pertumbuhan dan perkembangannya. Hal inilah yang seharusnya mendasari setiap orang tua untuk berusaha agar gizi balitanya terpenuhi semaksimal mungkin.
Beberapa zat gizi penting yang dibutuhkan oleh setiap balita yang sangat berpengaruh pada tumbuh kembangnya, adalah Almatsier, 2006 :
Keempat vitamin ini sangat vital bagi pertumbuhan balita Anda. Jadi, usahakan agar asupan vitamin ini terpenuhi setiap harinya. Seperti kita ketahui,
vitamin A sangat baik untuk penglihatan dan kesehatan kulit balita kita, sedangkan vitamin D berperan penting dalam meningkatkan penyerapan kalsium serta
membantu pertumbuhan tulang dan gigi anak. Sementara vitamin E memiliki antioksidan yang membantu pertumbuhan sistem syaraf dan pertumbuhan sel.
Vitamin K membantu pembekuan darah.
1. Vitamin A, D, E dan K
Merupakan mineral yang sangat dibutuhkan oleh balita dalam pembentukan massa tulangnya. Kalsium sangat penting untuk membentuk tulang yang kuat
sehingga balita Anda terhindar dari patah tulang ketika mulai belajar memanjat dan aktif bermain. Kebutuhan harian balita akan kalsium umumnya sebesar 500mghari.
Sumber makanan dari kalsium antara lain susu, keju, tahu, brokoli, tomat, oatmeal, kacang-kacangan, dan ikan salmon.
2. Kalsium
3. Vitamin B dan C
Universitas Sumatera Utara
Fungsi dari vitamin B antara lain meningkatkan sistem syaraf dan imun tubuh balita Anda, meningkatkan pertumbuhan sel, serta mengatur metabolisme tubuh.
Sementara vitamin C berfungsi untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh balita serta mencegah sariawan. Sumber makanan yang banyak mengandung vitamin
B antara lain beras merah, pisang, kacang-kacangan, ikan, daging dan telur. Sementara untuk memenuhi gizi balita Anda dengan vitamin C, Anda dapat
memperolehnya dari tomat, kentang, stroberi serta sayur-sayuran hijau.
Balita sangat membutuhkan zat besi terutama untuk membantu perkembangan otaknya. Jika kebutuhan gizi balita akan zat besi tidak terpenuhi, kemungkinan ia
akan mengalami kelambanan dalam fungsi kerja otak. Sumber makanan yang mengandung at besi antara lain daging, ikan, brokoli, telur, bayam, kedelai serta
alpukat.
4. Zat Besi
Kebutuhan gizi balita merupakan hal utama yang perlu diperhatikan dalam pertumbuhan. Masa-masa tumbuh kembang anak akan sangat berpengaruh dengan
asupan gizi yang ibu berikan. Dalam pertumbuhan yang baik tidak hanya sebatas fisik, tetapi mental dan intelektualitasnya juga diharapkan dapat berkembang dengan
baik, sehingga menjadi proses pertumbuhan dengan tumbuh kembang yang baik. Proses tumbuh kembang balita yang optimal adalah di saat pemenuhan kebutuhan
gizi balita secara lengkap pada kebutuhan pokoknya. Gizi balita untuk memenuhi
Universitas Sumatera Utara
kebutuhan fisik-biologisnya yaitu mencakup beberapa nutrisi seperti ASI, makanan pengganti ASI MPASI, imunisasi, dan kebersihan fisik serta lingkungan.
Balita juga membutuhkan kebutuhan emosi, yaitu seperti kasih sayang, rasa aman dan nyaman, dihargai, diperhatikan dan didengar keinginan serta pendapatnya.
Dari beberapa faktor tersebut tentunya sangat dibutuhkan balita dalam memiliki kemandirian dan kecerdasan emosionalnya. Jadi, diharapkan bagi para orangtua
untuk selalu memberikan perhatian dan kasih sayang yang lebih terhadap buat hati. Kebutuhan pokok lain yang tidak kalah penting adalah kebutuhan stimulasi.
Kebutuhan stimulasi in mencakup bermain yang dapat merangsang semua indranya, mengasah motorik halus dan kasar, melatih ketrampilan berkomunikasi, berpikir,
serta berkreasi. Dari beberapa stimulasi yang dibutuhkan, sangat penting untung menunjang kecerdasan balita multiple intelligences. Oleh karena itu, penting
diperhatikan bagi orangtua untuk memberikan segala kebutuhan stimulasi tersbut sejak dini.
Ketiga kebutuhan pokok di atas menjadi hal penting dalam menunjang segala kebutuhan balita dalam tumbuh kembang. Dan karenanya sangat dibutuhkan ketiga
kebutuhan gizi balita agar terpenuhi pencapaian perkembangan otak serta pertumbuhan anak yang optimal. Jika dari beberapa kebutuhan gizi saja tidak
terpenuhi, maka secara fisik-biologiss anak akan mudah sakit dan perkembangan otaknya pun tidak optimal. Sementara, jika kebutuhan emosinya tidak terpenuhi maka
Universitas Sumatera Utara
kecerdasan emosi balita relatif rendah. Begitu juga dengan kebutuhan stimulasi dalam bermain.
Pada pertumbuhan balita sangatlah penting untuk diberikan asupan gizi yang tepat dan seimbang, karena di masa inilah yang dapat menentukan dan mempengaruhi
perkembangan anak di tahap selanjutnya sehingga anak dapat bertumbuh secara optimal dan sehat. Pada balita tiga tahun, pertumbuhan dan perkembangan akan
mempengaruhi sel-sel otak dalam membangun jaringan saraf agar lebih kompleks. Bila kebutuhan gizi balita telah terpenuhi, maka akan mempengaruhi kinerja
otak secara baik. Ini juga akan mempengaruhi kemampuan belajar berjalannya, mengenal huruf, hingga kemampuan berinteraksibersosialisasi. Pada hubungan ini
adanya pengaruh jumlah dan pengaturan hubungan antar sel saraf. Dan pada perkembangan berikutnya akan berlanjut pada kemampuan bicara dan bahasa,
kreatifitas, kesadaran sosial, emosional serta intelegensi yang berkembang secara cepat sesuai dengan asupan yag diberikan secara tepat.
Asupan gizi balita yang tepat adalah makanan yang sehat dan bervariasi. Berikan komposisi makanan yang seimbang pada pada setiap kandungan gizi masing-
masing makanannya seperti, 55-67 karbohidrat, 20-30 lemak, dan 13-15 protein. Hal ini agar memenuhi gizi balita dalam perkembangan kecerdasan dan pertumbuhan
secara optimal. Gizi balita ini bisa diperoleh dari nasi 3-4 porsi atau bisa diganti dengan bihun dan roti yang bisa menjadi sumber tenaga. Sedangkan, untuk sumber
pembangun diperoleh dari lauk-pauk 4-5 porsi ditambah sumber zat pengatur
Universitas Sumatera Utara
seperti vitamin dan mineral yang terdiri dari sayur dan buah 2-3 porsi. Agar gizi balita lebih lengkap dan sempurna, maka tidak lupa untuk tetap memberikan susu
sebagai sumber tenaga yang mengandung berbagai komponen penting.
2.3. Dampak Kekurangan Gizi pada Balita
Gizi merupakan salah satu unsur penting yang harus dicukupi bagi tubuh. Gizi memiliki peranan penting bagi pertumbuhan anak dan perkembangan otak anak.
Sebagai orang tua harus mengetahui segala kebutuhan gizi yang diperlukan anak agar anak terhindar dari kekurangan gizi. Selain harus mengerti mengenai gizi yang baik
seperi apa, orang tua harus mengerti tentang bagaimana gejala jika anak kurang gizi, sehingga orang tua mampu memperbaiki asupan gizi anak. Balita kurang gizi tentu
menjadi hal yang sangat memprihatinkan karena seharusnya usia balita merupakan masa yang penting untuk tumbuh dan berkembang. Balita kurang gizi akan
mengalami hambatan dalam pertumbuhan fisik, otak dan juga psikologisnya. Kurangnya gizi pada balita awalnya ditandai dengan fisik yang terlihat kurus,
anak memiliki berat badan di bawah rata-rata pada usia yang seharusnya. Balita kurang gizi mengalami kesulitan atau bahkan tidak mengalami kenaikan berat badan
selama 3 bulan berturut-turut. Sebenarnya tidak hanya berat badan saja yang menjadi indikator utama kekurangan gizi pada Balita. Ukuran tinggi badan, lingkar lengan dan
lingkar kepala bisa menjadi indikator pelengkap. Balita yang mengalami kekurangan gizi juga mudah terkena penyakit. Oleh sebab itu, jika balita sering sekali sakit seperti
diare, demam, anemia dan penyakit lainnya maka kemungkinan balita kurang gizi.
Universitas Sumatera Utara
Balita yang mengalami kekurangan gizi umumnya memiliki mata yang cekung, rambut bayi tipis, mudah untuk dicabut dan umumnya berwarna kemerahan.
Secara psikologis, Balita yang kurang gizi cenderung menjadi pendiam dan tidak aktif. Kekurangan gizi pada Balita Indonesia umumnya karena kekurangan energi
protein. Ciri-ciri bayi yang mengalami kekurangan energi atau kalori sering disebut dengan marasmus antara lain bayi sangat kurus, bagian pantatnya keriput dan bagian
perutnya cekung. Selain itu, kulit di tubuhnya kering dan keriput. Bayi kurang gizi ini mudah sekali rewel. Sedangkan ciri-ciri bayi yang kekurangan protein kwashiorkor
adalah bayi yang mengalami kebengkakan di tubuhnya. Bagian utama yang terlihat bengkak adalah kaki dan punggung. Sementara ototnya mengalami pengecilan yang
bisa terlihat saat sedang duduk atau berdiri. Wajah bayi kurang gizi ini bulat seperti bulan purnama dan tampak keriput. Organ penglihatan mata tampak sayu. Selain itu
di kulitnya muncul bercak yang berwarna merah muda dan kelamaan menjadi kehitaman. Sama seperti bayi kurang gizi lainnya, bayi mudah sekali rewel dan sering
menangis.
2.4. Bimbingan Penyusunan Menu
Bimbingan merupakan sarana yang dirancang untuk memperbaiki kinerja dan perilaku seseorang, baik secara formal maupun informal. Melalui bimbingan
diharapkan adanya peningkatan, kemampuan dan perilaku yang mampu mengantisipasi perubahan yang terjadi dalam perkembangan IPTEK saat ini.
Universitas Sumatera Utara
Komponen utama dalam bimbingan beradasarkan kompetensi adalah penggunaan bimbingan, dimana para fasilitator memberikan ketrampilan atau
aktivitas terlebih dahulu, kemudian memberikan demonstrasi dengan menggunakan alat ajar seperti slide atau modul.
Menurut Besty 1997, bimbingan merupakan suatu proses dalam membantu sesorang mengerti tentang keadaan diri dan lingkungan. Selain itu membantu
sesorang dalam berinteraksi dalam membangun kebiasaan yang baik termasuk kebiasaan makan sehingga menjadi sehat dan produktif. Bimbingan biasanya tidak
memakan waktu yang lama. Bimbingan dapat mendorong sesorang untuk lebih mempunyai motivasi belajar sebab diri mempunyai tambahan pengetahuan akibat
proses bimbingan.
2.4.1. Bimbingan Sebagai Proses Perubahan Pengetahuan
Proses perubahan perilaku akan menyangkut aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap mental, sehingga mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan perubahan
perubahan dalam kehidupannya demi tercapainya perbaikan kesejahteraan keluarga yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan. Titik berat bimbingan atau
penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku adalah penyuluhan yang berkesinambungan. Dalam proses perubahan perilaku dituntut agar sasaran berubah
tidak semata-mata karena adanya penambahan pengetahuan saja, namun diharapkan juga adanya perubahan pada keterampilan sekaligus sikap mantap yang menjurus
kepada tindakan atau kerja yang lebih baik, produktif dan menguntungkan.
Universitas Sumatera Utara
Bimbingan sebagai proses perubahan perilaku yang tidak mudah, hal ini menuntut suatu persiapan yang panjang dan pengetahuan yang memadai bagi
penyuluh maupun sasarannya. Penyuluh sebagai proses perubahan perilaku, selain membutuhkan waktu yang relatif lama juga membutuhkan perencanaan yang matang,
terarah dan berkesinambungan Lucie, 2005. Menurut Notoatmodjo 2003 untuk merubah perilaku, seseorang harus mengikuti tahap-tahap proses perubahan :
pengetahuan knowledge, sikap attitude, dan praktek practice. Dalam hal ini penyuluhan berperan sebagai salah satu metode penambahan dan peningkatan
pengetahuan seseorang sebagai tahap awal terjadinya perubahan perilaku. Bimbingan dapat dilakukan dengan menggunakan metode pendidikan
individual perorangan dengan bentuk pendekatan penyuluhan ataupun konseling Dengan cara ini komunikasi antara sasaran bimbingan dengan peneliti lebih intensif.
Setiap masalah yang dihadapi oleh individu dapat dibantu penyelesainnya, sehingga individu dengan sukarela, berdasarkan kesadaran, dan penuh pengertian akan
menerima perilaku yang disarankan atau mengubah perilaku Notoatmodjo, 2007. Selain itu bimbingan dapat dilaksanakan dengan pendekatan asuhan gizi individu dan
pendekatan asuhan gizi berkelompok.
Universitas Sumatera Utara
Pendekatan individu dilakukan terhadap sasaran yang tergolong gizi kurang. Proses metode bimbingan dilakukan melalui tiga tahap Susanti, 2010 :
a. Bimbingan intensif.
Tahap ini dilakukan pendampingan intensif oleh peneliti guna membantu ibu menerapkan praktek asuhan gizi bagi anak dan keluarganya. Diharapkan dapat
mengajarkan ibu tentang cara pengolahan makanan anak dengan metode konsultasi.
b. Penguatan
Tahap ini dilaksanakan selama satu minggu yaitu hari ke 8 – 14 minggu kedua. Pada tahap ini, sasaran tidak dikunjungi setiap hari, namun hanya dua kali
seminggu. Tujuannya adalah untuk memberikan penguatan atas apa yang dilakukan ibu. Bagi ibu yang kurang mampu mengikuti instruksi di anjurkan
untuk didekati secara pesuasif agar mampu melakukan praktek secara sederhana. c.
Praktek mandiri Setelah melakukan penguatan melalui pengukuran pengetahuan, ibu atau
pengasuh anak diberikan kesempatan dua minggu hari ke 15 sampai ke 28 untuk mempraktekan secara mandiri terhadap instruksi bimbingan yang telah
diberikan. Pada tahap ini, sasaran tidak lagi dikunjungi kecuali pada hari ke 28, dimana peneliti akan melakukan penelitian terhadap output bimbingan. Output
yang akan dinilai pada akhir sesi ini adalah kenaikan berat badan anak dan kemampuan ibu dalam melaksanakan praktek penyusunan menu.
Universitas Sumatera Utara
Transfer pengetahuan gizi dapat dilakukan melalui prose penyuluhan atau konsleing gizi. Menurut Dewanti, Mahar dan Fajar 2013, penyuluhan merupakan
pendekatan edukatif yang diartikan sebagai rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematik, terencana, terarah dengan serta aktif individu maupun kelompok
masyarakat untuk memecahkan masalah masyarakat dengan faktor sosial, ekonomi dan budaya setempat. Sedangkan menurut Pedoman Gizi Rumah Sakit 1991,
konsultasi gizi merupakan serangkaian proses belajar untuk mengembangkan pengertian pengetahuan dan sikap positif terhadap makanan agar penderita dapat
membentuk dan memiliki kebiasaan makan yang baik dalam hidup sehari-hari.
2.4.2. Penerapan Metode Ceramah dalam Bimbingan Penyusunan Menu
Ceramah adalah pidato oleh seseorang di hadapan banyak pendengar mengenai suatu hal, pengetahuan dan sebagainya Departemen Pendidikan Nasional,
2005. Dalam Soekidjo Notoatmodjo 2005, metode ceramah baik digunakan untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Menurutnya, hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah adalah: 1 ceramah akan berhasil apabila penceramah menguasai materi sehingga penceramah harus mempersiapkan
diri; 2 mempelajari materi dengan sistematika yang baik; 3 mempersiapkan alat bantu pengajaran. Pada hakekatnya, ceramah merupakan proses transfer informasi.
Hal yang harus diperhatikan dalam transfer informasi adalah pengajar, materi pengajaran dan sasaran belajar. Namun, menurut Muhibbin Syah 2008, ceramah
memiliki kelemahan sebagai berikut : 1 membuat sasaran menjadi pasif; 2
Universitas Sumatera Utara
mengandung unsur paksaan; 3 menghambat daya kritis pada sasaran. Meskipun demikian, setidaknya ceramah memiliki keunggulan dapat dipakai untuk memberi
pengantar pada pelajaran atau suatu kegiatan Uha Suliha, 2001. Pengantar tersebut diharapkan dapat menjadi gambaran awal pada sasaran. Menurut Gilstrap dan Martin
dalam Setyawan, 2011 ceramah berasal dari bahasa latin yaitu Lecturu, Legu Legree, Lectus yang berati membaca kemudian diartikan secara umum dengan
mengajar sebagai akibat dari guru menyampaikan pelajaran dengan membaca dari buku dan mendiktekan pelajaran dengan penggunaan buku.
Penerapan metode ceramah merupakan cara mengajar yang paling tradisional dan tidak asing lagi dan telah lama dijalankan dalam sejarah pendidikan. Cara ini
kadang membosankan, maka dalam pelaksanaannya memerlukan ketrampilan tertentu, agar penyajiannya tidak membosankan dan dapat menarik perhatian sasaran.
Namun masih diakui bahwa metode ceramah ini tetap penting dengan tujuan, agar
sasaran mendapatkan informasi tentang suatu pokok atau persoalan tertentu.
Kelebihan dan Kelemahan Metode Ceramah Setiap metode pembelajaran pasti memiliki kelebihan maupun kelemahan.
Adapun kelebihan yang diperoleh dari penggunaan metode ceramah adalah:
1. Suasana kelas berjalan dengan tenang, karena sasaran melakukan aktivitas
yang sama, sehingga pemberi ceramah dapat mengawasi sasaran sekaligus
secara komprehensif.
Universitas Sumatera Utara
2. Tidak membutuhkan tenaga yang banyak dan waktu yang lama, dengan waktu
yang cukup singkat sasaran dapat menerima pelajaran sekaligus secara
bersama.
3. Pelajaran bisa dilaksanakan dengan cepat, karena dalam waktu yang sedikit
dapat diuraikan bahan yang banyak.
4. Melatih sasaran untuk menggunakan pendengarannya dengan baik sehingga
mereka dapat menangkap dan menyimpulkan isi ceramah dengan cepat dan
tepat.
Kekurangan Metode Ceramah ini adalah : 1.
Interaksi cenderung bersifat Centred berpusat pada sipemberi ceramah
2. Pemberi ceramah kurang dapat mengetahui dengan pasti sejauh mana sasaran
telah menguasai bahan ceramah.
3. Mungkin saja sasaran memperoleh konsep-konsep lain yang berbeda dengan
apa yang dimaksudkan oleh pemberi ceramah.
4. Sasaran kurang menangkap apa yang dimaksud oleh pemberi ceramah, jika
ceramah berisi ceramah-ceramah yang kurang atau tidak dimengerti oleh
sasaran dan akhirnya mengarah verbalisme.
Untuk itu usaha-usaha yang harus dilaksanakan untuk mengatasi kelemahan metode ceramah adalah:
1. Meberi penjelasan dengan memberikan keterangan-keterangan, dengan gerak-
gerik, dengan memberikan contoh atau dengan menggunakan alat peraga.
Universitas Sumatera Utara
2.
Susunlah ceramah itu secara sistematis
3. Penggunaan alat-alat pelajaran visual untuk mepelajari penyajian
seperti:Papan tulis dan alat-alat teknis papan tulis, alat pelajaran dua dimensi:
Grafik, bagan dan lain-lainnya, alat pengajaran tiga dimensi: model, gambar-
bambar dan alat-alat pelajaran visual. 2.4.3. Penerapan Metode Permainan dalam Bimbingan Penyusunan Menu
Games permainan adalah suatu kontes antara para pemain yang berinteraksi antara satu sama lain dengan mengikuti aturan-aturan tertentu untuk mencapai tujuan
tertentu Sadiman, 2007. Metode permainan diterapkan karena sesuai dengan karateristik sasaran. Sadiman 2007 menyatakan bahwa permainan mempunyai
empat komponen, yaitu: 1 adanya pemain; 2 adanya lingkungan tempat berinteraksi; 3 adanya aturan-aturan main; 4 adanya tujuan yang ingin dicapai.
Permainan merupakan suatu aktivitas untuk memperoleh suatu keterampilan tertentu dengan cara menggembirakan. Apabila ketermpilan yang diperoleh dalam
permainan itu berupa keterampilan bahasa tertentu, permainan tersebut dinamakan permainan bahasa. Belajar dengan bermain adalah kegiatan terpadu antara belajar dan
bermain yang diintegrasikaan dalam sebuah materi pelajaran. Tindakan ini merupakan uapaya menciptakan kegiatan pembelajarn yang menyenangkan, dengan
tujuan akhir mencapai pembelajaran yang sehat dan pemerolehan mutu yang optimal. Ada beberapa faktor penentu keberhasilan permainan bahasa.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Soepamo 1998 ada empat faktor yang menentukan keberhasilan permainan yaitu:
1. Situasi dan kondisi,
2. Peraturan permainan,
3. Pemain, dan
4. Pemimpin permainan.
Prinsip-prinsip permainan yang dikembangkan oleh beberapa pakar Hadfield, 1999 sebagai berikut :
1. Permainan yang dikembangkan hendaknya permainan yang terkait langsung
dengan konteks keseharian peserta didik. 2.
Permainan diterapkan untuk merangsang daya pikir, mengakses informasi dan menciptakan makna-makna baru,
3. Permainan yang dikebangkan haruslah menyenangkan dan mengasyikan bagi
peserta didik, 4.
Permainan dilaksanakan dengan landasan kebebasan menjalin kerja sama dengan peserta didik lain,
5. Permainan hendaknya menantang dan mengandung unsur kompetisi yang
memungkinkan peserta didik semakin termotivasi menjalani proses tersebut, 6.
Penekanan permainan linguistic pada akuransi isinya, sedangkan permainan komunikatif lebih menekankan pada kelancaran dan suksesnya komunikasi,
Universitas Sumatera Utara
7. Permainan dapat dipergunakan untuk semua tingkatan dan berbagai
keterampilan berbahasa sekaligus.
2.4.4. Pengaruh Pendidikan Gizi terhadap Perubahan Perilaku
Penelitian yang dilakukan Mulyaty 2004, dalam jurnal gizi klinik Indonesia tahun 2004 dengan judul pengaruh pendidikan gizi kepada ibu terhadap konsumsi
makanan dan status gizi anak balita penderita TBC primer di rawat jalan RSUP Dr Karyadi Semarang menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol terhadap perubahan status gizi anak balita berdasarkan berat badan dibanding umur dan berat badan dibanding tinggi badan.
Nurhalinah 2006, dalam penelitiannya dengan judul Pengaruh pendidikan kesehatan tentang gizi balita terhadap kemampuan ibu dalam memberikan asupan gizi balita di
Kecamatan Indralaya Kabupaten Ogan Ilir menunjukkan perbedaan bermakna peningkatan kemampuan ibu memberikan asupan gizi balita antara ke lompok
intervensi dan kelompok kontrol dengan p=0,0000. Ayu 2008 dalam penelitiannya yang berjudul pengaruh program
pendampingan gizi terhadap pola asuh, kejadian infeksi dan status gizi balita kurang energi protein menyatakan ada peningkatan skor pengetahuan gizi ibu dari 47,80
menjadi 73,30 p=0,001 dan skor pola asuh praktek makan anak,praktek pengobatan anak, praktek kebersihan anak meningkat dari 69,42 menjadi 81,05,
dan terjadi penurunan balita gizi kurang dari 72,50 menjadi 38,20. Hal ini sejalan dengan penelitian Amir 2008, bahwa penyuluhan gizi merupakan salah satu upaya
Universitas Sumatera Utara
untuk meningkatkan pengetahuan gizi sehingga menghasilkan perilaku gizi yang lebih baik sehingga ada perbedaan pengetahuan antara dua kelompok penelitian.
Menurut Notoatmojo 2007, bahwa pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam waktu yang pendek. Penelitian Suraya
2011 tentang pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah dapat meningkatkan sikap baik dari 4,7 sebelum penyuluhan menjadi 98,4 setelah dilakukan
penyuluhan pada ibu balita usia 6 – 24 bulan. Sejalan dengan itu, penelitian yang dilakukan oleh Emilia 2009, mengenai pengaruh penyuluhan terhadap sikap ibu
hamil secara signifikan dapat meningkatkan sikap ibu terhadap pemberian asi eksklusif. Hal ini sejalan dengan penelitian Nurhalinah 2006, tentang pengaruh
pendidikan kesehatan tentang gizi balita terhadap kemampuan ibu dalam memberikan asupan gizi balita yang menunjukkan perbedaan peningkatan asupan yang bermakna
antara kelompok penelitian p = 0,0001. Menurut Azwar 2009, pandangan umum antara sikap dan perilaku
mengatakan bahwa sikap verbal merupakan petunjuk yang cukup akurat untuk memprediksikan perilaku seseorang. Perseption yaitu mengenal dan memilih
berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan indikator praktik perilaku tingkat pertama Notoatmojo, 2007. Penelitian ini juga
searah dengan hasil penelitian Mulyati 2004, bahwa pendidikan gizi pada ibu dapat mengubah pengetahuan gizi dan sikap ibu, yang akhirnya dapat merubah perilaku ibu
kearah yang lebih baik dan dapat meningkatkan status gizi balita. Hasil penelitian ini
Universitas Sumatera Utara
sejalan dengan hasil penelitian Ayu 2008, tentang pengaruh pendampingan gizi dapat meningkatkan rata-rata pengetahuan gizi sebesar 29,94 poin. Menurut
Notoatmojo 2007, bahwa pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam waktu yang pendek.
2.4.5. Pengetahuan Gizi
Menyusun dan menilai hidangan merupakan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan oleh semua orang, terutama mereka yang bertanggung jawab
atas pengurusan dan penyediaan makanan Sediaoetama, 2008. Tingkat pengetahuan
akan mempengaruhi seseorang dalam memilih makanan. Untuk masyarakat yang berpendidikan dan cukup pengetahuan tentang gizi, pertimbangan fisiologis lebih
menonjol dibandingkan dengan kebutuhan kepuasan fisikis. Tetapi umumnya akan terjadi kompromi antara keduanya, sehingga akan menyediakan makanan yang lezat
dan bergizi seimbang. Tinggi rendahnya pengetahuan ibu merupakan faktor penting, karena mempengaruhi kemampuan ibu dalam mengelola sumber daya yang ada untuk
mendapatkan bahan makanan Sediaoetama, 2008. Semakin tinggi tingkat pengetahuan keluarga, terdapat kemungkinan semakin
baik tingkat ketahanan pangan keluarga Sediaoetama, 2008. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui sesudah melihat atau menyaksikan, mengalami atau
diajar. Jadi pengetahuan adalah apa yang telah diketahui dan mampu diingat oleh setiap orang setelah melihat sejak ia lahir sampai dewasa. Hal ini merupakan tingkat
terendah dari hasil belajar Poerwadarmita, 2004.
Universitas Sumatera Utara
Pengetahuan gizi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi seseorang. Pengetahuan gizi dapat
membantu seseorang untuk menggunakan pangan dengan baik. Namun demikian kesalahan konsepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan adalah hal yang
umum terjadi. Kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kurangnya kemampuan untuk menerapkan pengetahuan gizi dan pangan dalam kehidupan sehari-hari dapat
menyebabkan gangguan gizi Suhardjo, 2008.
Dalam hal pola makan dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya pengetahuan gizi ibu. Menurut Sapoetra 1997 menjelaskan bila pengetahuan tentang
bahan makanan yang masih kurang maka pemberian makanan untuk keluarga biasa dipilih bahan-bahan makanan yang hanya dapat mengenyangkan perut saja tampa
memikirkan apakah makanan itu bergizi atau tidak, sehingga kebutuhan energi dan gizi masyarakat dan anggota keluarga tidak tercukupi.
Pendidikan ibu sangat penting dalam penyediaan makanan bagi anak balitanya, pengethuan yang diperoleh baik formal maupun non formal sangat
menentukan untuk ditetapkan dalam hal pemilihan dan penentuan jenis makanan yang dikonsumsi oleh balita dan anggota keluarga lainnya.
Universitas Sumatera Utara
2.5. Kerangka Teori
Menurut Notoatmodjo 1995, pendidikan sangat berpengaruh terhadap pengetahuannya, sehingga diperlukan tambahan pengetahuan, melalui kursus ulang,
bimbingan dan penyuluhan dilapangan. Sedangkan pengetahuan seseorang sangat dipengaruhi oleh adanya pengalaman dan juga informasi dari orang lain, buku dan
media massa WHO, 1992. Menurut Junaedi 1990, bahwa bimbinganpenyuluhan akan berpengaruh
terhadap peningkatan dan pengetahuan dan ketrampilan, hal ini dipengaruhi adanya pelatihan. Sedangkan pendapat Siagian 1999, menjelaskan secara operasional
pelatihan sebagai salah satu metode pendidikan khusus untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek masyarakat dalam memlihara dan meningkatkan
kesehatan mereka sendiri. Sedangkan menurut Notoatmodjo 2003, pengetahuan seseorang sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan, pekerjaan, pengalaman dan
informasi yang diterima oleh seseorang yang berupa pesan-pesan kesehatan melalui media cetak atau eletronik.
Sesuatu yang dipelajari akan mebentuk pengetahuan, seringkali pegetahuan tersbut terlupakan. Ada beberapa sebab seseorang yang telah memperoleh
pengalaman tetapi sulit diingat, menurut Purwanto 1990 sesorang cenderung lupa karena tergantung pada sesuatu yang diamati, situasi dan proses pengamatan
berlangsung serta waktu.
Universitas Sumatera Utara
Sumber :Notoatmodjo 2003, Junaedi 1990, Purwanto 1990
Gambar 2.1. Kerangka Teori Penelitian
Karateristik : a.
Umur b.
Pendidikan c.
Pengalaman d.
Status perkawinan e.
Status pekerjaan
a. Saranaprasarana
b. Fasilitas belajar
c. Lingkungan belajar
d. Metode Belajar
e. Tenaga kesehatan
Proses Penyuluhan atau
bimbingan Pengetahuan
a. Penyuluh
b. Bimbingan
c. Informasi dari Media
massa d.
PelatihanPenyuluhan e.
Pengetahuan f.
Pengalaman g.
Waktu
INPUT PROSES
OUTPUT
Universitas Sumatera Utara
2.6. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori yang telah diuraikan, maka kerangka konsep bagi pengaruh bimbingan penyusunan menu dengan menggunakan metode ceramah dan
metode permainan terhadap pengetahuan ibu adalah sebagai berikut :
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
Karateristik : a.
Umur b.
Pendidikan c.
Status pekerjaan
Pengetahuan Ibu Bimbingan :
a. Ceramah
b. Permainan
Variabel Bebas Variabel Terikat
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian quasi experimental design eksperimen semu dengan rangcangan quasi experimental non equivalent control group design.
Kelompok-kelompok yang diteliti pada desain ini tidak diambil secara random melainkan dipilih secara sengaja oleh peneliti sebagai kelompok yang akan
dipertimbangkan Purwanto dan Sulistyastuti, 2007. Bentuk rancangan penelitian sebagai berikut :
Pre-test Bimbingan
Post-test O
1
X1 O
O
2 3
X
2
O
4
Keterangan : O
1
O = Pengetahuan ibu sebelum bimbingan dengan metode ceramah
2
O = Pengetahuan ibu sesudah bimbingan dengan metode ceramah
3
O = Pengetahuan ibu sebelum bimbingan dengan metode permainan
4
X = Pengetahuan ibu setelah bimbingan dengan metode permaian
1
X = Bimbingan dengan metode ceramah
2
= Bimbingan dengan metode permainan
Universitas Sumatera Utara
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Kecamatan Medan Belawan dengan 2 kelurahan yang berbeda di Kecamatan Medan Belawan yaitu Kelurahan Bahari dan
Kelurahan Bagan Deli. Alasan pemeilihan lokasi tersebut dikarenakan bahwa kelurahan tersebut memiliki jumlah balita gizi kurang paling tinggi dibanding dengan
Kecamatan Medan Belawan lainnya. Penelitian ini rencananya akan dilakukan dari bulan Oktober sampai dengan
Maret 2014.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki balita gizi kurang di Kelurahan Bahari dan Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan.
3.3.2. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita gizi kurang di Kelurahan Bahari dan Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan. Sampel
penelitian adalah total populasi, dengan kriteria sampel penelitian adalah : 1.
Ibu berusia 20-40 tahun 2.
Pendidikan SD-SMA 3.
Bersedia ikut dalam penelitian
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.1. Jumlah Sampel Berdasarkan Kelurahan dan Metode Bimbingan Kelurahan
Jumlah Sampel Metode Bimbingan
Bahari 25 orang
Ceramah Bagan Deli
27 orang Permainan
3.4. Variabel Penelitian
Variabel penelitian terbagi atas dua yaitu : a.
Variabel Independen, yaitu pemberian bimbingan dengan motode ceramah dan metode permainan
b. Variabel dependen, yaitu pengetahuan ibu.
3.4.1. Definisi Operasional
1. Umur adal
ah lamanya hidup ibu balita yang dihitung dari sejak dilahirkan sampai
ulang tahun terakhir. 2.
Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah ditempuh oleh
ibu balita. 3.
Pekerjaan adalah jenis kegiatan yang digeluti sehari-hari oleh ibu balita. 4.
Bimbingan dengan metode ceramah adalah pemberian informasi secara lisan kepada ibu balita dengan menggunakan modul pembelajaran.
5. Bimbingan dengan metode permainan adalah satu rangkaian kegiatan terpadu
secara langsung dengan jenis acak katasusun kata tentang penyusunan menu pada balita.
6. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui ibu tentang penyusunan menu
untuk balita.
Universitas Sumatera Utara
3.5. Metode Pengukuran
Pengetahuan responden diukur dengan menggunakan 20 pertanyaan. Jika menjawab benar diberi nilai 1, dan jika salah diberi nilai 0. Skor jawaban responden
tertinggi bernilai 20. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 tiga kategori Arikunto, 2006 yaitu:
a. Pengetahuan baik, jika nilai responden 15-20 75
b. Pengetahuan sedang, jika nilai responden 8-14 40-75
c. Pengetahuan kurang, jika nilai responden 0-7 40
3.6. Metode Pengumpulan data 3.6.1. Data Primer
Data primer adalah data hasil pengukuran pengetahuan yang diperoleh dari penilaian kuesioner.
3.6.2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari Kecamatan Medan Belawan, yaitu data tentang
demografi penduduk. 3.6.3. Uji Validitas dan Reliabilitas
Sebelum dilakukan pengumpulan data primer, terlebih dahulu dilakukan uji validitas. Uji validitas dalam penelitian ini berhubungan dengan pertanyaan-
pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner mengenai pengetahuan tentang penyusunan menu. Uji validitas bertujuan mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau
nilai yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan
Universitas Sumatera Utara
cara mengukur korelasi antara variabel pada analisis reliabilitas dengan melihat nilai correlation corrected item, dengan ketentuan jika nilai r hitung r tabel sebesar
0,361, maka dinyatakan valid dan sebaliknya Hidayat, 2010. Reliabilitas berkaitan dengan keterandalan alat ukur. Informasi yang ada pada
alat ukur tidak berubah-ubah, atau yang disebut dengan konsisten. Artinya bila suatu pengamatan dilakukan dengan perangkat ukur yang sama lebih dari satu kali, hasil
pengamatan itu seharusnya sama. Bila tidak sama, dikatakan alat ukur tersebut tidak reliabel Prasetyo, 2006.
Reliabilitas data dilakukan dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, dengan ketentuan,
jika nilai r Alpha r tabel, maka dinyatakan reliabel Hidayat, 2010. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan di Kecamatan Belawan Kota Medan dengan sampel
sebanyak 20 orang.
3.7. Pelaksanaan Penelitian 3.7.1. Bahan Materi Ceramah
a. Modul bimbingan penyusunan menu, pembahasan materi :
1. Pengelolaan bahan makanan untuk balita
2. Prinsip dasar menyusun menu seimbang
3. Panduan menyusun menu bayi dan balita
4. Hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun menu balita
5. Contoh resepmenu masakan bayi dan balita
Universitas Sumatera Utara
b. Metode permainan
Untuk intenvensi permainan bahan yang digunakan adalah susunan permainan bahasa untuk ibu balita teka teki silang, acak katasusun kata.
3.7.2. Alat
Modul ceramah, kartu dan karton untuk acak kata serta daftar pertanyaan kuesioner yang telah di uji validitas dan reliabilitas.
3.7.3. Pelaksanaan intervensi
a. Pre-Intervensi Sebelum Pemberian Bimbingan Penyusunan Menu
Pada pelaksanaanya, pelaksanaan Pre-Intervensi pada masing-masing kelompok dilaksanakan sehari sebelum diberikan bimbingan, dimana pada awal intervensi,
pengetahuan ibu diukur dengan menggunakan kuesioner, hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang penyusunan menu. Pre-intervensi
dilaksanakan pada masing-masing kelompok : -
Metode ceramah, pada haritanggal : Selasa1 April 2014. -
Metode permainan, pada haritanggal : Minggu6 April 2014. b.
Intervensi Pemberian Bimbingan Penyusunan Menu Perlakuan diberikan pada masing-masing kelompok yaitu :
1 Pelaksanaan intervensi dengan menggunakan metode ceramah Pelaksanaan intervensi yang dilakukan adalah bimbingan dengan metode
ceramah di kelurahan Bahari tentang penyusun menu balita kepada ibu dengan pokok pembahasan materi :
Universitas Sumatera Utara
1. Pengelolaan bahan makanan untuk balita
2. Prinsip dasar menyusun menu seimbang
3. Panduan menyusun menu bayi balita
4. Hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun menu balita
5. Contoh resepmenu masakan bayi dan balita
Dalam pelaksanaannya pemberian bimbingan ceramah dilakukan selama 60 menit sebanyak 1 kali dengan materi “Penyusunan Menu Balita” yang telah
disiapkan sebelumnya bertempat di rumah kader posyandu ibu Yanti dalam waktu 60 Menit, dengan dibantu oleh kader – kader posyandu, seluruh ibu-
ibu dikumpulkan dalam 1 ruangan yang telah diberi pemberitahuan sebelumnya tepat pada pemberian kuesioner untuk berkumpul pada hari
haritanggal : Rabu 02 April 2014, seluruh ibu-ibu berkumpul untuk menerima materi tentang “penyusunan menu balita” dengan media LCD, ibu-
ibu menyimak dan mendengarkan penjelasan materi yang diberikan. Dan selama 15 menit sesi persentasi diberikan dan 45 menit waktu digunakan sesi
tanya jawab bagi ibu-ibu dengan tujuan untuk menggali rasa ingin tahu dan perhatian ibu-ibu tentang materi yang sudah diterima.
2 Pelaksanaan intervensi dengan menggunakan metode permainan Berdasarkan pelaksanaan intervensi yang telah dilakukan, bimbingan
penyusunan menu dengan metode permainan dilakukan dalam dua sesi, yakni pada babak pertama permainan jawab pertanyaankuis dan babak kedua
Universitas Sumatera Utara
permainan susun kata. Melihat jenis permainan yang dilakukan membutuhkan tempat yang luas, bimbingan penyusunan menu dengan metode permainan ini
dilaksanakan di Kelurahan Bagan Deli, haritanggal : Senin07 April 2014, bertempat bagian depan rumah ibu kader posyandu Ibu Kasmawati. Dibantu
beberapa kader posyandu, pada pelaksanaanya para ibu - ibu dikumpulkan dalam 1 ruangan, berdasarkan petunjuk yang telah diberikan kepada kader
posyandu, 10 menit waktu digunakan untuk memberikan arahan sekaligus tata cara permainan yang akan dilaksanakan, dan pembahasan sekilas tentang
materi Penyusunan Menu Balita dengan tujuan menggali pengetahuan ibu. Setelah materi diberikan untuk beberapa waktu responden diberikam
pemahaman untuk pembahasan yang tidak dimengerti, maupun pertanyaan tentang tata cara dan aturan permainan yang akan dilaksanakan.hal ini dibantu
oleh beberapa kader posyandu memperagakan permainan yang dilakukan. Setelah semua sudah memahami, permainan dimulai dengan aturan peserta
dibagi menjadi 2 kelompok, sehingga 1 kelompok terdiri dari 10 orang. Permainan ini terdiri dari 2 babak. Pada babak pertama, setiap orang pada
masing-masing kelompok diberi pertanyaan yang dijawab secara bergantian. Jika pertanyaannya tidak dapat dijawab oleh peserta dapat dijawab pass dan
digantikan oleh temannya yang lain dengan pertanyaan yang berbeda sampai waktu yang ditetapkan untuk kelompoknya habis. Nilai 1 buah pertanyaan
benar di beri nilai 10. Waktu yang dialokasikan pada permainan babak 1
Universitas Sumatera Utara
sebanyak 40 menit 20 menit untuk satu kelompok.
c. Post Intervensi Sesudah Pemberian Bimbingan Penyusunan Menu
Permainan babak 2, masing-masing kelompok di beri daftar pertanyaan dan balok huruf yang diberi nilai. Masing-masing kelompok menjawab
pertanyaan dengan menggunakan balok huruf yang telah tersedia. Jumlah nilai yang benar pada balok huruf yang disusun dijumlahkan dan dikali
dengan 10. Jumlah nilai yang paling banyak menjadi kelompok pemenang pada babak 2. Alokasi waktu pada permainan tahap 2 ini sebanyak 20 menit.
Pemenang pada permainanan ini adalah jumlah nilai yang dikumpulkan paling banyak nilai babak 1 + nilai babak 2.
Dua minggu setelah bimbingan dilakukan post-test seperti halnya pada pengumpulan data tahap pertama dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner
yang diberikan saat post-test adalah kuesioner yang sama dengan pre-test. Hal ini bertujuan untuk mengukur pengetahuan ibu.
Universitas Sumatera Utara
Pada pelaksanaannnya penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
3.8. Metode Analisis Data
Dalam tahap ini data kuantitatif yang diolah dengan menggunakan komputerisasi, mencakup tabulasi data dan perhitungan statistik. Uji statistik yang
digunakan adalah dengan menggunakan paired sample t test dan independent sample t test.
1. Untuk menganalisis pengaruh bimbingan penyusunan menu dengan metode
ceramah terhadap pengetahuan ibu sebelum dan sesudah dianalisis dengan paired sample t test uji t untuk dua sampel yang berpasangan.
2. Untuk menganalisis pengaruh bimbingan penyusunan menu dengan metode
permainan terhadap pengetahuan ibu sebelum dan sesudah dianalisis dengan
Kuesioner ditanyakan pada Responden post test
Ibu bersedia mengikuti penelitian dan dikumpulkan di dua tempat
Kuesioner ditanyakan pada Responden pre test
Kuesioner ditanyakan pada Responden pre test
Bimbingan Metode Ceramah dengan durasi 60
menit pertemuan 1 x pengulangan
Bimbingan Metode Permainan dengan durasi 60 menit
pertemuan 1 x pengulangan
Kuesioner ditanyakan pada Responden post test
15 Hari 15 Hari
Universitas Sumatera Utara
paired sample t- test uji t untuk dua sampel yang berpasangan. 3.
Untuk menganalisis metode bimbingan yang efektif dengan metode ceramah dan permainan terhadap pengetahuan ibu dianalisis dengan independent sample t test
uji t untuk dua sampel independen.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Lokasi Penelitian
Kecamatan Medan Belawan adalah salah satu dari 21 kecamatan yang ada di Kota Medan, Propinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kecamatan Medan Belawan terdiri
dari 6 kelurahan: Kelurahan Belawan I, Kelurahan Belawan II, Kelurahan Bagan Deli, Kelurahan Belawan Bahagia, Kelurahan Belawan Bahari, dan Kelurahan
Belawan Sicanang. Kecamatan Medan Belawan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah Barat, Kabupaten Deli Seradang di Timur, Kecamatan Medan
Marelan dan Kecamatan Medan Labuhan di Selatan, dan Selat Malaka di Utara. Kecamatan Medan Belawan mempunyai luas sekitar 21,82 km
2
yang sebagian besar digunakan untuk sektor industri perikanan. Sektor industri perikanan ini adalah
dermaga pelabuhan yang merupakan salah satu dermaga terbesar di Sumatera Utara dan Pulau Sumatera, yaitu Pelabuhan Gabion. Pelabuhan Gabion merupakan Pusat
Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan PPSB yang juga adalah salah satu dari 4 pelabuhan di Sumatera Utara. Pelabuhan ini adalah pelabuhan peti kemas tempat
dilakukannya bongkar muat hasil tangkap nelayan yang nantinya akan didistribusikan kepada pengecer. Pelabuhan ini menjadi salah satu sumber pendapatan bagi
penduduk. Di tempat ini banyak masyarakat yang bekerja sebagai buruh nelayan pada pemilik kapal ikan. Selain itu, terdapat juga sektor utama lainnya yaitu lahan industri
47
Universitas Sumatera Utara
yang digunakan sebagai industri hilir CPO, Semen, Pupuk, dan Aspal, dan lapangan penumpukan depo peti kemas.
4.1.1. Kependudukan
Kecamatan Medan Belawan dihuni oleh 96.700 orang penduduk terdiri dari 48.908 orang laki-laki serta 47.792 orang perempuan pada tahun 2012. Penduduk
terbanyak berada di Kelurahan Belawan II yakni sebanyak 23.751 orang. Jumlah penduduk terkecil di Kelurahan Belawan Bahari yakni sebanyak 10.663 orang. Bila
dibandingkan antara jumlah penduduk serta luas wilayahnya, maka kelurahan Belawan Bahagia merupakan kelurahan terpadat yaitu 24.148 jiwa tiap km
2
Masyarakat Kecamatan Medan Belawan adalah mayoritas suku Melayu disamping suku Jawa, Batak, Mandailing, Padang, Karo, Sunda, Tionghoa, dan suku
lainnya. Adapun bahasa pengantar yang umum digunakan sehari-hari adalah bahasa Melayu. Agama mayoritas yang dianut masyarakat Medan Belawan adalah agama
Islam. .
Berdasarkan kelompok umur, distribusi penduduk Kecamatan Medan Belawan relatif lebih banyak penduduk usia produktif. Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan
yang berusia produktif yang berumur 15-64 tahun yaitu sebesar 40.182 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan yang bersifat non produktif
yaitu sebesar 27.074 jiwa.
Berdasarkan produktifitas penduduk, diketahui bahwa jumlah persentase masyarakat yang tidak produktif yaitu sebesar 68,1 dari jumlah penduduk.
Universitas Sumatera Utara
Sementara persentase jumlah penduduk yang produktif dan bekerja adalah 31,9. Dari masyarakat yang produktif ini terbagi lagi menjadi masyarakat yang
bermatapencaharian tetap dan tidak tetap sampingan. Ada beberapa jenis pekerjaan yang sifatnya pekerjaan tetap, yaitu: pedagang 0,2, nelayan 20, sopir transport
0,2, karyawan swasta 0,4, imam mesjid 0,3, dan wiraswasta 0,4. Ada juga masyarakat yang memiliki pekerjaan sampingan tidak tetap, yaitu: buruh
harian lepas 0,5, buruh nelayan 12, buruh peternakantambak 0,8, pembantu rumah tangga 0,6, tukang sol sepatu 0,1, tukang jahit 0,2, dan
tabib 0,1. Dari jumlah penduduk yang produktif terdapat 21,5 yang memiliki pekerjaan tetap dan 10,4 yang memiliki pekerjaan sampingan tidak tetap. Hal ini
menunjukkan bahwa masyarakat di Kecamatan Medan Belawan masih memiliki banyak tanggungan baik itu masayarakat yang tidak produktif dan masyarakat yang
produktif namun tidak bekerja pengangguran. Pekerjaan masyarakat mayoritas yang ditekuni adalah nelayan dan buruh
nelayan. Sebagaimana daerah yang secara geografis berada di pesisir pantai, pada umumnya penduduk mencari pemenuhan kebutuhan hidup dari menangkap ikan di
laut yaitu sebagai nelayan. Banyaknya jumlah masyarakat yang masih mengandalkan pekerjaan nelayan sebagai matapencaharian, serta sarana perekonomian yang masih
kurang mendukung, membuat masyarakat sulit berkembang secara ekonomi. Hal ini ditandai dengan jumlah masyarakat yang masih berada pada kondisi prasejahtera
yang besar jumlahnya.
Universitas Sumatera Utara
4.2. Karakteritik Ibu
Pada kriteria inklusi jumlah sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah 52 orang, dari jumlah sampel di kelurahan Bahari dan kelurahan Bagan Deli.
Sampel yang di ambil semua ibu-ibu yang memiliki balita gizi kurang, adapun alasan pengambilan sampelnya semua ibu adalah agar data yang diperoleh lebih homogen
dan respon dari sampel terhadap pengaruh bimbingan penyusunan menu relatif sama. Seluruh sampel yang diambil total populasi dengan ditentukan kelompok perlakuan
baik yang diberi bimbingan metode ceramah dan bimbingan metode permainan. Distribusi sampel berdasarkan umur, tingkat pendidikan dan status pekerjaan tertera
pada tabel berikut.
Tabel 4.1. Distribusi Ibu Berdasarkan Umur pada Kelompok Metode Ceramah dan Metode Permainan
Umur Bimbingan Penyusunan Menu
Metode Ceramah Metode Permainan
f f
20-24 tahun 2
8,0 4
16,0 25-29 tahun
5 20,0
7 28,0
30-34 tahun 10
40,0 9
36,0 35-40 tahun
8 32,0
7 28,0
Total 25
100,0 27
100,0
Dari tabel 4.1 menunjukkan bahwa pada umumnya umur ibu baik kelompok ceramah dan kelompok permainan adalah antara 30-34 tahun, yaitu masing-masing
sebesar 40,0 dan 36,0. Sementara kelompok umur yang paling sedikit dikedua kelompok tersebut adalah antara 20-24 tahun, yaitu masing-masing sebesar 8,0 dan
Universitas Sumatera Utara
16,0. Namun secara keseluruhan dikedua kelompok tersebut tidak memiliki umur yang sangat berbeda.
4.2.1. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam menunjang kualitas manusia. Distribusi responden berdasarkan pendidikan pada kelompok metode
ceramah dan metode permainan dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Distribusi Ibu Berdasarkan Pendidikan pada Kelompok Metode Ceramah dan Metode Permainan
Pendidikan Bimbingan Penyusunan Menu
Metode Ceramah Metode Permainan
F F
SD 4
16,0 5
20,0 SMP
12 48,0
11 44,0
SMA 9
36,0 11
44,0
Total 25
100,0 27
100,0
Berdasarkan tabel 4.2. diketahui bahwa sebagian besar ibu baik pada
kelompok ceramah 48,0 maupun pada kelompok permainan 44,0 memiliki tingkat pendidikan terakhir adalah SMP. Sementara pendidikan yang paling rendah
dikedua kelompok tersebut adalah pendidikan SD. 4.2.2. Pekerjaan
Karateristik ibu pada kelompok perlakuan yang meliputi pekerjaan, dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3. Distribusi Ibu Berdasarkan Jenis Pekerjaan pada Kelompok Metode Ceramah dan Metode Permainan
Pekerjaan Bimbingan Penyusunan Menu
Metode Ceramah Metode Permainan
F F
Ibu Rumah Tangga 17
68,0 16
59,3 Berdagang
3 12,0
3 11,1
Pembantu Rumah Tangga 5
20,0 8
29,6
Total 25
100,0 27
100,0
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas responden baik pada kelompok ceramah 68,0 maupun pada kelompok permainan 59,3 tidak
memiliki pekerjaan atau hanya sebagai ibu rumah tangga. Sementara responden lainnya bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan berdagang.
4.3. Pengetahuan Ibu
Hasil pengetahuan ibu diukur sebelum dan sesudah diberikan bimbingan. Pada akhir pemberian bimbingan kedua kelompok menunjukkan peningkatan skor
pengetahuan ibu, seperti yang terlihat pada tabel 4.4. berikut.
Tabel 4.4. Pengetahuan Ibu Sebelum dan Sesudah Bimbingan Penyusunan Menu dengan Menggunakan Metode Ceramah
Metode Ceramah Pengetahuan Ibu
Total Baik
Sedang Kurang
f f
f
Sebelum 0,0
18 72,0
7 28,0
25 100,0
Sesudah 2
8,0 23
92,0 0,0
25 100,0
Diketahui bahwa sebelum dilakukan intervensi ditemukan 18 orang 72,0
ibu berpengetahuan sedang dan 7 orang 28,0 yang memiliki pengetahuan kurang. Hal ini menunjukkan tidak ditemukan ibu yang berpengetahuan baik. Sementara itu,
Universitas Sumatera Utara
setelah dilakukan intervensi bimbingan penyusunan menu dengan menggunakan metode ceramah terdapat peningkatan perubahan pengetahuan ibu bahwa 23 orang
92,0 berpengetahuan sedang dan 2 orang 8,0 pengetahuan baik. Peningkatan hasl pengetahuan ibu selama intervensi dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 4.4. Grafik Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Bimbingan Penyusunan Menu dengan Metode Ceramah
Perolehan hasil pengetahuan ibu pada awal intervensi tidak berbeda pada kelompok sebelum bimbingan. Peningkatan skor pengetahuan ibu selama intervensi
dapat dilihat pada tabel 4.5
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.5. Pengetahuan Ibu Sebelum dan Sesudah Bimbingan Penyusunan Menu dengan Menggunakan Metode Permainan
Metode Permainan
Pengetahuan Ibu Total
Baik Sedang
Kurang f
f f
Sebelum 0,0
18 66,7
9 33,3
27 100,0
Sesudah 10
37,0 17
63,0 0,0
27 100,0
Setelah diberikan bimbingan peningkatan skor pengetahuan ibu dengan
bimbingan metode permainan lebih tinggi pada kelompok intervensi yang diberikan bimbingan metode ceramah.
Gambar 4.4.Grafik Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Bimbingan Penyusunan Menu dengan Metode Permainan
Berdasarkan gambar diatas diketahui bahwa sebelum dilakukan intervensi ditemukan 18 orang 66,7 ibu berpengatahuan sedang dan 9 orang 33,3 yang
memiliki pengetahuan kurang. Hal ini menunjukkan tidak ditemukan ibu yang berpengetahuan baik. Sementara itu, setelah dilakukan intervensi bimbingan
penyusunan menu dengan menggunakan metode permainan terdapat peningkatan
Universitas Sumatera Utara
perubahan pengetahuan ibu, yaitu 17 orang 63,0,0 ibu berpengetahuan sedang dan 10 orang 37,0 ibu yang pengetahuan baik.
4.4. Tingkat Pengetahuan Ibu Sebelum dan Sesudah Bimbingan Penyusunan Menu
Rerata peningkatan skor pengetahuan selama intervensi dapat diketahui perubahan skor skor pengetahuan ibu sebelum dan sesudah bimbingan penyusunan
menu dengan metode ceramah dan metode permainan dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel. 4.6. Rata-Rata Skor Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Bimbingan Penyusunan Menu
Pengetahuan Berdasarkan Metode Bimbingan
Mean SD
t Sig.
Ceramah − Sebelum
8,60 2,236
-9,153 0,001
− Sesudah 11,36
2,059 Permainan
− Sebelum 8,44
2,326 -14,552
0,001 − Sesudah
14,22 1,553
Pengaruh bimbingan penyusunan menu terhadap pengetahuan ibu dengan metode ceramah dan permaian dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel independent
samples test menunjukkan ada dua baris sel, sel pertama dengan asumsi bahwa varian kedua kelompok tersebut sama, sedangkan pada sel kedua dengan asumsi
bahwa varians kedua kelompok tersebut tidak sama. Untuk memilih sel mana yang akan kita gunakan sebagai uji, maka kita lihat pada kolom uji F, jika Signifikansinya
0,05 maka asumsinya varian sama, sebaliknya jika Sig. ≤ 0,05 maka variannya
Universitas Sumatera Utara
tidak sama. Dari uji F menunjukan kalau varian kedua kelompok tersebut tidak sama sig. = 0,027, sehingga sel akan dibaca adalah sel kedua.
Kolom uji t menunjukan bahwa nilai sig. = 0,001 untuk uji dua sisi. Karena nilai sig. lebih kecil dari
α = 0,05 yang berarti Ho ditolak, sehingga dapat kita simpulkan bahwa kedua rata-rata skor pengetahuan ibu sesudah intervensi bimbingan
penyusunan menu dengan menggunakan metode ceramah dan permainan benar-benar berbeda, dalam artian bahwa ibu yang diintervensi dengan metode permainan
memiliki pengetahuan lebih tinggi daripada ibu yang diintervensi dengan metode ceramah.
Tabel. 4.7. Rata-Rata Skor Pengetahuan Ibu Sesudah Intervensi Bimbingan Penyusunan Menu dengan Menggunakan Metode Ceramah dan Permaian
Pengetahuan Berdasarkan Metode Bimbingan
Mean SD
t Sig.
Ceramah 11,36
2,059 -5,626
0,000 Permainan
14,22 1,553
4.5. Jawaban Ibu untuk Setiap Pertanyaan Sebelum dan Sesudah Bimbingan Penyusunan Menu dengan Menggunakan Metode Ceramah dan
Permainan
Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner, diperoleh gambaran jawaban ibu untuk setiap pertanyaan sebelum dan sesudah bimbingan
penyusunan menu dengan menggunakan metode ceramah dan permainan. Jawaban responden tentang penyusunan menu dikelompokkan menjadi 6 kelompok, yaitu
pengetahuan tentang pengertian penyusunan menu, tujuan dan manfaat penyusunan
Universitas Sumatera Utara
menu, hal-hal yang memengaruhi penyusunan menu, waktu pemberian makan, zat gizi pada makanan, dan jenis serta sumber bahan makanan.
4.5.1. Pengertian Penyusunan Menu
Pada dasarnya pendidikan ibu sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu, khususnya pengetahuan ibu tentang penyusunan menu balita. Gambaran pengetahuan
ibu pada kelompok intervensi baik metode ceramah dan metode permainan seperti ditunjukkan pada tabel 4.8.
Tabel 4.8. Jawaban Ibu tentang Pengertian Penyusunan Menu Sebelum dan Sesudah Bimbingan Penyusunan Menu dengan Menggunakan Metode Ceramah
dan Permainan
Pertanyaan Metode Bimbingan
Ceramah Permaian
Sebelum Sesudah
Sebelum Sesudah
f f
F f
Pengertian penyusunan menu: a.
Cara pengolahan makanan b.
Daftar hidangan yang disipakan untuk disajikan sebagai makanan
c. Urutan nama bahan makanan
11 9
5 44,0
36,0 20,0
7 14
4 28,0
56,0 16,0
10 13
4 37,0
48,2 14,8
5 20
2 18,5
74,1 7,4
Total 25 100,0 25
100,0 27 100,0 27
100,0
Penyusunan menu yang baik: a. Menu makanan seimbang dan
sehat b. Daftar makanan yang murah dan
aman c. Susunan menu makanan yang
enak dan mahal harganya 11
14 44,0
56,0 0,0
17 8
68,0 32,0
0,0 11
14 2
40,7 51,9
7,4 17
10 63,0
37,0 0,0
Total 25 100,0 25
100,0 27 100,0 27
100,0
Tri Guna Makanan: a. Makanan sebagai zat pembangun,
pengatur dan tenaga b. Makanan berguna bagi tubuh
c. Makanan yang tidak sehat 5
17 3
20,0 68,0
12,0 10
14 1
40,0 56,0
4,0 7
16 4
25,9 59,3
14,8 19
7 1
70,4 25,9
3,7
Total 25 100,0 25
100,0 27 100,0 27
100,0
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.8. Lanjutan
Pertanyaan Metode Bimbingan
Ceramah Permaian
Sebelum Sesudah
Sebelum Sesudah
f f
F f
Penyelenggaran makanan yang baik : a. Pemilihan bahan makan,
pencucian dan pengolahan b. Pencucian dan pengolahan
c. Penyediaan, pemilihan bahan makanan, pencucian, pengolahan
dan penyajian 12
5 8
48,0 20,0
32,0 9
4 12
36,0 16,0
48,0 12
7 8
44,4 25,9
29,6 4
1 22
14,8 3,7
81,5
Total 25 100,0 25
100,0 27 100,0 27
100,0
Berdasarkan Tabel 4.8. diketahui bahwa setiap jawaban dari setiap pertanyaan yang diberikan oleh ibu baik sebelum dan sesudah dilakukan intervensi bimbingan
penyusunan menu balita mengalami perubahan peningkatan pada kedua kelompok metode ceramah dan metode permainan. Hal ini menunjukkan bahwa sebelum
diberikan intervensi masing-masing kelompok metode ceramah dan metode permainan hampir sebagian besar ibu menjawab salah seperti yang terlihat pada
pertanyaan pertama tentang pengertian penyusunan menu 44,0 dan sesudah dilakukannya intervensi mengalami peningkatan jumlah ibu yang menjawab dengan
benar 56,0.
4.5.2. Tujuan dan Manfaat Penyusunan Menu
Pada pelaksanaannya tujuan dan manfaat penyusunan menu seimbang bagi balita sangatlah penting kepada ibu-ibu khususnya dalam pengelolaan menyusun
hidangan yang baik untuk balita sangat perlu diketahui. Perubahan peningkatan
Universitas Sumatera Utara
persentase ibu yang memberikan jawaban benar untuk pertanyaan yang berkaitan dengan tujuan penyusunan menu dapat terlihat pada tabel 4.9.
Tabel 4.9. Jawaban Ibu tentang Tujuan dan Manfaat Penyusunan Menu Sebelum dan Sesudah Bimbingan Penyusunan Menu dengan Menggunakan
Metode Ceramah dan Permainan
Pertanyaan Metode Bimbingan
Ceramah Permaian
Sebelum Sesudah
Sebelum Sesudah
f f
f f
Tujuan penyusunan menu seimbang bagi balita:
a. Agar makanan yang akan
dihidangkan dapat menjamin terpenuhinya kecukupan gizi
anak.
b. Terciptanya keanekaragaman
dan kombinasi makanan c.
Alokasi keuangan untuk pembelian bahan makanan
teratur. 16
9 64,0
36,0 0,0
17
8 68,0
32,0 0,0
14
13 51,9
48,1 0,0
18
9 66,7
33,3 0,0
Total 25 100,0 25 100,0 27 100,0 27 100,0
Cara menyusun hidangan yang baik, terdiri dari :
a. Sumber makanan pokok, lauk
hewani, lauk nabati, buah, dan makanan selingan.
b. 4 sehat 5 sempurna
c. Makanan pokok, lauk hewani
dan lauk nabati 7
15 3
28,0
60,0 12,0
14
11 56,0
44,0 0,0
6
19 2
22,2
70,4 7,4
22
5 81,5
18,5 0,0
Total 25 100,0 25 100,0 27 100,0 27 100,0
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil terjadi perubahan peningkatan persentase ibu yang memberikan jawaban benar untuk
pertanyaan yang berkaitan dengan tujuan penyusunan menu kelompok ceramah: sebelum 64,0 dan sesudah 68,0; kelompok permainan: sebelum 51,9 dan
Universitas Sumatera Utara
sesudah 66,7. Sementara pada pertanyaan tentang manfaat makanan bagi anak, diperoleh perubahan peningkatan persentase yang cukup tinggi setelah mendapatkan
bimbingan penyusunan menu. Hal ini dapat terlihat pada metode ceramah sebelum 28,0; sesudah 56,0 dan permainan sebelum 22,2; sesudah 81,5.
4.5.3. Hal-Hal yang Memengaruhi Penyusunan Menu
Hasil pengetahuan ibu tentang hal yang mempengaruhi penyusunan menu balita diketahui pada tabel 4.10.
Tabel 4.10. Jawaban Ibu tentang Hal-Hal yang Memengaruhi Penyusunan Menu Sebelum dan Sesudah Bimbingan Penyusunan Menu dengan
Menggunakan Metode Ceramah dan Permainan
Pertanyaan Metode Bimbingan
Ceramah Permaian
Sebelum Sesudah
Sebelum Sesudah
f f
f f
Cara menyusun hidangan yang baik adalah :
a. Sumber makanan pokok, lauk
hewani, nabati, buah dan makanan selingan
b. 4 sehat 5 sempurna c. makanan pokok, lauk hewani
dan lauk nabati 10
8 7
40,0 32,0
28,0 14
5 6
56,0 20,0
24,0 8
11 8
29,6 40,7
29,6 14
8 5
51,9 29,6
18,5
Total 25 100,0 25 100,0 27 100,0 27 100,0
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun menu balita yang
baik, kecuali : a.
Menyajikan jenis makanan yang beragam
b. Memilih bahan makanan yang
mengandung unsur gizi c.
Alokasi uang tidak mencukupi 9
6
10 36,0
24,0
40,0 8
7
10 32,0
28,0
40,0 10
7 10
37,0 25,9
37,0 8
4
15 29,6
14,8
55,6
Total 25 100,0 25 100,0 27 100,0 27 100,0
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.10. Lanjutan
Pertanyaan Metode Bimbingan
Ceramah Permaian
Sebelum Sesudah
Sebelum Sesudah
f f
f f
Faktor yang harus diperhatikan dalam penyusunan menu seimbang
: a. Kecukupan gizi
b. Pemilihan bahan makanan c. Pengolahan makanan
15 9
1 60,0
36,0 4,0
17 7
1 68,0
28,0 4.,0
12 13
2 44,4
48,1 7,4
11 16
40,7 59,3
0,0
Total 25 100,0 25 100,0 27 100,0 27 100,0
Berdasarkan Tabel 4.10. menunjukkan bahwa setiap kelompok pada
umumnya dapat menjawab dengan benar, terlihat dari setiap perubahan jawaban yang diberikan oleh ibu baik sebelum dan sesudah dilakukan intervensi.
4.5.4. Waktu Pemberian Makan
Data waktu pemberian makan diukur dengan waktu pengolahan bahan makanan setiap harinya. Hal ini dapat terlihat pada tabel 4.11.
Tabel 4.11. Jawaban Ibu tentang Waktu Pemberian Makan Sebelum dan Sesudah Bimbingan Penyusunan Menu dengan Menggunakan Metode
Ceramah dan Permainan
Pertanyaan Metode Bimbingan
Ceramah Permaian
Sebelum Sesudah
Sebelum Sesudah
f f
f f
Waktu diberikan makanan tambahan pada anak
a. Setelah anak berusia 6 bulan b. Setelah anak berusia 4 bulan
c. Sejak lahir 4
8 13
16,0 32,0
52,0 10
10 5
40,0 40,0
20,0 7
8 12
25,9 29,6
44,4 18
7 2
66,7 25,9
7,4
Total 25 100,0 25 100,0 27 100,0 27 100,0
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.11. Lanjutan
Pertanyaan Metode Bimbingan
Ceramah Permaian
Sebelum Sesudah
Sebelum Sesudah
f f
f f
Anak ibu diberi makan: a. Tiga kali sehari
b. Dua kali sehari c. 4 kali sehari
16 9
64,0 36,0
0,0 17
8 68,0
32,0 0,0
13 14
48,1 51,9
0,0 15
12 55,6
44,4 0,0
Total 25 100,0 25 100,0 27 100,0 27 100,0
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa kelompok ceramah lebih banyak salah jawabanya 52,0 dibandingkan dengan kelompok permainan
44,4. Namun, sesudah dilakukan intervensi penyusunan menu, baik pada kelompok ceramah 40,0 maupun permainan 66,7 memberikan jawaban benar.
4.5.5. Zat Gizi pada Makanan
Tingkat pengetahuan ibu tentang zat gizi makanan pada awal intervensi diketahui lebih rendah dari kelompok permainan, hal ini dapat dilihat pada tabel 4.12.
Tabel 4.12. Jawaban Ibu tentang Zat Gizi pada Makanan Sebelum dan Sesudah Bimbingan Penyusunan Menu dengan Menggunakan Metode Ceramah
dan Permainan
Pertanyaan Metode Bimbingan
Ceramah Permaian
Sebelum Sesudah
Sebelum Sesudah
f F
F f
Makanan yang baik bagi balita harus memenuhi sumber...
a. Karbohidrat, protein, lemak,
vitamin dan mineral b. Karbohidrat, protein dan lemak
c. Vitamin 13
6 6
52,0 24,0
24,0 16
4 5
64,0 16,0
20,0 11
7 9
40,7 25,9
33,3 21
2 4
77,8 7,4
14,8
Total 25 100,0 25 100,0 27 100,0 27 100,0
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.12. Lanjutan
Pertanyaan Metode Bimbingan
Ceramah Permaian
Sebelum Sesudah
Sebelum Sesudah
f F
F f
Vitamin yang penting untuk pertumbuhan balita:
a. Vitamin A, D, E dan K b. Kalsium
c. Vitamin B dan C 13
4 8
52,0 16,0
32,0 18
2 5
72,0 8,0
20,0 13
6 8
48,1 22,2
29,6 23
1 3
85,2 3,7
11,1
Total 25 100,0 25 100,0 27 100,0 27 100,0
Pada masa pertumbuhan balita, kebutuhan mineral sangat
dibutuhkan dalam a. Pembentukan tulang
b. Melancarkan proses
pengeluaran tubuh c. Kesehatan
9 6
10 36,0
24,0 40,0
11 5
9 44,0
20,0 36,0
14 5
8 51,9
18,5 29,6
15 4
8 55,6
14,8 29,6
Total 25 100,0 25 100,0 27 100,0 27 100,0
Bahan makanan apa yang menjadi sumber vitamin dan mineral.
a. Tahu, tempe, ikan, daging b. Beras, singkong, jagung
c. Bayam, wortel dan kangkung 9
2 14
36,0 8,0
56,0 8
2 15
32,0 8,0
60,0 13
3 11
48,2 11,1
40,7 23
4 85,2
0,0 14,8
Total 25 100,0 25 100,0 27 100,0 27 100,0
Berdasarkan tabel 4.12 diketahui bahwa pada umumnya ibu dapat menjawab
dengan benar untuk setiap pertanyaan tentang zat gizi pada makanan. Peningkatan jumlah ibu yang menjawab benar semakin bertambah, baik pada kelompok ceramah
dan pada kelompok permainan setelah mendapatkan bimbingan penyusunan menu. Sebagian besar ibu menjawab bahwa makanan yang baik bagi balita harus memenuhi
sumber karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Ibu juga dapat menjawab dengan benar bahwa vitamin yang penting untuk pertumbuhan balita adalah vitamin
Universitas Sumatera Utara
A, D, E, dan K. Sebagian besar ibu juga mengatakan bahwa bayam, wortel dan kangkung merupakan makanan sumber vitamin dan mineral.
4.5.6. Jenis dan Sumber Bahan Makanan
Pengetahuan ibu pada umumnya hampir sudah mengenal jenis dan bahan makanan yang diolah, seperti yang terlihat pada tabel 4.13.
Tabel 4.13. Jawaban Ibu tentang Jenis dan Sumber Bahan Makanan
Pertanyaan Metode Bimbingan
Ceramah Permaian
Sebelum Sesudah
Sebelum Sesudah
f f
f f
Bahan makanan pokok selain nasi a. Sagu,
singkong, jagung, kentang
b. Tempe dan tahu c. Daging dan ikan
10 11
4 40,0
44,0 16,0
15 9
1 60,0
36,0 4,0
13 11
3 48,1
40,7 11,1
23 4
85,2 14,8
0.0
Total 25 100,0 25 100,0 27
100, 27 100,0
Bahan makanan apa yang menjadi sumber protein
a. Tahu, tempe, ikan, daging b. Beras, singkong, jagung
c. Bayam, wortel dan kangkung 13
4 8
52,0 16,0
32,0 15
3 7
60,0 12,0
28,0 12
6 9
44,4 22,2
33,3 23
1 3
85,2 3,7
11,1
Total 25 100,0 25 100,0 27 100,0 27 100,0
Termasuk dalam kelompok nabati adalah :
a. Daging b. Sayuran hijau
c. Telur 4
10 11
16,0 40,0
44,0 3
12 10
12,0 48,0
40,0 2
13 12
7,4 48,1
44,4 2
16 9
7,4 59,3
33,3
Total 25 100,0 25 100,0 27 100,0 27 100,0
Yang termasuk dalam kelompok gandum
a. Karbohidrat b. Sepotong roti dan sereal
c. Protein 10
9 6
40,0 36,0
24,0 7
16 2
28,0 64,0
8,0 10
9 8
37,0 33,3
29,6 1
24 2
3,7 88,9
7,4
Total 25 100,0 25 100,0 27 100,0 27 100,0
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.13. Lanjutan
Pertanyaan Metode Bimbingan
Ceramah Permaian
Sebelum Sesudah
Sebelum Sesudah
f f
f f
Jenis makanan untuk kekebalan tubuh dan balita.
a. Tomat, wortel, dan brokoli b. Pisang dan pepaya
c. Tomat, jeruk, wortel, brokoli,
bayam, pisang dan pepaya. 3
10 12
12,0 40,0
48,0 1
10 14
4,0 40,0
56,0 5
8 14
18,5 29,6
51,9 2
25 7,4
0,0 92,6
Total 25 100,0 25
100, 27 100,0 27 100,0