yaitu jika t
hitung
t
tabel
maka H diterima H
1
ditolak. Jika t
hitung
t
tabel
maka H ditolak, H
1
diterima. Perhitungan lengkap hasil pengujian hipotesis data posttest kelas eksperimen
maupun kelas kontrol dapat dilihat pada lampiran. Berikut adalah tabel pengujian hipotesis penelitian data post test.
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Uji Hipotesis
Data Statistik
Sample n Mean
S
gab
t
hitung
t
tabel
Kesimpulan
Post Te
st Eksperimen
34 81,29
7,375 8,95
2,00 H
di tolak Kontrol
34 64,71
Dari Tabel 4.6, hasil perhitungan uji hipotesis di atas untuk nilai post test kelas eksperimen dan kelas kontrol pada taraf signifikan
α = 0,05 di peroleh t
hitung
post test sebesar 8,95 dengan t
tabel
2,00, maka dapat dilihat bahwa hasil t
hitung
post test lebih besar di bandingkan dengan t
tabel.
Berdasarkan kriteria pengujian yang telah ditetapkan, yaitu: jika t
hitung
t
tabel,
maka H
1
diterima, dan dapat dinyatakan bahwa metode penemuan terbimbing berpengaruh terhadap hasil belajar
matematika peserta didik. Dari hasil post test, rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen lebih tinggi dari pada rata-rata hasil belajar kelas kontrol.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini membahas hasil belajar luas dan keliling bangun datar segitiga dan jajargenjang, pembelajaran kelas eksperimen yang menggunakan metode
penemuan terbimbing dan kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional Hasil penelitian yang peneliti dapat bisa dibandingkan dengan penelitian lain yang
relevan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat dilihat bahwa hasil tes yang
dilakukan setelah pembelajaran posttest diketahui nilai rata-rata kelompok eksperimen sebesar
82,22
dan nilai rata-rata kelompok kontrol sebesar 65,14.
Terjadi perbedaan hasil belajar pada kedua kelompok disebabkan karena adanya perbedaan perlakuan dalam belajar. Pada kelompok eksperimen diterapkan
dengan metode pembelajaran penemuan terbimbing dan pada kelompok kontrol tidak diterapkan metode pembelajaran penemuan terbimbing.
Dari hasil perhitungan pengujian hipotesis juga menunjukkan adanya perbedaan hasil belajar matematika siswa kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol dengan t
hitung
lebih besar dari t
tabel
yaitu 8,95 dan 2,00. Berdasarkan
perhitungan analisis data melalui uji hipotesis dengan uji-t, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing
berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika.
Pada kelas eksperimen pendekatan pembelajaran yang digunakan dengan metode penemuan terbimbing, sedangkan pada kelas kontrol metode pembelajaran
kovensional. Tahapan-tahapan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan metode penemuan terbimbing menjadikan hasil belajar peserta didik lebih tinggi
dari pada kelas kontrol. Penelitian ini hasil uji hipotesis menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan pada penggunaan metode penemuan terbimbing terhadap hasil belajar peserta didik pada konsep luas dan keliling segitiga dan jajargenjang. Hal ini
terlihat dari hasil uji hipotesis bahwa t
hitung
t
tabel
yaitu 8,95 2,00, maka H
1
diterima H ditolak. Selain itu, terlihat juga dari nilai rata-rata posttest kelas
eksperimen lebih tinggi dibanding dengan kelas kontrol, yaitu 82,22 untuk kelas eksperimen dan 65,14 untuk kelas kontrol. Selain itu, terlihat juga dari nilai rata-
rata posttest kelas eksperimen lenih tinggi dibandingkan dengan kelas konrol, yaitu 82,22 untuk kelas eksperimen dan 60,14 untuk kelas kontrol.
Jika hasil belajar dari penelitian ini dilihat dari jenjang kognitif nya, maka akan terlihat bahwa di kelas eksperimen lebih tinggi disetiap jenjang nya C1, C2,
dan C3 dibandingkan kelas kontrol. Pada jenjang kognitif C1 kelas eksperimen memperoleh presentase sebesar 85,62 sedangkan kelas kontrol memperoleh
70,25. Hal ini disebabkan karena dalam proses belajar dengan metode penemuan terbimbing peserta didik menjadi aktif karena peserta didik melakukan
sebuah percobaan menemukan konsep dengan menggunakan alat peraga
sederhana. Dengan percobaan, peserta didik dilatih untuk merekam semua data fakta yang diperolehnya, melalui hasil pengamatan dan bukan data opini hasil
rekayasa pemikiran. Peserta didik belajar tidak hanya menghafal teori tetapi mencoba untuk menemukannya, sehingga teori yang dipelajari lebih lama
tersimpan dalam ingatannya. Pada jenjang kognitif C2 pada kelas eksperimen juga lebih tinggi
dibandingkan kelas kontrol yaitu kelas eksperimen memperoleh presentase sebesar 65,54 dan 52,58 untuk kelas kontrol. Adanya diskusi setelah peserta
didik melakukan penemuan menambah pemahaman peserta didik baik secara lisan maupun tulisan karena selain melakukan penemuan, peserta didik juga harus
membuat rangkuman
hasil diskusi
bersama kelompoknya
kemudian menginformasikan dan mengkomunikasikannya kepada teman-teman tentang
hasil penemuan dan diskusi yang telah dilakukannya. Dengan demikian, peserta didik dapat mengingat kembali tentang hasil penemuannya dan memperoleh
tambahan informasi tentang hal-hal yang mungkin tidak didapatkan nya pada saat pelaksanaan penemuan. Hal ini lah yang membuat jenjang kognitif C2 pada kelas
eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Pada jenjang kognitif C3 presentase untuk kelas eksperimen juga lebih tinggi
yaitu 63,5 dan kelas kontrol 55,42. Hal ini disebabkan karena peserta didik di beri kesempatan untuk menemukan fakta, menemukan masalah, menemukan
gagasan, menemukan solusi, menemukan penerimaan dan dapat menarik kesimpulan sendiri dari proses yang dialaminya
. Sejalan dengan pendapat
Martinis Yamin yang menyatakan bahwa dengan melibatkan siswa berperan dalam kegiatan pembelajaran, berarti mengembangkan kapasitas belajar dan
potensi yang dimiliki siswa secara penuh.
1
Dengan melakukan penemuan, diskusi, menyimpulkan dan mengkomunikasikan hasil penemuan kepada orang lain,
peserta didik dapat memahami konsep matematika secara sistematis khususnya pada konsep luas dan keliling segitiga dan jajargenjang sehingga membuahkan
hasil belajar yang lebih baik.
1
Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, Jakarta: Gunung Persada Press,2010, h. 78
Pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan terbimbing merupakan metode pembelajaran yang berpusat pada keterampilan mencari temuan, yang
diikuti dengan penguatan kreatifitas. Sehingga dalam pembelajaran ini, selain dilatih menyelesaikan suatu permasalahan, kreatifitas peserta didik juga dapat
terlatih. Peserta didik akan terbiasa menyelesaikan permasalahan dengan cara yang peserta didik temukan sendiri.
Sebelum memulai pembelajaran peneliti memberikan ice breaking, guru melakukan apersepsi dengan meminta peserta didik untuk menyebutkan apa saja
macam-macam bangun datar dan rumus mencari luas dan keliling persegi dan jajargenjang. Kegiatan apersepsi, peneliti lakukan di kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Adapun langkah pembelajaran yang menggunakan metode penemuan terbimbing di kelas eksperimen yaitu, pertama-tama peserta didik dibagi menjadi
4-5 orang peserta didik. Setiap kelompok terdiri dari anak yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah, sehingga tiap kelompok memiliki anggota kelompok
yang berkemampuan heterogen, setelah berkumpul dengan teman-teman sekelompoknya, guru memberikan media pembelajaran berupa replica segitiga
dan jajargenang, kertas origami, gunting, banang dan Lembar Kerja Siswa LKS yang harus diselesaikan peserta didik secara berkelompok.
Pada pertemuan pertama, peserta didik masih merasa kebingungan dalam mengerjakan LKS yang diberikan guru karena peserta didik belum terbiasa
melakukan pembelajaran secara mandiri. Peserta didik juga tidak biasa menggunakan media pembelajaran. Guru mendampingi peserta didik saat peserta
didik mengerjakan LKS dan membimbing peserta didik dalam menggunakan media pembelajaran sebagai alat bantu untuk mengerjakan LKS tersebut. Dalam
LKS tersebut, peserta didik dihadapkan dengan langkah-langkah dan pertanyaan- pertanyaan yang akan membimbing peserta didik untuk menemukan suatu
unsursifat dan rumus yang akan memudahkan peserta didik dalam menyelesaikan masalah nantinya, tahap pertama yaitu peserta didik dalam kelompok
merumuskan masalah yang diberikan.
Gambar 4.3. Peserta Didik Sedang Melakukan Penemuan Secara Berkelompok
Peserta didik membuat perkiraan dari apa yang mereka ketahui., setelah itu peserta didik membuat argument untuk menyelesaikan masalah. Dalam tahap ini,
tiap anggota kelompok diberikan kebebasan untuk mengungkapkan pendapatnya mengenai solusi penyelesaian dari permasalahan tersebut. Setelah terkumpul
beberapa solusi penyelesaian, peserta didik menyeleksi solusi-solusi tersebut atau menganalisis argumen yang lebih baik untuk mencari solusi. Solusi yang dipilih
merupakan solusi yang paling efisien. Setelah menemukan solusi yang dianggapnya paling efisien, kemudian peserta didik membuat kesimpulan dan
menyelesaikan solusi tersebut. Setelah selesai, perwakilan dari setiap kelompok menjelaskan hasil diskusi dari kelompok masing-masing. Kelompok lain
mendengarkan presentasi teman kelompok yang sedang berbicara di depan kelas, setelah selesai presentasi, kelompok lain menanggapai atau memberikan pendapat
lain. Setelah diskusi selesai dilaksanakan, guru memberikan kesimpulan atau mengoreksi agar materi pelajaran lebih jelas.
Untuk kelas kontrol yang menerapkan pembelajaran konvensional. Sementara itu kegiatan pembelajaran dengan metode pembelejaran konvensional,
dilaksanakan dengan cara ceramah yang artinya metode ini tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru karena dalam proses ekspositori peran peserta
didik hanya sekedar memperhatikan. Pembelajaran dengan metode konvensinal menjadi kurang efektif karena tidak diikuti oleh aktifitas dimana peserta didik