Westy mengemukakan, metode discovery merupakan metode yang lebih menekankan pada pengalaman langsung. Pemebelajaran dengan penemuan lebih
mengutamakan proses dari pada hasil belajar. Dalam metode ini, tidak berarti sesuatu yang di temukan oleh peserta didik benar-benar baru sebab sudah
diketahahui oleh orang yang lain.
6
Karena peserta didik menemukan sendiri, berarti pembelajaran berpusat kepada peserta didik dan peserta didik memecahkan
masalah untuk menciptakan, menghubungkan dan menjeneralisasi pengetahuan. Pengetahuan baru yang diperoleh peserta didik didapat dengan cara
mengkontruksi sendiri, tanpa diberitahu oleh guru. Model pembelajaran penemuan terbimbing menempatkan guru sebagai fasilitator yang membantu dan
memfasilitasi murid
selama pembelajaran
berlangsung.
7
Guru hanya
mengupayakan agar proses kontruksi dapat terjadi pada diri peserta didik, sehingga peserta didik tidak perlu dijejali informasi dari bahan ajar yang harus
disampaikannya. Berdasarkan uraian di atas, diharapkan bahwa dalam meningkatkan
pemahaman pembelajaran matematika khususnya materi bangun datar dapat menggunakan metode pembelajaran penemuan terbimbing, karena dengan
menggunakan metode pembelajaran penemuan terbimbing peserta didik dapat melakukan pembelajaran bekerja sama, berfikir dan belajar menemukan
pengetahuan sendiri sehingga lebih mudah memahami konsep pokok bahasan bangun datar. Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti mengambil judul:
” Pengaruh Metode Penemuan Terbimbing terhadap Hasil Belajar Matematika
”.
6
Westy Soemanto, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006, h. 134.
7
Esti Yuli Widayanti, dkk. Pembelajaran Matematika MI, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009, h. 16
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka timbul berbagai macam permasalahan yang dapat diidentiikasi sebagai berikut:
1. Pembelajaran matematika di kelas bersifat satu arah, terpusat pada guru sehingga peserta didik cenderung menyerap informasi secara pasif.
2. Guru kurang menerapkan model pembelajaran yang variatif dan menarik. 3. Hasil belajar matematika peserta didik masih rendah.
C. Pembatasan Masalah
Peneliti berharap agar tujuan penelitian ini jelas dan terarah, maka dalam penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut:
1. Penelitian ini menggunakan metode penemuan terbimbing dengan langkah- langkah, yaitu Menemukan Fakta, Menemukan Masalah, Menemukan
Gagasan, Menemukan Solusi, Menemukan Penerimaan. 2. Hasil Belajar difokuskan dan diukur yang mencangkup ranah kognitif level
C1, C2, dan C3. 3. Penelitian ini dilaksanakan pada kelas IV di MI
I’anatul Huda Tangerang Selatan.
4. Materi yang disampaikan adalah keliling dan luas jajargenjang dan segitiga.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah terdapat pengaruh pembelajaran menggunakan metode
penemuan terbimbing terhadap hasil belajar matematika peserta didik?”.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode penemuan terbimbing terhadap hasil belajar matematika peserta didik pada materi bangun
datar.
F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Peserta didik, mendapat pengalaman belajar matematika melalui metode
penemuan terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. 2. Guru, hasil penelitian ini dapat menjadi alternatif metode pembelajaran yang
dapat diaplikasikan dalam meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik.
3. Sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk mengembangkan atau menerapkan metode penemuan terbimbing di kelas-kelas lain.
4. Pembaca, dapat memberikan gambaraninformasi tentang penerapan metode penemuan terbimbing terhadap hasil belajar matematika peserta didik.
8
BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritis 1. Metode Penemuan Terbimbing
a. Pengertian Metode Penemuan Terbimbing Pemilihan metode pembelajaran perlu didasarkan pada kesesuaian dengan
tugas dan tujuan pembelajaran yang akan ditempuh oleh peserta didik. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat akan membantu peserta didik dalam mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Ada beberapa metode pembelajaran yang dapat dipilih untuk digunakan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
Setiap metode memiliki ciri khas tersendiri yang penggunaannya perlu disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Ragam metode
pembelajaran yang dapat digunakan salah satunya adalah metode penemuan. Menurut Sund dalam discovery adalah proses mental dimana peserta didik
mengasimilasikan sesuatu konsep atau sesuatu prinsip.
1
Proses mental itu misalnya: mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan,
mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya. Metode penemuan terbagi dua, yaitu penemuan murni dan penemuan terbimbing. Dalam metode penemuan
murni, disebut sebagai “heuristic”, apa yang hendak ditemukan, jalan atau proses
semata-mata ditentukan oleh peserta didik itu sendiri.
2
Pada metode penemuan murni, masalah yang akan ditemukan semata-mata ditentukan oleh peserta didik.
Begitu pula jalannya penemuan. Metode penemuan murni ini kurang tepat karena pada umumnya sebagian
besar peserta didik masih membutuhkan konsep dasar untuk dapat menemukan
1
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009. h. 179.
2
Markaban, Model Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional Pusat Pengembangan Dan Penataran
Guru Matematika, 2006, h.9.
sesuatu. Menurut Bruner, penemuan adalah suatu proses, suatu jalan atau cara dalam mendekati permasalahan bukannya suatu produk atau item pengetahuan
tertentu.
3
Hal ini terkait erat dengan karakteristik pelajaran matematika yang lebih merupakan deductive reasoning dalam perumusannya. Di samping itu, penemuan
tanpa bimbingan dapat memakan waktu berhari-hari dalam pelaksanaannya atau bahkan peserta didik tidak berbuat apa-apa karena tidak tahu, begitu pula jalannya
penemuan. Jelas bahwa metode penemuan ini kurang tepat untuk peserta didik sekolah dasar maupun lanjutan apabila tidak dengan bimbingan guru, karena
materi matematika yang ada dalam kurikulum tidak banyak yang dipelajari karena kekurangan waktu bahkan peserta didik cenderung tergesa-gesa menarik
kesimpulan dan tidak semua peserta didik menemukan sendiri. Metode penemuan terbimbing merupakan metode terbimbing yang dipandu
oleh guru, metode ini pertama kali ditemukan oleh Plato dalam suatu dialog antar Socrates dan seorang anak, maka sering disebut juga dengan metode Socrates.
Metode ini melibatkan suatu dialog atau interaksi antar peserta didik dan guru dimana peserta didik mencari kesimpulan yang diinginkan melalui suatu urutan
pertanyaan yang diatur oleh guru. Salah satu buku yang pertama menggunakan teknik penemuan terbimbing adalah Werren Colburn yang pelajaran pertamanya
berjudul: Intelectual arithmetic upon the inductive method of instructive. Buku tersebut isinya menekankan penggunaan suatu urutan pertanyaan dalam
mengembangkan konsep dan prinsip matematika.
4
Metode ini peserta didik didorong untuk berpikir sendiri sehingga dapat menemukan prinsip umum,
berdasarkan bahan yang difasilitasi oleh guru. Dengan demikian, materi yang akan dipelajari peserta didik tidak disajikan dalam bentuk final. Peserta didik
harus melakukan aktivitas mental yang mungkin melibatkan aktivitas fisik dalam upaya memperoleh pemahaman pada materi tertentu.
Sampai seberapa jauh peserta didik dibimbing, tergantung pada kemampuannya dan pada materi yang
dipelajari. Dalam hal ini, guru merencanakan serangkaian pertanyaan yang
3
Ibid, h.9.
4
Ibid, h. 10.
memandu peserta didik, langkah demi langkah logis, membuat serangkaian penemuan yang mengarah kepada tujuan yang telah ditentukan.
Belajar penemuan dapat terjadi di dalam situasi yang sangat teratur, baik peserta didik maupun guru mengikuti langkah-langkah yang sistematis. Guru
membimbing dan mengarahkan peserta didik selangkah demi selangkah dengan mengikuti bentuk tanya jawab yang telah diatur secara sistematis untuk membuat
penemuan. Langkah-langkah kegiatan atau petunjuk dapat dituangkan dalam lembar kerja yang dibuat guru. Selain itu, diperlukan pula campur tangan guru
untuk membangkitkan perhatian peserta didik pada tugas yang sedang dihadapi dan mengurangi pemborosan waktu. Peserta didik bukan lah ilmuwan dan sesuatu
yang dihadapi benar-benar merupakan sesuatu yang baru bagi peserta didik, sehingga petunjuk atau pun instruksi guru sangat lah diperlukan peserta didik.
Salah satu bahan, berupa fasilitas oleh guru yang akan membimbing peserta didik dalam proses penemuan terhadap konsep-konsep, rumus dari materi yang
diajarkan adalah Lembar Kerja Siswa LKS. Lembar Kerja Siswa LKS adalah bagian pokok dari suatu modul yang berisi tujuan umum topik yang dibahas dan
disertai soal latihan atau instruksi praktik bagi peserta didik. LKS digunakan untuk menuntun peserta didik belajar mandiri dan dapat menarik kesimpulan
pokok bahasan yang diajarkan. Penyajian bahan pelajaran umumnya dapat mendorong peserta didik mengembangkan kreativitas dalam belajar. Dengan
demikian mampu mendorong peserta didik secara aktif mengembangkan dan menerapkan kemampuannya. Dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa LKS
ini, diharapkan peserta didik akan terbimbing dalam proses penemuan terhadap konsep-konsep, rumus dari materi yang diajarkan.
Di sebut pembelajaran penemuan adalah “suatu metode pembelajaran yang
menekankan pentingnya pemahaman tentang struktur materi ide kunci dari suatu ilmu yang dipelajari, perlunya belajar aktif sebagai dasar pemahaman sebenarnya,
dan nilai dari berfikir secara induktif dalam belajar”.
5
Menurut Bruner, belajar akan lebih bermakna bagi peserta didik jika mereka memusatkan perhatiannya
5
Trianto. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010, h. 79.