk melihat organisme dan struktur yang tak tampak dengan mata bugil. Mikroskop memungkinkan
perbesaran dalam kisaran luas, dari seratus kali sampai ratusan ribu kali.
Anton van Leeuw enhoek adalah seorang yang dalam tahun
1675 diakui sebagai orang yang pertama kali melihat bakteri menggunakan suat u inst rumen optik yang terdiri dari lensa-lensa
bikonveks. Leeuwenhoek pada waktu itu berhasil menemukan bakteri di dalam berbagai cairan di antaranya cairan tubuh, air, ekstrak lada, dan
bir. Penemuan mikroskop pada saat itu membuka peluang untuk dilakukannya penelitian-penelitian mengenai terjadinya proses fermentasi
dan penemuan jasad renik penyebab penyakit. Bagian-bagian mikroskop sederhana dapat dilihat pada Gambar
7.1. Berbagai jenis mikroskop dengan tingkat pembesaran maksimum dan ciri-ciri masing-masing dapat dilihat pada Tabel 7.1.
BAB 7
2 Gambar 7.1. Bagian-bagian Mikroskop Sederhana Brock, 1974
Kedua kategori mikroskop yang ada ialah mikroskop cahaya atau optis dan mikroskop elektron. Keduanya berbeda dalam prinsip
yang mendasari perbesaran. Mikroskop cahaya yang kesemuanya menggunakan sistem lensa optik, mencakup mikroskop 1 medan-
terang, 2 medan-gelap, 3 fluoresensi, dan 4 kont ras-fase. Mikroskop elektron menggunakan berkas elektron sebagai pengganti gelombang
cahaya untuk memperoleh bayangan yang diperbesar.
7.2 LENSA DAN PEMBESARAN