BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sebuah perusahaan akan mengalami kondisi pasang surut dalam menjalankan kegiatan ekonominya. Dalam hal perkembangan perusahaan, mulai dari berdiri
hingga mampu bertahan, kondisi pasang surut tersebut bisa jadi merupakan suatu proses menuju keberhasilan yang hendak dicapai oleh perusahaan. Merupakan hal
yang wajar bila kondisi tersebut terjadi karena kegiatan ekonomi bukanlah sesuatu yang berjalan konstan dari waktu ke waktu dan juga dipengaruhi oleh banyak
faktor seperti daya beli masyarakat hingga budaya masyarakat yang mempengaruhi keinginan pasar.
Dengan situasi dan kondisi tersebut, manajemen perusahaan memiliki peranan penting dalam menjalankan roda kegiatan perusahaan. Bisa dikatakan bahwa
keberhasilan perusahaan tergantung pada kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaan mulai dari karyawan hingga kegiatan-kegiatannya.
Manajemen perusahaan yang baik juga pasti akan dipengaruhi oleh sosok manajer yang handal di dalamnya yang menjadi pusat segala arahan, koordinasi hingga
instruksi kepada seluruh karyawan guna tercapainya tujuan perusahaan. Di awal tahun 1993, perusahaan komputer raksasa dari Amerika IBM
melakukan pergantian di tingkat atas kepemimpinan perusahaan Slater, 2001:12. Lou Gerstner ditunjuk menjadi pimpinan dan CEO IBM yang baru menggantikan
John Akers. Pergantian ini bukan tanpa alasan, sebab tahun-tahun sebelumnya IBM telah merugi dari sisi pendapatan dan pangsa pasar yang semakin berkurang.
Setelah mengambil alih perusahaan tersebut, dalam kepemimpinan Gerstner, IBM pada tahun 1998 mencatat pendapatan sebesar US 81,7 milyar, naik 4 dari
tahun sebelumnya US 78,5 milyar, menjadikan IBM sebagai perusahaan dengan peringkat pendapatan tertinggi keenam di Amerika. Melihat kembali saat IBM
kehilangan uangnya selama tiga tahun berturut-turut, 1991, 1992, 1993, Gerstner telah mengubah kondisi perusahaan sehingga pada tahun 1998 IBM meraih laba
sebesar US 6,3 milyar naik sebesar US 200 juta dari tahun sebelumnya. Ketika memimpin IBM, Gerstner pernah menyatakan pandangannya “tetapkan harapan
Universitas Sumatera Utara
yang tinggi, jangan menyerah pada harapan”. Gerstner tidak dapat memahami dan tidak akan mentolerir kinerja yang rendah. Dia membuat jelas bahwa ia tidak akan
menerima nomor dua dan penghargaan menanti sang juara. Kasus di atas dapat pula dijumpai di Indonesia dan Telkom bisa dijadikan
contoh bagaimana manisnya peran top manajer handal terhadap kinerja perusahaan. Di bawah pimpinan Ir. Cacuk Sudarijanto, Telkom mengalami
perkembangan yang pesat Halawa, 1992:10. Telkom yang sebelumnya bernama Perumtel tampil sebagai BUMN yang efisien, ramping dan tidak merugi. Berkat
keberhasilan tersebut, Perumtel pun akhirnya berubah nama menjadi PT Telekomunikasi Indonesia dan berpindah kantor pusat dari Bandung ke Jakarta.
Pada tahun 1989, Telkom berhasil meraup laba sebelum pajak sebesar Rp 150 milyar dan tercatat sebagai perusahaan penyumbang pajak terbesar kedua di
Indonesia selama dua tahun berturut-turut. Dalam pandangan Cacuk sebagai pemimpin, semua badan usaha baik swasta, BUMN ataupun koperasi memiliki
kaidah yang sama. Harus dikelola secara efisien, produktif dan menguntungkan, sehingga orang-orang yang tidak mengerti bagaimana bekerja efisien harap
minggir saja. Dari beberapa contoh kasus di atas tema mengenai pengelaman seorang manajer dalam mengelola perusahaan menjadi menarik untuk diteliti.
Posisi seorang manajer erat kaitannya dengan peran kepemimpinan. Peran kepemimpinan merupakan tanggung jawab seorang manajer dalam mengarahkan
dan mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan bawahannya dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Agar organisasi atau perusahaan bisa berjalan dan mencapai
tujuannya maka perusahaan tersebut harus dikelola dengan baik. Peran kepemimpinan manajer sangat dibutuhkan dalam hal pengelolaan perusahaan
guna menghasilkan kinerja yang baik. Kinerja suatu perusahaan merupakan hasil kerja dari para karyawan yang secara bersama-sama melakukan tugas-tugas
perusahaan. Apabila kinerja perusahaan yang dihasilkan tinggi maka itu berarti para karyawan memiliki kinerja yang bagus pula. Dengan kinerja yang bagus
perusahaan akan dengan mudah mencapai tujuan-tujuannya. Namun sebaliknya, apabila kinerja yang dihasilkan rendah maka tujuan-tujuan perusahaan juga akan
sulit dicapai.
Universitas Sumatera Utara
Setiap karyawan di dalam sebuah perusahaan pasti memiliki latar belakang etnis, agama, keluarga maupun pendidikan yang berbeda. Dari latar belakang yang
berbeda, setiap karyawan akan membawa nilai masing-masing ke dalam perusahaan yang memungkinkan tejadinya suatu persinggungan nilai diantara
mereka. Untuk menghindari hal tersebut, seorang manajer harus mampu menciptakan nilai-nilai sendiri bagi perusahaan dan membagikannya kepada
seluruh karyawan untuk diresapi dan dipatuhi bersama. Modal nilai perusahaan tersebut akan membawa para karyawan memiliki kekompakan antara satu sama
lain sebagai satu kesatuan di dalam perusahaan. Oleh karena itu, seorang manajer dalam memainkan perannya sebagai seorang pemimpin harus bisa menciptakan
visi ke depan agar setiap karyawan bisa mengidentifikasi dirinya dengan organisasi.
Organisasi perusahaan dapat diartikan sebagai suatu sistem sosial yang bersifat langgeng, memiliki identitas kolektif yang tegas, memiliki daftar anggota
yang terperinci, memiliki program kegiatan yang terus menerus diarahkan ke pencapaian tujuan yang jelas serta memiliki prosedur untuk menerima anggota
baru dan mengeluarkan anggota lama Lawang: 1984, 14. Perusahaan sebagai suatu organisasi dapat dikatakan memiliki karakteristik sebuah masyarakat yakni
sekumpulan orang yang berinteraksi satu sama lain dan memiliki pengetahuan yang sama tentang organisasi. Organisasi atau perusahaan pada dasarnya bisa
disebut sebagai masyarakat meski dalam ruang lingkup yang kecil. Namun bukan berarti semua perusahaan berskala kecil, sebab pada masa kini banyak perusahaan
yang berkembang melebihi batas-batas negara seperti IBM, Microsoft, Toyota dan sebagainya. Oleh karenanya perusahaan dapat disamakan dengan masyarakat juga
memiliki budaya. Selain itu, karena perusahaan adalah hasil kreasi manusia maka bisa dikatakan juga bahwa perusahaan bukan sekedar memiliki budaya tetapi juga
merupakan hasil kebudayaan. Perusahaan juga memiliki nilai, norma, maupun aturan yang berkenaan
dengan jalannya kegiatan perusahaan. Nilai-nilai perusahaan dapat dicontohkan seperti kedisiplinan, kolektifitas, maupun orientasi terhadap pelanggan. Nilai
kedisiplinan akan mewujud ke dalam norma-norma yang mengatur jam kerja karyawan, datang dan pulang tepat waktu hingga cara berpakaian. Nilai
Universitas Sumatera Utara
kolektifitas akan mewujud dalam norma yang mengatur karyawan untuk dapat bekerjasama satu sama lain dalam sebuah tim. Nilai orientasi terhadap pelanggan
akan diikuti juga dengan norma yang mengatur sikap karyawan terhadap pelanggan seperti senyum, salam, sapa yang tujuannya untuk memberikan
kepuasan dan pelayanan yang baik kepada pelanggan. Selain nilai, norma dan aturan, di dalam perusahaan juga terdapat ritual
ataupun aktifitas yang dilakukan seluruh anggota perusahaan. Ritual suatu perusahaan dapat dilihat misalkan setiap pagi karyawan melakukan apel yang
bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai, norma-norma maupun aturan perusahaan kepada karyawan. Dalam menerima karyawan baru perusahaan juga biasanya
melakukan ritual terhadap karyawan baru tersebut untuk mensosialisasikan nilai- nilai dan norma-norma perusahaan. Ritual ini berguna untuk memelihara dan
menguatkan budaya suatu perusahaan serta untuk menumbuhkan rasa kebersamaan diantara para karyawan.
Manajer dalam suatu perusahaan selain harus menanamkan nilai-nilai perusahaan kepada karyawan juga akan menghadapi berbagai hambatan maupun
tantangan baik dari inernal perusahaan maupun dari eksternal perusahaan. Dari internal perusahaan manajer akan mengahadapi para karyawan yang berasal dari
berbagai latar belakang baik etnis, agama, keluarga maupun pendidikan sehingga bukan tidak mungkin akan timbul suatu konflik diantara para karyawan itu yang
tentu harus diselesaikan manajer. Masalah pengupahan terhadap karyawan juga dapat terjadi pada suatu perusahaan. Karyawan yang merasa haknya tidak
diberikan secara layak oleh perusahaan akan menuntut perusahaan untuk berlaku adil seperti yang sedang marak terjadi akhir-akhir ini di Indonesia yang
diberitakan diberbagai media elektronik maupun media cetak dimana buruh melakukan aksi unjuk rasa untuk menuntut haknya tersebut. Masalah ini juga
berpengaruh terhadap lingkungan eksternal perusahaan dimana perusahaan harus mengadapi pemerintah yang kemudian merancang suatu regulasi baru terkait
pengupahan untuk buruh dan harus diikuti oleh setiap perusahaan. Selain itu juga, aksi unjuk rasa buruh yang terkadang diwarnai dengan tindakan anarkis seperti
pengrusakan aset-aset perusahaan dapat berdampak pada iklim investasi yang tidak sehat dimana para investor yang telah menanamkan modalnya akan berfikir
Universitas Sumatera Utara
untuk menarik kembali modal tersebut bahkan investor yang baru tertarik akan mengurungkan niatnya untuk memberikan modal. Hambatan maupun tantangan
seperti ini menuntut seorang manajer untuk memiliki kemampuan yang baik dalam mengelola dan menyelesaikan setiap masalah dalam perusahaan.
Dalam menjalankan setiap nilai dan aktifitas serta dalam menghadapi hambatan internal maupun hambatan eksternal perusahaan, seorang manajer tentu
harus pandai dan mampu menciptakan strategi untuk menggerakkan perusahaan sesuai dengan peran yang dimainkannya. Strategi tersebut merupakan cara
maupun tindakan yang digunakan manajer untuk menyelesaikan setiap masalah di dalam perusahaan. Selain itu, strategi-strategi yang diterapkan manajer bertujuan
untuk mencapai keuntungan dan keberhasilan perusahaan atau dengan kata lain untuk mengembangkan kinerja perusahaan.
Perusahaan yang berhasil tentu memiliki manajer handal yang mampu menjalankan perannya dengan baik. Manajer dapat dikatakan handal apabila ia
mampu menyatukan para karyawan sebagai sebuah tim yang bersinergi dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Selain itu, manajer juga dapat dikatakan handal
apabila ia mampu membuat kebijakan dan menyeimbangkannya dengan strategi dalam menghadapi tantangan dan hambatan dalam mengelola perusahaan.
Salah satu perusahaan yang dapat dikatakan berhasil di Medan adalah PT. SOCIMAS yang bergerak di bidang agribisnis dan pengolahan minyak kelapa
sawit. Berkat kemampuannya untuk secara konsisten menyediakan produk yang memenuhi persyaratan pelanggan dan peraturan yang berlaku, serta kemampuan
dalam meningkatkan kepuasan pelanggan melalui penerapan sistem yang efektif, PT. SOCIMAS berhasil mendapatkan sertifikat ISO 9001:2000. PT. SOCIMAS
juga mendapat sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia MUI berkat produknya yang sesuai dengan syariat islam. Keberhasilan PT. SOCIMAS
tersebut tentu tidak terlepas dari hal-hal yang dilakukan manajer di dalam perusahaan tersebut. Oleh karena itu, menarik kiranya untuk mengkaji masalah
mengenai pengalaman manajer dalam mengelola perusahaan. Kajian tersebut akan dapat mengungkap hambatan-hambatan apa saja yang menjadi tantangan bagi
manajer, serta mengungkap strategi-strategi apa saja yang digunakan manajer dalam menghadapi hambatan-hambatan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
1.2.Tinjauan Pustaka
Penelitian kualitatif dengan model life history telah banyak dilakukan oleh beberapa ahli. Salah satunya adalah Oscar Lewis 1988 yang menulis buku kisah
5 keluarga miskin di Meksiko. Di dalam penelitiannya, Lewis mengangkat tema mengenai kehidupan sosial dan kebudayaan kemiskinan termasuk di dalamnya
yang berkaitan dengan usia, pekerjaan, agama, komposisi rumah tangga, ekonomi rumah tangga, tingkat kemakmuran, migrasi, pergaulan dengan tetangga,
pandangan politik, pola rekreasi dan sebagainya melalui keluarga yang tinggal di daerah tersebut.
Berbeda halnya dengan Malau 2011 yang pernah melakukan penelitian yang hampir serupa untuk meneliti jaringan bisnis multi level marketing. Dalam
penelitiannya, malau menggunakan pengalaman orang-orang yang menekuni bisinis multi level marketing guna untuk menjelaskan pola jaringan bisnis multi
level marketing tersebut. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini tentunya berbeda dengan penelitian
yang pernah dilakukan Lewis dan Malau. Berbeda dengan Lewis, penelitian ini mengangkat tema pengalaman manajer dalam mengelola perusahaan demi
keberlangsungan perusahaan tersebut. Sedangkan dengan Malau, perbedaannya terletak pada ketidaktegasan menggunakan model life history dalam
penelitiannya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengalaman adalah sesuatu yang
pernah dialami, dirasakan, dijalani, ditanggung oleh seseorang dalam menjalani hidupnya. Pengalaman ini tercipta karena manusia selalu melakukan berbagai
kegiatan dalam menjalani hidup termasuk seorang manajer di dalam perusahaan. Pengalaman yang dialami manusia dapat berbekas dalam ingatan manusia yang
secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi pengetahuan manusia itu sendiri. Semakin banyak pengalaman yang dialami oleh seseorang,
maka kemungkinan semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki oleh orang tersebut.
Pengalaman manajer adalah sesuatu yang dialami, dirasakan dan dijalani oleh manajer berkaitan dengan kegiatannya di dalam perusahaan Kegiatan seorang
manajer di dalam perusahaan pasti akan berhubungan dengan tugas-tugas dan
Universitas Sumatera Utara
kewajiban serta kewenangannya sebagai manajer yang harus dilaksanakan setiap hari. Ketentuan-ketentuan kerja yang harus dilaksanakan seorang manajer tersebut
akan menimbulkan peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan hal tersebut. Peristiwa-peristiwa tersebut akan tersimpan dalam memori seorang manajer yang
kemudian akan menjadi pengetahuan baginya. Dalam menjalankan ketentuan-ketentuan kerja yang telah digariskan tersebut,
seorang manajer juga akan mendapatkan reaksi baik dari para karyawan maupun dewan direksi. Kinerja manajer akan ditanggapi oleh para karyawan melalui
prilaku dan emosi atau perasaaan mereka terhadap manajer meskipun di dalam perusahaan karyawan tidak berhak untuk menilai atasan mereka. Dewan direksi
juga akan menanggapi apa yang telah dikerjakan oleh manajer tersebut. Mereka akan merasa senang apabila manajer berhasil melakukan pekerjaannya dengan
baik, biasanya hal itu diungkapkan melalui penghargaan atau reward yang diberikan terhadap manajer. Namun sebaliknya, apabila seorang manajer gagal
dalam melaksanakan tugasnya maka dewan direksi juga akan merasa tidak senang dan hal tersebut biasanya ditandai dengan punishment atau hukuman.
Dalam menyikapi semua yang dihadapi oleh manajer di atas, tentunya seorang manajer juga akan memiliki emosi atau perasaan sebagai responnya
terhadap tanggapan atau reaksi orang lain. Perasaan senang ataupun kecewa akan dialami seorang manajer dalam melaksanakan tugasnya. Pengalaman-pengalaman
tersebut yang kemudian akan menjadi modal pengetahuan baginya dalam membuat suatu cara atau langkah dalam menjalankan tugasnya sebagai manajer.
Proses belajar yang dilakukan seorang manusia secara terus menerus akan menjadi pengalaman baginya yang kemudian pengalaman tersebut akan menjadi
pengetahuannya. Misalnya, seseorang yang sering dipilih untuk memimpin organisasi dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan tentang manajemen
organisasi. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tentang benda, sifat, keadaan, dan harapan-harapan. Pengetahuan dimiliki oleh semua
suku bangsa di dunia. Mereka memperoleh pengetahuan melalui pengalaman, intuisi, wahyu, dan berpikir menurut logika, atau percobaan-percobaan yang
bersifat empiris. Pengetahuan juga dapat diartikan sebagai informasi atau
Universitas Sumatera Utara
maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang
http:adisanjaya24.blogspot.com. Definisi pengalaman yang telah dijelaskan di atas menunjukkan bahwa setiap
proses belajar yang dilalui dan setiap kejadian yang dialami seorang manajer dalam melaksanakan tugasnya di dalam perusahaan akan menjadi sebuah
pengalaman bagi manajer. Pengalaman tersebut akan menjadi modal pengetahuan bagi manajer dalam menjalankan tugasnya untuk perusahaan. Pengalaman itu juga
akan menjadi pengetahuan bagi manajer dalam berprilaku sesuai dengan cara yang diterima oleh perusahaan.
Manajer menurut Sule dan Saefullah 2005:18 adalah individu yang bertanggung jawab secara langsung untuk memastikan kegiatan dalam sebuah
organisasi dijalankan bersama para anggota dari organisasi. Manajer tentu memiliki karyawan bawahan di dalam organisasi. Manajer mempunyai tugas
pokok pengelolaan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, perintah, pengawasan dan pengevaluasian. Manajer harus mampu mengelola
pekerjaan dan organisasi, mengelola orang serta mengelola semua unsur organisasi bisnis seperti produksi, tenaga kerja, pemasaran, keuangan, riset, dan
pengembangan semua sarana dan prasarana yang dimiliki organisasi Iman dan Siswandi, 2007:7.
Setiap manajer harus mempunyai wewenang dan tanggung jawab sehingga manajer dapat dikelompokkan menjadi:
1. Menurut Tingkatannya
a. Manajer Lini Bawah
Manajer lini bawah ini secara langsung mengawasi tenaga kerja yang melakukan pekerjaan awal atau disebut operator. Contoh mandor atau
supervisor bagian produksi, supervisor atau kepala urusan administrasi kantor.
b. Manajer Menengah
Manajer yang mengarahkan, membimbing dan mengawasi manajer lini bawah. Tanggung jawab manajer menengah ini mengarahkan dan
mengawasi pelaksanaan kebijakan pimpinan organisasi serta
Universitas Sumatera Utara
membantu memecahkan masalah antara keinginan supervisor dengan kapasitas dan kemampuan bawahan atau operator.
c. Manajer Puncak
Merupakan kumpulan manajer yang bertanggung jawab terhadap jalannya dan keberhasilan organisasi secara keseluruhan. Manajer
puncak ini merumuskan dan menetapkan kebijakan organisasi dan membimbing serta mengarahkan interaksi organisasi dengan
lingkungan. 2.
Menurut Fungsinya Merupakan manajer yang bertanggung jawab hanya kepada aktivitas yang
terkait dengan fungsinya, seperti berikut; a.
Manajer Produksi b.
Manajer Sumber Daya Manusia c.
Manajer Pemasaran d.
Manajer Keuangan e.
Manajer Riset dan Pengembangan, dan lain-lain. Manajer sebagai orang yang menjalankan kegiatan manajemen juga harus
memahami fungsi-fungsi yang ada didalam manajemen. Fungsi-fungsi manajemen tersebut merupakan serangkaian kegiatan yang dijalankan dalam
manajemen berdasarkan fungsinya masing-masing dan mengikuti satu tahapan- tahapan tertentu dalam pelaksanaannya Ernie dan Kurniawan: 2005,8. Nickels,
McHugh and McHugh dalam Erni dan Kurniawan: 2005,8 kemudian menjelaskan ada empat fungsi manajemen yang harus dilaksanakan oleh manajer,
yaitu: 1.
Perencanaan atau Planning, yaitu proses yang menyangkut upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi kecenderungan di masa yang akan datang
dan penentuan strategi dan taktik yang tepat untuk mewujdkan target dan tujuan organisasi. Di antara kecenderungan dunia bisnis sekarang
misalnya, bagaimana merencanakan bisnis yang ramah lingkungan, bagaimana merancang perusahaan yang mampu bersaing dalam persaingan
global, dan lain sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
2. Pengorganisasian atau Organizing yaitu proses yang menyangkut
bagaimana strategi dan taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah struktur organisasi yang tepat dan tangguh, sistem
dan lingkungan organisasi yang kondusif dan bisa memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi bisa bekerja secara efektif dan efisien guna
pencapaian tujuan organisasi 3.
Pengimplementasian atau Directing yaitu proses implementasi program agar bisa dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses
memotivasi agar semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan penuh kesadaran dan produktivitas yang tinggi.
4. Pengendalian dan Pengawasan atau Controlling yaitu proses yang
dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan, diorganisasikan, dan diimplementasikan bisa berjalan
sesuai dengan target yang diharapkan meski menghadapi berbagai perubahan yang terjadi dalam lingkungan dunia bisnis yang dihadapi.
Manajer tentu memerlukan beberapa keahlian manajemen untuk dapat mengimplementasikan kegiatan manajemen tersebut sesuai dengan fungsinya
masing-masing. Menurut Iman dan Siswandi 2007:4 untuk mengelola organisasi maka manajer mutlak memerlukan keahlian yang berkaitan dengan manajemen.
Keahlian manajer akan dapat meningkatkan kualitas kinerja manajemen. Macam- macam keahlian manajer meliputi:
a. Keahlian Teknis Technical Skll
Merupakan kemampuan untuk menggunakan berbagai peralatan, prosedur atau teknik di bidang tertentu.
b. Keahlian Masalah Kemanusiaan Human Skill
Merupakan kemampuan untuk dapat mengerti dan memahami tentang karakteristik orang lain. Berpartisipasi secara aktif dengan orang lain,
mengetahui potensi dan kelemahan manusia, harapan masa depan dan reaksi ancaman terhadap diri manusia itu.
c. Keahlian Konseptual Conceptual Skill
Merupakan kemampuan untuk dapat melihat secara sistematis dan komprehensif atas semua aktivitas dan kepentingan organisasi. Keahlian
Universitas Sumatera Utara
ini meliputi pemahaman untuk memfungsikan semua komponen organisasi, baik secara keseluruhan maupun secara parsial.
d. Keahlian Strategi Strategic Skill
Merupakan keahlian yang diperlukan bagi manajer untuk dapat melihat organisasi sebagai suatu sistem dimana gangguan atau keberhasilan dari
unit organisasi akan mempengaruhi kegagalan dan keberhasilan organisasi. Dalam keahlian ini manajer dituntut untuk dapat
mengantisipasi sedini mungkin semua fenomena internal dan eksternal organisasi.
Selain fungsi yang harus dilakukannya serta keahlian yang harus dimilikinya, manajer juga memiliki kewenangan sebagai pendukung untuk menjalankan tugas
dan fungsinya. Kewenangan atau authority merupakan salah satu bentuk kekuasaan yang banyak dipergunakan di dalam sebuah organisasi termasuk
perusahaan. Kewenangan juga merupakan kekuasaan formal dan terlegitimasi. Dalam sebuah organisasi, seseorang yang ditunjuk untuk memimpin organisasi,
bagian atau departemen memiliki kewenangan atau kekuasaan yang terlegitimasi. Seseorang yang ditunjuk menjadi manajer administrasi dengan sendirinya
terlegitimasi untuk memilki kewenangan dalam mengatur berbagai hal yang terkait dengan administrasi perusahaan. Kewenangan-kewenangan tersebut
biasanya didokumentasikan kedalam standar operasional prosedur SOP perusahaan. Kewenangan ini juga merupakan unsur yang muncul dari pemberian
tugas-tugas kepada manajer. Ernie dan Kurniawan 2005:176 mengemukakan bahwa kewenangan dalam
sebuah organisasi atau perusahaan dapat dibedakan menjadi kewenangan lini liny authority
, kewenangan staf staff authority, dan kewenangan fungsional functional authority. Perbedaan ketiganya terletak pada jenis keleluasaan dan
kekuasaan yang dimilikinya berdasarkan posisinya masing-masing dalam organisasi atau perusahaan.
1. Kewenangan Lini
Kewenangan lini atau line authority adalah mereka yang dalam organisasi bertanggung jawab terhadap berbagai kegiatan dalam rangka pencapaian
tuuan organisasi. Kewenangan ini direpresentasikan oleh chain of
Universitas Sumatera Utara
command rantai komando dari mulai hierarki yang tertinggi direktur
misalnya hingga hierarki yang terendah seperti buruh atau pekerja langsung yang melakukan kegiatan teknis operasional di lapangan.
2. Kewenangan Staf
Kewenangan staf atau staff authority adalah mereka yan ditunjuk organisasi untuk membantu bagian-bagian dalam sebuah organisasi yang
memiliki kewenangan lini. Oleh karena itu, mereka yang memiliki kewenangan staf adalah mereka yang membantu organisasi dalam
pencapaian tujuannya, hanya saja dengan cara tidak langsung. Bentuknya dapat melalui pemberian jasa advokasi bagi direktur misalnya konsultan
manajemen, maupun bagian keuangan misalnya konsultan pajak dan lain sebagainya. Dalam organisasi pemerintahan juga ada yang dinamakan
sebagai staf ahli. Staf ahli ini berfungsi untuk membantu organisasi pemerintahan dalam pencapaian tujuannya, hanya saja dalam praktiknya
staf ahli ini tidak turun langsung dalam mengerjakan berbagai pekerjaan organisasi.
3. Kewenangan Fungsional
Kewenangan fungsional atau functional authority mereka yang berada pada bagian tertentu di organisasi, memiliki kewenangan lini maupun staf,
namun juga dikarenakan tugasnya maka diberi kewenangan untuk melakukan kontrol atau koordinasi dengan bagian lainnya. Sebagai contoh,
bagian keuangan sekalipun hanya bertanggung jawab di bagian pencatatan setiap transaksi, namun juga memiliki kewenangan untuk melakukan
pengawasan dan pengontrolan terhadap bagian lainnya yang terkait dengan tugasnya di bagian keuangan. Bagian pemasaran yang akan menambah
biaya promosi akan berhubungan dengan bagian keuangan. Bagian personalia yang menghadapi tuntutan adanya kenaikan gaji dari para
karyawan juga perlu berhubungan dengan bagian keuangan. Manajer perlu meningkatkan kualitas kinerja dirinya dari sumber keahliannya
sehingga keahlian tersebut dapat terasah dengan baik. Sumber keahlian manajer yang paling dominan adalah pendidikan dan pengalaman. Dengan proses
pendidikan manajemen akan membuka pandangan atau cakrawala berpikir dan
Universitas Sumatera Utara
peningkatan kognisi di bidang manajemen oleh manajer arau calon manajer, sedangkan pengalaman adalah guru yang paling baik dan berharga. Dari
pengalaman, manajer dapat memetik pengetahuan dan ilmu manajemen yang sangat berharga bagi dirinya. Dengan pengalaman yang berbeda-beda, manajer
dalam mengambil keputusan manajemen di kasus yang sama dapat berbeda keputusannya.
Manajer sendiri merupakan sebuh jabatan yang diemban oleh seseorang dimana jabatan tersebut di dalamnya terdapat status dan peran. Menurut Hofstede
dalam Nugroho dan Cahayani, 2003:92 peran pendiri atau pemimpin adalah menciptakan simbol serta kegiatan ritual yang harus diikuti setiap hari oleh para
anggota organisasi, sedangkan karyawan melakukan adaptasi seperlunya agar sesuai dengan nilai pribadi yang dianutnya. Status adalah kedudukan seseorang
dalam suatu pola atau kelompok sosial. Di dalam pengertian yang lain status dapat dilihat dari dua arti Lawang, 1984:28. Pertama, status adalah suatu tatanan hak
dan kewajiban secara hirarki dalam struktur formal suatu organisasi dan bersifat obyektif. Misalnya, posisi direktur dalam sebuah perusahaan yang dijabat
seseorang memiliki hak dan kewajiban tertentu. Namun, hak dan kewajiban tersebut tidak melekat pada diri seseorang melainkan terpisah. Artinya bila suatu
saat terjadi pergantian direktur maka hak dan kewajiban tersebut berpindah pada orang baru yang menduduki posisi tersebut. Kedua, status adalah hasil dari
penilaian orang lain terhadap seseorang dengan siapa ia berhubungan dan status ini bersifat subyektif. Artinya tinggi rendahnya kedudukan seseorang bergantung
pada penilaian orang lain. Menurut Talcott Parsons dalam Lawang, 1984:29, ada lima kriteria untuk menentukan tinggi rendahnya status sesorang secara subyektif
tiga diantaranya berkaitan dengan status manajer yaitu: 1.
Mutu pribadi Seseorang bisa mendapatkan status karena memiliki kebijaksanaan,
kepintaran, kuat, pandai atau juga karena kelakuan yang baik. 2.
Prestasi Seseorang bisa mendapatkan status bila seseorang berhasil dalam
usahanya dan mendapatkan pengakuan dari orang lain secara subyektif atas prestasinya tersebut. Misalnya, bila seseorang mampu menjadi
Universitas Sumatera Utara
manajer yang handal maka status orang tersebut secara subyektif akan naik.
3. Otoritas
Otoritas adalah kekuasaan yang sah atau diabsahkan dan karena sahnya, maka orang lain harus mengikutinya tanpa perlawanan. Misalnya, seorang
manajer sangat dihormati dan status subyektifnya sangat tinggi karena posisi manajer itu menjadi sumber keabsahan legitimasi baginya. Namun
bila orang tersebut tidak lagi menjadi manajer maka segala keabsahan yang dimilikinya juga ikut hilang dan statusnya menjadi turun.
Selain kriteria di atas, menurut Narwoko dan Bagong 2010:157 dalam masyarakat sering kali kedudukan dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1. Ascribed-status. Status ini diartikan sebagai kedudukan seseorang dalam
masyarakat tanpa memerhatikan perbedaan seseorang. Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran. Misalnya, kedudukan anak seorang bangsawan
adalah bangsawan pula, seorang anak dari kasta Brahmana juga akan memperoleh kedudukan yang demikian. Kebanyakan ascribed-status
dijumpai pada masyarakat dengan sistem pelapisan sosial yang tertutup, seperti sistem pelapisan berdasarkan perbedaan ras. Meskipun demikian,
bukan berarti dalam masyarakat dengan sistem pelapisan sosial terbuka tidak ditemui adanya ascribed status. Kita lihat misalnya kedudukan laki-
laki dalam suatu keluarga akan berbeda dengan kedudukan istri dan anak- anaknya, karena pada umumnya laki-laki ayah akan menjadi kepala
keluarga. 2.
Achieved-status, yaitu kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan melakukan berbagai usaha, bukan diperoleh karena kelahiran. Kedudukan
ini bersifat terbuka bagi siapa saja tergantung dari kemampuan dari masing-masing orang dalam mengejar dan mencapai tujuan-tujuannya.
Misalnya, setiap orang bisa menjadi dokter, hakim, guru , dan sebagainya, asalkan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan atau tidak.
Dalam setiap status selalu ada peran, dalam setiap peran kita dapat melihat status. Peran dan status tidak dapat dipisahkan karena keduanya ibarat dua sisi
mata uang. Peran role adalah pola prilaku yang diharapkan dari seorang yang
Universitas Sumatera Utara
memiliki status atau posisi tertentu dalam organisasi seperti perusahaan, keluarga, komunitas, sekolah dan lain-lain Lawang : 1984, 30. Peran lebih banyak
menunjuk pada fungsi, artinya seseorang menduduki suatu posisi tertentu dalam masyarakat dan menjalankan suatu peran Narwoko dan Bagong, 2010:159.
Suatu peran paling sedikit mencakup 3 hal, yaitu: 1.
Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat.
2. Peran adalah suatu konsep ikhwal apa yang dapat dilakukan oleh individu
dalam masyarakat. 3.
Peran dapat dikatakan sebagai perilaku yang penting bagi struktur sosial masyarakat.
Dari definisi di atas jelas bahwa orang yang memiliki status tertentu sudah diharapkan orang untuk memiliki prilaku tertentu pula. Harapan seperti ini
seringkali disebut dengan istilah harapan peran role expectation. Seorang manajer diharapkan memiliki prilaku yang sesuai dengan statusnya sebagai
manajer yakni mengarahkan karyawan, memberikan contoh, mengevaluasi karyawan. Selain itu, seringkali peran dalam hubungan ini tidak dilihat sebagai
satu harapan, tetapi lebih dari itu, yakni keharusan. Harapan peran dalam hal ini bersifat deterministik harus. Misalnya supaya organisasi perusahaan berjalan
baik, maka setiap karyawannya harus datang waktu pagi dan bekerja selama delapan jam sehari.
Karena peran merupakan pola perilaku dari individu yang diharapkan dalam suatu organisasi maka Mintzberg dalam Iman dan Siswandi, 2007:5 membagi
peran manajer ke dalam 3 tiga peran, yakni; 1.
Peran antar pribadi, meliputi peran figur simbolis, peran kepemimpinan dan peran perantara liaison
Peran ini akan membawa manajer untuk mengelola organisasi dengan cara yang agak halus dan sebagai alat mengharmonisasi berbagai
perbedaan dan konflik kelompok yang ada di dalam organisasi di setiap tingkat.
Universitas Sumatera Utara
2. Peran informasional, meliputi peran pemantau monitor, peran
penyebarluasan informasi disseminator dan peran bicara speakerperson
Peran ini oleh Mintzberg dianjurkan sebagai peran yang penting atau utama dari tugas setiap manajer.
3. Peran pengambil keputusan, meliputi peran keputusan, peran
kewirausahaan entrepreneur, peran menangani gangguan disturbance handler
, peran alokasi sumber daya resource allocator, dan peran juru runding negosiator.
Kepemimpinan juga merupakan bagian dari status dan peran seorang manajer dalam suatu perusahaan. Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang yaitu
pemimpin atau leader untuk mempengaruhi orang lain yaitu yang dipimpin atau pengikut-pengikutnya sehingga orang lain tersebut bertingkah laku sebagaimana
dikehendaki oleh pemimpin tersebut Soekanto, 1990:288. Kemudian menurut koentjaraningrat dalam Soekanto, 1990:288 kadangkala kepemimpinan
dibedakan antara kepemimpinan sebagai kedudukan dan kepemimpinan sebagai suatu proses sosial. Sebagai kedudukan, kepemimpinan merupakan suatu
kompleks dari hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang dapat dimiliki seseorang atau suatu badan. Sebagai suatu proses sosial, kepemimpinan meliputi segala
tindakan yang dilakukan seseorang atau sesuatu badan yang menyebabkan gerak dari warga masyarakat seperti halnya di dalam lingkungan organisasi atau
perusahaan. Organisasi atau perusahaan sering didefinisikan sebagai sekumpulan orang
yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan. Dari definisi di atas dapat dilihat bahwa ada dua esensi dasar dari suatu organisasi
yakni sekumpulan orang dan tujuan bersama yang hendak dicapai. Robbins dalam Sobirin, 2007:5 kemudian mengembangkan definisi tersebut yakni
organisasi adalah unit sosial yang sengaja didirikan untuk jangka waktu yang relatif lama, beranggotakan dua orang atau lebih yang bekerja bersama-sama dan
terkoordinasi, mempunyai pola kerja tertentu yang terstruktur, dan didirikan untuk mencapai tujuan bersama atau satu set tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
Sejalan dengan definisi yang dikembangkan oleh Robbins tersebut, David Cherrington dalam Sobirin, 2007:5 juga mengatakan bahwa organisasi adalah
sistem sosial yang mempunyai pola kerja yang teratur yang didirikan oleh manusia dan beranggotakan sekelompok manusia dalam rangka untuk mencapai
satu set tujuan tertentu. Dari definisinya itu Cherrington telah menyatakan bahwa organisasi adalah sistem sosial sehingga organisasi juga dapat diartikan sebagai
suatu sistem sosial yang bersifat langgeng, memiliki identitas kolektif yang tegas, memiliki daftar anggota yang terperinci, memiliki program kegiatan yang terus
menerus diarahkan ke pencapaian tujuan yang jelas serta memiliki prosedur untuk menerima anggota baru dan mengeluarkan anggota lama Lawang, 1984:14.
Dalam pandangan yang lain, organisasi juga dianggap sebagai suatu sistem budaya. Smircich dan Stubart dalam Sobirin, 2007:29 misalnya mengatakan
bahwa organisasi adalah sekumpulan orang yang memiliki kesamaan keyakinan, tata nilai dan asumsi di mana keyakinan, tata nilai dan asumsi tersebut akan
menjadi landasan bagi semua orang di dalam organisasi untuk menginterpretasikan setiap tindakan baik yang mereka lakukan maupun tindakan
yang dilakukan orang lain. Dari definisi ini organisasi dipandang bukan sebagai struktur yang objektif yang didesain untuk mencapai tujuan yang terukur
melainkan sebagai sekumpulan orang yang membangun konstruksi realita dengan saling berbagi makna dan asumsi. Dengan demikian sebelum sekumpulan orang
melakukan tindakan mereka terlebih dahulu harus memiliki definisi atau konstruksi realita yang jelas yang didasarkan pada keyakinan, tata nilai dan
asumsi bersama. Demikian juga agar sebuah organisasi bisa berfungsi dan beroperasi dengan baik para anggota organisasi harus bisa mendefinisikan
persoalan organisasi dengan jelas dan mereka juga harus sepakat dalam upayanya untuk menyelesaikan persoalan-persoalan tersebut Sobirin, 2007:29.
Organisasi sebagai sistem budaya tentu memiliki konsep nilai, norma-norma maupun aturan-aturan yang menjadi pembentuk organisasi itu sendiri. Konsep
nilai adalah merupakan konsep-konsep mengenai apa yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar dari warga suatu masyarakat mengenai apa yang mereka
anggap bernilai, berharga dan penting dalam hidup sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman yang memberi arah dan orientasi kepada kehidupan para
Universitas Sumatera Utara
warga masyarakat tadi Koentjaraningrat, 1990:190. Dalam kaitannya dengan organisasi perusahaan, biasanya yang memainkan peran sebagai penggagas nilai
tersebut adalah pendiri maupun pemimpin perusahaan. Ketika nilai yang telah dijelaskan di atas menjadi pedoman yang memberi
arah dan orientasi terhadap hidup maka akan terbentuk pula norma-norma yang menjadi sistem aturan dalam bertindak bagi setiap warga masyarakat. Norma
menurut Koentjaraningrat 1990:164 adalah merupakan suatu sistem aturan yang menata suatu rangkaian tindakan berpola mantap guna memenuhi suatu keperluan
khusus dari manusia dalam kehidupan masyarakat. Untuk melihat hubungan antara nilai dan dan norma dapat dicontohkan seperti suatu perusahaan memiliki
konsep nilai bahwa pelanggan adalah raja, maka norma perilaku yang terbentuk bagi setiap karyawan yaitu dengan memberikan kepuasan maupun pelayanan yang
baik bagi setiap pelanggan termasuk didalamnya cara menyapa, cara menyampaikan salam dan sebagainya.
Di dalam organisasi terdapat kelompok yang memiliki kepentingan dan juga memberi perhatian terhadap keberadaan organisasi. Kelompok ini sering disebut
sebagai stakeholders pemangku kepentingan. Stakeholders mempunyai motivasi untuk ikut berpartisipasi dalam organisasi baik secara langsung maupun tidak
karena stakeholders tersebut berharap akan memperoleh imbalan yang lebih besar dibandingkan dengan kontribusi yang diberikannya. Imbalan yang diharapkan
misalnya uang, kekuasaan atau status dalam organisasi sedangkan kontribusi yang diberikannya dapat berupa modal, keterampilan, pengetahuan dan keahlian
Sobirin, 2007:20. Secara umum stakeholders dapat dibagi menjadi dua kelompok yakni kelompok yang berada di dalam organisasi seperti pemilik
modal, manajer, karyawan. Kelompok kedua adalah kelompok yang berada di luar organisasi seperti pelanggan, pemasok, pemerintah, komunitas, serikat buruh dan
masyarakat umum. Disebutkan di atas bahwa stakeholders yang berada di dalam organisasi
terdiri dari tiga kelompok yakni pemilik modal, manajer, dan karyawan. Dari komposisi dan kedudukan masing-masing komponen tersebut akan membentuk
sebuah piramida.
Universitas Sumatera Utara
Pemilik modal
Manajer Karyawan
Posisi paling atas menunjukkan bahwa pemilik modal memiliki otoritas paling tinggi diantara ketiga komponen tersebut. Meski sebagai otoritas tertinggi di
dalam organisasi, pemilik modal biasanya tidak terlibat langsung dalam setiap kegiatan organisasi melainkan memberikan mandat kepada sekumpulan orang
yang disebut dewan komisaris. Dewan komisaris kemudian mengangkat manajer puncak dan secara berturut-turut melalui mekanisme yang ada manajer puncak
mengangkat manajer lainnya dan karyawan organisasi. Dari penjelasan ini sebenarnya manajer dan karyawan adalah buruh yang bekerja untuk organisasi
namun yang membedakannya ialah manajer diberikan mandat secara langsung oleh pemilik modal untuk menjaga, mengelola dan mengembangkan harta milik
pemilik modal. Oleh karena itu manajer memiliki keleluasaan dalam mengambil keputusan yang menyangkut keberadaan organisasi sedangkan karyawan biasa
umumnya tidak memiliki akses untuk mengambil keputusan. Karena otoritas dan statusnya tersebut, manajer memiliki peranan yang sangat
penting di dalam organisasi. Keberhasilan organisasi dalam menjalankan setiap kegiatannya bergantung pada kemampuan yang dimiliki manajer dalam
memimpin dan mengelola organisasi. Untuk itu seorang manajer harus memiliki satu set prilaku sehingga organisasi dapat mencapai tujuan sesuai dengan yang
diharapkan.
1.3.Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan adalah bagaimana pengalaman manajer dalam mengelola
perusahaan pada PT. Socimas?. Pokok permasalahan tersebut kemudian dijabarkan ke dalam 7 tujuh pertanyaan penelitian yakni:
Universitas Sumatera Utara
1. Berapa orang staf yang berada pada posisi Manager?
2. Sejak kapan manajer tersebut bekerja di PT. Socimas?
3. Apa saja yang dilakukan manajer dalam menjalankan tugasnya?
4. Ritual-ritual apa saja yang dilakukan oleh perusahaan?
5. Hambatan dan tantangan apa yang dihadapi dalam berlangsungnya
kegiatan perusahaan? 6.
Apa yang dilakukan manajer dalam menghadapi hambatan dan tantangan tersebut?
7. Apa yang dirasakan manajer dalam menghadapi tantangan dan hambatan
yang ada?
1.4.Maksud dan Tujuan Penelitian
Penelitian ini bermaksud untuk menjelaskan pengalaman seorang manajer dalam mengelola perusahaan. Secara lebih detail, penelitian ini akan menjelaskan
hambatan maupun tantangan baik dari dalam perusahaan maupun dari lingkungan luar perusahaan yang dihadapi manajer dalam mengelola perusahaan, strategi
serta langkah-langkah yang digunakan manajer dalam mengatasi setiap hambatan dan tantangan tersebut dan keberhasilan yang dicapai melalui penerapan strategi
tersebut. Dalam hal ini, penelitian akan dilakukan terhadap manajer perusahaan dan para karyawannya serta aktifitas-aktifitas yang dilakukan.
Tujuan penelitian ini diharapkan hasil penelitian dapat bermanfaat baik secara akademis maupun praktis. Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat
menambah wawasan keilmuan, khususnya dalam kajian antropologi bisnis maupun kajian-kajian keilmuan lainnya mengenai perusahaan. Penelitian ini juga
diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam membuat berbagai kebijakan yang terkait dengan perusahaan.
1.5. Sistematika Penulisan