Pengaruh Bimbingan Penyusunan Menu Balita dengan Metode Ceramah dan Permainan terhadap Pengetahuan Ibu di Kecamatan Medan Belawan
PENGARUH BIMBINGAN PENYUSUNAN MENU BALITA DENGAN METODE CERAMAH DAN PERMAINAN TERHADAP PENGETAHUAN IBU
DI KECAMATAN MEDAN BELAWAN
T E S I S
OLEH
MAWADDA AZIZAH SARI WARUWU 117032100/IKM
(2)
PENGARUH BIMBINGAN PENYUSUNAN MENU BALITA DENGAN METODE CERAMAH DAN PERMAINAN TERHADAP PENGETAHUAN IBU
DI KECAMATAN MEDAN BELAWAN
T E S I S
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Gizi Masyarakat
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh
MAWADDA AZIZAH SARI WARUWU 117032100/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(3)
Judul Tesis : PENGARUH BIMBINGAN PENYUSUNAN MENU BALITA DENGAN METODE CERAMAH DAN PERMAINAN TERHADAP PENGETAHUAN IBU DI KECAMATAN MEDAN BELAWAN
Nama Mahasiswa : Mawadda Azizah Sari Waruwu Nomor Induk Mahasiswa : 117032100
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Administrasi dan Kebijakan Gizi Masyarakat
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes Ketua
) (Ir. Etti Sudaryati, M.K.M, Ph.D Anggota
)
Dekan
(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
(4)
Telah Diuji
pada Tanggal : 20 Agustus 2014
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes Anggota : 1. Ir. Etti Sudaryati, M.K.M, Ph.D
2. Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, M.Si 3. Ernawati Nasution, S.K.M, M.Kes
(5)
PENGARUH BIMBINGAN PENYUSUNAN MENU BALITA DENGAN METODE CERAMAH DAN PERMAINAN TERHADAP PENGETAHUAN IBU
DI KECAMATAN MEDAN BELAWAN
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Oktober 2014
Mawadda Azizah Sari Waruwu 117032100/IKM
(6)
ABSTRAK
Promosi gizi merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam meningkatkan status gizi balita. Metode promosi gizi yang dapat dilakukan kepada ibu balita adalah memberikan bimbingan penyusunan menu balita dengan metode ceramah dan metode permainan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh bimbingan penyusunan menu balita dengan metode ceramah dan permainan terhadap pengetahuan ibu di Kecamatan Medan Belawan.
Jenis penelitian ini adalah quasi experimental design (eksperimen semu). Sampel adalah ibu yang memiliki balita gizi kurang di Kelurahan Bahari dan Kelurahan Bagan Deli, yaitu masing-masing sebanyak 25 orang (metode cemarah) dan 27 orang (metode permainan). Teknik pengumpulan data melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji statistik paired sample t test dan independent sample t test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ditemukan ibu yang memiliki pengetahuan baik sebelum dilakukan bimbingan penyusunan menu. Setelah dilakukan bimbingan penyusunan menu baik pada kelompok ceramah dan kelompok permainan ditemukan ada ibu yang memiliki pengetahuan baik, dan tidak ada lagi pengetahuan kurang. Ada peningkatan rata-rata skor pengetahuan ibu setelah bimbingan penyusunan menu dengan metode ceramah (sebelum bimbingan 8,60 dan setelah bimbingan 11,36) dan metode permainan (sebelum bimbingan 8,44 dan sesudah bimbingan 14,22). Bimbingan penyusunan menu dengan menggunakan metode ceramah dan permainan memiliki pengaruh terhadap peningkatan pengetahuan ibu. Bimbingan penyusunan menu metode permainan memiliki pengetahuan lebih tinggi daripada metode ceramah.
Disarankan bagi Puskesmas Kecamatan Medan Belawan agar memberikan bimbingan penyusunan menu dengan metode ceramah dan permainan kepada ibu balita di wilayah kerjanya. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang gizi. Bimbingan penyusunan menu dilaksanakan secara kontinu yang dilakukan oleh petugas gizi puskesmas atau kader posyandu setempat.
Kata Kunci: Bimbingan Penyusunan Menu, Metode Ceramah, Metode Permainan, Pengetahuan Ibu
(7)
ABSTRACT
The promotion of nutrition is one of the methods which can be used in increasing nutrition status of children under five years old. One of the methods whch can be used by mothers of children under five years old is by guiding men arrangement for children under five years old, using lecture and game methods. The objective of the research was to find out the influence of the guidance to arrange menu for children under five years old by using lecture and game methods on mothers’ knowledge in Medan Belawan Subdistrict, in 2014.
The type of the research used quasi experimental design. The samples consisted of mothers who had malnutrition children under five years old at Kelurahan Bahari and Kelurahan Bagan Deli; 25 of them belonged to lecture group, and 27 of them belonged to game group. The data were gathered by conducting interviews with questionnaires and analyzed by using sample statistic t-test and independent sample t-test.
The result of the research showed that there were no mothers who had good knowledge before the guidance for menu arrangement was done. After the guidance for menu arrangement was done in the lecture and game groups, all of the mothers had good knowledge. There was the increase in the average scores of knowledge after guidance for menu arrangement with lecture method (before the guidance it was 8,60, and after the guidance it was 11,36) and with game method (before the guidance it was 8,44, and after the guidance it was 14,22). The guidance for menu arrangement by using lecture and game methods had influence on the improvement of mothers’ knowledge. The guidance for menu arrangement by using game method had higher knowledge than that by lecture method.
It is recommended that the management of Medan Belawan Health Centers provide the guidance for menu arrangement by using lecture and game methods for mothers who had children under five years old in their working area in order to improve mothers’ knowledge in nutrition. The guidance for menu arrangement should be carried out continuously by the nutrition staffs at Health Centers or by the cadres of posyandu.
Keywords : Guidance for Menu Arrangement, Lecture Method, Game Method, Mothers’ Knowledge
(8)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengaruh Bimbingan Penyusunan Menu Balita dengan Metode Ceramah dan Permainan terhadap Pengetahuan Ibu di Kecamatan Medan Belawan”.
Tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Gizi Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat USU yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
4. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ir. Etti Sudaryati, M.K.M, Ph.D selaku Anggota Komisi Pembimbing yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.
5. Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si dan Ernawati Nasution, S.K.M, M.Kes sebagai komisi penguji atau pembanding yang telah banyak memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.
6. Seluruh dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Gizi Masyarakat, Fakultas Kesehatan
(9)
Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu yang sangat berarti selama penulis mengikuti pendidikan.
7. Kepala Camat Kecamatan Medan Belawan dan Kepala Puskesmas Medan Belawan yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian .
8. Khusus buat ayahanda Masri Aswar Waruwu dan ibunda Nur Desima Telaumbanua, serta abang-abang saya Wahyudin Waruwu, S.P, Wardiyansyah Waruwu, S.Hi, Fatur Rizki Waruwu, dan adik Amiruddinsyah Waruwu yang telah memberikan bantuan, dukungan, dan doa dalam penyelesaian tesis ini.
9. Tidak terlupakan buat bunda Nur Aizan dan sekeluarga yang selalu ada memberikan dukungan dan doa serta turut menemani dalam penyelesaian tesis ini.
10. Dosen-dosen saya S1 di Fakultas Teknik Unimed, Program Studi Tata Boga ibu Dra. Siti Wahidah, M.Si, Dra. Lelly Fridiarty, M.Pd, Dr. Dina Ampera, M.Si, Dr. Erli Mutiara, M.Si dan Dra. Ana Rahmi, M.Pd yang selalu menyemangati dan mengingatkan dalam penyelesaian tesis ini hingga selesai.
11. Teman-teman S1 Maulida Sari, S.Pd, Julita Manurung, S.Pd, Endang Br.Karo, S.Pd, Helpita Tarigan, S.Pd, yang memberikan semangat kepada penulis.
12. Rekan-rekan seperjuangan Mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Gizi Masyarakat angkatan tahun 2011, yang telah membantu penulis selama pendidikan dan proses penyusunan tesis serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membanu penulis selama penyusunan tesis ini.
Akhirnya Penulis menyadari atas segala keterbatasan dan kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan penuh harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi semua pihak
Medan, Oktober 2014 Penulis
(10)
RIWAYAT HIDUP
Mawadda Azizah Sari Waruwu dilahirkan pada tanggal 27 November 1988 di Nias. Anak ke-4 (empat) dari 5 (lima) bersaudara, dari pasangan ayahanda Masri Aswar Waruwu dan ibunda Nur Desima Telaumbanua.
Pendidikan Sekolah Dasar dimulai tahun 1994-2000 di SD Negeri No. 070980 Gunung Sitoli Nias, pendidikan SMP tahun 2000-2003 di SMP Negeri Gunung Sitoli Nias, pendidikan SMK Negeri 1 Gunung Sitoli tahun 2003-2006, pendidikan S1 tahun 2006-2011 di Fakultas Teknik Program Studi Tata Boga Universitas Negeri Medan, dan tahun 2011 sampai sekarang pendidikan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Gizi Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.
(11)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Permasalahan... ... 6
1.3. Tujuan Penelitian. ... 6
1.4. Hipotesis.. ... 6
1.5. Kegunaan Penelitian.. ... 7
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1. Menyusun Menu . ... 8
2.2. Peran Gizi dalam Pertumbuhan Balita.. ... 14
2.3. Dampak Kekurangan Gizi pada Balita. ... 19
2.4. Bimbingan Penyusunan Menu. ... 20
2.4.1. Bimbingan sebagai Proses Perubahan Pengetahuan... ... 21
2.4.2. Penerapan Metode Ceramah dalam Bimbingan.. ... 24
2.4.3. Penerapan Metode Permainan dalam Bimbingan... ... 27
2.4.4. Pengaruh Pendidikan Gizi terhadap Perubahan Prilaku. ... 29
2.4.5. Pengetahuan Gizi.... ... 31
2.5. Kerangka Teori. ... 33
2.6. Kerangka Konsep ... 35
BAB 3. METODE PENELITIAN ... 36
3.1. Jenis Penelitian. ... 36
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37
3.3. Populasi dan Sampel. ... 37
3.4. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. ... 38
3.5. Metoda Pengukuran. ... 39
3.6. Metode Pengumpulan Data. ... 39
3.7. Pelaksanaan Penelitian. ... 40
(12)
BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 47
4.1. Gambaran Lokasi Penelitian ... 47
4.1.1. Kependudukan ... 48
4.2. Karakteritik Ibu ... 50
4.2.1. Pendidikan ... 51
4.2.2. Pekerjaan ... 51
4.3 Pengetahuan Ibu ... 52
4.4. Tingkat Pengetahuan Ibu Sebelum dan Sesudah Bimbingan Penyusunan Menu ... 55
4.5. Jawaban Ibu untuk Setiap Pertanyaan Sebelum dan Sesudah Bimbingan Penyusunan Menu dengan Menggunakan Metode Ceramah dan Permainan ... 56
4.5.1. Pengertian Penyusunan Menu ... 57
4.5.2. Tujuan dan Manfaat Penyusunan Menu ... 58
4.5.3. Hal-Hal yang Memengaruhi Penyusunan Menu ... 60
4.5.4. Waktu Pemberian Makan ... 61
4.5.5. Zat Gizi pada Makanan ... 62
4.5.6. Jenis dan Sumber Bahan Makanan ... 64
BAB 5. PEMBAHASAN ... 66
5.1. Karakteristik Ibu ... 66
5.2. Pengetahuan Ibu ... 67
5.3. Pengetahuan Ibu sesudah Bimbingan Penyusunan Menu Metode Ceramah ... 73
5.4. Pengetahuan Ibu sesudah Bimbingan Penyusunan Menu Metode Permainan ... 76
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 78
6.1. Kesimpulan ... 78
6.2. Saran ... 78
DAFTAR PUSTAKA ... 79
(13)
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
3.1. Jumlah Sampel Berdasarkan Kelurahan dan Metode Bimbingan ... 38 4.1. Distribusi Ibu Berdasarkan Umur pada Kelompok Metode Ceramah dan
Metode Permainan ... 50 4.2. Distribusi Ibu Berdasarkan Pendidikan pada Kelompok Metode Ceramah
dan Metode Permainan... 51 4.3. Distribusi Ibu Berdasarkan Jenis Pekerjaan pada Kelompok Metode
Ceramah dan Metode Permainan ... 52 4.4. Pengetahuan Ibu Sebelum dan Sesudah Bimbingan Penyusunan Menu
dengan Menggunakan Metode Ceramah ... 52 4.5. Pengetahuan Ibu Sebelum dan Sesudah Bimbingan Penyusunan Menu
dengan Menggunakan Metode Permainan ... 54 4.6. Rata-Rata Skor Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Bimbingan Penyusunan
Menu ... 55 4.7. Rata-Rata Skor Pengetahuan Ibu Sebelum dan Sesudah Intervensi
Bimbingan Penyusunan Menu dengan Menggunakan Metode Ceramah dan Permaian... 56 4.8. Jawaban Ibu tentang Pengertian Penyusunan Menu Sebelum dan Sesudah
Bimbingan Penyusunan Menu dengan Menggunakan Metode Ceramah dan Permainan ... 57 4.9. Jawaban Ibu tentang Tujuan dan Manfaat Penyusunan Menu Sebelum dan Sesudah
Bimbingan Penyusunan Menu dengan Menggunakan Metode Ceramah dan Permainan ... 59 4.10. Jawaban Ibu tentang Hal-Hal yang Memengaruhi Penyusunan Menu Sebelum dan
Sesudah Bimbingan Penyusunan Menu dengan Menggunakan Metode Ceramah dan Permainan ... 60
(14)
4.12. Jawaban Ibu tentang Zat Gizi pada Makanan Sebelum dan Sesudah Bimbingan Penyusunan Menu dengan Menggunakan Metode Ceramah dan Permainan ... 62 4.13. Jawaban Ibu tentang Jenis dan Sumber Bahan Makanan Sebelum dan Sesudah
Bimbingan Penyusunan Menu dengan Menggunakan Metode Ceramah dan Permainan ... 64
(15)
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
2.1. Kerangka Teori Penelitian ... 34 2.2. Kerangka Konsep Penelitian ... 35
(16)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1. Kuesioner Penelitian ... 82
2. Modul Penyusunan Menu ... 85
3. Jenis Permainan ... 97
4. Master Data Penelitian ... 101
5. Hasil Uji Statistik ... 103
6. Surat Izin Melakukan Penelitian ... 108
(17)
ABSTRAK
Promosi gizi merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam meningkatkan status gizi balita. Metode promosi gizi yang dapat dilakukan kepada ibu balita adalah memberikan bimbingan penyusunan menu balita dengan metode ceramah dan metode permainan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh bimbingan penyusunan menu balita dengan metode ceramah dan permainan terhadap pengetahuan ibu di Kecamatan Medan Belawan.
Jenis penelitian ini adalah quasi experimental design (eksperimen semu). Sampel adalah ibu yang memiliki balita gizi kurang di Kelurahan Bahari dan Kelurahan Bagan Deli, yaitu masing-masing sebanyak 25 orang (metode cemarah) dan 27 orang (metode permainan). Teknik pengumpulan data melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji statistik paired sample t test dan independent sample t test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ditemukan ibu yang memiliki pengetahuan baik sebelum dilakukan bimbingan penyusunan menu. Setelah dilakukan bimbingan penyusunan menu baik pada kelompok ceramah dan kelompok permainan ditemukan ada ibu yang memiliki pengetahuan baik, dan tidak ada lagi pengetahuan kurang. Ada peningkatan rata-rata skor pengetahuan ibu setelah bimbingan penyusunan menu dengan metode ceramah (sebelum bimbingan 8,60 dan setelah bimbingan 11,36) dan metode permainan (sebelum bimbingan 8,44 dan sesudah bimbingan 14,22). Bimbingan penyusunan menu dengan menggunakan metode ceramah dan permainan memiliki pengaruh terhadap peningkatan pengetahuan ibu. Bimbingan penyusunan menu metode permainan memiliki pengetahuan lebih tinggi daripada metode ceramah.
Disarankan bagi Puskesmas Kecamatan Medan Belawan agar memberikan bimbingan penyusunan menu dengan metode ceramah dan permainan kepada ibu balita di wilayah kerjanya. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang gizi. Bimbingan penyusunan menu dilaksanakan secara kontinu yang dilakukan oleh petugas gizi puskesmas atau kader posyandu setempat.
Kata Kunci: Bimbingan Penyusunan Menu, Metode Ceramah, Metode Permainan, Pengetahuan Ibu
(18)
ABSTRACT
The promotion of nutrition is one of the methods which can be used in increasing nutrition status of children under five years old. One of the methods whch can be used by mothers of children under five years old is by guiding men arrangement for children under five years old, using lecture and game methods. The objective of the research was to find out the influence of the guidance to arrange menu for children under five years old by using lecture and game methods on mothers’ knowledge in Medan Belawan Subdistrict, in 2014.
The type of the research used quasi experimental design. The samples consisted of mothers who had malnutrition children under five years old at Kelurahan Bahari and Kelurahan Bagan Deli; 25 of them belonged to lecture group, and 27 of them belonged to game group. The data were gathered by conducting interviews with questionnaires and analyzed by using sample statistic t-test and independent sample t-test.
The result of the research showed that there were no mothers who had good knowledge before the guidance for menu arrangement was done. After the guidance for menu arrangement was done in the lecture and game groups, all of the mothers had good knowledge. There was the increase in the average scores of knowledge after guidance for menu arrangement with lecture method (before the guidance it was 8,60, and after the guidance it was 11,36) and with game method (before the guidance it was 8,44, and after the guidance it was 14,22). The guidance for menu arrangement by using lecture and game methods had influence on the improvement of mothers’ knowledge. The guidance for menu arrangement by using game method had higher knowledge than that by lecture method.
It is recommended that the management of Medan Belawan Health Centers provide the guidance for menu arrangement by using lecture and game methods for mothers who had children under five years old in their working area in order to improve mothers’ knowledge in nutrition. The guidance for menu arrangement should be carried out continuously by the nutrition staffs at Health Centers or by the cadres of posyandu.
Keywords : Guidance for Menu Arrangement, Lecture Method, Game Method, Mothers’ Knowledge
(19)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kualitas sumber daya manusia (SDM) suatu negara dapat dicerminkan dengan keadaan status gizi anak balitanya, dimana anak balita merupakan generasi penerus bangsa. Suatu negara jika status gizi anak balitanya baik maka kualitas SDM akan baik, sebaliknya jika status gizinya jelek maka kualitas SDM akan menurun. Di suatu kelompok masyarakat, anak balita merupakan kelompok yang paling rawan terhadap terjadinya kekurangan gizi. Secara biologis, anak dengan usia yang masih muda memiliki pertahanan tubuh dan sistem pencernaan yang masih belum teratur. Hal tersebut membuat balita berpeluang lebih besar terhadap resiko penyakit dan masalah gizi. Selain itu, dalam hal memperoleh makanan, anak sangat bergantung pada orang tuanya.
Pola makan atau kebiasaan makan yang keliru menempatkan balita dalam posisi rentan masalah gizi. Selama masa balita pula, kebanyakan anak hanya mau makan satu jenis makanan selama berminggu-minggu. Oleh karena itu adanya masalah makanan tersebut jika tidak diperhatikan oleh orang tua akan mempengaruhi pemenuhan gizi dan status gizi anak (Arisman, 2004).
Soekirman (2006), mengemukakan bahwa pengetahuan ibu tentang gizi merupakan syarat penting bagi ibu agar dapat menerapkan pola makan dengan gizi
(20)
menyebabkan kesalahan dalam memilih bahan makanan dan cara pemberian makan pada anak meskipun bahan makanan sudah tersedia.
Menurut Green dalam Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan faktor predisposisi yang mempengaruhi prilaku. Jika ibu memiliki pengetahuan yang baik tentang gizi balita, diharapkan ibu juga akan mempunyai prilaku yang baik pula dalam memberikan asupan gizi pada balitanya. UNICEF (1998), menyatakan pengetahuan merupakan salah satu penyebab tidak langsung status gizi anak. Pengetahuan yang kurang tentang pemberian makan dapat memengaruhi status gizi anak.
Penelitian Khotimah, dkk (2012), di Palembang menyatakan sebanyak 93,3% ibu yang memiliki pengetahuan baik, memiliki anak dengan status gizi yang baik pula. Hal tersebut diperkuat dengan hasil penelitian Widayani (2001) di Bogor yang menyatakan penyebab peregeseran gizi balita menjadi lebih buruk karena rendahnya pengetahuan ibu balita mengenai gizi.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Medan (2011), diketahui bahwa terdapat 3.223 (2,74%) balita yang menderita gizi kurang dan 138 (0,12%) menderita gizi buruk dari 117.727 balita yang ditimbang pada tahun 2010. Puskesmas Medan Belawan menduduki urutan nomor empat dengan status gizi kurang terbanyak yang berjumlah 196 (3,10%) setelah Medan Labuhan, Medan Helvetia dan Medan Tuntungan. Sementara berdasarkan hasil survei awal Puskesmas Medan Belawan tahun 2012 memiliki 150 balita gizi kurang. Dibandingkan tahun 2010, persentasi
(21)
balita gizi kurang tidak mengalami penurunan. Angka ini menunjukkan bahwa jumlah balita yang memiliki status gizi kurang cukup tinggi.
Terjadinya kasus anak gizi buruk dan gizi kurang disebabkan masalah ekonomi yang menjadi faktor penyebab utama bagian besar masyarakat di Kecamatan Medan Belawan, khususnya masyarakat miskin yang tidak mampu mengakses kebutuhan pangan yang layak, sehat dan aman untuk konsumsi keluarganya. Surya (2009), mengatakan bahwa sekitar 90% kepala keluarga (KK) nelayan masih hidup dalam kemiskinan. Masyarakat nelayan yang masih hidup dalam kemiskinan memungkinkan keluarganya tidak sejahtera dan balitanya mempunyai status gizi yang rendah. Masyarakat miskin menghadapi masalah keterbatasan akses layanan kesehatan dan rendahnya status kesehatan yang berdampak pada rendahnya daya tahan mereka untuk bekerja dan mencari nafkah, terbatasnya kemampuan anak dari keluarga untuk tumbuh dan berkembang serta rendahnya derajat kesehatan ibu.
Survei awal yang dilakukan diketahui bahwa ketimpangan yang terjadi di masyarakat nelayan adalah soal respon masyarakat terhadap gizi makanan, dimana menurut sebagian besar ibu balita bahwa makanan yang mengandung gizi hanya ada pada makanan dan minuman yang mahal seperti: daging, ayam, dan susu yang hanya dapat dikonsumsi oleh orang-orang kaya, yang bagi kebanyakan masyarakat makanan tersebut tidak sanggup mereka beli. Sehingga masyarakat lebih memilih untuk mengkonsumsi telur dan tempe dengan berbagai jenis olahan seperti sambel tempe,
(22)
merupakan daerah yang terletak di dekat laut dan mayoritas penduduknya nelayan. Berdasarkan uraian tersebut, diketahui bahwa penyebab gizi kurang di Kecamatan Medan Belawan tidak semata-mata disebabkan oleh keterbatasan akses masyarakat terhadap produk pangan yang berkualitas sebagai akibat dari kemiskinan, namun rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap gizi juga dapat menjadi salah satu faktor penyebanya.
Upaya pemerintah dalam meningkatkan status gizi balita di Kecamatan Medan Belawan adalah dengan melakukan program pemberian makanan tambahan (PMT). Walaupun program PMT sudah diterapkan dalam waktu yang lama, namun masalah gizi tetap terjadi di Kecamatan Medan Belawan. Sehingga promosi kesehatan merupakan salah satu metode lain yang dapat digunakan dalam meningkatkan status gizi balita.
Kegiatan promosi terhadap masyarakat tentang gizi harus mendapat perhatian serius. Promosi masalah pengelolaan gizi harus dilakukan secara intensif, sehingga informasi tentang bahan makanan bergizi, pengolahan yang tepat, pola konsumsi yang baik serta hal-hal yang berkaitan dengan penanggulangan gizi buruk bisa diperoleh dengan mudah oleh masyarakat, tersebar secara luas dan dilakukan secara terus-menerus.
Rencana Strategi Departemen Kesehatan RI 2010-2014 menggariskan bahwa tujuan promosi kesehatan adalah memberdayakan individu, keluarga dan masyarakat agar mau menumbuhkan perilaku hidup sehat dan mengembangkan upaya kesehatan
(23)
yang bersumber masyarakat. Kegiatan pokoknya adalah dengan pengembangan media promosi kesehatan dan teknologi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE), mencakup mengembangkan media promosi kesehatan. Oleh sebab itu, para ibu yang tinggal di Kecamatan Medan Belawan perlu diberikan informasi, supaya mereka dapat memelihara kesehatan dan gizi balita. Salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan memberikan bimbingan penyusunan menu balita dengan metode ceramah dan metode permainan. Metode ceramah dan metode permainan dapat dipakai pada sasaran dengan tingkat pendidikan rendah maupun tinggi, pada waktu bimbingan dilakukan sasaran bisa berpartisipasi secara aktif dan memberikan umpan balik terhadap materi yang diberikan.
Rahmawati (2006); Tursini (2010); dan Anjelisa (2010) dalam penelitiannya menyatakan bahwa penyuluhan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan ibu tentang gizi dan berpengaruh terhadap perubahan status gizi balita setelah dilakukan penyuluhan. Sementara Fiona (2006) dalam penelitiannya melaporkan bahwa pendidikan gizi dapat meningkatkan pemahaman dalam memilih makanan yang sehat dan bergizi. Penelitian Demianus (2006), menunjukkan konseling yang dilakukan dua minggu sekali selama 3 (tiga) bulan meningkatkan pengetahuan gizi ibu pada konseling individu yaitu dari 37,4% menjadi 42,9% dan pada konseling kelompok 38% menjadi 40,6%.
(24)
metode ceramah dan permainan terhadap pengetahuan ibu di Kecamatan Medan Belawan Tahun 2014.
1.2. Permasalahan
Rendahnya tingkat pendidikan menyebabkan berbagai macam keterbatasan dalam menerima informasi dan penanganan masalah gizi dan kesehatan, sekalipun didaerah tempat tinggalnya banyak tersedia bahan makanan (sayuran dan buah), serta pelayanan kesehatan yang memadai, yang dapat menyampaikan informasi tentang bagaimana mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi. Melihat masalah ini maka rumusan masalah penelitian adalah bagaimana pengaruh bimbingan penyusunan menu balita dengan menggunakan metode ceramah dan permainan terhadap pengetahuan ibu di Kecamatan Medan Belawan.
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh bimbingan penyusunan menu balita dengan menggunakan metode ceramah dan permainan terhadap pengetahuan ibu di Kecamatan Medan Belawan tahun 2014.
1.4. Hipotesis
Ada pengaruh bimbingan penyusunan menu balita dengan menggunakan metode ceramah dan permainan terhadap pengetahuan ibu di Kecamatan Medan Belawan tahun 2014.
(25)
1.5. Manfaat Penelitian
1. Apabila terbukti metode permainan lebih besar pengaruhnya terhadap pengetahuan ibu, maka hal ini dapat menjadi bahan masukan dalam menentukan kebijakan program perbaikan gizi masyarakat daerah Belawan pada khususnya dan program peningkatan kesehatan masyarakat pada umumnya.
2. Sebagai alternatif penyuluhan yang dapat dilakukan oleh pihak Puskesmas kepada ibu-ibu mengenai bimbingan penyusunan menu dengan menggunakan metode permainan dan sekaligus dapat memberikan informasi dan meningkatkan kesadaran ibu akan pentingnya penysunan menu yang tepat dan baik.
(26)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Menyusun Menu
Menu berasal dari bahasa Perancis yg berarti kecil/detail. Menu adalah susunan hidangan yang disajikan pada waktu makan atau daftar hidangan yang disiapkan untuk disajikan sebagai makanan. Hal-hal yang mendasari penyusunan menu yaitu nilai gizi, kebiasaan makan, keuangan, tujuan menu disusun, variasi dan keseimbangan dan penyesuaian dengan iklim. Perencanaan menu dilakukan untuk beberapa hari atau yang disebut siklus menu, misalnya tujuh hari atau 10 hari. Penyusunan menu berdasarkan siklus menu berfungsi untuk variasi dan kombinasi bahan makanan dapat diatur, sehingga menghindari kebosanan, karena terlalu sering jenis makanan tertentu dihidangkan dan makanan yang disajikan dapat disusun sesuai dengan kebutuhan gizi seluruh keluarga (Misalnya pada kondisi : sakit, hamil atau menyusui), serta menu dapat disusun sesuai dengan biaya yang tersedia. Makanan yang disajikan dapat disusun sesuai dengan kebutuhan gizi seluruh keluarga.
Penyusunan menu makanan balita, selain memperhatikan komposisi zat gizi juga harus memperhatikan variasi menu makanan agar anak tidak bosan. Sebaiknya, dibuat siklus menu tujuh hari atau 10 hari. Hal ini akan memudahkan ibu untuk mengatur menu makanan balita. Selain itu, penyajian menu makanan balita juga harus diperhatikan, karena dapat memengaruhi selera makan anak, baik dari penampilan, tekstur, warna, aroma, besar porsi, dan pemilihan alat makan yang
(27)
menarik. Di dalam menyusun menu, jadwal makan balita juga harus diperhatikan. Penerapan jadwal makan yang teratur sangat penting.
Sementara itu, membiasakan anak makan sesuai jadwal akan membuat pencernaannya lebih siap dalam mengeluarkan hormon dan enzim yang dibutuhkan untuk mencerna makanan yang masuk. Idealnya, pemberian makan balita adalah tiga kali makan utama yaitu sarapan, makan siang, dan makan malam agar mempunyai keterampilan makan balita, kemudian ditambah 2 (dua) kali makanan selingan. Menu dalam seharinya (Depkes RI, 2002) terdiri dari :
Sebab, hal tersebut akan membuat tubuh anak mengalami penyesuaian, kapan perut harus diisi dan kapan tidak. Jika disiplin ini sudah tertanam pada diri dan ritme tubuh si anak, ketika jam makan tiba, mereka tidak akan lagi menolak makan. Sebaliknya, jika jam makan sesukanya, tidak jarang anak akan malas-malasan mengisi perutnya.
A.
Anak harus dibiasakan sarapan pagi karena penting untuk persediaan energi dalam melakukan aktivitas sepanjang hari. Apabila orangtua tidak menyempatkan diri sarapan secara teratur di meja makan, jangan heran jika si anak juga enggan sarapan pagi. Menu sarapan pagi tidak harus komplit susunan hidangannya (tidak selengkap hidangan makan siang atau malam). Porsinya pun juga lebih sedikit. Cukup dengan satu hidangan terpadu untuk menu sarapan pagi, misalnya dengan omelet sayur, mie goreng, nasi goreng, roti bakar ditambah susu atau jus buah. Hal yang perlu diingat
(28)
adalah kalorinya telah memenuhi kebutuhan gizi tubuh. Selain itu, buatlah menu sarapan pagi yang praktis.
B.
Susunan menu makan siang atau malam biasanya lengkap komposisinya. Terdiri atas makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayuran, dan buah. Pengaturan ini sesuai dengan triguna makanan (susunan makanan seimbang untuk tumbuh kembang balita yang harus terdiri atas tiga golongan besar bahan makanan). Besarnya porsi makanan untuk balita harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan makannya.
Menu Makan Siang atau Malam
C.
Anak perlu makanan selingan di sela-sela makanan utamanya. Penting diketahui, bahwa pemberian makanan selingan adalah untuk melengkapi komposisi gizi seimbang dalam sehari yang mungkin belum terpenuhi lewat menu makanan utama. Oleh karena itu, yang ditekankan bukan kandungan kalorinya, tapi zat gizi lain seperti protein, mineral, dan vitamin. Makanan selingan ini dapat berupa kue, biskuit, atau jus buah.
Menu Makanan Selingan
Ketika menyusun menu sehat untuk balita, maka harus diperhatikan variasi penyajian masakan, sebab ini akan sangat membantu bayi dan anak tidak bosan dan akhirnya makan dengan lahap. Bayi sebenarnya tahu dan bisa merasakan kebosanan terhadap makanan, begitupun makanan yang ia sukai dan tidak. Namun mereka memang belum dapat mengkomunikasikannya. Asupan gizi merupakan faktor kunci
(29)
perkembangan sel-sel otak bayi dan anak, oleh karena itu makanan yang masuk ke dalam menu sehat bayi dan anak adalah yang mengandung banyak kalsium untuk membantu menjaga kekebalan tubuh serta mencegah berkurangnya daya ingat serta gangguan jantung. Selain itu, makanan yang kaya akan zat besi agar terhindar dari anemia dan juga terhambatnya perkembangan otak. Perkembangan motorik dan kecerdasan yang optimal juga harus didukung dengan tercukupinya asupan protein. Secara garis besar, menu sehat untuk bayi terdiri dari kelompok gandum, kelompok nabati, kelompok buah-buahan, kelompok susu, kelompok daging serta kelompok lemak, minyak dan gula. Prinsip dasarnya adalah memilih makanan yang kaya serat serta rendah lemak dan kalori.
Menyusun menu sehat untuk anak, berbeda dengan bayi yang pada umumnya masih mau memakan makanan yang diberikan kendati mereka sudah bosan, anak usia balita terkadang menolak jenis makanan tertentu dan bahkan tidak mau memakannya sama sekali dengan alasan kurang lezat, kurang manis dan kurang gurih. Untuk mengatasinya adalah dengan membuat camilan yang bergizi, gurih maupun manis.
Menyusun menu dilakukan sebaiknya memperhatikan keseimbangan seperti gizi yang dikonsumsi. Keseimbangan zat gizi dapat direncanakan dengan melihat piramida makanan. Piramida makanan merupakan perencanaan pola makan dengan gizi seimbang yang disesuaikan dengan kebutuhan tubuh. Prinsip penyajian makanan berdasarkan piramida makanan memenuhi beberapa prinsip, yaitu gizi seimbang
(30)
sesuai dengan umur, aktifitas, dan jenis kelamin. Menu makanan bayi dan anak sebaiknya dibuat berdasarkan piramida makanan.
Menurut Depkes RI (2002), piramida makanan berbentuk segitiga yang menggambarkan konsep makanan sehat dengan gizi seimbang. Seperti bentuk piramida, di bagian paling bawah merupakan porsi terbesar yang bisa dimakan bayi dan anak. Sedangkan bagian atas adalah makanan yang dibutuhkan bayi dan anak namun dalam porsi sedikit saja. Dengan menyusun menu makanan bayi sesuai piramida maka nutrisi untuk bayi dapat dengan mudah terpenuhi.
Bagian paling bawah piramida makanan bayi adalah kelompok beras dan gandum. Dalam hal ini, orangtua bisa memberikan bubur nasi, sereal yang dimasak maupun roti. Supaya anak tidak bosan dengan makanan yang mengandung kabohidrat ini maka variasikan jenis makanan. Bisa juga dibuat pasta, beras merah, mie ataupun havermut. Orangtua perlu meningkatkan tekstur makanan kelompok gandum ini secara bertahap. Di atas kelompok gandum terdapat kelompok nabati atau sayuran. Sayuran terbukti kaya nutrisi untuk bayi, pilihlah sayur yang berwarna hijau gelap. Sayuran seperti brokoli, bayam, wortel sangat baik untuk bayi. Sayuran biasanya diolah dengan dikukus dan dipotong kecil-kecil.
Piramida makanan bayi yang ketiga adalah jenis buah. Buah kaya akan vitamin dan mineral yang sangat berguna untuk memenuhi kebutuhan nutrisi untuk bayi. Buah pisang, apel, pir, tomat sangat baik untuk bayi. Dalam menyajikan buah sebaiknya satu macam dulu. Buah dalam bentuk jus bisa diberikan kepada bayi tapi
(31)
tetap lebih bagus potongan buah segar. Hindari buah kering atau buah yang ada dalam kaleng karena biasanya mengandung bahan pengawet. Berikutnya adalah kelompok susu.
Susu sapi segar atau susu bubuk full cream sebaiknya diberikan setelah anak berusia setahun ke atas. Kelompok susu lainnya adalah keju dan yoghurt yang bisa diberikan pada bayi mulai usia sembilan bulan. Menu makanan bayi selanjutnya adalah jenis daging. Daging diperlukan oleh bayi karena mengandung banyak protein. Daging yang diberikan pada bayi dipotong kecil dan teksturnya empuk, bisa berasal dari daging sapi, ayam atau kelompok unggas dan ikan. Sebaiknya hindari pemberian daging yang dimasak dengan santan.
Piramida makanan bayi paling atas adalah jenis lemak, minyak dan gula. Bayi memang membutuhkan jenis makanan ini namun dalam porsi yang sedikit. Kelebihan lemak, minyak dan gula bisa menghambat pertumbuhan bayi dan bahkan menyebabkan obesitas. Sebaiknya bayi diberikan lemak tak jenuh karena lebih baik daripada lemak jenuh yang bisa meningkatkan kolesterol. Makanan yang mengandung lemak tak jenuh dan cocok untuk bayi seperti kacang, jagung dan zaitun. Dengan memberikan makanan berdasarkan piramida makanan bayi, niscaya nutrisi untuk bayi akan tercukupi. Yang terpenting sebenarnya adalah menghindari makanan yang tidak baik untuk bayi. Seperti misalnya makanan yang terlalu manis atau asin, minuman ringan, es krim dan makanan instan. Memvariasikan menu
(32)
Sajikan makanan, susu, sayur, buah dan daging dengan porsi yang sesuai usia bayi setiap harinya.
Asupan gizi seimbang dari makanan memegang peranan penting dalam proses pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak. Pola makan yang baik dan teratur perlu diperkenalkan sejak dini, antara lain dengan pengenalan jam-jam makan dan variasi makanan, sehingga dapat membantu mengkondisikan kebutuhan akan pola makan sehat pada anak. Pola makan sehat memastikan anak mendapatkan asupan gizi yang diperlukannya secara utuh dalam satu hari. Seiring dengan pertumbuhan balita, pola makannya pun akan berubah. Mulai banyak jenis makanan yang dapat dimakan bayi, namun bukan semua makanan berarti selalu baik untuknya. Beberapa jenis makanan yang mengandung tepung putih, lemak tinggi, gula, pewarna buatan, bahan kimia, dan lain-lain tidaklah baik untuk dikonsumsi balita sehari-hari (Almatsier, 2004).
2.2. Peran Gizi dalam Pertumbuhan Balita
Gizi adalah elemen yang terdapat dalam makanan dan dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tubuh seperti halnya karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Gizi yang seimbang dibutuhkan oleh tubuh, terlebih pada balita yang masih dalam masa pertumbuhan. Dimasa tumbuh kembang balita yang berlangsung secara cepat dibutuhkan makanan dengan kualitas dan kuantitas yang tepat dan seimbang. Gizi Balita adalah hal paling utama yang harus diperhatikan oleh orang tua jika ingin tumbuh kembang putra putrinya maksimal. Pemenuhan gizi pada setiap balita merupakan suatu keharusan karena hal ini sangat berpengaruh pada
(33)
pertumbuhan dan perkembangannya. Hal inilah yang seharusnya mendasari setiap orang tua untuk berusaha agar gizi balitanya terpenuhi semaksimal mungkin.
Beberapa zat gizi penting yang dibutuhkan oleh setiap balita yang sangat berpengaruh pada tumbuh kembangnya, adalah (Almatsier, 2006) :
Keempat vitamin ini sangat vital bagi pertumbuhan balita Anda. Jadi, usahakan agar asupan vitamin ini terpenuhi setiap harinya. Seperti kita ketahui, vitamin A sangat baik untuk penglihatan dan kesehatan kulit balita kita, sedangkan vitamin D berperan penting dalam meningkatkan penyerapan kalsium serta membantu pertumbuhan tulang dan gigi anak. Sementara vitamin E memiliki antioksidan yang membantu pertumbuhan sistem syaraf dan pertumbuhan sel. Vitamin K membantu pembekuan darah.
1. Vitamin A, D, E dan K
Merupakan mineral yang sangat dibutuhkan oleh balita dalam pembentukan massa tulangnya. Kalsium sangat penting untuk membentuk tulang yang kuat sehingga balita Anda terhindar dari patah tulang ketika mulai belajar memanjat dan aktif bermain. Kebutuhan harian balita akan kalsium umumnya sebesar 500mg/hari. Sumber makanan dari kalsium antara lain susu, keju, tahu, brokoli, tomat, oatmeal, kacang-kacangan, dan ikan salmon.
2. Kalsium
(34)
Fungsi dari vitamin B antara lain meningkatkan sistem syaraf dan imun tubuh balita Anda, meningkatkan pertumbuhan sel, serta mengatur metabolisme tubuh. Sementara vitamin C berfungsi untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh balita serta mencegah sariawan. Sumber makanan yang banyak mengandung vitamin B antara lain beras merah, pisang, kacang-kacangan, ikan, daging dan telur. Sementara untuk memenuhi gizi balita Anda dengan vitamin C, Anda dapat memperolehnya dari tomat, kentang, stroberi serta sayur-sayuran hijau.
Balita sangat membutuhkan zat besi terutama untuk membantu perkembangan otaknya. Jika kebutuhan gizi balita akan zat besi tidak terpenuhi, kemungkinan ia akan mengalami kelambanan dalam fungsi kerja otak. Sumber makanan yang mengandung at besi antara lain daging, ikan, brokoli, telur, bayam, kedelai serta alpukat.
4. Zat Besi
Kebutuhan gizi balita merupakan hal utama yang perlu diperhatikan dalam pertumbuhan. Masa-masa tumbuh kembang anak akan sangat berpengaruh dengan asupan gizi yang ibu berikan. Dalam pertumbuhan yang baik tidak hanya sebatas fisik, tetapi mental dan intelektualitasnya juga diharapkan dapat berkembang dengan baik, sehingga menjadi proses pertumbuhan dengan tumbuh kembang yang baik. Proses tumbuh kembang balita yang optimal adalah di saat pemenuhan kebutuhan gizi balita secara lengkap pada kebutuhan pokoknya. Gizi balita untuk memenuhi
(35)
kebutuhan fisik-biologisnya yaitu mencakup beberapa nutrisi seperti ASI, makanan pengganti ASI (MPASI), imunisasi, dan kebersihan fisik serta lingkungan.
Balita juga membutuhkan kebutuhan emosi, yaitu seperti kasih sayang, rasa aman dan nyaman, dihargai, diperhatikan dan didengar keinginan serta pendapatnya. Dari beberapa faktor tersebut tentunya sangat dibutuhkan balita dalam memiliki kemandirian dan kecerdasan emosionalnya. Jadi, diharapkan bagi para orangtua untuk selalu memberikan perhatian dan kasih sayang yang lebih terhadap buat hati. Kebutuhan pokok lain yang tidak kalah penting adalah kebutuhan stimulasi. Kebutuhan stimulasi in mencakup bermain yang dapat merangsang semua indranya, mengasah motorik halus dan kasar, melatih ketrampilan berkomunikasi, berpikir, serta berkreasi. Dari beberapa stimulasi yang dibutuhkan, sangat penting untung menunjang kecerdasan balita (multiple intelligences). Oleh karena itu, penting diperhatikan bagi orangtua untuk memberikan segala kebutuhan stimulasi tersbut sejak dini.
Ketiga kebutuhan pokok di atas menjadi hal penting dalam menunjang segala kebutuhan balita dalam tumbuh kembang. Dan karenanya sangat dibutuhkan ketiga kebutuhan gizi balita agar terpenuhi pencapaian perkembangan otak serta pertumbuhan anak yang optimal. Jika dari beberapa kebutuhan gizi saja tidak terpenuhi, maka secara fisik-biologiss anak akan mudah sakit dan perkembangan otaknya pun tidak optimal. Sementara, jika kebutuhan emosinya tidak terpenuhi maka
(36)
kecerdasan emosi balita relatif rendah. Begitu juga dengan kebutuhan stimulasi dalam bermain.
Pada pertumbuhan balita sangatlah penting untuk diberikan asupan gizi yang tepat dan seimbang, karena di masa inilah yang dapat menentukan dan mempengaruhi perkembangan anak di tahap selanjutnya sehingga anak dapat bertumbuh secara optimal dan sehat. Pada balita tiga tahun, pertumbuhan dan perkembangan akan mempengaruhi sel-sel otak dalam membangun jaringan saraf agar lebih kompleks.
Bila kebutuhan gizi balita telah terpenuhi, maka akan mempengaruhi kinerja otak secara baik. Ini juga akan mempengaruhi kemampuan belajar berjalannya, mengenal huruf, hingga kemampuan berinteraksi/bersosialisasi. Pada hubungan ini adanya pengaruh jumlah dan pengaturan hubungan antar sel saraf. Dan pada perkembangan berikutnya akan berlanjut pada kemampuan bicara dan bahasa, kreatifitas, kesadaran sosial, emosional serta intelegensi yang berkembang secara cepat sesuai dengan asupan yag diberikan secara tepat.
Asupan gizi balita yang tepat adalah makanan yang sehat dan bervariasi. Berikan komposisi makanan yang seimbang pada pada setiap kandungan gizi masing-masing makanannya seperti, 55-67% karbohidrat, 20-30% lemak, dan 13-15 protein. Hal ini agar memenuhi gizi balita dalam perkembangan kecerdasan dan pertumbuhan secara optimal. Gizi balita ini bisa diperoleh dari nasi (3-4 porsi) atau bisa diganti dengan bihun dan roti yang bisa menjadi sumber tenaga. Sedangkan, untuk sumber pembangun diperoleh dari lauk-pauk (4-5 porsi) ditambah sumber zat pengatur
(37)
seperti vitamin dan mineral yang terdiri dari sayur dan buah (2-3 porsi). Agar gizi balita lebih lengkap dan sempurna, maka tidak lupa untuk tetap memberikan susu sebagai sumber tenaga yang mengandung berbagai komponen penting.
2.3. Dampak Kekurangan Gizi pada Balita
Gizi merupakan salah satu unsur penting yang harus dicukupi bagi tubuh. Gizi memiliki peranan penting bagi pertumbuhan anak dan perkembangan otak anak. Sebagai orang tua harus mengetahui segala kebutuhan gizi yang diperlukan anak agar anak terhindar dari kekurangan gizi. Selain harus mengerti mengenai gizi yang baik seperi apa, orang tua harus mengerti tentang bagaimana gejala jika anak kurang gizi, sehingga orang tua mampu memperbaiki asupan gizi anak. Balita kurang gizi tentu menjadi hal yang sangat memprihatinkan karena seharusnya usia balita merupakan masa yang penting untuk tumbuh dan berkembang. Balita kurang gizi akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan fisik, otak dan juga psikologisnya.
Kurangnya gizi pada balita awalnya ditandai dengan fisik yang terlihat kurus, anak memiliki berat badan di bawah rata-rata pada usia yang seharusnya. Balita kurang gizi mengalami kesulitan atau bahkan tidak mengalami kenaikan berat badan selama 3 bulan berturut-turut. Sebenarnya tidak hanya berat badan saja yang menjadi indikator utama kekurangan gizi pada Balita. Ukuran tinggi badan, lingkar lengan dan lingkar kepala bisa menjadi indikator pelengkap. Balita yang mengalami kekurangan
(38)
Balita yang mengalami kekurangan gizi umumnya memiliki mata yang cekung, rambut bayi tipis, mudah untuk dicabut dan umumnya berwarna kemerahan. Secara psikologis, Balita yang kurang gizi cenderung menjadi pendiam dan tidak aktif. Kekurangan gizi pada Balita Indonesia umumnya karena kekurangan energi protein. Ciri-ciri bayi yang mengalami kekurangan energi atau kalori (sering disebut dengan marasmus) antara lain bayi sangat kurus, bagian pantatnya keriput dan bagian perutnya cekung. Selain itu, kulit di tubuhnya kering dan keriput. Bayi kurang gizi ini mudah sekali rewel. Sedangkan ciri-ciri bayi yang kekurangan protein (kwashiorkor) adalah bayi yang mengalami kebengkakan di tubuhnya. Bagian utama yang terlihat bengkak adalah kaki dan punggung. Sementara ototnya mengalami pengecilan yang bisa terlihat saat sedang duduk atau berdiri. Wajah bayi kurang gizi ini bulat seperti bulan purnama dan tampak keriput. Organ penglihatan mata tampak sayu. Selain itu di kulitnya muncul bercak yang berwarna merah muda dan kelamaan menjadi kehitaman. Sama seperti bayi kurang gizi lainnya, bayi mudah sekali rewel dan sering menangis.
2.4. Bimbingan Penyusunan Menu
Bimbingan merupakan sarana yang dirancang untuk memperbaiki kinerja dan perilaku seseorang, baik secara formal maupun informal. Melalui bimbingan diharapkan adanya peningkatan, kemampuan dan perilaku yang mampu mengantisipasi perubahan yang terjadi dalam perkembangan IPTEK saat ini.
(39)
Komponen utama dalam bimbingan beradasarkan kompetensi adalah penggunaan bimbingan, dimana para fasilitator memberikan ketrampilan atau aktivitas terlebih dahulu, kemudian memberikan demonstrasi dengan menggunakan alat ajar seperti slide atau modul.
Menurut Besty (1997), bimbingan merupakan suatu proses dalam membantu sesorang mengerti tentang keadaan diri dan lingkungan. Selain itu membantu sesorang dalam berinteraksi dalam membangun kebiasaan yang baik termasuk kebiasaan makan sehingga menjadi sehat dan produktif. Bimbingan biasanya tidak memakan waktu yang lama. Bimbingan dapat mendorong sesorang untuk lebih mempunyai motivasi belajar sebab diri mempunyai tambahan pengetahuan akibat proses bimbingan.
2.4.1. Bimbingan Sebagai Proses Perubahan Pengetahuan
Proses perubahan perilaku akan menyangkut aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap mental, sehingga mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan perubahan perubahan dalam kehidupannya demi tercapainya perbaikan kesejahteraan keluarga yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan. Titik berat bimbingan atau penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku adalah penyuluhan yang berkesinambungan. Dalam proses perubahan perilaku dituntut agar sasaran berubah tidak semata-mata karena adanya penambahan pengetahuan saja, namun diharapkan juga adanya perubahan pada keterampilan sekaligus sikap mantap yang menjurus
(40)
Bimbingan sebagai proses perubahan perilaku yang tidak mudah, hal ini menuntut suatu persiapan yang panjang dan pengetahuan yang memadai bagi penyuluh maupun sasarannya. Penyuluh sebagai proses perubahan perilaku, selain membutuhkan waktu yang relatif lama juga membutuhkan perencanaan yang matang, terarah dan berkesinambungan (Lucie, 2005). Menurut Notoatmodjo (2003) untuk merubah perilaku, seseorang harus mengikuti tahap-tahap proses perubahan : pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan praktek (practice). Dalam hal ini penyuluhan berperan sebagai salah satu metode penambahan dan peningkatan pengetahuan seseorang sebagai tahap awal terjadinya perubahan perilaku.
Bimbingan dapat dilakukan dengan menggunakan metode pendidikan individual (perorangan) dengan bentuk pendekatan penyuluhan ataupun konseling Dengan cara ini komunikasi antara sasaran bimbingan dengan peneliti lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh individu dapat dibantu penyelesainnya, sehingga individu dengan sukarela, berdasarkan kesadaran, dan penuh pengertian akan menerima perilaku yang disarankan atau mengubah perilaku (Notoatmodjo, 2007). Selain itu bimbingan dapat dilaksanakan dengan pendekatan asuhan gizi individu dan pendekatan asuhan gizi berkelompok.
(41)
Pendekatan individu dilakukan terhadap sasaran yang tergolong gizi kurang. Proses metode bimbingan dilakukan melalui tiga tahap (Susanti, 2010) :
a. Bimbingan intensif.
Tahap ini dilakukan pendampingan intensif oleh peneliti guna membantu ibu menerapkan praktek asuhan gizi bagi anak dan keluarganya. Diharapkan dapat mengajarkan ibu tentang cara pengolahan makanan anak dengan metode konsultasi.
b. Penguatan
Tahap ini dilaksanakan selama satu minggu yaitu hari ke 8 – 14 (minggu kedua). Pada tahap ini, sasaran tidak dikunjungi setiap hari, namun hanya dua kali seminggu. Tujuannya adalah untuk memberikan penguatan atas apa yang dilakukan ibu. Bagi ibu yang kurang mampu mengikuti instruksi di anjurkan untuk didekati secara pesuasif agar mampu melakukan praktek secara sederhana. c. Praktek mandiri
Setelah melakukan penguatan melalui pengukuran pengetahuan, ibu atau pengasuh anak diberikan kesempatan dua minggu (hari ke 15 sampai ke 28) untuk mempraktekan secara mandiri terhadap instruksi bimbingan yang telah diberikan. Pada tahap ini, sasaran tidak lagi dikunjungi kecuali pada hari ke 28, dimana peneliti akan melakukan penelitian terhadap output bimbingan. Output yang akan dinilai pada akhir sesi ini adalah kenaikan berat badan anak dan
(42)
Transfer pengetahuan gizi dapat dilakukan melalui prose penyuluhan atau konsleing gizi. Menurut Dewanti, Mahar dan Fajar (2013), penyuluhan merupakan pendekatan edukatif yang diartikan sebagai rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematik, terencana, terarah dengan serta aktif individu maupun kelompok masyarakat untuk memecahkan masalah masyarakat dengan faktor sosial, ekonomi dan budaya setempat. Sedangkan menurut Pedoman Gizi Rumah Sakit (1991), konsultasi gizi merupakan serangkaian proses belajar untuk mengembangkan pengertian (pengetahuan) dan sikap positif terhadap makanan agar penderita dapat membentuk dan memiliki kebiasaan makan yang baik dalam hidup sehari-hari.
2.4.2. Penerapan Metode Ceramah dalam Bimbingan Penyusunan Menu
Ceramah adalah pidato oleh seseorang di hadapan banyak pendengar mengenai suatu hal, pengetahuan dan sebagainya (Departemen Pendidikan Nasional, 2005). Dalam Soekidjo Notoatmodjo (2005), metode ceramah baik digunakan untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Menurutnya, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah adalah: (1) ceramah akan berhasil apabila penceramah menguasai materi sehingga penceramah harus mempersiapkan diri; (2) mempelajari materi dengan sistematika yang baik; (3) mempersiapkan alat bantu pengajaran. Pada hakekatnya, ceramah merupakan proses transfer informasi. Hal yang harus diperhatikan dalam transfer informasi adalah pengajar, materi pengajaran dan sasaran belajar. Namun, menurut Muhibbin Syah (2008), ceramah memiliki kelemahan sebagai berikut : (1) membuat sasaran menjadi pasif; (2)
(43)
mengandung unsur paksaan; (3) menghambat daya kritis pada sasaran. Meskipun demikian, setidaknya ceramah memiliki keunggulan dapat dipakai untuk memberi pengantar pada pelajaran atau suatu kegiatan (Uha Suliha, 2001). Pengantar tersebut diharapkan dapat menjadi gambaran awal pada sasaran. Menurut Gilstrap dan Martin (dalam Setyawan, 2011) ceramah berasal dari bahasa latin yaitu Lecturu, Legu (Legree, Lectus) yang berati membaca kemudian diartikan secara umum dengan mengajar sebagai akibat dari guru menyampaikan pelajaran dengan membaca dari buku dan mendiktekan pelajaran dengan penggunaan buku.
Penerapan metode ceramah merupakan cara mengajar yang paling tradisional dan tidak asing lagi dan telah lama dijalankan dalam sejarah pendidikan. Cara ini kadang membosankan, maka dalam pelaksanaannya memerlukan ketrampilan tertentu, agar penyajiannya tidak membosankan dan dapat menarik perhatian sasaran. Namun masih diakui bahwa metode ceramah ini tetap penting dengan tujuan, agar sasaran mendapatkan informasi tentang suatu pokok atau persoalan tertentu.
Kelebihan dan Kelemahan Metode Ceramah
Setiap metode pembelajaran pasti memiliki kelebihan maupun kelemahan. Adapun kelebihan yang diperoleh dari penggunaan metode ceramah adalah:
1. Suasana kelas berjalan dengan tenang, karena sasaran melakukan aktivitas yang sama, sehingga pemberi ceramah dapat mengawasi sasaran sekaligus secara komprehensif.
(44)
2. Tidak membutuhkan tenaga yang banyak dan waktu yang lama, dengan waktu yang cukup singkat sasaran dapat menerima pelajaran sekaligus secara bersama.
3. Pelajaran bisa dilaksanakan dengan cepat, karena dalam waktu yang sedikit dapat diuraikan bahan yang banyak.
4. Melatih sasaran untuk menggunakan pendengarannya dengan baik sehingga mereka dapat menangkap dan menyimpulkan isi ceramah dengan cepat dan tepat.
Kekurangan Metode Ceramah ini adalah :
1. Interaksi cenderung bersifat Centred (berpusat pada sipemberi ceramah)
2. Pemberi ceramah kurang dapat mengetahui dengan pasti sejauh mana sasaran telah menguasai bahan ceramah.
3. Mungkin saja sasaran memperoleh konsep-konsep lain yang berbeda dengan apa yang dimaksudkan oleh pemberi ceramah.
4. Sasaran kurang menangkap apa yang dimaksud oleh pemberi ceramah, jika ceramah berisi ceramah-ceramah yang kurang atau tidak dimengerti oleh sasaran dan akhirnya mengarah verbalisme.
Untuk itu usaha-usaha yang harus dilaksanakan untuk mengatasi kelemahan metode ceramah adalah:
1. Meberi penjelasan dengan memberikan keterangan-keterangan, dengan gerak-gerik, dengan memberikan contoh atau dengan menggunakan alat peraga.
(45)
2. Susunlah ceramah itu secara sistematis
3. Penggunaan alat-alat pelajaran visual untuk mepelajari penyajian seperti:Papan tulis dan alat-alat teknis papan tulis, alat pelajaran dua dimensi: Grafik, bagan dan lain-lainnya, alat pengajaran tiga dimensi: model, gambar-bambardan alat-alat pelajaran visual.
2.4.3. Penerapan Metode Permainan dalam Bimbingan Penyusunan Menu Games (permainan) adalah suatu kontes antara para pemain yang berinteraksi antara satu sama lain dengan mengikuti aturan-aturan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu (Sadiman, 2007). Metode permainan diterapkan karena sesuai dengan karateristik sasaran. Sadiman (2007) menyatakan bahwa permainan mempunyai empat komponen, yaitu: (1) adanya pemain; (2) adanya lingkungan tempat berinteraksi; (3) adanya aturan-aturan main; 4) adanya tujuan yang ingin dicapai.
Permainan merupakan suatu aktivitas untuk memperoleh suatu keterampilan tertentu dengan cara menggembirakan. Apabila ketermpilan yang diperoleh dalam permainan itu berupa keterampilan bahasa tertentu, permainan tersebut dinamakan permainan bahasa. Belajar dengan bermain adalah kegiatan terpadu antara belajar dan bermain yang diintegrasikaan dalam sebuah materi pelajaran. Tindakan ini merupakan uapaya menciptakan kegiatan pembelajarn yang menyenangkan, dengan tujuan akhir mencapai pembelajaran yang sehat dan pemerolehan mutu yang optimal. Ada beberapa faktor penentu keberhasilan permainan bahasa.
(46)
Menurut Soepamo (1998) ada empat faktor yang menentukan keberhasilan permainan yaitu:
1. Situasi dan kondisi, 2. Peraturan permainan, 3. Pemain, dan
4. Pemimpin permainan.
Prinsip-prinsip permainan yang dikembangkan oleh beberapa pakar (Hadfield, 1999) sebagai berikut :
1. Permainan yang dikembangkan hendaknya permainan yang terkait langsung dengan konteks keseharian peserta didik.
2. Permainan diterapkan untuk merangsang daya pikir, mengakses informasi dan menciptakan makna-makna baru,
3. Permainan yang dikebangkan haruslah menyenangkan dan mengasyikan bagi peserta didik,
4. Permainan dilaksanakan dengan landasan kebebasan menjalin kerja sama dengan peserta didik lain,
5. Permainan hendaknya menantang dan mengandung unsur kompetisi yang memungkinkan peserta didik semakin termotivasi menjalani proses tersebut, 6. Penekanan permainan linguistic pada akuransi isinya, sedangkan permainan
(47)
7. Permainan dapat dipergunakan untuk semua tingkatan dan berbagai keterampilan berbahasa sekaligus.
2.4.4. Pengaruh Pendidikan Gizi terhadap Perubahan Perilaku
Penelitian yang dilakukan Mulyaty (2004), dalam jurnal gizi klinik Indonesia tahun 2004 dengan judul pengaruh pendidikan gizi kepada ibu terhadap konsumsi makanan dan status gizi anak balita penderita TBC primer di rawat jalan RSUP Dr Karyadi Semarang menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol terhadap perubahan status gizi anak balita berdasarkan berat badan dibanding umur dan berat badan dibanding tinggi badan. Nurhalinah (2006), dalam penelitiannya dengan judul Pengaruh pendidikan kesehatan tentang gizi balita terhadap kemampuan ibu dalam memberikan asupan gizi balita di Kecamatan Indralaya Kabupaten Ogan Ilir menunjukkan perbedaan bermakna peningkatan kemampuan ibu memberikan asupan gizi balita antara ke lompok intervensi dan kelompok kontrol dengan p=0,0000.
Ayu (2008) dalam penelitiannya yang berjudul pengaruh program pendampingan gizi terhadap pola asuh, kejadian infeksi dan status gizi balita kurang energi protein menyatakan ada peningkatan skor pengetahuan gizi ibu dari 47,80% menjadi 73,30% (p=0,001) dan skor pola asuh (praktek makan anak,praktek pengobatan anak, praktek kebersihan anak) meningkat dari 69,42% menjadi 81,05%, dan terjadi penurunan balita gizi kurang dari 72,50% menjadi 38,20%. Hal ini sejalan
(48)
untuk meningkatkan pengetahuan gizi sehingga menghasilkan perilaku gizi yang lebih baik sehingga ada perbedaan pengetahuan antara dua kelompok penelitian. Menurut Notoatmojo (2007), bahwa pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam waktu yang pendek. Penelitian Suraya (2011) tentang pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah dapat meningkatkan sikap baik dari 4,7% sebelum penyuluhan menjadi 98,4% setelah dilakukan penyuluhan pada ibu balita usia 6 – 24 bulan. Sejalan dengan itu, penelitian yang dilakukan oleh Emilia (2009), mengenai pengaruh penyuluhan terhadap sikap ibu hamil secara signifikan dapat meningkatkan sikap ibu terhadap pemberian asi eksklusif. Hal ini sejalan dengan penelitian Nurhalinah (2006), tentang pengaruh pendidikan kesehatan tentang gizi balita terhadap kemampuan ibu dalam memberikan asupan gizi balita yang menunjukkan perbedaan peningkatan asupan yang bermakna antara kelompok penelitian (p = 0,0001).
Menurut Azwar (2009), pandangan umum antara sikap dan perilaku mengatakan bahwa sikap verbal merupakan petunjuk yang cukup akurat untuk memprediksikan perilaku seseorang. Perseption yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan indikator praktik perilaku tingkat pertama (Notoatmojo, 2007). Penelitian ini juga searah dengan hasil penelitian Mulyati (2004), bahwa pendidikan gizi pada ibu dapat mengubah pengetahuan gizi dan sikap ibu, yang akhirnya dapat merubah perilaku ibu kearah yang lebih baik dan dapat meningkatkan status gizi balita. Hasil penelitian ini
(49)
sejalan dengan hasil penelitian Ayu (2008), tentang pengaruh pendampingan gizi dapat meningkatkan rata-rata pengetahuan gizi sebesar 29,94 poin. Menurut Notoatmojo (2007), bahwa pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam waktu yang pendek.
2.4.5. Pengetahuan Gizi
Menyusun dan menilai hidangan merupakan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan oleh semua orang, terutama mereka yang bertanggung jawab atas pengurusan dan penyediaan makanan (Sediaoetama, 2008).Tingkat pengetahuan akan mempengaruhi seseorang dalam memilih makanan. Untuk masyarakat yang berpendidikan dan cukup pengetahuan tentang gizi, pertimbangan fisiologis lebih menonjol dibandingkan dengan kebutuhan kepuasan fisikis. Tetapi umumnya akan terjadi kompromi antara keduanya, sehingga akan menyediakan makanan yang lezat dan bergizi seimbang. Tinggi rendahnya pengetahuan ibu merupakan faktor penting, karena mempengaruhi kemampuan ibu dalam mengelola sumber daya yang ada untuk mendapatkan bahan makanan (Sediaoetama, 2008).
Semakin tinggi tingkat pengetahuan keluarga, terdapat kemungkinan semakin baik tingkat ketahanan pangan keluarga (Sediaoetama, 2008). Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui sesudah melihat atau menyaksikan, mengalami atau diajar. Jadi pengetahuan adalah apa yang telah diketahui dan mampu diingat oleh setiap orang setelah melihat sejak ia lahir sampai dewasa. Hal ini merupakan tingkat
(50)
Pengetahuan gizi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi seseorang. Pengetahuan gizi dapat membantu seseorang untuk menggunakan pangan dengan baik. Namun demikian kesalahan konsepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan adalah hal yang umum terjadi. Kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kurangnya kemampuan untuk menerapkan pengetahuan gizi dan pangan dalam kehidupan sehari-hari dapat menyebabkan gangguan gizi (Suhardjo, 2008).
Dalam hal pola makan dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya pengetahuan gizi ibu. Menurut Sapoetra (1997) menjelaskan bila pengetahuan tentang bahan makanan yang masih kurang maka pemberian makanan untuk keluarga biasa dipilih bahan-bahan makanan yang hanya dapat mengenyangkan perut saja tampa memikirkan apakah makanan itu bergizi atau tidak, sehingga kebutuhan energi dan gizi masyarakat dan anggota keluarga tidak tercukupi.
Pendidikan ibu sangat penting dalam penyediaan makanan bagi anak balitanya, pengethuan yang diperoleh baik formal maupun non formal sangat menentukan untuk ditetapkan dalam hal pemilihan dan penentuan jenis makanan yang dikonsumsi oleh balita dan anggota keluarga lainnya.
(51)
2.5. Kerangka Teori
Menurut Notoatmodjo (1995), pendidikan sangat berpengaruh terhadap pengetahuannya, sehingga diperlukan tambahan pengetahuan, melalui kursus ulang, bimbingan dan penyuluhan dilapangan. Sedangkan pengetahuan seseorang sangat dipengaruhi oleh adanya pengalaman dan juga informasi dari orang lain, buku dan media massa (WHO, 1992).
Menurut Junaedi (1990), bahwa bimbingan/penyuluhan akan berpengaruh terhadap peningkatan dan pengetahuan dan ketrampilan, hal ini dipengaruhi adanya pelatihan. Sedangkan pendapat Siagian (1999), menjelaskan secara operasional pelatihan sebagai salah satu metode pendidikan khusus untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek masyarakat dalam memlihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan, pekerjaan, pengalaman dan informasi yang diterima oleh seseorang yang berupa pesan-pesan kesehatan melalui media cetak atau eletronik.
Sesuatu yang dipelajari akan mebentuk pengetahuan, seringkali pegetahuan tersbut terlupakan. Ada beberapa sebab seseorang yang telah memperoleh pengalaman tetapi sulit diingat, menurut Purwanto (1990) sesorang cenderung lupa karena tergantung pada sesuatu yang diamati, situasi dan proses pengamatan berlangsung serta waktu.
(52)
Sumber :Notoatmodjo (2003), Junaedi (1990), Purwanto (1990) Gambar 2.1. Kerangka Teori Penelitian Karateristik :
a. Umur b. Pendidikan c. Pengalaman d. Status perkawinan e. Status pekerjaan
a. Sarana/prasarana b. Fasilitas belajar c. Lingkungan belajar d. Metode Belajar e. Tenaga kesehatan
Proses Penyuluhan atau
bimbingan
Pengetahuan a. Penyuluh
b. Bimbingan
c. Informasi dari Media massa
d. Pelatihan/Penyuluhan e. Pengetahuan
f. Pengalaman g. Waktu
(53)
2.6. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori yang telah diuraikan, maka kerangka konsep bagi pengaruh bimbingan penyusunan menu dengan menggunakan metode ceramah dan metode permainan terhadap pengetahuan ibu adalah sebagai berikut :
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian Karateristik :
a. Umur b. Pendidikan c. Status pekerjaan
Pengetahuan Ibu Bimbingan :
a. Ceramah b. Permainan
(54)
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian quasi experimental design (eksperimen semu) dengan rangcangan quasi experimental non equivalent control group design. Kelompok-kelompok yang diteliti pada desain ini tidak diambil secara random melainkan dipilih secara sengaja oleh peneliti sebagai kelompok yang akan dipertimbangkan (Purwanto dan Sulistyastuti, 2007).
Bentuk rancangan penelitian sebagai berikut :
Pre-test Bimbingan Post-test
O1 X1 O
O
2
3 X2 O4
Keterangan : O1
O
= Pengetahuan ibu sebelum bimbingan dengan metode ceramah 2
O
= Pengetahuan ibu sesudah bimbingan dengan metode ceramah 3
O
= Pengetahuan ibu sebelum bimbingan dengan metode permainan 4
X
= Pengetahuan ibu setelah bimbingan dengan metode permaian 1
X
= Bimbingan dengan metode ceramah 2 = Bimbingan dengan metode permainan
(55)
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Kecamatan Medan Belawan dengan 2 kelurahan yang berbeda di Kecamatan Medan Belawan yaitu Kelurahan Bahari dan Kelurahan Bagan Deli. Alasan pemeilihan lokasi tersebut dikarenakan bahwa kelurahan tersebut memiliki jumlah balita gizi kurang paling tinggi dibanding dengan Kecamatan Medan Belawan lainnya.
Penelitian ini rencananya akan dilakukan dari bulan Oktober sampai dengan Maret 2014.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki balita gizi kurang di Kelurahan Bahari dan Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan. 3.3.2. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita gizi kurang di Kelurahan Bahari dan Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan. Sampel penelitian adalah total populasi, dengan kriteria sampel penelitian adalah :
1. Ibu berusia 20-40 tahun 2. Pendidikan SD-SMA
(56)
Tabel 3.1. Jumlah Sampel Berdasarkan Kelurahan dan Metode Bimbingan
Kelurahan Jumlah Sampel Metode Bimbingan
Bahari 25 orang Ceramah
Bagan Deli 27 orang Permainan
3.4. Variabel Penelitian
Variabel penelitian terbagi atas dua yaitu :
a. Variabel Independen, yaitu pemberian bimbingan dengan motode ceramah dan metode permainan
b. Variabel dependen, yaitu pengetahuan ibu. 3.4.1. Definisi Operasional
1. Umur adalah lamanya hidup ibu balita yang dihitung dari sejak dilahirkan sampai ulang tahun terakhir.
2. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah ditempuh oleh ibu balita.
3. Pekerjaan adalah jenis kegiatan yang digeluti sehari-hari oleh ibu balita.
4. Bimbingan dengan metode ceramah adalah pemberian informasi secara lisan kepada ibu balita dengan menggunakan modul pembelajaran.
5. Bimbingan dengan metode permainan adalah satu rangkaian kegiatan terpadu secara langsung dengan jenis acak kata/susun kata tentang penyusunan menu pada balita.
6. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui ibu tentang penyusunan menu untuk balita.
(57)
3.5. Metode Pengukuran
Pengetahuan responden diukur dengan menggunakan 20 pertanyaan. Jika menjawab benar diberi nilai 1, dan jika salah diberi nilai 0. Skor jawaban responden tertinggi bernilai 20. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 (tiga) kategori (Arikunto, 2006) yaitu:
a. Pengetahuan baik, jika nilai responden 15-20 (>75%) b. Pengetahuan sedang, jika nilai responden 8-14 (40%-75%) c. Pengetahuan kurang, jika nilai responden 0-7 (<40%)
3.6. Metode Pengumpulan data 3.6.1. Data Primer
Data primer adalah data hasil pengukuran pengetahuan yang diperoleh dari penilaian kuesioner.
3.6.2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari Kecamatan Medan Belawan, yaitu data tentang demografi penduduk.
3.6.3. Uji Validitas dan Reliabilitas
Sebelum dilakukan pengumpulan data primer, terlebih dahulu dilakukan uji validitas. Uji validitas dalam penelitian ini berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner mengenai pengetahuan tentang
(58)
cara mengukur korelasi antara variabel pada analisis reliabilitas dengan melihat nilai correlation corrected item, dengan ketentuan jika nilai r hitung > r tabel sebesar 0,361, maka dinyatakan valid dan sebaliknya (Hidayat, 2010).
Reliabilitas berkaitan dengan keterandalan alat ukur. Informasi yang ada pada alat ukur tidak berubah-ubah, atau yang disebut dengan konsisten. Artinya bila suatu pengamatan dilakukan dengan perangkat ukur yang sama lebih dari satu kali, hasil pengamatan itu (seharusnya) sama. Bila tidak sama, dikatakan alat ukur tersebut tidak reliabel (Prasetyo, 2006).
Reliabilitas data dilakukan dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, dengan ketentuan, jika nilai r Alpha > r tabel, maka dinyatakan reliabel (Hidayat, 2010). Uji validitas dan reliabilitas dilakukan di Kecamatan Belawan Kota Medan dengan sampel sebanyak 20 orang.
3.7. Pelaksanaan Penelitian 3.7.1. Bahan Materi Ceramah
a. Modul bimbingan penyusunan menu, pembahasan materi : 1. Pengelolaan bahan makanan untuk balita
2. Prinsip dasar menyusun menu seimbang 3. Panduan menyusun menu bayi dan balita
4. Hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun menu balita 5. Contoh resep/menu masakan bayi dan balita
(59)
b. Metode permainan
Untuk intenvensi permainan bahan yang digunakan adalah susunan permainan bahasa untuk ibu balita (teka teki silang, acak kata/susun kata).
3.7.2. Alat
Modul ceramah, kartu dan karton untuk acak kata serta daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah di uji validitas dan reliabilitas.
3.7.3. Pelaksanaan intervensi
a. Pre-Intervensi (Sebelum Pemberian Bimbingan Penyusunan Menu)
Pada pelaksanaanya, pelaksanaan Pre-Intervensi pada masing-masing kelompok dilaksanakan sehari sebelum diberikan bimbingan, dimana pada awal intervensi, pengetahuan ibu diukur dengan menggunakan kuesioner, hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang penyusunan menu. Pre-intervensi dilaksanakan pada masing-masing kelompok :
- Metode ceramah, pada hari/tanggal : Selasa/1 April 2014. - Metode permainan, pada hari/tanggal : Minggu/6 April 2014. b. Intervensi (Pemberian Bimbingan Penyusunan Menu)
Perlakuan diberikan pada masing-masing kelompok yaitu : 1) Pelaksanaan intervensi dengan menggunakan metode ceramah
Pelaksanaan intervensi yang dilakukan adalah bimbingan dengan metode ceramah di kelurahan Bahari tentang penyusun menu balita kepada ibu
(60)
1. Pengelolaan bahan makanan untuk balita 2. Prinsip dasar menyusun menu seimbang 3. Panduan menyusun menu bayi balita
4. Hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun menu balita 5. Contoh resep/menu masakan bayi dan balita
Dalam pelaksanaannya pemberian bimbingan ceramah dilakukan selama 60 menit sebanyak 1 kali dengan materi “Penyusunan Menu Balita” yang telah disiapkan sebelumnya bertempat di rumah kader posyandu ibu Yanti dalam waktu 60 Menit, dengan dibantu oleh kader – kader posyandu, seluruh ibu- ibu dikumpulkan dalam 1 ruangan yang telah diberi pemberitahuan sebelumnya tepat pada pemberian kuesioner untuk berkumpul pada hari hari/tanggal : Rabu/ 02 April 2014, seluruh ibu-ibu berkumpul untuk menerima materi tentang “penyusunan menu balita” dengan media LCD, ibu-ibu menyimak dan mendengarkan penjelasan materi yang diberikan. Dan selama 15 menit sesi persentasi diberikan dan 45 menit waktu digunakan sesi tanya jawab bagi ibu-ibu dengan tujuan untuk menggali rasa ingin tahu dan perhatian ibu-ibu tentang materi yang sudah diterima.
2) Pelaksanaan intervensi dengan menggunakan metode permainan
Berdasarkan pelaksanaan intervensi yang telah dilakukan, bimbingan penyusunan menu dengan metode permainan dilakukan dalam dua sesi, yakni pada babak pertama permainan jawab pertanyaan/kuis dan babak kedua
(61)
permainan susun kata. Melihat jenis permainan yang dilakukan membutuhkan tempat yang luas, bimbingan penyusunan menu dengan metode permainan ini dilaksanakan di Kelurahan Bagan Deli, hari/tanggal : Senin/07 April 2014, bertempat bagian depan rumah ibu kader posyandu Ibu Kasmawati. Dibantu beberapa kader posyandu, pada pelaksanaanya para ibu - ibu dikumpulkan dalam 1 ruangan, berdasarkan petunjuk yang telah diberikan kepada kader posyandu, 10 menit waktu digunakan untuk memberikan arahan sekaligus tata cara permainan yang akan dilaksanakan, dan pembahasan sekilas tentang materi Penyusunan Menu Balita dengan tujuan menggali pengetahuan ibu. Setelah materi diberikan untuk beberapa waktu responden diberikam pemahaman untuk pembahasan yang tidak dimengerti, maupun pertanyaan tentang tata cara dan aturan permainan yang akan dilaksanakan.hal ini dibantu oleh beberapa kader posyandu memperagakan permainan yang dilakukan. Setelah semua sudah memahami, permainan dimulai dengan aturan peserta dibagi menjadi 2 kelompok, sehingga 1 kelompok terdiri dari 10 orang. Permainan ini terdiri dari 2 babak. Pada babak pertama, setiap orang pada masing-masing kelompok diberi pertanyaan yang dijawab secara bergantian. Jika pertanyaannya tidak dapat dijawab oleh peserta dapat dijawab pass dan digantikan oleh temannya yang lain dengan pertanyaan yang berbeda sampai waktu yang ditetapkan untuk kelompoknya habis. Nilai 1 buah pertanyaan
(62)
sebanyak 40 menit (20 menit untuk satu kelompok).
c. Post Intervensi (Sesudah Pemberian Bimbingan Penyusunan Menu)
Permainan babak 2, masing-masing kelompok di beri daftar pertanyaan dan balok huruf yang diberi nilai. Masing-masing kelompok menjawab pertanyaan dengan menggunakan balok huruf yang telah tersedia. Jumlah nilai yang benar pada balok huruf yang disusun dijumlahkan dan dikali dengan 10. Jumlah nilai yang paling banyak menjadi kelompok pemenang pada babak 2. Alokasi waktu pada permainan tahap 2 ini sebanyak 20 menit. Pemenang pada permainanan ini adalah jumlah nilai yang dikumpulkan paling banyak (nilai babak 1 + nilai babak 2).
Dua minggu setelah bimbingan dilakukan post-test seperti halnya pada pengumpulan data tahap pertama dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner yang diberikan saat post-test adalah kuesioner yang sama dengan pre-test. Hal ini bertujuan untuk mengukur pengetahuan ibu.
(63)
Pada pelaksanaannnya penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
3.8. Metode Analisis Data
Dalam tahap ini data kuantitatif yang diolah dengan menggunakan komputerisasi, mencakup tabulasi data dan perhitungan statistik. Uji statistik yang digunakan adalah dengan menggunakan paired sample t test dan independent sample t test.
1. Untuk menganalisis pengaruh bimbingan penyusunan menu dengan metode ceramah terhadap pengetahuan ibu (sebelum dan sesudah) dianalisis dengan paired sample t test (uji t untuk dua sampel yang berpasangan).
2. Untuk menganalisis pengaruh bimbingan penyusunan menu dengan metode Kuesioner ditanyakan pada
Responden (post test) Ibu bersedia mengikuti penelitian
dan dikumpulkan di dua tempat
Kuesioner ditanyakan pada Responden (pre test)
Kuesioner ditanyakan pada Responden (pre test)
Bimbingan Metode Ceramah
dengan durasi 60 menit/
pertemuan (1 x pengulangan)
Bimbingan Metode Permainan dengan durasi 60 menit/ pertemuan (1 x pengulangan)
Kuesioner ditanyakan pada Responden (post test)
15 Hari
(64)
paired sample t- test (uji t untuk dua sampel yang berpasangan).
3. Untuk menganalisis metode bimbingan yang efektif dengan metode ceramah dan permainan terhadap pengetahuan ibu dianalisis dengan independent sample t test (uji t untuk dua sampel independen).
(65)
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Lokasi Penelitian
Kecamatan Medan Belawan adalah salah satu dari 21 kecamatan yang ada di Kota Medan, Propinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kecamatan Medan Belawan terdiri dari 6 kelurahan: Kelurahan Belawan I, Kelurahan Belawan II, Kelurahan Bagan Deli, Kelurahan Belawan Bahagia, Kelurahan Belawan Bahari, dan Kelurahan Belawan Sicanang. Kecamatan Medan Belawan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah Barat, Kabupaten Deli Seradang di Timur, Kecamatan Medan Marelan dan Kecamatan Medan Labuhan di Selatan, dan Selat Malaka di Utara.
Kecamatan Medan Belawan mempunyai luas sekitar 21,82 km2 yang sebagian besar digunakan untuk sektor industri perikanan. Sektor industri perikanan ini adalah dermaga pelabuhan yang merupakan salah satu dermaga terbesar di Sumatera Utara dan Pulau Sumatera, yaitu Pelabuhan Gabion. Pelabuhan Gabion merupakan Pusat Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan (PPSB) yang juga adalah salah satu dari 4 pelabuhan di Sumatera Utara. Pelabuhan ini adalah pelabuhan peti kemas tempat dilakukannya bongkar muat hasil tangkap nelayan yang nantinya akan didistribusikan kepada pengecer. Pelabuhan ini menjadi salah satu sumber pendapatan bagi penduduk. Di tempat ini banyak masyarakat yang bekerja sebagai buruh nelayan pada
(66)
yang digunakan sebagai industri hilir CPO, Semen, Pupuk, dan Aspal, dan lapangan penumpukan depo peti kemas.
4.1.1. Kependudukan
Kecamatan Medan Belawan dihuni oleh 96.700 orang penduduk terdiri dari 48.908 orang laki-laki serta 47.792 orang perempuan pada tahun 2012. Penduduk terbanyak berada di Kelurahan Belawan II yakni sebanyak 23.751 orang. Jumlah penduduk terkecil di Kelurahan Belawan Bahari yakni sebanyak 10.663 orang. Bila dibandingkan antara jumlah penduduk serta luas wilayahnya, maka kelurahan Belawan Bahagia merupakan kelurahan terpadat yaitu 24.148 jiwa tiap km2
Masyarakat Kecamatan Medan Belawan adalah mayoritas suku Melayu disamping suku Jawa, Batak, Mandailing, Padang, Karo, Sunda, Tionghoa, dan suku lainnya. Adapun bahasa pengantar yang umum digunakan sehari-hari adalah bahasa Melayu. Agama mayoritas yang dianut masyarakat Medan Belawan adalah agama Islam.
. Berdasarkan kelompok umur, distribusi penduduk Kecamatan Medan Belawan relatif lebih banyak penduduk usia produktif. Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan yang berusia produktif yang berumur 15-64 tahun yaitu sebesar 40.182 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan yang bersifat non produktif yaitu sebesar 27.074 jiwa.
Berdasarkan produktifitas penduduk, diketahui bahwa jumlah persentase masyarakat yang tidak produktif yaitu sebesar 68,1% dari jumlah penduduk.
(1)
RESEP Bahan :
• 250 gr kentang, kupas lalu kukus
• 200 gr ayam, rebus lalu cincang
• 50 gr wortel, parut halus
• 1 sdm bawang goreng
• 1 tangkai daun seledri, iris halus
• 1 butir telur
• 1 sdt garam
• 1/2 sdt lada
Cara Membuat Perkedel Kentang Ayam :
1. Haluskan kentang yang sudah dikukus. Masukkan semua bahan lalu aduk rata. 2. Ambil dan bentuk adonan sesuai selera.
3. Goreng sampai kuning kecokelatan.
BANANA PANCAKE Bahan:
• 1 buah pisang raja yang matang
• 5 sdm tepung terigu
• 125 ml susu cair
• 1 butir telor, kocok lepas
• Margarine untuk menggoreng Cara Membuat:
1. Campur semua bahan (kecuali margarine) sampai rata dan licin. 2. Panaskan margarine, lalu buat dadar pancake dari adonan.
3. Tuangkan satu sendok sayur, masak dan dibalik sampai kedua sisinya matang. 4. Lakukan sampai adonan habis.
(2)
PUDING PISANG Bahan:
• 3 buah pisang ambon yang nyaris busuk, keruk dan haluskan
• 1 bungkus agar-agar warna putih (7 gram)
• 750 ml susu cair
• 250 ml krim kental
• 2 butir telor, kocok lepas
Cara Membuat:
1. Campur semua bahan (kecuali telor) lalu masak sampai mendidih. 2. Tuang larutan puding ke salam kocokan telor, aduk rata.
3. Tuang ke dalam cetakan puding yang sudah dibasahi air, dinginkan.
(3)
Lampiran 3. Jenis Permainan
PERMAINAN TEBAK KATA
Peserta : 20 orang
Bahan : - Balok huruf yang diberi nilai. - Daftar pertanyaan
Aturan Main :
Peserta dibagi menjadi 2 kelompok, sehingga 1 kelompok terdiri dari 10 orang. Permainan ini terdiri dari 2 babak. Pada babak pertama, setiap orang pada masing-masing kelompok diberi pertanyaan yang dijawab secara bergantian. Jika pertanyaannya tidak dapat dijawab oleh peserta dapat dijawab pass dan digantikan oleh temannya yang lain dengan pertanyaan yang berbeda sampai waktu yang ditetapkan untuk kelompoknya habis. Nilai 1 buah pertanyaan benar di beri nilai 10. Pada babak pertama ini, peneliti membacakan pertanyaan kepada peserta dan pada akhir permainan, peneliti membacakan jawaban pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh peserta.Waktu yang dialokasikan pada permainan babak 1 ini sebanyak 40 menit (20 menit untuk satu kelompok).
Permainan babak 2, masing-masing kelompok di beri daftar pertanyaan dan balok huruf yang diberi nilai. Masing-masing kelompok menjawab pertanyaan dengan menggunakan balok huruf yang telah tersedia. Jumlah nilai yang benar pada balok huruf yang disusun dijumlahkan dan dikali dengan 10. Jumlah nilai yang paling banyak menjadi kelompok pemenang pada babak 2. Alokasi waktu pada permainan tahap 2 ini sebanyak 20 menit. Pemenang pada permainanan ini adalah jumlah nilai yang dikumpulkan paling banyak (nilai babak 1 + nilai babak 2).
(4)
Daftar Pertanyaan untuk Permaianan Tebak Kata
Pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh satu kelompok, dapat diulang kembali pada kelompok yang lain.
1. Untuk mencegah supaya anak balita tidak bosan terhadap suatu jenis makanan maka perlu disusun…..
Jb. Menu
2. Menyusun menu pada anak balita bertujuan agar makanan anak balita…. Jb. Bervariasi dan tidak bosan
3. Yang perlu diperhatikan dalam menyusun menu… Jb. Zat Gizi, harga bahan makanan , peralatan memasak 4 Susunan menu sebaiknya disusun dalam siklus….
Jb. 10 harian
5 Contoh makanan yang mengandung zat pembangun (protein) Jb. Ikan, daging, telor, tahu, tempe
6 Makanan yang mengandung zat pengatur Jb. Sayur, buah
7. Cara mengolah makanan bayi/balita…. Jb. Mengukus, merebus, menggoreng
8. Zat-zat yang harus terdapat pada makanan anak balita…
Jb. Zat tenaga (karbohidrat), Zat pembangun (protein) dan zat pengatur (vitamin dan mineral)
9. Apa yang dimaksud dengan ASI esklusif…
Jb. Memberi ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan
10. Pada umur berapa sebaiknya anak diberi makanan tambahan (anak mulai diberi makan)…
Jb. Setelah umur 6 bulan
11. Makanan tambahan apa sebaiknya diberikan kepada bayi berumur 6-7 bulan ? Jb. Bubur susu, bubur buah
12 Makanan tambahan apa sebaiknya diberikan kepada bayi berumur 8 bulan ? Jb. Bubur saring
13 Makanan tambahan apa sebaiknya diberikan kepada bayi berumur 9 bulan ? Jb. Makanan Tim
14 Makanan orang dewasa (makanan keluarga) diberikan pada umur…. Jb. 12 bulan keatas
(5)
17 Apakah sebabnya anak lambat perkembangannya ? Jb. Kurang makan/gizi
18 Apa yang dapat ibu lakukan supaya anak ibu tidak kekurangan gizi Jb. Diberi makanan yang bergizi
19 Bahan makanan sumber zat tenaga (karbohidrat) selain nasi seperti…. Jb. Sagu, singkong, jagung, kentang, labu kuning, ubi jalar
20 Jadwal makanan dalam susunan menu balita yaitu… Jb. - Menu Sarapan Pagi
- Menu makan siang dan malam - Menu makan selingan
21 50 gram jagung manis segar + 100 ml air dijerang diatas api kecil, dihaluskan dan disaring, dan ampasnya dibuang, kemudian dicampu dengan 100 ml ASI atau susu formula yang sudah dicairkan. menu bubur susu jagung ini adalah salah satu contoh menu makanan bayi umur ?
Jb. 6-7 bulan
22 Balita sangat membutuhkan zat besi terutama untuk membantu perkembangan otaknya. Sumber makanan yang mengandung zat besi antara lain…
Jb. Daging, ikan, brokoli, telur, bayam, kedelai serta alpukat 23 Sumber protein nabati….
Jb. Tahu, tempe, kacang hijau, kacang merah, kacang kedelei 24 Vitamin yang berfungsi untuk menyehatkan mata anak adalah…
Jb. Vitamin A 25 Sumber vitamin A….
(6)
Daftar Pertanyaan Susun Kata pada Babak II
1. Daftar hidangan yang disiapkan untuk disajikan sebagai makanan Jb. Menu
2. Makanan pokok kita sebagai sumber karbohidrat Jb. Nasi
3. Sumber protein hewani yang baik bagi anak Jb. Ikan
4 Makanan bayi sampai umur enam bulam Jb. ASI
5. Jangan membeli makanan yang dikemas seperti susu kotak, susu kaleng, makanan kaleng apabila kondisi kemasannya sudah..
Jb. Rusak
6. Bentuk makanan semi padat atau lunak yang merupakan makanan peralihan dari makanan cair ke makanan padat atau biasa disebut dengan nama bubur….
Jawaban
M E N U
A
S
I
S I
R
A
K A N