xi
Lampiran 21 : Presentase Jenjang Kognitif Nilai Posttest Kelas Eksperimen Lampiran 22 : Presentase Jenjang Kognitif Nilai Posttest Kelas Kontrol
Lampiran 23 : Surat Permohonan Izin Penelitian
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Diera globalisasi ini, semakin banyak tantangan yang dihadapi dari segala segi kehidupan. Untuk menghadapi tantangan zaman ini, maka tidak lepas dari peranan
pendidikan. Pendidikan bersifat madal hayah, artinya pendidikan harus dilakukan sepanjang hidup. Dengan pendidikan, setiap individu dapat mengoptimalkan
kemampuan yang dimilikinya. Sehingga hasil dari pendidikan atau pengalaman- pengalaman yang dialami dapat diaplikasikan dalam kehidupan sesuai dengan
tantangan zaman. Melalui pendidikan suatu masyarakat atau bangsa akan memperoleh
kemuliaan. Kebenaran akan pernyataan ini sebenarnya sudah ditetapkan oleh Allah SWT sebagai Sang Maha Pengatur, hal ini dapat kita lihat dalam firman-
Nya surat Al- Mujadallah ayat 11, yang artinya:
…
“.... Allah akan meninggikan orang-orang beriman diantara kamu dan orang- orang yang berilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Teliti apa yang kamu
kerjakan.”QS. Al- Mujadallah [58] : 11 Allah SWT akan meninggikan orang yang beriman dan berilmu
berpendidikan diatas orang yang tidak berilmu, begitu juga halnya masyarakat atau suatu bangsa, sehingga dapat dianggap betapa penting dan berharganya
sebuah pendidikan dilihat dalam konsep Agama Islam. Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting saat ini. Oleh karena
itu, pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam membangun karakter dan bakat peserta didik. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang
dapat membangun karakter atau bakat seseorang tersebut sehingga dapat menjadi orang berguna bagi bangsa, negara, agama, dan orang tua.
Sementara itu menurut Wardani tujuan pendidikan di Indonesia yaitu pertama peningkatan potensi berpikir yang menyangkut proses dalam
otak. Kedua, menyangkut keterampilan menggerakkan panca indra yaitu keterampilan menggerakkan tangan dan kaki. Ketiga, berkenaan dengan
hati nurai, seperti tenggang rasa, suka menolong, menghargai waktu, bertanggung jawab, berdisiplin, merasa senasib sepenanggungan, rajin,
kreatif, inovatif, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan sebagai nya.
1
Dalam tujuan pendidikan nasional memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Tujuan pendidikan tersebut
memiliki dua fungsi yaitu memberi arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.
Sebagai suatu komponen pendidikan nasional, tujuan pendidikan menduduki posisi penting diantara komponen-komponen pendidikan lainnya. Dapat dikatakan
bahwa seluruh komponen dari seluruh kegiatan pendidikan dilakukan semata- mata terarah kepada atau ditujukan untuk pencapaian tujuan tersebut. Oleh karena
itu untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut maka diselenggarakan rangakaian pendidikan secara sengaja, berencana, terarah, berjenjang, dan
sistematis melalui lembaga pendidikan formal. Salah satu pendidikan formal adalah sekolah. Sekolah merupakan lembaga
atau wadah yang dapat mengembangkan karakter dan bakat seseorang. Di sekolah proses pengembangan karakter dan bakat dilakukan dengan proses pendidikan
yang sesuai, yaitu dengan proses belajar mengajar. Di dalam proses belajar ini diharapkan terdapat perubahan secara sadar dan bersifat kontinu.
2
Di sekolah, peserta didik diharapkan dapat mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku pada setiap jenjang pendidikan. Salah satu
pelajaran yang ada pada setiap jenjang pendidikan mulai Sekolah Dasar SD sampai Sekolah Menengah Atas SMA bahkan dibangku kuliah pun adalah
pelajaran matematika. Selain itu, matematika juga merupakan salah satu pelajaran yang diajukan pada ujian nasional pada setiap jenjangnya. Ini pertanda bahwa
matematika merupakan pelajaran yang sangat penting, karena matematika
1
Wardani, Psikologi Belajar. Jakarta: Universitas Terbuka, 1997, h. 5.3
2
Pupuh Fathurrohman, dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Refika Aditama, 2007, h. 10.
merupakan salah satu cara untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan suatu pertanda intelegensi manusia. Oleh karena itu, matematika sangat diperlukan baik
dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk menghadapi kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi IPTEK.
Matematika yang diajarkan dijenjang sekolah merupakan bagian-bagian dari matematika yang dipilih berdasarkan orientasi kepada kepentingan kependidikan
dan perkembangan lmu pengetahuan dan teknologi. Anak usia SD adalah anak yang berada pada usia sekitar 7 sampai 12 tahun. Menurut Piaget anak usia sekitar
ini masih berpikir pada tahap operasi kongkrit artinya siswa SD belum berfikir formal.
3
Seorang guru harus mempunyai kemampuan untuk menghubungkan antara dunia anak yang belum dapat berpikir secara deduktif agar dapat mengerti
matematika yang bersifat deduktif. Belajar matematika dihadapkan pada masalah tertentu berdasarkan konstruksi
pengetahuan yang diperolehnya ketika belajar dan peserta didik berusaha memecahkan masalah. Dengan demikian pembelajaran menjadi bermakna karena
terjadi perpaduan antara pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik dengan konsep-konsep yang akan dipelajari peserta didik. Sejalan dengan pengertian
pembelajaran secara bermakna menurut Erna Suwangsih, bahwa pembelajaran secara bermakna merupakan cara mengajarkan materi pelajaran yang
mengutamakan pengertian dari pada hafalan.
4
Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan. Banyak permasalahan dan kegiatan dalam hidup kita yang harus diselesaikan
dengan menggunakan ilmu matematika seperti menghitung, mengukur dan lain- lain. Matematika adalah ilmu universal yang mendasari ilmu pengetahuan dan
teknologi modern, memajukan daya pikir serta analisis manusia. Meskipun matematika demikian penting, namun sampai saat ini matematika
termasuk mata pelajaran yang dianggap sulit dipelajari dibandingkan dengan mata pelajaran lain, karena matematika merupakan mata pelajaran yang mengfokuskan
peserta didik bernalar, berpikir logis dan kritis dalam pemecahan masalah. Banyak
3
Erna Suwangsih, Model pembelajaran Matematika, Bandung: UPI PRESS, 2006, h. 15
4
Ibid. 26
anggapan bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit. Prestasi peserta didik kerap kali kurang memuaskan pada mata pelajaran ini. Kendati
demikian, banyaknya kegagalan peserta didik dalam matematika bukan terletak pada kurikulum yang salah, tetapi lebih pada cara pembelajaran yang dilakukan.
Kurangnya variasi dalam proses belajar mengajar mtematika pada akhirnya sangat berdampak pada hasil belajar peserta didik.
5
Berdasarkan hasil observasi selama tiga hari dan wawancara guru kelas IV hasil belajar peserta didik kelas IV pada mata pelajaran matematika rendah
terutama pada materi bangun datar. Rendahnya hasil belajar peserta didik kelas IV disebabkan beberapa faktor seperti guru kurang menerapkan model pembelajaran
yang variatif dan menarik, strategi yang tidak tepat dalam mengajar, guru hanya menggunakan satu metode dalam pembelajaran yang mengakibatkan peserta didik
merasa bosan dan jenuh karena pembelajaran bersifat monoton, guru kurang melibatkan peserta didik dalam pembelajaran sehingga peserta didik sulit dalam
memahami pembelajaran dan bersifat individualis sehingga peserta didik kurang bekerja sama di kelas.
Rendahnya hasil belajar peserta didik kelas IV pada mata pelajaram matematika terutama materi bangun datar terlihat dari hasil ulangan siswa yaitu
tahun 20132014, dari 34 peserta didik hanya 22 peserta didik 64 yang mencapai KKM. Keadaan demikian menuntut guru untuk lebih kreatif lagi dalam
merancang dan merencanakan pembelajaran. Salah satu alternatif metode pembelajaran yang memungkinkan peserta didik
dapat memahami konsep bangun datar sehingga hasil belajar baik yaitu dengan menggunakan metode penemuan terbimbing. Metode ini lebih mengarahkan
peserta didik untuk berfikir dan belajar menemukan pengetahuan sendiri sehingga dengan menggunakan metode pembelajaran ini, peserta didik akan lebih mudah
memahami konsep pokok bahasan bangun datar sehingga ketika peserta didik di hadapi dengan sebuah pertanyaan ia bisa mengerjakannya sehingga hasil belajar
pun akan jauh lebih baik.
5
Kim Cakhyanyo Syawiji, Metode Outdoor Learning dan Peningkatan Minat Belajar Aritmatika Sosial, Jurnal Dinamika Penelitian, Juli 2009.
Westy mengemukakan, metode discovery merupakan metode yang lebih menekankan pada pengalaman langsung. Pemebelajaran dengan penemuan lebih
mengutamakan proses dari pada hasil belajar. Dalam metode ini, tidak berarti sesuatu yang di temukan oleh peserta didik benar-benar baru sebab sudah
diketahahui oleh orang yang lain.
6
Karena peserta didik menemukan sendiri, berarti pembelajaran berpusat kepada peserta didik dan peserta didik memecahkan
masalah untuk menciptakan, menghubungkan dan menjeneralisasi pengetahuan. Pengetahuan baru yang diperoleh peserta didik didapat dengan cara
mengkontruksi sendiri, tanpa diberitahu oleh guru. Model pembelajaran penemuan terbimbing menempatkan guru sebagai fasilitator yang membantu dan
memfasilitasi murid
selama pembelajaran
berlangsung.
7
Guru hanya
mengupayakan agar proses kontruksi dapat terjadi pada diri peserta didik, sehingga peserta didik tidak perlu dijejali informasi dari bahan ajar yang harus
disampaikannya. Berdasarkan uraian di atas, diharapkan bahwa dalam meningkatkan
pemahaman pembelajaran matematika khususnya materi bangun datar dapat menggunakan metode pembelajaran penemuan terbimbing, karena dengan
menggunakan metode pembelajaran penemuan terbimbing peserta didik dapat melakukan pembelajaran bekerja sama, berfikir dan belajar menemukan
pengetahuan sendiri sehingga lebih mudah memahami konsep pokok bahasan bangun datar. Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti mengambil judul:
” Pengaruh Metode Penemuan Terbimbing terhadap Hasil Belajar Matematika
”.
6
Westy Soemanto, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006, h. 134.
7
Esti Yuli Widayanti, dkk. Pembelajaran Matematika MI, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009, h. 16