Kerangka Berfikir LANDASAN TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR

34

B. Kerangka Berfikir

“Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur- unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran” 50 . Pembelajaran pada umumnya hanya dijadikan transformasi dalam dunia pendidikan, sedangkan prosesnya kurang diperhatikan sehingga tujuan pembelajaran belum tercapai secara maksimal. Untuk merumuskan tujuan pembelajaran, maka kita harus menentukan suatu rumusan yang jelas, dan mengarahkan tingkah laku siswa secara spesifik yang mengacu kepada tujuan tersebut. Salah satu tingkah laku spesifik siswa yang harus dapat diamati guru adalah ketika siswa mampu menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Kurangnya perhatian dalam proses pembelajaran, menjadikan pembelajaran matematika menjadi kurang menarik dan cenderung dianggap sulit. Anggapan seperti ini akan mempengaruhi tingkah laku siswa, dimana siswa kurang memberikan tanggapan atau dengan kata lain cenderung kurang maksimal dalam mengikuti pembelajaran matematika, sehingga siswa tidak mampu menyelesaikan soal-soal yang terkait dengan matematika. Padahal pada hakikatknya pembelajaran matematika merupakan landasan untuk memahami teknologi dan ilmu pengetahuan selanjutnya, karena perkembangan matematika seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tujuan pembelajaran matematika salah satunya dapat membentuk keterampilan matematika siswa, untuk itu penguasaan siswa terhadap matematika sangat penting. Siswa dituntut untuk memahami konsep-konsep dalam matematika, karena pemahaman konsep merupakan landasan dalam memahami teori-teori dan definisi-definisi dalam matematika. Jadi, hal yang sangat fatal jika siswa ingin siswa ingin menguasai matematika, namun siswa itu sendiri tidak memahami konsep-konsep yang mendasari matematika itu sendiri. 50 Oemar Hamalik,... Hal 57. 35 Keberhasilan pembelajaran khususnya pembelajaran matematika dalam arti tercapainya standar kompetensi, sangat bergantung pada kemampuan guru dalam mengelolah pembelajaran, dan menciptakan situasi yang menyenangkan sehingga pembelajaran tidak terasa membosankan. Selain itu keberhasilan pembelajaran matematika juga ditentukan oleh kemampuan guru dalam memilih materi-materi yang tepat untuk siswa, dan kemudian menyampaikannya dalam bentuk pengajaran yang terorganisasi dengan baik, mulai dari yang umum ke hal-hal yang lebih terperinci agar pemahaman siswa akan konsep-konsep matematika tecapai dengan baik. Selain beberapa hal di atas, ada faktor yang sangat dominan yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran matematika yaitu kemampuan guru mengembangkan model-model pembelajaran yang cocok digunakan dalam pembelajaran matematika, yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran matematika. Karena model pembelajaran merupakan suatu cara penyampaian materi ajar, yang dilakukan oleh guru terhadap siswanya di dalam kelas, yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Maka dari itu dapat disimpulkan makin baik model pembelajaran matematika yang digunakan, maka pencapaian tujuan akan semakin efektif. Model pembelajaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pengajaran. Pemilihan model pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran matematika akan mengaktifkan siswa serta menyadarkan siswa bahwa matematika itu menyenangkan. Sehingga siswa bisa memahami materi-materi khususnya konsep matematika dengan mudah dan lebih efektif. Pengembangan model pembelajaran matematika yang tepat pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar secara aktif, dan menyenangkan sehingga siswa dapat meraih hasil belajar, dan prestasi yang optimal. Untuk dapat mengembangkan model pembelajaran matematika yang efektif, maka setiap guru harus memiliki pengetahuan yang memadai berkenaan dengan konsep- konsep, dan cara-cara pengimplementasian model-model tersebut dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran yang efektif memiliki keterkaitan dengan tingkat pemahaman guru terhadap perkembangan pengusaan 36 matematika siswa dan pemahaman konsep matematika siswa selama proses pembelajaran di kelas. Atas dasar ini munculah istilah model pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran pencapaian konsep, yang salah satu keunggulannya adalah dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dengan cara lebih mudah dan lebih efektif. Dimana di dalamnya terdapat tahap-tahap pelaksanaan yang terdiri dari tiga fase kegiatan, yaitu : penyajian data dan identifikasi konsep, pengujian pencapaian konsep, dan analisis strategi berfikir. Secara lebih jelas dapat dilihat dalam kerangka yang digambarkan sebagai berikut : Tahap ‐tahap model pencapaian konsep melatih siswa untuk menemukan konsep sendiri 3Analisis Strategi Berfikir 1 Penyajian Data 2Pengujian Pencapaian Konsep Jika siswa kurang faham atau terjadi miskonsepsi, maka guru akan meluruskan pemahaman siswa mengenai konsep tersebut. Guru membimbing siswa dalam menemukan konsep dan memberikan pertanyaan ‐pertanyaan yang membantu siswa dalam menemukan konsep tersebut. Konsep ‐konsep dipelajari secara tepat dan efisien sehingga Pemahaman konsep matematika siswa menjadi lebih baik. Model Pencapaian Konsep Grafik II.2. Kerangka Model Pencapaian Konsep 37 Maka melalui model pembelajaran pencapaian konsep, siswa diharapkan mampu membentuk konsep melalui proses pengklasifikasian data, serta membentuk susunan konsep dengan kemampuannya sendiri, sehingga pemahaman konsep matematika siswa dalam pembelajaran menjadi lebih baik dibandingkan pembelajaran konvensional. Karena model pembelajaran ini dirancang untuk menata atau menyusun data, sehingga konsep-konsep penting dapat dipelajari secara tepat dan efisien.

C. Pengajuan Hipotesis