19
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lokasi Rumah Tangga Perikanan RTP Aquarium Jaya yang terletak di Desa Curug Jaya Bojongsari Kecamatan
Bojongsari, Kota Depok Provinsi Jawa Barat pada bulan April hingga Juni 2012. Tempat penelitian ini dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa Aquarium Jaya
merupakan perusahaan yang bergerak di usaha budidaya ikan hias air tawar yang sangat prospektif karena usaha ini merupakan pionir usaha budidaya ikan hias air
tawar jenis tetra yang ada di Kecamatan Bojongsari dan Depok pada umumnya. Selain itu, kemudahan perolehan informasi tentang data perusahaan sehingga
penulis dengan mudah untuk melaksanakan penelitian.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung di
perusahaan serta wawancara dengan pemilik perusahaan. Data primer tersebut antara lain adalah karakteristik penggunaan input dan output usaha ikan hias air
tawar, teknik budidaya, luas lahan, dan aspek-aspek yang terkait dengan usaha ikan hias air tawar. Data sekunder sebagai data pelengkap dan penunjang
diperoleh dari dokumen tertulis perusahaan yang berltaitan dengan penelitian, literatur yang diperoleh dari perpustakaan LSI IPB, Dinas Perikanan Kabupaten
Depok dan internet.
Metode Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan cara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai aspek-aspek yang
dikaji dalam analisis kelayakan usaha pembesaran ikan hias air tawar Aquarium Jaya yang dijelaskan secara deskriptif. Aspek-aspek tersebut meliputi aspek pasar,
aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Analisis kuantitatif dilakukan untuk mengetahui kelayakan finansial usaha
pembesaran ikan hias air tawar Aquarium Jaya berdasarkan dengan kriteria kelayakan investasi. Data kuantitatif dikumpulkan, kemudian diolah dengan
menggunakan komputer software microsoft excel yang akan ditampilkan dalam bentuk tabulasi sehingga dapat dijelaskan secara deskriptif.
Analisis Nonfinansial 1.
Analisis Aspek Pasar Analisis aspek pasar dikaji dengan cara deskriptif untuk mengetahui berapa
besar potensi pasar untuk masa yang akan datang. Untuk keperluan ini perlu diketahui tingkat permintaan pasar pada masa lalu, sekarang dan masa yang akan
datang serta bagian dari keseluruhan potensi pasar yang dapat diserap oleh perusahaan Aquarium Jaya serta strategi pemasaran yang digunakan untuk
mencapai market share yang telah diterapkan.
2. Analisis Aspek Teknis
Analisis aspek teknis berhubungan dengan input proyek penyediaan dan produksi berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa. Aspek teknis berpengaruh
20 terhadap kelancaran usaha terutama kelancaran proses produksi. Analisis ini dikaji
secara kualitatif untuk mengetahui gambaran mengenai lokasi usaha pembesaran ikan hias air tawar, besarnya skala operasi atau luas produksi, peralatan dan
perlengkapan yang digunakan serta proses kegiatan produksi yang dilakukan dalam usaha pembesaran ikan hias air tawar pada Aquarium Jaya.
3. Analisis Aspek Manajemen
Aspek manajemen dikaji secara deskriptif untuk mengetahui sumberdaya manusia dalam menjalankan jenis-jenis pekerjaan pada usaha pembesaran ikan
hias air tawar di Aquarium Jaya. Hal-ha1 yang harus diperhatikan dalam aspek tersebut diantaranya adalah bentuk badan usaha yang digunakan, struktur
organisasi yang berguna dalam menentukan garis kerja untuk mengatur pelaksanaan operasional perusahaan serta sistem ketenagakerjaan yang diterapkan
oleh pihak manajemen.
4. Analisis Aspek sosial dan Lingkungan
Analisis aspek sosial dan lingkungan dikaji secara deskriptif untuk mengetahui manfaat maupun kerugian yang ditimbulkan oleh adanya kegiatan
usaha pembesaran ikan hias air tawar di Aquarium Jaya terhadap kondisi sosial dan lingkungan masyarakat sekitarnya
Analisis Finansial
Analisis finansial dikaji dengan kuantitatif melalui analisis biaya dan manfaat, analisis laba rugi, analisis kriteria investasi, yaitu meliputi net present
value NPV, internal rate return IRR, net benefit cost ratio Net BC, payback
pariod PP, Incremental Net Benefit dan analisis sensitivitas. Analisis biaya
manfaat dilakukan untuk mengidentifikasi berbagai biaya yang dikeluarkan serta keseluruhan manfaat yang diterima selama proyek dijalanakan. Dari hasil analisis
biaya dan manfaat diolah sehingga dapat menghasilkan analisis laba rugi. Analisis laba rugi akan menghasilkan komponen pajak yang merupakan pengurangan
dalam cashflow perusahaan. Setelah diketahui pajak maka dilakukan penyusunan cashflow
sebagai dasar perhitungan kriteria investasi. Kriteria investasi akan menunjukan layak tidaknya usaha dari sisi finansial. Sehingga untuk menilai suatu
kegiatan investasi usaha sensitif atau tidak terhadap perubahan yang akan terjadi. 1 Net Present Value NPV
Net Present Value atau manfaat bersih adalah nilai sekarang dari arus
pendapatan yang ditimbulkan oleh penanaman investasi. Nilai NPV dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
NPV =
� B
t
-C
t
1+i
t n
t=1
Dimana: B
t =
Manfaat pada tahun t C
t =
Biaya pada tahun
t
n
=
Umur proyek i
=
Suku bunga DR
t
=
Tahun kegiatan bisnis Dengan kriteria :
NPV 0
,
maka secara finansial usaha layak untuk dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya.
21 NPV
,
maka secara finansial usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan, karena manfaat yang diperoleh lebih kecil dari biaya atau
cukup untuk menutup biaya yang dikeluarkan. NPV
=
,
maka secara finansial usaha tidak menguntungkan dan juga tidak rugi, karena manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi
biaya yang dikeluarkan. 2 Net Benefit-Cost Ratio Net BC
Ratio manfaat dan biaya diperoleh bila nilai sekarang arus manfaat dibagi dengan nilai sekarang arus biaya. Net BC menunjukan tingkat tambahan manfaat
pada setiap sebesar satu rupiah. Proyek layak dilaksanakan apabila nilai Net BC lebih dari satu. Secara matematis Net Benefit-Cost Ratio dapat dirumuskan
sebagai berikut :
��� �
� =
∑
�
�
−�
�
�+�
�
� �=�
∑
�
�
−�
�
�+�
�
� �=�
= �
�
− �
�
�
�
− �
�
Keterangan : B
t
=
Penerimaan benefit yang disebabkan adanya investasi pada tahun ke-t
Ct = Biaya tahunan yang disebabkan adanya investasi pada tahun ke-t
i = Tingkat suku bunga
t = Umur proyek suatu usaha t = 1,2,3,,,11
= Discount Factor DF pada tahun ke-t Dengan kriteria
:
Net BC 1. maka usaha layak dilaksanakan
Net BIC 1,
maka usaha tidak layak dilaksanakan. 3 Incremental Net Benefit
Incremental Net Benefit manfaat bersih tambahan adalah manfaat bersih
dengan bisnis net benefit with business dikurangi dengan manfaat bersih tanpa bisnis net benefit without business. Hal ini dikarenakan ada faktor-faktor
produksi yang sebelumnya tidak tergunakan atau tidak terpakai ataupun belum termanfaatkan sehingga pada saat ada bisnis apakah faktor ini memberikan
manfaat benefit atau tidak bagi bisnis yang dijalankan Nurmalina et al, 2009. Secara matematis Incremental Net Benefit INB dapat ditulis sebagai berikut :
INB
=
Manfaat bersih dengan Bisnis - Manfaat bersih tanpa bisnis
4 Internal Rate of Return
IRR Internal Rate Return
IRR adalah tingkat rata-rata keuntungan intern tahunan yang dinyatakan dalam satuan persen. Jika diperoleh nilai IRR lebih besar
dari tingkat diskonto yang berlaku discount rate, maka proyek dinyatakan layak untuk dijalankan. Sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari suku bunga yang
berlaku maka proyek tersebut tidak layak untuk dijalankan. Secara matematis IRR dapat dirumuskan sebagai berikut :
22
IRR=I
+
+ NPV
+
NPV
+
-NPV
-
i
+
-i
-
Keterangan
:
i
+
= Tingkat suku bunga yang menghasilkan nilai NPV positif
i- = Tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV negatif
NPV- = NPV pada tingltat bunga i- NPV+ = NPV pada tingkat bunga i+
Kriteria yang berlaku : IRR i ; maka usaha layak dilanjutkan
IRR i ; maka usaha tidak layak dilanjutkan atau lebih baik dihentikan
5 Payback Period PP Payback Period
atau masa pembayaran kembali adalah suatu jangka waktu periode kembalinya keseluruhan jumlah investasi yang ditanamkan, dihitung
mulai dari permulaan proyek sampai dengan arus netto produksi tambahan, sehingga mencapai jumlah keseluruhan investasi modal yang ditanamkan dengan
menggunakan aliran kas. Secara matematis payback period dapat dirumuskan sebagai beriltut :
�� = �
�� Keterangan:
PP = Jumlah waktu tahunperiode yang diperlukan
untuk mengembalikan modal investasi. I
= Jumlah modal investasi.
Ab = Hasil bersih per tahun periode atau laba bersih rata-
rata per tahun. 6 Analisis sensitivitas
Analisis sensitivitas merupakan salah satu perlakuan terhadap ketidakpastian. Analisis sensitivitas dilakukan dengan cara mengubah besarnya
variabel-variabel yang penting, masing-masing dapat terpisah atau beberapa dalam kombinasi dengan suatu persentase tertentu yang sudah diketahui atau
diprediksi. Kemudian dinilai seberapa besar sensitivitas perubahan variabel- variabel tersebut berdampak pada hasil kelayakan nilai NPV, IRR, dan nilai Net
BC Gittinger 1986 dalam Nurmalina, et al 2009.
Asumsi-Asumsi dalam Cashflow
1. Lahan yang digunakan usaha Aquarium Jaya tanpa pengembangan seluas
900 m
2
sedangkan Lahan yang digunakan untuk rencana pengembangan usaha dengan penambahan lahan seluas 600 m
2
dan penambahan kapasitas produksi pada tahun 2012.
2. Aquarium yang digunakan pada usaha saat ini sebanyak 1050 akuarium,
sedangkan pada rencana pengembangan usaha sebanyak 700 akuarium terpisah dari 1050 akuarium usaha saat ini, dengan tujuan agar dapat
diketahui perbedaan keuntungan saat pengembangan
23 3.
Lahan yang digunakan untuk rencana pengembangan usaha dengan penambahan lahan seluas 600 m
2
dan penambahan kapasitas produksi pada tahun 2012.
4. Modal yang digunakan pada usaha Aquarium Jaya tanpa pengembangan
adalah modal sendiri. 5.
Sumber modal yang digunakan oleh Aquarium Jaya untuk rencana pengembangan usaha adalah pinjaman dari Bank BRI sebesar Rp
250.000.000,00 dengan angsuran pinjaman selama lima tahun.
6. Tingkat suku bunga pinjaman Bank BRI tahun 2012 yang berlaku, yaitu
11 persen per tahun berdasarkan suku bunga rata-rata kredit pinjaman BRI. 7.
Persentase pembudidayaan ikan hias sebelum pengembangan adalah 45 persen neon tetra, 25 persen rednose, dan cardinal 30 persen.
8. Persentase pembudidayaan ikan hias sesudah pengembangan adalah 50
persen neon tetra, 15 persen rednose, dan 35 persen cardinal. 9.
Derajat penetasan telur HR atau Hetching Rate untuk ikan hias neon tetra, cardinal tetra, dan rednose tetra sebesar 90 persen berdasarkan pengalaman
Aquarium Jaya.
10. Tingkat kemampuan hidup ikan hias hingga siap panen SR atau Survival Rate
untuk ikan jenis Neon Tetra, Cardinal dan Rednose adalah 75 persen berdasarkan pengalaman dari Aquarium Jaya.
11. Umur satu siklus usaha selama 3,5 bulan untuk semua jenis ikan hias hingga ikan hias berukuran L.
12. Biaya variabel untuk pakan dihitung per siklus berdasarkan 50 akuarium pemijahan.
13. Harga jual ikan hias pada usaha Aquarium Jaya dapat dilihat pada Tabel 4.1. 14. Harga jual indukan afkir ikan neon tetra, cardinal tetra, dan rednose tetra
seharga Rp 500,00 per ekor tiap tahun tanpa perubahan harga. 15. Umur proyek yang didasarkan pada umur ekonomis aset terpenting yaitu
Akuarium selama 10 tahun. 16. Nilai sisa pada akhir Proyek diperoleh dari barang investasi yang masih
tersisa pada umur usaha yang telah habis tidak terpakai. 17. Pajak penghasilan yang digunakan berdasarkan Undang-Undang Republik
Indonesia No. 36 Tahun 2008, pasal 1 ayat 2 yang merupakan perubahan keempat dari UU No.17 Tahun 1983 tentang pajak penghasilan, yaitu:
a. Pasal 17 ayat 1b. wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk
usaha tetap adalah sebesar 28 dua puluh delapan persen b.
Pajak 17 ayat 2a. Tarif sebagaimana dimaksud pasal 17 ayat 1b turun menjadi 25 dua puluh lima persen yang mulai berlaku
sejak tahun pajak 2010.
24
HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah dan Perkembangan Usaha Aquarium Jaya
Usaha Aquarium Jaya mulai berdiri sejak tahun 2000 dengan modal awal sebesar Rp 1.000.000,00. Usaha ini merupakan milik pribadi Bapak Rodih
Saputra. Usaha yang berlokasi di Jl. Indah I Rt 0603 Kelurahan Curug Jaya, Kecamatan Bojongsari Depok. Awalnya ikan hias air tawar yang dibudidayakan
oleh Aquarium Jaya adalah ikan cupang karena pada saat itu ikan cupang sedang mengalami peningkatan permintaan. Akan tetapi, hasil dari ikan cupang yang
diusahakan mengalami kegagalan. Oleh karena itu, bapak Rodi berinisiatif untuk mengikuti penyuluhan dan pembinaan perikanan dari kelurahan. Berkat masukan
dari Pembinaan dan Penyuluhan Lapangan PPL Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok akhirnya Pak Rodi membudidayakan ikan neon tetra hingga saat ini.
Usaha Aquarium Jaya saat ini mengalami perkembangan yang cukup pesat. Melalui usaha Aquarium Jaya ini, para petani ikan hias air tawar yang sebelumnya
tidak memiliki pasar atau pelanggan tetap dapat memasarkan ikan hias air tawarnya terutama Jenis neon tetra, cardinal tetra, dan rednose tetra kepada para
pembeli. Hal ini dikarenakan Aquarium Jaya selalu mengalami kelebihan permintaan terutama pada pihak eksportir. Sehingga Aquarium Jaya bekerjasama
dengan petani ikan hias sekitar untuk memenuhi permintaan tersebut.
Para petani yang memiliki kelebihan produksi dapat menjual hasil produksinya kepada Aquarium Jaya dengan harga yang cukup menguntungkan
dibandingkan jika para petani menjual kepada para broker. Akan tetapi, usaha pembelian ikan hias tersebut tetap tidak mampu memenuhi permintaan eksportir
ikan neon tetra, terutama pada bulan Juni-Agustus. Hal ini dikarenakan hias jenis tetra tersebut sangat berprospek untuk diekspor. Ikan hias ini sangat indah dan
peminat pasar luar negeri sangat menyukai keindahan dan keelokan dari ikan tersebut. Selain itu, pasar luar negeri, terutama Eropa membutuhkan ikan hias
jenis tetra tersebut sebagai bahan pewarna untuk kosmetik.
Tabel 6. Ukuran, Lama Pemeliharaan, dan Harga Ikan Hias Aquarium Jaya
Jenis Ikan Ukuran
Ukuran cm Lama Pemeliharaan
bulan Harga
Rp Neon tetra
SM 1.8
2 300
M 2-2.4
2.5 350
ML 2.5-2.7
3 450
L 2.8-3.5
3.5 600
Cardinal SM
2 3
800 M
2.2 -2.6 3.5
1100 ML
2.7-3.2 4
1400 L
3.3-3.5 4.5
1600 RedNose
SM 2
2 300
M 2.5-2.7
2.5 350
ML 2.8-2.9
3 450
L 3-3.5
3.5 600
Sumber: Aquarium Jaya 2012
25 Adapun Negara tujuan ekspor ikan hias Aquarium Jaya yaitu Australia,
Eropa, Hongkong, Singapura, Malaysia, dan saat ini sedang merambah ke beberapa Negara Timur Tengah. Selain dijual kepada eksportir, Aquarium Jaya
juga menerima orderan dari broker pengumpul yang berada di Surabaya, Bogor, dan Sukabumi. Khusus untuk indukan afkir Aquarium Jaya menjualnya kepada
pedagang pengecer sekitar lokasi usaha dengan harga Rp 500,00 per ekor untuk semua jenis ikan hias tetra yang diprosuksi.
Usaha Aquarium Jaya sampai saat ini sudah memiliki 1050 Aquarium pada lahan seluas 900 m
2
yang merupakan milik sendiri yang diletakan pada rak susun secara rapih sesuai dengan kegiatan produksi yang dilakukan. Jumlah aquarium
dan luas lahan tersebut tidak sekaligus diinvestasikan dalam waktu satu kali, namun dilakukan bertahap. Pada awal mula berdiri, Aquarium yang digunakan
oleh usaha yang didirikan oleh Bapak Rodih ini berjumlah lima Aquarium ukuran sedang 50cm X 30 Cm X 30cm dan hanya memiliki lahan seluas 20 m
2
. usaha ini sudah mengalami penambahan investasi sejak tahun 2001, seiring dengan
peningkatan permintaan ikan neon Tetra baik untuk ekspor maupun kebutuhan lokal.
Selain ikan neon tetra, Aquarium Jaya juga membudidayakan ikan jenis tetra lainnya seperti cardinal tetra dan rednose tetra Gambar 2. Ketiga jenis ikan
ini merupakan satu famili dengan neon tetra dan habitat hidupnya juga sama yaitu perairan Amazon, Amerika Selatan. Perlakuan untuk ketiga jenis ikan ini tidaklah
jauh berbeda antara satu dengan yang lainnya sehingga Aquarium Jaya tidak mengalami kesulitan untuk mengembangkan ketiga jenis ikan hias tersebut.
kebutuhan air, pakan, pencahayaan, serta pemijahan untuk ketiga jenis ini tidaklah berbeda. Hanya saja untuk ikan rednose tetra pemijahan dilakukan dengan
perbandingan induk jantan dan betina sebanyak 1:3, sedangkan untuk cardinal dan neon tetra perbandingan induk jantan dan betina sebanyak 1:1.
Saat ini rata-rata jumlah produksi ikan hias air tawar Aquarium Jaya sekitar 100.000 hingga 200.000 ekor per bulan dengan harga jual untuk ikan hias
neon tetra antara Rp 300 per ekor - Rp 700 per ekor, ikan hias cardinal tetra antara Rp 800 per ekor - Rp 1800 per ekor, dan ikan rednose tetra antara Rp 350 per ekor
- Rp 750 per ekor tergantung dari ukuran ikan. Jumlah produksi tersebut belum bisa memenuhi permintaan eksportir. Saat ini Aquarium Jaya memiliki dua
eksportir tetap yaitu Indotropika yang berada di daerah Tangerang dan Indopisces yang berada di Cinangka Depok. Jumlah permintaan yang tidak dapat terpenuhi
selama satu bulan dari kedua ekspotir tersebut sebanyak 580.000 ekor. Hal ini dikarenakan kapasitas produksi dari usaha Aquarium Jaya sudah maksimum yaitu
Gambar 2. Ikan Hias Aquarium Jaya Cardinal Tetra, Rednose Tetra, dan
Neon Tetra
26 sebesar 90.000 – 150.000 ekor per bulan. Oleh karena itu, Bapak Rodih Saputra
selaku pemilik berencana untuk melakukan pengembangan usaha untuk memenuhi permintaan yang ada.
Struktur Organisasi Usaha Aquarium Jaya
Struktur organisasi yang dimiliki oleh Aquarium Jaya sangat sederhana karena usaha ini merupakan usaha perorangan sehingga struktur organisasi hanya
berupa pemilik dan para staff yang berjumlah 10 orang yang berasal dari warga yang ada di sekitar lokasi usaha. Bapak Rodih Saputra sebagai pemilik merupakan
orang yang melakukan kegiatan perencanaan, pengkoordinasian, pengarahan dan pengendalian usaha yang dibantu oleh istri yaitu Ibu Roimah. Selain itu, Bapak
Rodih juga melakukan perencanaan jadwal produksi untuk memenuhi permintaan konsumen sesuai dengan jumlah akuarium yang ada, mengorganisasikan tugas
karyawan sesuai dengan keahlian yang dimiliki dan melakukan koordinasi dengan pihak-pihak luar seperti konsuman eksportir dan broker. Selain itu, Bapak rodih
juga melakukan pengarahan dan pelatihan kepada karyawan mengenai pekerjaan- pekerjaan yang harus dilakukan, melakukan pengendalian dengan cara mengawasi
jalannya kegiatan usaha dengan ikut serta dalam pemeliharaan benih, pengepakan ikan, pengelolaan keuangan, serta pendistribusian ikan kepada konsumen. Semua
keputusan akhir usaha berasal dari pemilik sehingga segala informasi yang dikeluarkan hanya berasal dari satu pintu, yaitu melalui Bapak Rodih.
Selama menjalankan usaha, Bapak Rodih dibantu oleh istri yaitu Ibu Rohimah dalam mengawasi karyawan saat Bapak Rodih sedang tidak berada
ditemapt. Selain itu, Ibu Rohimah juga melakukan pembukuan dan perencanaan keuangan secara sederhana. Sehingga Bapak Rodih dapat memprediksikan
keuntungan maupun kerugian yang terjadi selama satu bulan usaha.
Aquarium Jaya memiliki enam orang staff akuarium yang bertugas dalam pengelolaan seluruh kegiatan produksi, mulai dari pemilihan induk untuk
pemijahan, pemberian pakan, pemeliharaan benih, pengelolaan kolam mengatur tataguna air serta penanggulangan hama dan penyakit, pemanenan benih,
pembesaran, hingga ikan siap untuk dijual kepada eksportir. Staff akuarium bertanggung jawab penuh terhadap sistem produksi tiap-tiap akuarium yang
diusahakannya. Staff akuarium bertugas sejak pukul 05.00 WIB hingga pukul 19.00 WIB. Staff akuarium merupakan karyawan yang dibina oleh Bapak Rodih
dan diberi pelatihan selama tiga bulan untuk mengelola kegiatan produksi.
Aquarium Jaya memiliki empat orang staff pengepakan yang bertugas untuk mensortir ikan berdasarkan ukurannya dan mempacking ikan dengan baik
sehingga ikan sehat hingga sampai ketangan konsumen. Staff pengepakan bekerja pada pukul 06.00 WIB dan pukul 16.00 WIB. Hal ini disesuaikan dengan jadwal
pengiriman ikan untuk eksportir yaitu pada pagi hari dan sore hari. Sedangkan untuk pengiriman ikan hias ketangan konsumen Bapak Rodih Saputra menyewa
ojek langganan dan mobil pick up dari tetangganya. Hal ini dimaksudkan untuk membagi-bagikan rezeki untuk warga sekitar dengan memberi pekerjaan.
27
Kegiatan Usaha Aquarium Jaya 1.
Pengadaan Input Input usaha terdiri dari induk ikan, pakan dan peralatan produksi. Induk ikan
hias neon tetra, cardinal tetra, dan rednose tetra pada aquarium jaya diperoleh dari Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok pada awal usaha ini dilaksanakan.
Pembelian Pakan ikan hias Aquarium Jaya membelinya dari Pasar Parung, Kabupaten Bogor. Sedangkan pembelian peralatan produksi, Aquarium Jaya
membelinya di daerah Sawangan Depok dan Pasar Parung, Kabupaten Bogor. Pembelian peralatan produksi seperti Aquarium, aerasi udara, selang, jaring ikan,
dan lain sebagainya dilakukan ketika alat tersebut sudah rusak, sedangkan pembelian pakan ikan dilakukan setiap satu bulan sekali. Hal ini dikarenakan Pak
Rodih membeli pakan dalam jumlah besar untuk pribadi dan untuk dijual kepada para petani ikan hias neon tetra yang berada di lingkungan sekitar tempat usaha
Aquarium Jaya.
2. Proses Produksi