Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang mendasar. Salah satu tujuan pendidikan adalah untuk membentuk manusia yang baik dan berbudi pekerti luhur menurut cita-cita dan nilai-nilai masyarakat, serta untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, pemerintah telah berupaya membangun sektor pendidikan secara terarah, bertahap dan terpadu dengan keseluruhan pembangunan kehidupan bangsa, baik dalam bidang ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, sosial budaya maupun pertahanan dan keamanan. Setiap murid khususnya di sekolah dasar memiliki perbedaan antara satu dan lainnya. Beberapa perbedaan tersebut antara lain: kapasitas intelektual, keterampilan, motivasi, persepsi, sikap, kemampuan, minat, latar belakang kehidupan dalam keluarga dan lain-lain, yang cenderung akan mengakibatkan adanya perbedaan pula dalam belajar setiap murid baik dalam kecepatan belajarnya, kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak saat belajar, serta keberhasilan yang dicapai murid itu sendiri. Pada setiap kelas di sekolah dasar tidak jarang dijumpai murid-murid yang mengalami kesulitan belajar baik dalam membaca, menulis, berhitung dan menghafalkan materi pelajaran yang sudah diperolehnya saat kegiatan pembelajaran. Tujuan yang ingin dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran adalah adanya perubahan pada diri siswa, yaitu bertambahnya pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa. Perubahan pengetahuan ini ditandai dengan pemahaman konsep yang dikuasai siswa dan nilai hasil belajar siswa yang telah dilakukannya. Untuk mengukur seberapa jauh hasil belajar siswa, salah satunya menggunakan tes. Hasil tes dapat memberikan laporan tentang proses dan kualitas pembelajaran yang telah dilaksanakan. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan keterlibatan siswa pada setiap pembelajarannya. Magnesen dalam Niken Ariani dan Haryanta 2010:131 commit to user menyebutkan bahwa kita belajar 10 dari apa yang kita baca, 20 dari apa yang kita dengar, 30 dari apa yang kita lihat, 50 dari apa yang kita lihat dan kita dengar, 70 dari apa yang kita katakan, dan 90 dari apa yang kita katakan dan lakukan. Pendapat tersebut mempertegas bahwa keterlibatan siswa untuk selalu aktif dalam pembelajaran mutlak diperlukan. Meskipun demikian tidak semua guru bisa mengkondisikan siswa supaya aktif dalam pembelajaran. Dari hasil pengamatan umum hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan di SD masih kurang memuaskan. Tujuan PKn adalah untuk membentuk watak dan karakteristik warga Negara yang baik. Sedangkan tujuan pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menurut Mulyasa dalam Ruminiati 2007:26 adalah untuk menjadikan siswa : 1. Mampu berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi persoalan hidup maupun isu kewarganegaraan di negaranya. 2. Mau berpartisipasi dalam segala bidang kegiatan, secara aktif dan bertanggung jawab, sehingga bisa bertindak secara cerdas dalam semua kegiatan, dan 3. Bisa berkembang secara positif dan demokratis, sehingga mampu hidup bersama dengan bangsa lain di dunia dan mampu berinteraksi, serta mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dengan baik. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan guru kelas IV SD Negeri 02 Jati, diperoleh fakta bahwa siswa kesulitan dalam memahami materi pada pelajaran PKn khususnya pada materi susunan pemerintahan pusat. Hal tersebut dikarenakan beberapa faktor sebagai berikut : 1 siswa tidak tertarik dengan pelajaran PKn, 2 materi Pkn yang terlalu banyak, 3 siswa sulit menghafalkan materi yang ada, 4 guru kurang mampu membangkitkan suasana pembelajaran yang menarik sehingga siswa mudah merasa bosan, 5 guru belum menggunakan model pembelajaran yang bervariasi 6 media yang digunakan guru kurang menarik. Dalam mengajarkan materi tersebut, sebenarnya guru telah berusaha untuk memudahkan siswa dalam menangkap materi pelajaran dengan menggunakan media berupa gambar Struktur. Meskipun telah menggunakan media belajar, aktivitas belajar siswa rendah. Para siswa tetap pasif dalam mengikuti pelajaran. Para siswa kurang antusias dalam belajar. Keyataan ini tampak pada sikap mereka saat mengikuti pelajaran. Ada siswa yang tidak commit to user mendengarkan penjelasan guru, dan suka melamun. Berawal dari sikap negatif tersebut, pada akhirnya siswa tersebut tidak dapat menjawab pertanyaan guru. Dengan kata lain bahwa, Semua materi pelajaran yang telah diberikan begitu mudahnya terlupakan dari ingatan siswa dan mereka tampak sulit dalam menguasai materi pelajaran. Hasil belajar PKn siswa kelas IV SD Negeri 02 Jati, Jaten, Karanganyar pada tahun ajaran 2009 2010 yang berjumlah 25 siswa masih rendah. Terbukti dengan nilai ulangan pada materi Susunan Pemerintahan pusat adalah sebagai berikut: nilai tertinggi yaitu 74 ada 1 siswa, nilai 68 ada 1 siswa,nilai 66 ada 4 siswa, nilai 64 ada 4 siswa, nilai 62 ada 5 siswa, selebihnya yaitu 10 siswa masih mendapatkan nilai di bawah KKM Kriteria Ketuntasan Minimal. Begitu juga pada tahun – tahun sebelumnya, nilai pembelajaran PKn pada materi susunan pemerintahan pusat selalu mendapat nilai yang kurang. Hal ini menunjukkan kemampuan siswa dalam menguasai materi dalam pelajaran PKn perlu ditingkatkan lagi khususnya pada materi susunan pemerintahan pusat. Sistem pemerintahan di Indonesia mengenal adanya berbagai lembaga negara. Setiap negara memiliki sistem dan lembaga negara. Lembaga negara merupakan perangkat dalam sistem pemerintahan di Indonesia, yang terdiri dari eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Indonesia menganut paham pembagian kekuasaan, bukan pemisahan kekuasaan. Pada materi ini, dipelajari beberapa lembaga negara dalam susunan pemerintah pusat berdasarkan amandemen UUD 1945, seperti MPR, DPR, DPD, Presiden, MA, MK, KY, dan BPK. Serta fungsi dan tugas lembaga – lembaga Negara. Perlu pemahaman untuk bisa menghafal materi yang begitu banyak pada bab ini. sehingga tujuan pembelajarannya bisa tercapai. Tujuan pembelajaran pada materi pemerintahan tingkat pusat adalah siswa dapat menjabarkan lembaga – lembaga tingkat pusat dan dapat mengenal lembaga, tugas, dan wewenang pada lembaga pemerintahan ditingkat pusat. Jika tujuan pembelajaran itu tidak dapat dicapai karena siswa tidak memahami materi pada bab ini maka siswa akan kesulitan kedepannya dalam memahami susunan pemerintahan pusat, tidak mengerti apa itu MPR, DPR, atau bahkan tidak commit to user mengerti siapa presiden di negaranya sendiri, selain itu siswa juga tidak mengerti apa saja instansi – instansi yang ada dalam pemerintahan pusat, siswa juga tidak mengerti tugas dan wewenang pada lembaga – lembaga pusat. Serta siswa tidak bisa membedakan sistem pemerintahan negaranya sendiri dengan negara lain. Dengan mempelajari PKn, diharapkan siswa bisa berkembang secara positif dan demokratis untuk menjadikan warga Negara yang baik, yaitu warganegara yang tahu, mau, dan sadar akan hak dan kewajibannya. Dengan demikian kelak siswa diharapkan dapat menjadi bangsa yang terampil dan cerdas, dan bersikap baik. Hal ini akan mudah tercapai jika pendidikan nilai moral dan norma ditanamkan pada siswa sejak usia dini. Guna menunjang keberhasilan pembelajaran supaya tujuan pembelajaran bisa tercapai pada materi susunan pemerintahan pusat guru perlu melakukan inovasi atau pembaharuan dalam pembelajarannya. Dari pengalaman guru yang seperti itu penulis mencoba menggunakan model kooperatif dalam pembelajarannya. Sugiyanto berpendapat bahwa 2009:37 Pembelajaran kooperatif cooperative learning adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dalam prakteknya nanti penulis akan menerapkan model kooperatif tipe jigsaw yang akan di terapkan dalam pembelajaran. Pendapat Arends seperti yang dikutip oleh Novi Emildadiany 2008 dalam http:akhmadsudrajat.wordpress.com diunduh tanggal 19 Desember 2010 mengungkapkan bahwa Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Dalam metode Jigsaw terdapat kelompok ahli expert groups dan kelompok asal home teams. Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain, karena siswa bertanggung jawab sebagai narasumber di kelompoknya. Tujuan dari commit to user model kooperatif tipe Jigsaw ini adalah mengembangkan kerja tim, keterampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian. Dengan diterapkannya metode jigsaw ini diharapkan siswa dapat bekerjasama dengan teman yang lain saat membahas materi yang sama dan bisa saling bertukar materi dengan kelompoknya. Dengan begitu, diharapkan siswa dapat menjadi lebih paham dalam menguasai materi susunan pemerintahan pusat. Berdasarkan uraian diatas, untuk mengetahui permasalahan yang ada berkaitan dengan peningkatan pemahaman konsep susunan pemerintah pusat melalui model kooperatif tipe jigsaw, maka peneliti mengadakan penelitian pada siswa kelas IV SD Negeri 02 Jati, Jaten, Karanganyar. Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas PTK dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Tentang Susunan Pemerintahan Pusat Mata Pelajaran PKn Pada Siswa Kelas IV SDN 02 Jati Jaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2010 2011 .“

B. Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap tingkat pemahaman siswa tentang materi zakat pada mata pelajaran pendidikan agama islam (Penelitian Quasi Eksperimen di Kelas VIII SMP Sulthan Bogor Tahun Ajaran 2015/2016)

1 10 154

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN RUANG DALAM PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 03 SIDANEGARA KEDUNGREJA CILACAP TAHUN PELAJARAN 2009 2010

0 6 75

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN PENGUKURAN SUDUT DALAM PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN NYAMPLUNG GAMPING SLEMAN TAHUN PELAJARAN 2010 2011

0 4 80

PENERAPAN STRATEGI JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DALAM PEMBELAJARAN PKn PADA SISWA KELAS IV Penerapan Strategi Jigsaw Untuk Meningkatkan Aktivitas Dalam Pembelajaran PKn Pada Siswa Kelas IV SDN 03 Bangsri Karangpandan Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 3 11

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP TENTANG PEMERINTAHAN PUSAT PADA PELAJARAN PKn MELALUI METODE POINT Peningkatan Pemahaman Konsep Tentang Pemerintahan Pusat Pada Pelajaran PKn Melalui Metode Point Counter Point (PCP) Pada Siswa Kelas IV SD Muhammadiyah Plo

0 1 15

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA.

0 2 43

MODEL KOOPERATIF TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP KOPERASI PADA MATA PELAJARAN IPS.

0 1 7

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERTIF TIPE JIGSAW BERBASIS MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISTEM PEMERINTAHAN TINGKAT PUSAT DALAM PEMBELAJARAN PKn (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Tempursari Sambi Boyolali Tahun

0 1 19

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISTEM PEMERINTAHAN TINGKAT PUSAT DALAM PEMBELAJARAN PKn.

0 0 6

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAWUNTUK MENINGKATKAN KERJASAMA SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN KELAS IV DI SDN KLEDOKAN DEPOK.

0 2 204